T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Tugas
ini kami susun untuk memenuhi tugas Askep pada pasien HIV AIDS.
Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas ini, kami banyak mendapat
bimbingan, nasihat serta bantuan dari berbagai pihak, kami menyadari bahwa Tugas ini tentu
tidak lepas dari kekurangan untuk itu masukan dari para pembaca sangat kami harapkan.
Akhir kalimat kami berharap semoga Tugas ini memberikan manfaat bagi perkembangan
kesehatan Indonesia.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Judul............................................................................................................................................
Daftar Isi………………………………………………………………………….....................
B. Tujuan …………………………………………………………...................................
A. Pengertian Hiv/Aids
B. Etiologi Hiv/Aids
C. Patofisiologi Hiv/Aids
D. Pathway Hiv/Aids
I. Penatalaksanaan Hiv/Aids
J. Komplikasi Hiv/Aids
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit HIV / AIDS merupakan penyakit yang terus berkembang dan
menjadi masalah global yang melanda dunia, menurut data WHO ( World Health
Organization ) tahun 2012, penemuan kasus HIV di dunia pada tahun 2012 mencapai
2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal karena AIDS dan
210.000 penderita berusia di bawah 15 tahun ( WHO, 2012 ).
Berdasarkan data Ditjen P2PL ( pengendalian dan penyuluhan Lingkungan ),
statistik kasus HIV / AIDS yang dilaporkan dari tahun 2011 – 2012 mengalami
peningkatan, yaitu pada tahun 2011 kasus baru HIV sebesar 21.031 kasus. Hasil
survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar tahun 2013
menunjukkan bahwa pengetahuan tentang HIV / AIDS pada kelompok remaja usia
antara 14 – 24 tahun, 79 % kurang memahami dengan benar mengenai HIV/AIDS
dan sebanyak 2 % remaja memahami dengan benar HIV/AIDS.
Perlu pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja sebab, masa remaja
merupakan masa peralihan dari perilaku seksual anak –anak menjadi perilaku seksual
dewasa. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada remaja amat
merugikan bagi remaja itu sendiri termasuk perilakunya. Sebab pada masa ini remaja
mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial, dan seksual (
Soetjiningsih 2010 ).
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui definisi, etiologi hingga Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
HIV / AIDS.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum.
Menjelaskan tentang penyakit yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan
menjelaskan Asuhan Keperawatan pada pasien HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus.
a. Menjelaskan definisi dari HIV/AIDS.
b. Menjelaskan Etiologi dari HIV/AIDS.
c. Menjelaskan Epidemiologi HIV/AIDS.
d. Menjelaskan Pathway HIV/AIDS.
e. Menjelaskan Patofisiologi HIV/AIDS.
f. Menjelaskan Stadium Penyakit HIV/AIDS.
g. Menjelaskan Manifestasi Klinis HIV/AIDS.
h. Menjelaskan Pencegahan Penularan HIV/AIDS.
i. Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS.
j. Menjelaskan Penatalaksanaan HIV/AIDS.
k. Menjelaskan Komplikasi HIV/AIDS.
l. Menjelaskan Asuhan Kepeawatan HIV/AIDS.
m.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV. Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS
ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang)
dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan
meliputi kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”, atau sarkoma kaposi (pada
pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks
invasif atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya,
TB (Tubercolosis). (Doenges, 2000).
B. Etiologi
AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system imun
dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunedeficiency Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam kelompok
retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS
dapat membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam
sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak
terkira banyaknya yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV (Daili,
2005)
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam
hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist. AIDS dapat menyerang semua golongan umur,
termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah
:
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena
c. Partner seks dari penderita AIDS
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
C. Patofisiologi
Ada 4 etiologi yang dapat menyebabkan penyakit Hiv/Aids yaitu hubungan
seksual dengan pasangan yang terinfeksi hiv, transfusi darah yang terinfeksi Hiv,
tertusuk jarum bekas penderita Hiv, dan ibu hamil yang menderita Hiv. Kemudian
virus masuk kedalam peredaran darah terjadi penurunan struktural Cd4, mikrofag, dan
sel B. apabila ketiga hal terjadi penurunan maka akan menyebabkan perubahan
struktural sel akibat transkip RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus
dan menyebabkan sel pejau ( Thelper, Limfosit, B,makrofag ) mengalami
kelumpuhan dan akhirnya terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh. Apabila sistem
kekebalan tubuh menurun munculah infeksi Oportunistik. Apabila virus menyerang
pada bagian sistem Gastointestinal maka terjadi percampuran antara virus Hiv dan
kuman salmonela, clostidium, dan candida. Sehingga menginvansi mukosa saluran
cerna, terjadi peningkatan peristaltik dan menyebabkan diare sehingga menimbulkan
masalah keperawatan perubahan eliminasi (Bab), gangguan nutrisi < keb tubuh,
Resiko kekurangan volume cairan.
Apabila virus Hiv menyerang integumen maka akan muncul herpes Zoster dan
herpes simpleks, akan menyebabkan dermatitis sereboika dan terjadi ruam, difus,
bersisik, kulit kering, dan mengelupas sehingga menimbulkan masalah keperawatan
resiko kerusakan integritas kulit. Apabila menyerang bagian sistem reproduksi jamur
candidiasis akan menyebabkan ulkus genital dan muncul masalah keperawatan resiko
kerusakan integritas kulit.
Apabila menyerang sistem respirasi virus akan menurunkan sistem imun sehingga
microbacterium Tb aktif dan menyebabkan Pcp ( Pneumonia pnemocysitis ) akan
menimbulkan gejala demam, batuk, nafas pendek, sehingga menimbulkan masalah
keperawatan yaitu Hipertermi, bersihan jalan napas, pola nafas tidak efektif. Pada
bagian sistem neurologi, virus kriptococus meningitis aktif sehingga terjadi
perubahan, status mental, kejang, kaku kuduk, kelemahan, dan masalah keperawatan
yang muncul adalah resiko tinggi cidera, resiko tinggi kekurangan volume cairan, dan
intoleransi aktivitas. ( sumber : id.scribd.com)
D. Pathway
Terjadi pembuahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi IRA virus + DNA sel sehingga terbentukya provirus
Infeksi Oportunistil
F. Manifestasi Klinis
Menurut Mandal (2004) tanda dan gejala penyakit AIDS menyebar luas dan
pada dasarnya dapat mengenai semua sistem organ. Penyakit yang berkaitan
dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi dan efek langsung
HIV pada jaringan tubuh. Adanya HIV dalam tubuh seseorang tidak dapat dilihat
dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan menunjukan gejala apapun
dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini
disebut masa laten.
Dari masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut:
Gejala Mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
Gejala Minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
c. Kandidias orofaringeal
d. Limfadenopati generalisata
e. Ruam
Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), gejala klinis HIV/AIDS dapat dibagikan
mengikut fasenya.
1. Fase akut
Sekitar 50-70% penderita HIV/AIDS mengalami fase ini sekitar 3-6 minggu
selepas infeksi primer. Gejala-gejala yang biasanya timbul adalah demam,
faringitis, limpadenopati, sakit kepala, arthtalgia, letargi, malaise, anorexia,
penurunan berat badan, mual, muntah, diare, meningitis, ensefalitis, periferal
neuropati, myelopathy, mucocutaneous ulceration, dan erythematous
maculopapular rash.
2. Fase asimptomatik
Fase ini berlaku sekitar 10 tahun jika tidak diobati. Pada fase ini virus HIV
akan bereplikasi secara aktif dan progresif. Tingkat pengembangan penyakit
secara langsung berkorelasi dengan tingkat RNA virus HIV. Pasien dengan
tingkat RNA virus HIV yang tinggi lebih cepat akan masuk ke fase
simptomatik daripada pasien dengan tingkat RNA virus HIV yang rendah.
3. Fase simptomatik
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
G. Pencegahan Penularan
Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah melakukan langkah-
langkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan HIV dapat dilakukan dengan
rumusan ABCDE yaitu:
- A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak melakukan
hubungan seksual sebelum menikah
- B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti
pasangan seksual
- C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom
secara benar selama berhubungan seksual
- D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan
jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian
- E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan HIV/AIDS
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pada daerah di mana tersedia laboratorium pemeriksaan anti-HIV, penegakan
diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan serum atau cairan tubuh lain (cerebrospinal
fluid) penderita.
1. ELISA (enzyme linked immunosorbent assay)
ELISA digunakan untuk menemukan antibodi (Baratawidjaja). Kelebihan
teknik ELISA yaitu sensitifitas yang tinggi yaitu 98,1 %-100% (Kresno).
Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
2. Western Blot
Western blot biasanya digunakan untuk menentukan kadar relatif dari suatu
protein dalam suatu campuran berbagai jenis protein atau molekul lain. Biasanya
protein HIV yang digunakan dalam campuran adalah jenis antigen yang
mempunyai makna klinik, seperti gp120 dan gp41 (Kresno, 2001).
3. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Kegunaan PCR yakni sebagai tes HIV pada bayi, pada saat zat antibodi maternal
masih ada pada bayi dan menghambat pemeriksaan secara serologis maupun status
infeksi individu yang seronegatif pada kelompok risiko tinggi dan sebagai tes
konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA rendah untuk HIV-2 (Kresno,
2001).
I. Penatalaksanaan
A. Non Farmakologi
1. Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah pemenuhan
kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek
perawatan fisik meliputi :
a) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana
yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien
setiap saat, pada semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko
penyebaran infeksi.
Prinsip-prinsip universal precautions meliputi:
1). Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila mengenai
cairan tubuh pasien menggunakan alat pelindung, seperti sarung
tangan, masker, kacamata pelindung, penutup kepala, apron dan
sepatu boot. Penggunaan alat pelindung disesuakan dengan jenis
tindakan yang akan dilakukan.
2). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk
setelah melepas sarung tangan.
3). Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4). Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat
kedokteran yang dipakai (tercemar).
5). Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6). Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar
dan aman.
b) Peran perawat dan pemberian ARV
1). Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
(a) Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi.
(b) Meningkatkan efektivitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila
timbul efek samping, bisa diganti dengan obat lainnya, dan bila
virus mulai rasisten terhadap obat yang sedang digunakan bisa
memakai kombinasi lain.
2). Efektivitas obat ARV kombinasi:
(a) AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki khasiat AVR yang
lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan satu jenis obat saja.
(b) Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien
lupa minum dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
(c) Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil,
sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
c) Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV/ AIDS sangat membutuhkan vitamin dan mineral
dalam jumlah yang lebih banyak dari yang biasanya diperoleh dalam
makanan sehari- hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami defisiensi
vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan
nutrient. Hal ini berhubungan dengan menurunnya atau habisnya
cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Defisiensi vitamin dan
mineral pada ODHA dimulai sejak masih dalam stadium dini. Walaupun
jumlah makanan ODHA sudah cukup dan berimbang seperti orang sehat,
tetapi akan tetap terjadi defisiensi vitamin dan mineral.
d) Aktivitas dan istirahat
(a) Manfaat olah raga terhadap imunitas tubuh
Hamper semua organ merespons stress olahraga. Pada keadaan akut ,
olah raga akan berefek buruk pada kesehatan, olahraga yang
dilakukan secara teratur menimbulkan adaptasi organ tubuh yang
berefek menyehatkan
(b) Pengaruh latihan fisik terhadap tubuh
(1) Perubahan system tubuh
Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5 i/menit menjadi 20
1/menit pada orang dewasa sehat. Hal ini menyebabkan
peningkatan darah ke otot skelet dan jantung.
J. Komplikasi
a. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
1. Kandidiasis oral
Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir terdapat secara
universal pada semua penderita AIDS serta keadaan yang berhubungan
dengan AIDS. Infeksi ini umumnya mendahului infeksi serius lainnya.
Kandidiasi oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam
rongga mulut. Tanda –tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan
menelan yang sulit serta nyeri dan rasa sakit di balik sternum (nyeri
retrosternal). Sebagian pasien juga menderita lesi oral yang mengalami
ulserasi dan menjadi rentan terutama terhadap penyebaran kandidiasis ke
sistem tubuh yang lain.
2. Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi (dilafalkan KA- posheez), yaitu kelainaan malignitas
yang berkaitan dengan HIV yang sering ditemukan , merupakan penyakit
yang melibatkan lapisan endotil pembuluh darah dan limfe.
b. Neurologik
1. Kompleks dimensi AIDS karena serangan langsung HIV pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan, kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. Sebagian basar penderita mula-mula
mengeluh lambat berpikir atau sulit berkonsentrasi dan memusatkan
perhatian. Penyakit ini dapat menuju dimensia sepenuhnya dengan
kelumpuhan pada stadium akhir. Tidak semua penderita mencapai stadium
akhir ini.
2. Enselophaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis/ ensefalitis. Dengan efek sakit
kepala, malaise, demam, paralise total/ parsial.
Ensefalopati HIV. Disebut pula sebagai kompleks demensia AIDS (ADC;
AIDS dementia complex), ensefalopati HIV terjadi sedikitnya pada dua
pertiga pasien –pasien AIDS. Keadaan ini berupa sindrom klinis yang
ditandai oleh penurunan progresif pada fungsi kognitif, perilaku dan
motorik. Tanda –tanda dan gejalanya dapat samar- samar serta sulit
dibedakan dengan kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan
terhadap infeksi dan malignansi
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
menarik endokarditis.
4. Neuropati karena inflamasi demielinasi oleh serangan HIV dengan disertai
rasa nyeri serta patirasa pada akstremitas, kelemahan, penurunan refleks
tendon yang dalam, hipotensi orthostatik dan impotensi.
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma
dan sarkoma Kaposi. Dengan efek penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam
atritik.
3. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal,
gatal-gatal dan diare.
d. Respirasi
Infeksi karena pneumocystic carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloidiasis dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan gagal nafas.
e. Dermatologi
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis , reaksi
otot, lesi scabies, dan dekopitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi
sekunder dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan: Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan.
2. Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
CONTOH KASUS
Seorang wanita 21 tahun dirawat dengan keluhan batuk lama, demam, penurunan
berat badan yang drastis, diare kronis, nyeri telan, luka pada pada mulut dan labia mayora.
Radiologi torak di dapatkan infitrat pada kedua paru.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Holistik.
Biologis Psikologis Sosial Cultural Spiritual
1. Sistem 1. integritas 1. perasan Pasien Pasien
Pernapasan : ego : klien minder dan mengatakan ia mengatakan
pasien mengalami mengatakan tidak berguna sudah 2 kali ingin
gangguan yaitu perasaan di masyarakat. menikah. mendekatkan
Batuk lama, dari tidak 2. interaksi suami diri kepada
hasil pemeriksaan berdaya dan sosial : pasien pertama sang pencipta
radiologi terdapat putus asa. mengatakan di meninggal dan berharap
Infiltrat Pada 2. Respon tolak dalam dunia karena agar
kedua paru, dan psikologis : masayarakat. Hiv/Aids. ia penyakitnya
telah di diagnosa pasien adalah korban sembuh
penyakit mengatakan dari suami secara
Tubercolosis ( sering pertamanya sempurna.
TBC). menyangkal, yang
2. Sistem marah, membawa
Pencernaan : cemas dan virus Hiv.
pasien mengatakan mudah
mengalami nyeri tersinggung.
saat menelan,
Diare cukup lama,
penurunan BB,
3. Sistem
Integumen : luka
pada area mulut di
sebabkan oleh
kandisiasis.
4. Sistem
Reproduksi : luka
pada area Labia
Mayora
disebabkan oleh
Kandiasis.
5. Lain – lain :
Demam dan
Risiko
menularkan.
2. PEMERIKSAAN FISIK
N: 80 x/m
RR: 20 x/m
S: 38,3 ˚c
BB:
MRS: 35 kg
TB: 159 cm
b. kepala
inspeksi: bentuk kepala simetris, rambut hitam lurus, kulit kepala ada ketombe, ubur~ubur
agak cekung
c. mata
d. hidung
e. telinga
f. mulut
g. leher
h. thoraks
i. thoraks ( jantung)
k. genetalia
l. ekstremitas
4444 4444
4444 4444
Ikut jatuh
4: kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan gravitasi sesaat lalu jatuh
Microbacterium 1B
Pcp (pneumonia
pharmacystis)
Mengivasi mukosa
saluran cernah
Peningkatan
peristaltic
Diare
Resiko kekurangan
volume cairan
Waktu/ tanggal Data Etiologi problem
Dan jam
10 maret, 2019 Ds : Infeksi oportunistik Resiko kerusakan
09:00 - klien mengatakan integritas kulit
terdapat luka paa Sistem Reproduksi, berhubungan dengan
area mulut dan sistem integumen dan lesi candidiasis.
kelamin. sistem pencernaan.
- Rasanya seperti
terbakar. Candidiasis
- Klien juga
mengatakan Ulkus Grnital, Oral,
nyeri saat dan Orofaring.
menelan
makanan.
Do : Resiko kerusakan
- Pada bagian oral integritas kulit
dan labiya majora
terdapat lesi.
- Terdapat juga lesi
pada bagian
orofaring
sehingga klien
sulit menelan.
- Mimik wajah
klien tampak
menahan perih.
- Dari hasil
pemeriksaan lab
dengan cara
mikroskopik dan
klutur didapatkan
jamur candidiasis
pada area labia
majora, oral dan
orofaring.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. K.G
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 21 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Mongondow / Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Daerah
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Kopandakan.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Klien mengatakan bahwa ia dirawat di Rs dengan keluhan
batuk lama, demam, penurunan BB, diare kronis, nyeri saat menelan,
luka pada mulut dan vagina.
b. Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan ia telah di diagnosa Hiv
sejak 3 tahun yang lalu dan TB sejak 3 bulan yang lalu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga : klien mengatakan ia telah menikah dua kali,
suami pertamanya meninggal dunia karena mengalami penyakit yang
sama yaitu Hiv/Aids.
4. Pemeriksaan Penunjang.
Tgl & Jenis pemeriksaan Hasil
waktu, jam
18 maret 1. Pemeriksaan Laboratorim
2019, jam : a. Hemoglobin 7,8 gr/dl
10.00 b. Leukosit 11.000
c. Trombosit 735
d. Gula darah sewaktu 120
e. Hapusan sputum BTA +
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Thorax ( Paru ) Infiltrat pada kedua
lapangan paru, terutama
apek.
5. Terapi Obat.
Jenis Obat Dosis
1. Infuse RL/D5 20 gtt/m
2. Amunofusin Tiap 8 jam
3. Tablet multivitamin C dan B 3 x 1 tablet.
complex.
4. Pct 3 x 500 mg.
5. Kotrimokasole 1 x 960 mg.
6. Nystatin drops Oral 4x2 ml.
7. Fluconazole Oral 1 x 100 mg.
8. Fusiidic cream pd labiya mayora / 8 jam
9. Rifamfisin 450 mg.
10. INH 300 mg.
11. Ethambutol 1000 mg.
12. Pemberian OAT +ARV Selama 6 bulan
6. Diagnosa Keperawatan prioritas pertama
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tubercolosis
7. Intervensi Keperawatan.
No Hari / tgl Diagnosa Intervensi Rasional
1. Rabu, 20 Bersihan jalan 1. Observasi TTV 1.TTV
maret nafas tidak 2. Kaji dan mempermudah
2019. efektif dokumentasi untuk mengetahui
berhubungan keefektifan jalan keadaan umum
dengan napas, gerakan dada, klien.
tubercolosis frekwensi 2. takipnea,
pernapasan, pernapasan
pemberian oksigen dangkal, dan
dan pengobatan, gerakan dada tak
kecenderungan pada simetris terjadi
gas darah arteri. karena
3. Lakukan pengisapan ketidaknyamanan
jalan nafas bila gerakan dinding
perlu. dada atau cairan
4. Auskultasi dada paru.
bagian anterior daan 3. merangsang
posterior. terjadinya batuk
5. Pertahankan atau pembersihan
keadekuatan hidrasi jalan napas secara
untuk menurunkan mekanik pada
vikositas sekresi. pasien yg tak
6. Instruksikan pada mampu batuk
pasien untuk batuk secara efektif dan
efektif dan teknis penurunan
nafas dala untuk kesadaran.
memudahkan 4. untuk
keluarnya sekresi. mengetahui
7. Kolaborasi untuk adanya penurunan
pemberian obat atau tidaknya
sesuai indikasi. ventilasi dan bunyi
tambahan.
5. memobilisasi
keluarnya sputum.
6. napas dalam
memudahkan
ekspansi
maksimum paru –
paru atau jalan
nafaslebih kecil.
Batuk adalah
mekanisme
pemberian jalan
napas alami.
7. untuk
menurunkan
berbagai penyebab
dari penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2007. Asuhan Keperawatan pada
Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika