Anda di halaman 1dari 16

Dokumentasi Keperawatan Kebutuhan Eliminasi

(Pengkajian)
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar yang
di bina oleh Ns. Nehru Nugroho, S.Kep, M.Kep

Di susun oleh :

Kelompok : 4
Kelas : 1A

Emelia Susanti P0 5120217 005

Meidyah Pitaloka P0 5120217 011

Paski Asma Sari P0 5120217 019

Repal Mahendra P0 5120217 024

Riadha Pratiwi P0 5120217 025

Silvia Dwi Astuti P0 5120217 030

Vioni Febrianti P0 5120217 035

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Prodi D3 Keperawatan
Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
yang berjudul “ Dokementasi Keperawatan Kebutuhan Eliminasi (Pengkajian) “
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 06 Maret 2018

Penyusun

ii |
Dokumentasi Kep
Daftar Isi

K AT A P EN GAN T A R ......................................................................... II
D A FT AR I SI ................................................................................. II I

Bab I : Pendahuluan ..............................................................................................4


1.1 Latar Belakang .......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................4

Bab II : Pembahasan ..............................................................................................5


2.1 Definisi ..................................................................................................5
2.2 Anatomi dan Fisiologi ............................................................................5
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urine ........................................7

2.4 Masalah Eliminasi ..................................................................................9

2.5 Pola Berkemih ......................................................................................10

2.6 Asuhan Keperawatan ............................................................................10

Bab III : Penutup .................................................................................................15

3.1 Kesimpulan...........................................................................................15

3.2 Saran .....................................................................................................15

Daftar Pustaka ......................................................................................................16

iii |
Dokumentasi Kep
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme
tubuh, dapat melalui urine ataupun bowel, hal tersebut merupakan sebuah
proses yang esensial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dan harus
terpenuhi. Terganggunya sebuah kebutuhan sasar tentunya akan dirasakan
seseorang sebagai sebuah ketidaknormalan dalam tubuh. Gangguan
tersebut membutuhkan serangkaian kegiatan keperawatanuntuk
mengatasinya. Dalam menyelesaiakan masalah atau gangguan serta
memenuhi kebutuhan manusia dalam aspek bio, psiko, sosio, kultural dan
spiritual, perawat memiliki metodologi pemecahan masalah yang disebut
dengan proses keperawatan. Tentunya proses keperawatan tersebut tidak
terlepas dari kegiatan kolaboratif dengan team kesehatan lain. Gangguan
proses eliminasi urine merupakan masalah yang sering terjadi sebagai
alasan pasien datang ke layanan kesehatan untuk memperoleh layanan
kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana pengkajian terhadap klien untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi ?
b) Hal apa saja yang perlu dilakukan pengkajian terhadap klien untuk
memenuhi kebutuhan eliminasi ?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengkajian terhadap klien untuk memenuhi kebutuhan
eliminasi.
b) Mengetahui hal – hal yang perlu dilakukan pengkajian terhadap
klien untuk memenuhi kebutuhan eliminasi.

4|
Dokumentasi Kep
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh.Pembuangan dapat melalui urin atau bowel.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)

Eliminasi urine normalnya adalah pengluaran cairan.Proses


pengluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine
seperti ginjal,ureter,dan uretra.
(Potter&Perry, 2005)
Kesimpulannya Eliminasi adalah proses pembuangan zat sisa
metabolisme yangb sudah tidak diperlukan oleh tubuh yang apabila tidak
dikeluarkan maka akan menimbulkan terganggunya fungsi-fungsi organ yang
ada dalam tubuh, yang akan menimbulkan penyakit, contohnya konstipasi
dan diare.

2.2 Anatomi dan Fisiologi


a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua,panjangnya
12,5 cm dan tebalnya 2,5 dan tebalnya 2,5 cm. beratnya kurang lebih 125
sampai 175 gram pada laki – laki dan 115 sampai 155 gram pada wanita.
Ginjal terletak pada bagian rongga abdomen bagian atas setinggi
vertebrathorakal 11 da 12. Ginjal dilindungi oleh otot – otot abdomen
jaringan lemak atau kapsul adipose.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi merangsang
produksi eritropoitin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada
sumsum tulang. Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran
darah.
Fungsi utama ginjal :

5|
Dokumentasi Kep
 Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan.
 Mengatur jumlah dan zat – zat kimia dalam tubuh.
 Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam – garam serta
asam dan basa.
 Menghasilkan rennin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan
darah
 Menghasilkan hormone eritropoitin yang menstimulasi pembentukan
sel – sel darah merah disumsum tulang .
 Membantu dalam pembentukan vitamin D.
( Tarwoto&Wartonah, 2006 )

b. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal
lalu ke bladder melalui ureter. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot –
otot yang distimulasi oleh tranmisi impuls elektrik berasal dari saraf
otonom. Akibat gerakan peristaltic urete maka didorong ke kandung
kemih.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )

Ureter merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 – 30


cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang
pada posisi retroperitronium untuk memasuki kandung kemih didalam
rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang
keluar dariureter ke kandung kemih umumnya steril.
( Potter&Perry, 2005 )

c. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine, terdiri atas
2 bagian yaitu bagian fundus atau body yang merupakan otot yang
tersusun dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung
dengan uretra.

6|
Dokumentasi Kep
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )

Kandung kemih merupakan suatu organ cekung yang dapat


berdistensi dan tersususun atas jaringan otot serta merupakan tempat
urine dan merupakan organ ekskresi. Apabila kosong, kandung kemih
berada didalam rongga panggul dibelakang simfisis publis. Pada pria ,
kandung kemih terletak pada rectum bagian posterior dan pada wanita
kandung kemih terletak pada dinding uterus dan vagina.
(Potter&Perry, 2005 )

d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari
tubuh. Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua
yaitu spintereksterna yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita.
(Tarwoto&Wartonah, 2006 )

Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari
kandung kemih melalui meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran
urine yang mengalami turbulansi membuat urine bebas dari bakteri.
Membrane mukosa melapisi uretra dan kelenjar uretra mensekresi lender
ke dalam saluran uretra. Lender dianggap bersifat bakteriostatis dan
membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya bakteri. Lapisan
otot polos yang tebal mengelilingi uretra.
( Potter&Perry, 2005 )

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi eliminasi urine


a. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran
urine. Pada usia lanjut volume bladder berkurang, demikian juga wanita
hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan sering.

7|
Dokumentasi Kep
b. Sosiokultural
Budaya masyarakat dimana sebahagian masyarakat hanya dapat
miksi pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat
miksi pada lokasi terbuka.

c. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.

d. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak
dapat berkemih menggunakan pot urin.

e. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot blodder, otot abdomen dan
pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot, dorongan untruk
berkemih juga akan berkurang.

f. Intake cairan dan makanan


Alkohol menghambat Anti Deuretik Hormon (ADH) untuk
meningkatkan pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola (mengandung
kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan eskresi urine.

g. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine
karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan
iritasi organ kemih menimbulkan retensi urine.

h. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga
produksi urine akan menurun.

8|
Dokumentasi Kep
i. Pengobatan
Penggunaan deuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.

j. Pemeriksaan diagnostik
Intravenous pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum
prosedur untuk mengurangi output urine. Cytocospy dapat menimbulkan
edema local pada uretra, spasme dan spinter bladder sehingga dapat
menimbulkan urine.
(Tarwoto&Wartonah, 2006)

2.4 Masalah Eliminasi Urine


a. Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
bladder untuk mengosongkan kanung kemih. Penyebab distensi bladder
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. normalnya
250-400 ml.

b. Inkotinensia urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekskresi urine. Ada 2 jenis inkontinensia :
Pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat
tekanan intraabdomen meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa.
Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat
klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih
bagian bawah atau spasme bladder.

c. Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan karena ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter
eksternal.biasanya terjadi pada anak-anak atau pada orang jompo.

9|
Dokumentasi Kep
(Tarwoto&Wartonah, 2006
2.5 Perubahan Pola Berkemih
a. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
b. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
c. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih.
d. Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan
misalnya pada pasien DM.
e. Urinary suppression : kedaan dimana ginjal tidak memproduksi urine
secara tiba-tiba. Anuria (urine < 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar
100-500ml/24 jam). (Tarwoto&Wartonah, 2006)

2.6 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Pola berkemih
- Gejala dari perubahan berkemih
- Faktor yang mempengaruhi berkemih

b. Pemeriksaan fisik
- Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena,
distensi bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, trenderness,
bising usus.
- Genetalia wanita : inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari
meatus, keadaan atropi jaringan vagina.
- Genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya
pembesaran skrotum.
c. Intake dan output cairan
- Kaji intake dan output cairan dalam satu hari (24 jam)
- Kebiasaan minum dirumah.

10 |
Dokumentasi Kep
- Intake cairan infuse, oral, makanan, NGT
- Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan
- Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan urine (urinalisis)
 Warna (N : jernih kekuningan)
 Penampilan (N : jernih kekuningan)
 Bau ( N : beraroma)
 pH (N : 4,5-8,0)
 Berat jenis (N : 1,005-1,030)
 Glukosa (N : negatif)
 Keton (N : kuman pathogen negatif)
2. Kultur urine (N : kuman pathogen negatif)
e. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Gangguan pola eliminasi urine : inkotinensia
a) Kemungkinan berhubungan dengan :
- Gangguan neuromuskuler
- Spasme bladder
- Trauma pelvic
- Infeksi saluran kemih
- Trauma medulla spinalis

b) Kemungkinan yang ditemukan :


- Inkotinensia
- Keinginan berkemih yang segera
- Sering ke toilet
- Menghindari minum
- Spasme bladder
- Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 500 ml

c) Tujuan yang diharapkan :

11 |
Dokumentasi Kep
- Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam
- Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkotinensia urine
- Klien berkemih dalam keadaan rileks

d) Intervensi :
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : membantu mencegah distensi atau komplikasi
2. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi dokter/fisioterapi
Rasional : meningkaatkan kekuatan otot ginjal dan fungsi
bladder
3. Kolaborasi dalam bladder training
Rasional : menguatkan otot dasar pelvis
4. Hindari faktor pencetus inkotinensia urine sperti cemas
Rasional : mengurangi atau menghindari inkotinensia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan
kateterisasi
Rasional : mengatasi faktor penyebab
6. Jelaskan tentang :
 Pengobatan
 Kateter
 Penyebab
 Tindakan lainya
Rasional : meningkatkan pengetahuan dan diharapkan
pasien lebih kooperatif

2. Retensi urine
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan
bladder secara tuntas

a) Kemungkinan berhubungan dengan :


1. Obstruksi mekanik

12 |
Dokumentasi Kep
2. Pembesaran prostat
3. Trauma
4. Pembedahan
5. Kehamilan

b) Kemungkinan data yang ditemukan :


1. Tidak tuntasnya pengeluaran urine
2. Distensi bladder
3. Hipertropi prostat
4. Kanker
5. Infeksi saluran kemih
6. Pembedahan besar abdomen

c) Intervensi :
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
Rasional : menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam
Rasional : memonitor keseimbangan cairan
3. Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi
Rasional : menjaga deficit cairan
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam
Rasional : mencegah nokturia
5. Kaji dan monitor analisis urine elektrolit dan berat
badan
Rasional : membantu memonitor keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan
Rasional : meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih
Rasional : relaksasi pikiran dapat meningkatkan
kemampuan berkemih

13 |
Dokumentasi Kep
8. Ajarkan teknik latihan dengan kolaborasi
dokter/fisioterapi
Rasional : menguatkan otot pelvis
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Rasional : mengeluarkan urine

14 |
Dokumentasi Kep
BAB III

PENUTUP

3.3 Kesimpulan

Eliminasi merupakan pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah


tidak lagi dibutuhkan oleh tubuh dalam proses aktivitasnya. Eliminasi
sangatlah penting artinya bagi tubuh kita, karena gangguan proses
eliminasi akan mengganggu aktivitas tubuh yang lain pula.
Jika dalam tubuh kita tidak ada proses eliminasi/pengeluaran, maka
akan terjadi pengakumulasian zat-zat sisa metabolisme yang nantinya
hanya akan menjadi pengganggu kegiatan tubuh individu. Eliminasi fekal
melibatkan seluruh organ pencernaan mulai dari mulut sampai dengan
anus. Gangguan pada salah satu organ pencernaan akan mengubah proses
eliminasi secara normal.

3.2 Saran

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan eliminasi, kita mempunyai tujuan utama yaitu mengembalikan
pola normal eliminasi seorang pasien. Di samping itu, kita juga harus
mengatasi masalah-masalah sampingan yang timbul karena gangguan
eliminasi tersebut.

Di dalam melaksanakan asuhan keperawatan, hendaknya perawat


melaksanakannya sesuai dengan diagnosa keperawatan.

15 |
Dokumentasi Kep
DAFTAR PUSTAKA

Alimul A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah.


Salemba Medika : Jakarta
Potter And Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. ECG : Jakarta
Wartonah Tarwoto. “Kebutuhan Dasar Manusia”. 2006. Jakarta : Salemba
Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, edisi 9. Jakarta : EGC

16 |
Dokumentasi Kep

Anda mungkin juga menyukai