Anda di halaman 1dari 26

Penyebab dan Gejala Penyakit Yang Berhubungan Dengan

Kebutuhan Oksigenasi
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Di susun oleh :

Kelompok : 4
Kelas : 1A

Emelia Susanti P0 5120217 005


Meidyah Pitaloka P0 5120217 011
Paski Asma Sari P0 5120217 019
Repal Mahendra P0 5120217 024
Riadha Pratiwi P0 5120217 025
Silvia Dwi Astuti P0 5120217 030
Vioni Febrianti P0 5120217 035

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Prodi D3 Keperawatan
Tahun Ajaran 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah yang
berjudul “Penyebab dan Gejala Penyakit Yang Berhubungan Dengan Kebutuhan
Oksigenasi“ ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 07 Februari 2018

Penyusun
Daftar Isi

K AT A P EN GAN T A R ....................................................................................... II
D A FT AR I SI ............................................................................................... II I

Bab I : Pendahuluan ................................................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 4

Bab II : Pembahasan ............................................................................................................... 5


2.1 Penyakit Oksigenasi ................................................................................................. 5
2.2 Faktor Pembentuk Harga Diri .................................................................................. 7
2.3 Jenis Harga Diri........................................................................................................ 9

2.4 Fase Harga Diri ...................................................................................................... 10

2.5 Pentingnya Kebutuhan Harga Diri ......................................................................... 12

Bab III : Penutup ................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15

3.2 Saran ....................................................................................................................... 15

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,


dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya
adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin
pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri,
oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan
oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-
biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan.
Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah kami adalah sebagai berikut :

1. Apa saja penyebab dari penyakit yang berhubungan dengan kebutuhan


oksigenasi ?
2. Apa saja gejala dari penyakit yang berhubungan dengan kebutuhan
oksigenasi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyebab dan gejala dari penyakit yang berhubungan dengan
kebutuhan oksigenasi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit Oksigenasi


Penyakit adalah keadaan tidak normal pada badan atau minda yang menyebabkan
ketidakselesaan, disfungsi, atau tekanan/stres kepada orang yang terbabit atau
berhubung rapat dengannya. Kadang kala istilah ini digunakan secara umum untuk
menerangkan kecederaan, kecacatan, sindrom, simptom, keserongan tingkah laku, dan
variasi biasa sesuatu struktur atau fungsi, sementara dalam konteks lain boleh
dianggap sebagai kategori yang boleh dibedakan.

Gejala penyakit berhubungan dengan oksigenasi yang sering terjadi adalah :

1. Perubahan Pola Nafas


a. Tachypnea yaitu pernafasan yang berfrekuensi lebih dari 24x permenit.
Penyebabnya karena paru dalam keadaan atelektasis / emboli.
b. Brodypneu yaitu pernafasan yang lambat dan kurang dari 10x per menit
karena peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau
sedatif.
c. Hiperventilasi yaitu cara tubuh dalam mengkompensasi peningkatan
jumlah oksigen dalam paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam.
Penyebabnya adalah infeksi, keseimbangan asam basa, gangguan
psikologis.
d. Kusmaul yaitu pola pernafasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan
pada orang dalam keadaan asidosis metabolik
e. Hipoventilasi yaitu upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukup penggunaan
oksigen.
f. Dispnea yaitu perasaan sesak dan berat saat pernafasan yang disebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, kerja berat dan
pengaruh psikis.
g. Orthopnea yaitu kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru.
h. Cheyne stokes yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
naik, turunm berhenti kemudian mulai dari siklus baru.
i. Pernafasan paradoksial yaitu pernafasan yang ditandai dengan
pergerakan dinding paru yang berlawanan arah dari keadaan nrmal, sering
ditemukan pada keadaan afelektasis.
j. Biot yaitu pernafasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes
tetapi amplitudonya tidak teratur. Dijumpai pada rangsangan selaput otak,
tekanan intrakranial meningkat, trauma kepala dan lain-lain.
k. Stridor yaitu pernafasan bising karena penyempitan pada saluran
pernafasan, terjadi pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

2. Sianosis
Sianosis adalah tanda fisik berupa kebiruan pada kulit dan selaput lendir,
seperti pada mulut atau bibir yang terjadi akibat rendahnya kadar oksigen
dalam sel darah merah. Hal ini juga dapat menunjukkan rendahnya
kadar protein (Hemoglobin) yang membawa oksigen dalam sel darah merah.

Saat jumlah oksigen dalam darah sangat rendah, maka warna darah akan
berubah dari warna merah terang menjadi lebih gelap. Hal inilah yang
membuat kulit dan bibir terlihat berubah menjadi kebiruan. Umumnya, warna
biru lebih mudah ditemukan di bibir, gusi, dan di sekitar mata.

2.2 Penyebab dan Gejala Penyakit


2.2.1 Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan


jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia
merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak,
hati, dan organ lainnya dengan cepat. Hipoksia terjadi bila terdapat
gangguan dalam sistem transportasi oksigen dari mulai bernapas
sampai oksigen tersebut digunakan oleh sel tubuh.

a. Gejala Penyakit

Gejala hipoksia bisa muncul dan memburuk secara cepat (akut)


atau bertahap (kronis). Beberapa gejala yang menyertai hipoksia, di
antaranya adalah:

 Napas pendek dan cepat.

 Detak jantung cepat.

 Warna kulit menjadi agak kebiruan atau dapat menjadi merah


terang seperti buah ceri, tergantung penyebab dari hipoksianya.
 Lemas.

 Menjadi linglung atau bingung.

 Kehilangan kesadaran.

 Berkeringat.

 Batuk.

 Rasa seperti dicekik.

 Napas berbunyi (mengi).

Beberapa tanda hipoksia lainnya yang terdapat pada bayi dan


anak-anak, antara lain adalah anak menjadi lemas dan lesu, rewel,
gusar, tidak fokus, serta gelisah

b. Penyebab Penyakit
Beberapa penyebab dari hipoksia, antara lain:
 Hipoksia hipoksik. Hal ini terjadi ketika kadar oksigen dalam
pembuluh arteri turun.
 Hipoksia stagnan atau hipoperfusi. Keadaan ini terjadi akibat
gangguan aliran darah.
 Hipoksia anemik. Hipoksia anemik terjadi ketika kemampuan darah
yang membawa oksigen berkurang kapasitasnya
 Hipoksia histotoksik. Kondisi ini terjadi ketika terjadi gangguan
pada sel dalam menggunakan oksigen. Keracunan sianida merupakan
salah satu contoh hipoksia histotoksik.
Selain kondisi di atas, peradangan dan sepsis juga dapat
mengakibatkan hipoksia. Hipoksia jenis ini disebut cytopathic
hypoxia.

2.2.2 Asma

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang


disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,
eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan
gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang.

a. Gejala Penyakit

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa


penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami
serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi
sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk
dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita
suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun
iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya
gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam
hari atau cuaca dingin .

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan


napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak
napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita
menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi
secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang
penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada.
Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung
sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di
leher. Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga
bisa merupakan satu-satunya gejala.

Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat,


sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan,
penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk


berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan
kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi
dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan
sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan
oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan
pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna,

Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah


dan menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau
menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan
memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.

b. Penyebab Penyakit

Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang


menjadi pencetus asma, yaitu:

1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau


menyempitnya saluran pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu
tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran
yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan
pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus
menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang
diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung
dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi
peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan
bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti:
perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok,
infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang
berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan
(inflammation) pada saluran pernafasan. Penyebab asma
(inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan
sekaligushiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan
kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma
(inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang
umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi,
dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu
(trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalahalergen,
yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan
kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan.
Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari
(serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

2.2.3 Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau


kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung
udara (alveolus, jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau
nanah, sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam,
menggigil, dan kesulitan bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh
berbagai organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur.

a. Gejala Penyakit

Tanda-tanda dan gejala pneumonia bervariasi mulai dari yang


ringan hingga yang berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis
kuman penyebab, usia penderita dan kondisi kesehatan secara
keseluruhan. Tanda-tanda dan gejala pneumonia yang ringan sering
kali mirip dengan flu atau common cold (sakit demam, batuk-pilek),
namun tak kunjung sembuh atau bertahan lama. Ciri-ciri dan gejala
pneumonia antara lain:

 Demam, berkeringat dan menggigil Suhu tubuh lebih rendah


dari normal pada orang di atas usia 65 tahun, dan pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
 Batuk berdahak tebal dan kentel (lengket)
 Nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk
 Sesak napas (nafas cepat)
 Kelelahan dan nyeri otot
 Mual, muntah atau diare
 Sakit kepala

b. Penyebab Penyakit

Ada banyak kemungkinan penyebab pneumonia, yang paling


sering adalah karena infeksi bakteri dan virus dari udara yang kita
hirup. Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada jenis kuman
penyebabnya itu, dan di mana seseorang mendapatkannya. Berikut
penyebab pneumonia beserta klasifikasinya:

1. Community-acquired pneumonia Pneumonia komunitas ini


adalah jenis pneumonia yang terbanyak. Terjadi di tengah-tengah
masyarakat artinya di luar rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, jenis pneumonia ini disebabkan oleh:
 Virus, termasuk beberapa jenis virus yang juga
menyebabkan pilek dan flu. Virus adalah penyebab
pneumonia pada anak yang paling sering terjadi yakni di
bawah usia 2 tahun. Viral pneumonia biasanya ringan.
Akan tetapi radang paru-paru yang disebabkan oleh virus
influenza tertentu dapat menyebabkan sindrom pernafasan
akut (SARS), bisa menjadi sangat serius.
 Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae dapat terjadi
dengan sendirinya (secara langsung) atau setelah
mengalami flu atau batuk pilek sebagai komplikasinya.
Bakteri lain, seperti Mycoplasma pneumoniae, biasanya
menimbulkan gejala pneumonia yang lebih ringan
dibanding jenis lainnya.
 Jamur, biasanya dapat ditemukan di tanah dan kotoran
burung. Ini merupakan Jenis pneumonia yang paling sering
terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah seperti HIV-AIDS dan pada orang yang telah
menghirup organisme penyebab dalam jumlah yaang besar.
2. Hospital-acquired pneumonia Pneumonia yang didapat di
rumah sakit adalah infeksi bakteri yang terjadi pada orang
yang selama 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit karena
penyakit lainnya. Pneumonia ini bisa lebih serius karena
biasanya bakteri penyebab lebih resisten (kebal) terhadap
antibiotik.
3. Health care-acquired pneumonia Perawatan kesehatan
pneumonia adalah infeksi bakteri yang terjadi pada orang-
orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang atau
telah dirawat di klinik rawat jalan, termasuk pusat-pusat
dialisis ginjal. Seperti didapat di rumah sakit pneumonia.
Pneumonia aspirasi Pneumonia aspirasi terjadi ketika
seseorang menghirup makanan, minuman, muntahan atau air
liur masuk ke dalam paru-paru.

2.2.4 Anoksia
Anoksia adalah kondisi ekstrem yang terjadi ketika tubuh sudah
benar-benar kehilangan simpanan oksigen. Anoksia biasanya tidak
terjadi tiba-tiba, melainkan berkembang dari kondisi hipoksia yang
tidak tertangani. Hipoksia itu sendiri adalah kondisi jaringan tubuh
yang kekurangan asupan oksigen.
a. Gejala Penyakit

Anoksia tidak terjadi langsung, karena umumnya didahului oleh


hipoksia dan gejala anoksia ringan. Anoksia ringan bisa muncul
dalam beberapa saat setelah tubuh benar-benar kekurangan oksigen,
dengan gejala seperti:

 Perubahan suasana hati dan kepribadian yang sangat cepat


 Sulit mengambil keputusan dan gangguan membaca situasi,
menilai sesuatu. atau menarik kesimpulan
 Hilang ingatan

 Disorientasi (kebingungan, linglung)


 Tidak dapat mengingat kata dan kesulitan berbicara
 Merasa pusing disertai tubuh terasa lemas
 Mengalami sakit kepala yang tidak biasa
 Sulit berkonsentrasi

Dilihat sekilas, gejala awal dari anoksia ringan mungkin tidak


terlalu kentara, bahkan mirip dengan kelelahan atau dehidrasi biasa.
Namun, justru pada saat inilah waktu yang sangat penting untuk
mendapatkan pertolongan medis secepatnya.

Setelah tubuh kehabisan oksigen, maka gejala anoksia mulai


muncul yang ditandai dengan kejang-kejang, berhalusinasi, hingga
tubuh ambruk dan kehilangan kesadaran.

b. Penyebab Penyakit
1. Faktor Eksternal

Anoksia mungkin disebabkan oleh kekurangan oksigen


atau adanya zat kimia lain di udara yang mempengaruhi
kemampuan darah Anda mengisi oksigen. Efek lingkungan ini
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor termasuk:

 Karbon monoksida
 Dataran tinggi
 Merokok

2. Faktor Internal

Beberapa penyakit atau penyakit yang mendasarinya


dapat menyebabkan penyerapan atau pengiriman oksigen ke
jaringan dan organ yang tidak cukup, yang menyebabkan
anoksia. Penyakit ini meliputi:


Amyotrophic lateral sclerosis (ALS, juga dikenal
sebagai penyakit Lou Gehrig; penyakit neuromuskular yang
parah yang menyebabkan kelemahan otot dan kecacatan)
 Gagal jantung

Penyakit paru obstruktif kronik ( PPOK; termasuk
emfisema dan bronkitis kronis)
 Gagal jantung
 Infark miokard ( serangan jantung )
 Kegagalan pernafasan
 Asma berat dan alergi
 Pukulan

3. Faktor Lain

Anoksia mungkin juga disebabkan oleh penyakit atau


kejadian lain termasuk:

 Tersedak
 Komplikasi anestesi
 Tenggelam
 Overdosis obat
 Tekanan darah rendah (hipotensi)
 Pencekikan
 Mati lemas
 Trauma ke jaringan atau organ

2.2.5 Emfisema

Emfisema adalah penyakit paru-paru yang ditandai dengan gejala


utama berupa sesak napas yang hebat. Pada emfisema paru sesak
napas yang hebat ini terjadi karena adanya hambatan aliran udara
pada saluran napas yang timbul akibat terjadinya kerusakan pada
jaringan paru – paru setelah paparan terhadap partikel gas beracun
dan berbahaya secara terus menerus.

a. Gejala Penyakit

Perkembangan penyakit emfisema berjalan lambat, penyakit


akan memburuk secara bertahap biasanya setelah penderita
merokok selama bertahun-tahun gejala baru akan dirasakan.
Gejala tersebut antara lain :

 sesak napas hebat, dengan atau tanpa bunyi mengi


 batuk berulang dengan atau tanpa dahak
 bibir tampak kebiruan
 dada berbentuk seperti tong
 sering merasa cepat lelah
 nafsu makan berkurang penurunan berat badan
 kulit kemerahan

b. Penyebab Penyakit

Emfisema paru dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut, yaitu :

 Kebiasaan merokok, merupakan penyebab yang paling


penting untuk timbulnya emfisema, jauh lebih penting dari
faktor penyebab yang lain
 Adanya riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan
tempat kerja, seperti asap dari kendaraan, asap kayu bakar,
 Adanya hipereaktiviti bronkus
 Adanya riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
 Kekurangan alfa 1 antitripsin, penyebab yang satu ini jarang
terdapat di Indonesia.

2.2.6 Influenza
Influenza adalah infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan,
termasuk hidung, tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru. flu
seperti pilek biasa dengan hidung yang berair, bersin dan pembengkakan
tenggorokan. Tapi pilek biasanya berkembang secara lambat, dan flu
datang secara tiba-tiba.

a. Gejala Penyakit

Beberapa tanda dan gejala yang biasa terjadi pada flu :

• Demam lebih dari 38 Celsius pada orang dewasa, dan sering


sampai 39,5 Celsius sampai 40,5 Celsius pada anak.
• Panas dingin dan berkeringat.
• Batuk kering.
• Nyeri otot, khususnya pada punggung, lengan dan kaki
• Kelelahan dan lemah
• Hidung tersumbat
• Hilang nafsu makan
• Diare dan muntah pada anak

b. Penyebab Penyakit

Virus flu menyebar lewat udara ketika seseorang terinfeksi batuk,


bersin atau bicara. Anda dapat menghirup virus tersebut secara
langsung, atau melalui suatu benda seperti telepon atau keyboard
komputer, dan kemudian menghantarkannya ke mata, hidung atau
mulut anda.

Flu disebabkan oleh tiga tipe virus – influenza A, B, dan C. Tipe A


menyebabkan pandemi flu yang mematikan (epidemi pada belahan
bumi) yang menyerang setiap 10 sampai 40 tahun. Tipe B
menyebabkan pandemi dengan skala yang lebih kecil. Tipe A atau B
dapat menyebabkan sirkulasi flu setiap musim dingin. Tipe C tidak
pernah berkaitan dengan epidemi yang besar.

Tipe C cukup stabil, tapi tipe A dan B secara konstan berubah dan
memunculkan kekhawatiran baru bagi masyarakat secara reguler.
Sekali anda terkena flu, antibodi yang terbentuk akan menekan
penyebabnya, tetapi tidak akan melindungi anda dari virus yang telah
bermutasi. Itulah mengapa dokter merekomendasikan suntikan flu
setiap tahun.

2.2.7 TBC

TBC adalah singkatan dari Tuberkulosis, merupakan infeksi


bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC biasanya menyerang paru-
paru. Namun hingga sepertiga orang yang terinfeksi, terutama yang
disertai dengan HIV/AIDS, TBC juga menyerang organ tubuh
lainnya seperti Penyakit TBC kelenjar getah bening, selaput yang
menutupi otak (meninges), sendi, ginjal dan membran yang menutupi
organ pencernaan (peritoneum).

a. Gejala Penyakit
1. Gejala TBC Paru Primer
Pada beberapa orang, terutama anak-anak, tidak memiliki gejala
selain demam dan badan lemas. Gejala lain yang bisa diamati
antara lain:
 Batuk
 Sakit dada
 Keringat malam
 Nafsu makan yang buruk
 Berat badan turun atau rendah

2. Gejala Postprimary (reaktivasi) TB


 Demam
 Keringat malam
 Berat badan rendah
 Kurang Nafsu makan
 Kelemahan
 Sakit dada
Biasanya juga ada batuk yang berlangsung lama menghasilkan
dahak yang berubah warna, terkadang disertai batuk darah, sesak
napas dan akhirnya mengembangkan masalah pernapasan yang
parah.

3. Gejala TBC ekstra paru


 Gejala yang muncul akan tergantung di mana TBC
menginfeksi. TBC kelenjar getah bening (sekitar 25% dari
kasus), hal itu dapat menyebabkan pembengkakan
kelenjar, biasanya pada sisi dan pangkal leher.
 TBC tulang dan sendi (sekitar 8% dari kasus), tulang dan
sendi akan membengkakn dan sakit paling sering pada
tulang belakang, pinggul dan lutut.
 TB urogenital (sekitar 15% dari kasus) dapat
menyebabkan nyeri pada sisi (antara tulang rusuk dan
pinggul), sering buang air kecil, rasa sakit atau
ketidaknyamanan saat buang air kecil, dan kencing
berdarah.

4. Gejala Tuberkulosis (TBC) milier


Gejala TB milier termasuk:
 Demam
 Keringat malam
 Berat badan turun
 Kelemahan
 Masalah paru-paru (batuk, sesak napas, nyeri dada)
Meskipun bakteri menyebar ke seluruh tubuh, mungkin tidak
ada gejala lain. Tetapi jika ada, gejala yang mungkin antara
lain: Sakit kepala, gangguan penglihatan, pembengkakan kelenar
getah bening, nyeri sendi, ruam kulit, hingga sakit perut.

b. Penyebab Penyakit

Bakteri tuberkulosis menular dari orang ke orang melalui udara.


Bakteri ini terdapat dalam tetesan sekresi yang keluar dari mulut atau
hidung ketika seorang yang sakit sedang batuk atau bersin. Ketika
orang disekitarnya menghirup udara yang tercemar, jika itu
hanya satu kali maka tidak mungkin menyebabkan infeksi. Akan
tetapi diperlukan paparan berulang atau berkepanjangan untuk bisa
terinfeksi TBC. Bersentuhan atau berbagi alat-alat misalnya handuk
tidak akan menularkan infeksi, karena bakteri tuberkolis hanya
menginfeksi paru-paruketika terhirup langsung ke dalam paru-paru.

Ketika bakteri masuk ke dalam paru-paru, ada dua kemungkinan


yang terjadi; bakteri akan dimusanahkan oleh sistem kekebalan tubuh
sehingga infeksi tidak terjadi, atau masih ada sisa sehingga bakteri
masih tetap ada. Bakteri yang masih tetap ada ini bisa langsung
menginfeksi (ketika sistem kekebalan tubuh lemah) dan timbullah
gejala TBC, sehingga disebut dengan sakit TBC (TBC Aktif),
sedangkan kemungkinan satunya bakteri tetap ada namun tidak aktif
menginfeksi dan tidak muncul gejala apapun pada tubuh, kondisi ini
disebut dengan TBC Laten.

2.2.8 SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)

SARS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona


SARS (SARS-CoV). Penderita yang terkena SARS mengalami
gangguan pernafasan yang akut (terjadi dalam waktu cepat) dan
dapat menyebabkan kematian. SARS merupakan penyakit menular
dan dapat mengenai siapa saja, terutama orang tua.

a. Gejala Penyakit
 Masa inkubasi (selang waktu antara virus masuk ke tubuh sampai
menimbulkan gejala) SARS berkisar antara 2-10 hari dengan rata-
rata 6 hari. Gejala yang khas pada SARS adalah batuk, sesak nafas
atau sulit bernafas, nafas pendek, dan demam lebih dari 38⁰C.
Penyakit SARS memiliki 3 fase perkembangan gejala. Pada fase
pertama (terjadi dalam minggu pertama setelah infeksi), pasien
akan merasakan gejala seperti influenza, antara lain demam, badan
terasa lemah, nyeri otot, kaku pada seluruh tubuh atau menggigil,
dan sakit kepala.
 Penyakit SARS akan semakin berkembang sehingga pada minggu
kedua pasien mulai merasakan gejala yang lebih hebat dan masuk
ke dalam fase kedua. Gejala yang dirasakan adalah batuk
(umumnya kering tanpa dahak), sesak nafas, dan diare. Diare yang
diderita pasien adalah diare dengan jumlah yang banyak dan cair
tanpa lendir dan darah. Pada minggu kedua tingkat oksigen yang
terlarut dalam darah (saturasi oksigen) mulai menurun.
 Pada fase ketiga, terjadi gangguan pernafasan yang berat sehingga
pasien memerlukan bantuan pernafasan melalui alat ventilator.
Pada fase ini, umumnya terjadi komplikasi berupa sepsis (infeksi
dimana kuman penyebab beredar dalam aliran darah), kerusakan
organ tubuh, dan kematian.
 Pada orang tua yang terkena SARS, akan muncul gejala-gejala
yang tidak khas seperti demam dan penyakit sekunder (disebabkan
infeksi dari kuman lain) seperti radang jaringan paru-paru
(pneumonia). Gejala tidak khas juga muncul pada pasien dengan
penyakit lain, seperti diabetes mellitus (kencing manis), tekanan
darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung iskemik (penyakit
jantung akibat jantung kekurangan oksigen), dan penyakit penyerta
lainnya.
 Pasien anak-anak yang terkena penyakit SARS, umumnya lebih
jarang dibandingkan dewasa. Gejala SARS yang timbul pada anak-
anak juga lebih ringan dibanding pasien dewasa. Selain itu, anak-
anak lebih cepat sembuh dibandingkan orang dewasa. Namun, saat
ini belum diketahui alasan SARS lebih ringan pada anak-anak
dibandingkan dewasa.
 Penyakit SARS yang mengenai wanita hamil meningkatkan risiko
kehilangan atau kematian janin pada awal kehamilan. Bila infeksi
SARS terjadi pada akhir kehamilan, maka risiko kematian ibu
lebih tinggi dibandingkan tanpa infeksi SARS. Untuk mengetahui
penyakit SARS, seseorang dengan gejala di atas akan menjalani
beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan
foto rontgen thorax (rontgen dada), pemeriksaan darah, dan
pemeriksaan virus. Tidak ada satu tes pun yang dapat langsung
mendeteksi SARS dengan ketepatan yang tinggi. Komplikasi yang
terjadi akibat SARS adalah sepsis, gagal nafas, gagal jantung,
gagal hati, dan kematian.

b. Penyebab Penyakit

Penyakit SARS disebabkan oleh kelompok virus corona, yang


merupakan penyebab influenza. Diperkirakan virus ini bermula dari
penyebaran melalui hewan mamalia ke manusia di China. Penularan
virus terjadi secara airborne (melalui perantara udara), kontak yang
erat dan kontak langsung dengan alat yang terkontaminasi.

Yang dimaksud dengan kontak erat adalah tinggal bersama


dengan pasien, atau mempunyai kemungkinan melakukan kontak
dengan cairan tubuh pasien. Contoh seperti berciuman, menggunakan
alat makan bersama, berbicara dalam jarak dekat (dalam jarak 1
meter).

2.2.9 Asfiaksia Neonatorium

Asfiksia neonatorum adalah suatu kondisi yang terjadi ketika bayi


tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses kelahiran. Hal ini
dapat berakibat fatal. Nama lain untuk kondisi ini adalah asfiksia
perinatal, hipoksia-iskemik ensefalopati, dan asfiksia bayi baru lahir.
Asfiksia neonatorum merupakan penyebab utama dari kerusakan otak
dan kematian pada bayi di seluruh dunia.

a. Gejala Penyakit

Bisa jadi bayi tidak mengalami gejala asfiksia neonatorum


dengan segera. Terdengarnya denyut jantung janin yang terlalu tinggi
atau rendah dapat menjadi indikator sebelum persalinan. Apabila hal
ini segera terjadi, maka bayi akan mengalami gejala asfiksia segera
setelah lahir sebagai berikut:

 kulit tampak pucat atau kebiruan (sianosis)


 kesulitan bernafas, yang dapat menyebabkan gejala seperti
pernapasan cuping hidung atau pernapasan perut
 detak jantung yang lambat
 otot lemah

Lamanya waktu bayi kekurangan oksigen mempengaruhi


keparahan gejala. Semakin lama bayi tidak mendapatkan oksigen,
semakin besar kemungkinan mereka mengalami gejala yang berat.
Gejala asfiksia berat bisa menunjukkan gangguan, cedera atau
kegagalan pada:
 paru-paru
 jantung
 otak
 ginjal

b. Penyebab Penyakit

Semua hal yang mempengaruhi kemampuan bayi untuk


mengambil oksigen dapat menjadi penyebab asfiksia neonatorum.
Selama persalinan dan melahirkan, dokter harus hati-hati mengelola
kadar oksigen bagi ibu dan bayi untuk mengurangi risiko ini.

Asfiksia neonatorum dapat terjadi jika salah satu atau lebih dari
kondisi berikut terjadi: sumbatan pada saluran napas bayi.

 Bayi memiliki anemia, yang berarti sel-sel darah tidak membawa


cukup oksigen.
 persalinan yang berlangsung terlalu lama atau sulit.
 ibu tidak mendapatkan cukup oksigen sebelum atau selama
persalinan.
 Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
 Infeksi yang mempengaruhi ibu atau bayi.
 plasenta terlepas dari rahim terlalu cepat, mengakibatkan
hilangnya oksigen.
 Lilitan tali pusat.

Bayi yang kekurangan oksigen sebelum, selama, atau setelah


melahirkan dapat mengalami asfiksia neonatorum. Kekurangan
oksigen dapat menyebabkan kerusakan secara langsung yang dapat
terjadi dalam beberapa menit. Kerusakan juga bisa terjadi ketika sel-
sel pulih dari kekurangan oksigen sebagai akibat dari pelepasan
zat racun ke dalam tubuh.

Bayi prematur berada pada peningkatan risiko tertinggi untuk


asfiksia. Bayi yang lahir dari ibu dengan kondisi yang mempengaruhi
kehamilan, seperti diabetes mellitus atau preeklampsia, juga berisiko
lebih besar. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Italian Journal of
Pediatrics mencatat bahwa usia ibu atau berat badan lahir rendah bayi
juga menjadi faktor risiko. Asfiksia juga lebih umum di negara-negara
berkembang di mana ibu kurang memiliki akses ke layanan prenatal
dan perawatan postnatal yang tepat.

2.2.10 Faringitis

Faringitis atau radang tenggorokan adalah pembengkakan yang


terjadi pada bagian belakang tenggorokan (faring). Hal ini biasanya
disebabkan karena virus atau bakteri. Faringitis juga bisa
menyebabkan gatal dan luka di tenggorokan dan sakit ketika
menelan.

a. Gejala Penyakit

Gejala-gejala yang menyertai faringitis bervariasi tergantung


pada kondisi yang mendasarinya. Selain sakit tenggorokan, kering,
atau gatal, flu dingin atau dapat menyebabkan gejala berikut:

 Bersin
 Pilek
 Sakit kepala
 Batuk
 Merasa kelelahan
 Pegal-pegal
 Menggigil
 Demam (demam ringan sampai demam tinggi)

Selain sakit tenggorokan, gejala mononukleosis meliputi:

 Kelenjar getah bening membengkak


 Kelelahan
 Demam
 Otot sakit
 Lemas
 Kehilangan selera makan
 Kemerahan di tenggorokan
 Kesulitan menelan
 Tenggorokan merah dengan bercak putih atau abu-abu
 Menggigil
 Kehilangan selera makan
 Mual
 Rasa yang tidak biasa di mulut

b. Penyebab Penyakit

Ada banyak virus dan bakteri yang dapat menyebabkan


faringitis meliputi:

 Virus penyebab campak


 Adenovirus, yang merupakan penyebab flu biasa
 Virus penyebab cacar air
 Croup, merupakan penyakit anak-anak yang sulit dibedakan
dengan batuk rejan
 Batuk rejan

Virus adalah penyebab paling umum dari sakit tenggorokan.


Faringitis ini paling sering disebabkan oleh infeksi virus seperti
pilek, influenza, atau mononucleosis. Infeksi virus tidak merespons
terhadap antibiotik, dan pengobatan hanya diperlukan untuk
membantu meringankan gejala karena pada dasarnya virus itu
bersifat “self limited” yaitu akan sembuh dengan sendirinya jika
kekebalan tubuh kita baik.

Faringitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri meskipun


tidak sesering virus. Infeksi bakteri memerlukan antibiotik. Infeksi
bakteri yang paling sering adalah oleh Streptokokus Grup A.
Penyebab yang jarang dari faringitis bakteri termasuk gonore,
klamidia, dan Corynebacterium.
Paparan pilek dan flu dapat meningkatkan risiko untuk
faringitis. Hal ini terutama berlaku bagi orang-orang yang memiliki
pekerjaan dalam perawatan kesehatan seperti dokter dan perawat,
atau orang-orang yang memiliki riwayat alergi, dan sinusitis.
Paparan asap rokok juga dapat meningkatkan risiko faringitis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan


dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem
pernapasan berperan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran
pernapasan bagian atas yaitu, hidung, faring, laring, epiglottis. Dan saluran
pernapasan bagian bawah yaitu, trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru yang
merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

Contoh penyakit – penyakit yang berhubungan dengan masalah oksigenasi,


adalah :

1. Hipoksia 6. Influenza
2. Asma 7. TBC
3. Pneumonia 8. SARS
4. Anoksia 9. Asfiksi
5. Emfisema 10. Faringitis
3.2 Saran

Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari dengan
sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikianlah makalah tentang
kebutuhan dasar oksigenasi ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua baik kami yang membuat maupun anda yang membaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca ,kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Anda mungkin juga menyukai