Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN GANGGUAN PERTUKARAN GAS

Dosen pembimbing : Santi R, S. Kep., Ns, M. Kep

Oleh :
Alfin Ika Sholawati

Nim : 192102002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus sebagai tugas praktik klinik keperawatan 1 pada program studi DIII keperawatan
STIKES pemkab jombang

Nama : Alfin Ika Sholawati


Nim : 192102002
Telah dikonsulkan dan direvisi sebagai laporan kasus praktik klinik keprawatan 1 pada program
studi DIII keperawatan STIKES pemkab jombang pada :

Hari :
Tanggal :

Jombang :……….
Pembimbing akademik

Santi R, S. Kep., Ns, M. Kep


NIK ………………….
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN OKSIGENASI
1. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ
atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada
kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam
keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5
cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil
pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress
pada miokardium.
2. PENYEBAB

1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke jaringan adalah
97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat
gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita anemia atau pada saat yang terpapar
racun. Kondisi tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan kadar O₂
inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat kehilangan
cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-menerus yang
mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh mulai memecah
persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti kehamilan,
obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot, penyakit susunan saraf,
gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin yang
ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung
saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi surfaktan yang masih
sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan baru berkembang pada
trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas, seperti
faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal: makanan, permen dan
lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat
kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru pada
kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan fungsi normal
pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran
bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga
berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,
sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernapasan yang akan
mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung dan
kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu
oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas
saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan
juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen
seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi perifer dan penyakit
jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O₂.
Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi kebutuhan oksigen
seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga
tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di dataran tinggi
cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung.
Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit kepala, pusing,
batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang
menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur berisiko tinggi
menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.

3. FISIOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a.       Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai
keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada
turun/lebih kecil.
b.      Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi
relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan
rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi
dan transportasi.
a.       Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke
atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1)      Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan
udaranya semakin rendah.
2)      Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3)      Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan
compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya
paru-paru.
b.      Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler
ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1)      Luasnya permukaan paru-paru.
2)      Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3)      Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli
masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari
pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4)      Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.
c.       Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO² jaringan
tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1)      curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2)      kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb
4. PATOFISIOLOGI (Pathway )

Pernapasan

Oksigenasi

Ventilasi Transportasi

Gangnguan Batuk Adanya sumbatan


pada jalan napas Difusi

ketidakefektifan Obstruksi jalan napas


jalan napas
Ketidakefektifan
pola napas

5.       MANIFESTASI KLINIS


a.       Suara napas tidak normal.
b.      Perubahan jumlah pernapasan.
c.       Batuk disertai dahak.
d.      Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e.       Dispnea.
f.       Penurunan haluaran urin.
g.      Penurunan ekspansi paru.
h.      Takhipnea
6.       TANDA DAN GEJALA
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan
ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas faring
(nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan
mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga
menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2013).
7.       PEMERIKSAAN FISIK
a.       Mata
1)      Konjungtiva pucat (karena anemia)
2)      Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3)      konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
b.      Kulit
1)      Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2)      Penurunan turgor (dehidrasi)
3)      Edema.
4)      Edema periorbital.
c.       Jari dan kuku
1)      Sianosis
2)      Clubbing finger.
d.      Mulut dan bibir
1)      membrane mukosa sianosis
2)      bernapas dengan mengerutkan mulut.
e.       Hidung
Pernapasan dengan cuping hidung.
f.       Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
g.      Dada
1)      retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea,
obstruksi jalan pernapasan)
2)      Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3)      Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga
pernapasan
4)      Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5)      Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction rub/pleural friction)
6)      Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
h.      Pola pernapasan
1)      pernapasan normal (eupnea)
2)      pernapasan cepat (tacypnea)
3)      pernapasan lambat (bradypnea)
8.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi
yaitu:
a.       Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b.      Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi.
c.       Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d.      Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
e.       Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat
jalan nafas.
f.       Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
g.      Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru.
h.      CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
9.   MASALAH KEBUTUHAN OKSIGEN
a.       Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defisiensi oksigen.
b.      Perubahan Pola Nafas
1)      Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena paru-paru
terjadi emboli.
2)      Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3)      Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu tinggi
dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah peningkatan O2 dalam paru-
paru.
4)      Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5)      Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, serta tidak
cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6)      Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7)      Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8)      Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran nafas
c.       Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami ancaman, terkait
dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental
atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d.      Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2 maupun CO2 antara
alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
10.   PENATALAKSANAAN
a.       Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
1)      Pembersihan jalan nafas
2)      Latihan batuk efektif
3)      Suctioning
4)      Jalan nafas buatan
b.      Pola Nafas Tidak Efektif
1)      Atur posisi pasien ( semi fowler )
2)      Pemberian oksigen
3)      Teknik bernafas dan relaksasi
c.       Gangguan Pertukaran Gas
1)       Atur posisi pasien ( posisi fowler )
2)      Pemberian oksigen
3)      Suctioning
FORMAT PENGKAJIAN
FOKUS PENGKAJIAN

Pemeriksaan

Hidung

Simetris, tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan

Mulut

Simetris, warna kulit agak kebiruan ( kekurangan oksigen )

Dada

Simetris, tidak ada benjolan

Pemeriksaan paru :

Inspeksi : simetris, pernapasan cepat, dyspnea

Palpasi : getaran raba kanan kiri sama

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : terdengar ronchi

Pemeriksaan jantung :

Inspeksi : ictur cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba 2 cm dari md clavicula sinistra

Perkusi : bunyi pekak ICS 2 paraternum dextra, ICS 3,4 parasternal, bunyi pekak ICS 2
parasternum sinistra, ICS 6 jantung kiri

Auskultasi : suara deg 2x normal

DIAGNOSA KEP

Gangguan pertukaran gas


Ds :

pasien mengatakan sesak nafas ( dyspnea ) dan batuk berdahak dari 4 hari yang lalu

Do :

Terdapat pernafasan cuping hidung dan retraksi otot dada , Terdapat penurunan PO2 dan
peningkatan PCO2,

INTERVENSI KEP

1. monitor frekuensi, irama, kedalamam dan upaya napas

2. monitor pola napas

3. monitor kemampuan batuk efektif

4. monitor adanya produksi sputum

5. monitor adanya sumbatan jalan napas

6. auskultasi bunyi napas

7. dokumentasikan hasil pemantauan

8. jelaskan tujuan dan posedur pemantauan

9. informasikan hasil pemantauan

RASIONAL

1. Untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat
2. Memfasilitasi kepatenan jalan napas
3. Membantu jalan napas
4. Untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis, dan psisosial
5. Mengencerkan secret mempermudah pernapasan
6. Memudahkan pengeluaran secret
7. Untuk menghilangkan secret
8. Untuk perawatan paru
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/392265754/laporan-pendahuluan-gangguan-pertukaran-gas

https://www.slideshare.net/mobile/ghory15/asuhan-keperawatan-pneumonia-43128539

https://id.scribd.com/document/268617978/INTERVENSI-pertukaran-gas

https://www.academia.edu/40592095/LP_oksigenasi

Anda mungkin juga menyukai