Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

(KONSEP KDM)
KEBUTUHAN DASAR FISIOLOGIS OKSIGENASI

Oleh :
INDRI ANITA
NIM. 21101040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI

1.1 Pengertian
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah
karbondioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi
batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2017).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2
ruangan setiap kali bernapas (Wartonah Tarwanto, 2016).
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigen dalam
udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikan
transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya
bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Muttaqin, 2015).

1.2 Anatomi Fisiologis


Respirasi atau pernapasan merupakan suatu mekanisme pertukaran gas
oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dengan
karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme. Sistem respirasi
terdiri dari dua bagian yaitu: 1) saluran nafas bagian atas, udara yang masuk
pada bagian ini dihangatkan, disaring dan dilembabkan, 2) saluran nafas
bagian bawah (paru), merupakan tempat pertukaran gas. Pertukaran gas terjadi
di paru. Alveoli merupakan tempat terjadinya pertukaran gas antara O2 dan
CO2 di paru. Pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam
proses respirasi terdapat pada rongga pleura dan dinding dada. Rongga pleura
terbentuk dari dua selaput serosa, yang meliputi dinding dalam rongga dada
yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
(Brunner’s & Suddarth, 2008).

1.3 Etiologi
a. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada
penderita anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi
tersebutdapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan
penurunan kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah
akibat kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya,
tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan
massa otot.
b. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja
pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut
jantung dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan
susunan saraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan
kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan
meperidin, dapat mendepresi pusat pernapasan sehingga
menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat
meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan
vaskulrisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang
terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner.
c. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan
ikatan Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa
memengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan
udara sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal di dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi
pernapasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah
akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau
bedak tabur berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar
zat-zat berbahaya.

1.4 Pemeriksaan penunjang


Menurut Mutaqin (2012) untuk memastikan diagnosa pasien TB paru dengan
gangguan kebutuhan oksigenasi diantaranya:
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu
lesi sebelum ditemukan adanya gejala awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelanan paru.
2. CT – Scan (Computerized Tomography Scanner)
Pemeriksaan CT – Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukan dengan adanya gambar garis-garis fibrotik.
Sebagaimana pemeriksaan rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan
inaktif dapat hanya berdasarkan pada temuan CT- Scanpada pemeriksaan
tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif
dan periksaan secara serial setiap hari.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan untuk bakteri mycrobacterium tuberculosis berupa
sputum pasien. Sebaiknya sputum diambil pada pagi hari dan yang
pertama keluar. Jika sulit didapatkan maka sputum dikumpulkan selama
24 jam.
4. Analisis gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes
untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa
(pH) di dalam darah. Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk
memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen
dan karbon dioksida.
1.5 Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Gangguan penyapihan ventilator (D.0002)
3. Gangguan pertkaran gas (D.0003)
4. gangguan ventilasi spontan (D.0004)
5. pola napas tidak efektif (D.0005)
6. resiko aspirasi (D.0006)
1.9 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/ Farmakologi dan Non
Farmakologi/ Konvensional dan Komplementer
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Pembersihan jalan nafas
- Latihan batuk efektif
- Suctioning
- Jalan nafas buatan
2. Pola nafas tidak efektif
- Atur posisi pasien (semi fowler)
- Pemberian oksigen
- Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan pertukaran gas
- Atur posisi pasien (posisi fowler)
- Pemberian oksigen
- Suctioning

1.10 komplikasi

1. gagal napas hiperkapnia


2. hipoventilasi
3. atelektasis serap
4. keracunan oksigen

1.11 proses keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab.
b. Keluhan Utama
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering
terungkap kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan
kesehatan untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan masuk
pasien yaitu dengan keluhan Nyeri abdomen bagian atas sebelah
kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap lanjut
dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah berdarah. (Black &
Hawks, 2009)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh
komplikasi berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi,
GI muncul dari varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien
mengeluhkan bengkak pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black &
Hawks, 2009)
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia
industri, sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan
riwayat mengonsumsi alkohol.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada
keluarga yang menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
f. Pola aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena
adanya mual, muntah.
2) Eliminasi BAB : biasanya berwarna hitam (melena) BAK : biasanya
urine berwarna gelap
3) Personal Hygiene Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri
karena kelelahan
4) Pola Istirahat dan tidur Biasanya pada ensefalopati pola tidur
terbalik, malam hari terbangun dan siang hari tertidur
5) Pola aktivitas Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat
karena adanya kelelahan
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati
hepatikum akan terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital
juga diperiksa untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Kepala
Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit
perawatan diri
3) Wajah
Wajah biasanya tampak pucat
4) Mata
Biasanya sklera ampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
5) Hidung
Biasanya tampak kotor
6) Mulut
Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus
7) Telinga
Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
8) Paru
a. Inspeksi : pasien terlihat sesak
b. Palpasi : fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
c. Perkusi : bila terdapat efusi pleura maka bunyinya hipersonor
d. Auskultasi : secara umum normal, akan ada stridor bila ada
akumulasi sekret.
9) Jantung
a. Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
b. Palpasi : peningkatan denyut nadi.
c. Auskultasi : biasanya normal
10) Abdomen
a. Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
b. Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan atas,
hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan
c. Perkusi : Redup
d. Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik 12)
Genitalia Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin biasanya rendah
2) Leukosit biasnya meningkat
3) Trombosit biasanya meningkat
4) Kolesterol biasanya rendah
5) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6) Albumin biasanya rendah
7) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada
perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
8) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat
aminotransferase [AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat serum
(SGOT)], alanin aminotransferase [ALT], [transaminasenglutamat
piruvat serum (SGPT)], GGT, kolinesterase serum dan bilirubin),
masa protrombin, gas darah arteri, biopsy.
10) Pemidaian ultrasonografi
11) Pemindaian CT
12) MRI
13) Pemindaian hati radioisotope (Brunner & Suddart, 2013)
2. Kriteria hasil dan Intervensi

No Masalah Keperawatan SLKI SIKI


1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) a. Bersihan jalan napas (L.01001) Latihan batuk efektif (I.01006) :
Indikator :
1. Batuk efektif O:
2. Produksi sputum  Bina hubungan saling percaya
3. Dipsnea  Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
T : Atur posisi semi fowler/fowler
2. Gangguan ventilasi spontan (D.0004) E : Edukasi teknik batuk efektif

Dukungan ventilasi (I.01002) :


a. Ventilasi spontan (L.01007)
O : Identifikasi adanya kelelahan otot
Indikator :
bantu napas
1. Dispnea
Monitor status respirasi dan
2. Penggunaan otot bantu napas
oksigenasi
3. gelisah
T : Pertahankan kepatenan jalan napas
Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
E : Ajarkan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3, Jakarta, FKUI.


Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC, 2012
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol. 3,
Jakarta, EGC.
Carpenito, Lynda Juall, 2011, Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta
Doenges, Moorhouse, Geissler, 2010, Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doengoes. E. Marlynn, Dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, Jakarta, EGC.
Elisabeth J.Corwin, 2011 Buku Saku Patofisiologi. Jakarta EGC.
Johnson Marion , Meridean Maas, Sue Moorhead, 2019, NOC. Edisi 2.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mubarak,Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC.
Nanda. 2015. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika : Jakarta
Perry & Potter, 2003, Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St.
Louis
Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7.Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai