Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

OKSIGENASI

NAMA : SHOFI NUR RIZKI

NIM : 21101092

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2021/2022
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah sebuah proses dalam pemenuhan kebutuhan O2 dan
pembuangan CO2. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari
kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah
satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami
gangguan. Apabila lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen,
maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
kemungkinan berujung fatal seperti meninggal (Kusnanto, 2016).
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting bagi proses metabolisme sel
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Nurlitasari,2021).
1.2 Etiologi
Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor fisiologis, status
kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan yaitu :
a. Faktor Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan
oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah :
1. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau
pada saat terpapar zat beracun
2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3. Hipovolemia
4. Peningkatan laju metabolic
5. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.
b. Status Kesehatan
Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler
dan penyakit kronis.
c. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting
yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan :
1. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
4. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru
menurun
d. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi
fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara sedikit banyaknya akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi
yaitu :
1. Suhu lingkungan
2. Ketinggian
3. Tempat kerja (polusi)
1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2
> 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan
dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2
> 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat
dilakukan pada :
a. Perubahan frekuensi atau pola napas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
c. Hipoksemia
d. Menurunnya kerja napas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat
1.4 Patofisiologi Oksigenasi
1.5 Phatway
1.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Kemenkes, 2016) pemeriksaan diagnostic meliputi :
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate)
c. Pemeriksaan gas darah arteri
- konsentrasi hydrogen
- tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2),
saturasi presentase Hemoglobin (SaO2),Ph, HCO3
d. Oksimetri
e. Hitung darah lengkap
f. Bronkoskopi
g. CT scan
h. Kultur tenggorok
i. Specimen sputum
1.7 Komplikasi Pada Oksigenasi
a. Gangguan Irama Pernapasan
1. Pernapasan Cheyne Stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonya mulamula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan
berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis
pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di
ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada
bayi saat tidur.
2. Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan
cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan
ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
3. Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan
kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis metabolic
dan gagal ginjal.
b. Gangguan Frekuensi Pernapasan
1. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan
melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.
2. Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun
dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan
normal.
3. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu :
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang
misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang
tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada
thrombosis paru.
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total
hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar
hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
curah jantung yang rendah.
4. Hipoksia
Merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu
hipoksemia,hipoksia hipokinetik,overventilasi hipoksia, dan hipoksia
histotoksik.
a. Hipoksemia
Merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah
arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia
hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia
anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah
arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen normal,
tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal
ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan
karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi
akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik
dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik iskemik dan
hipoksia hipokinetik kongestif.
c. Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena
aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan
oksigen lebih rendah dari penggunaannya. d. Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan
mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt menggunakan oksigen
karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan
oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih
banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
1.8 Penatalaksanaan Keperawatan
Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen :
a. Inhalasi Oksigen
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem
inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1. Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan
yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan nasal
kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong
rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling
atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40
- 60%.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,
ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi
dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 80 – 100%.
2. System aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih
stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup
muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju
sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat
diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih
28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas
(Hidayat, 2009).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh
yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret
pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan
yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan
sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi
bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda
pada setiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress.
Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih
pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan
untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau
benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan
jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2016).
1.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas
B. Riwayat Kesehatan
Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada
sistem pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk,
sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status
oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit
1) Nyeri
2) Paparan lingungan
3) Batuk
4) Bunyi nafas
5) Faktor resiko penyakit paru
6) Frekuensi infeksi pernapasan
7) Masalah penyakit paru masa lalu
8) Riwayat penggunaan obat
c. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan
dalam bekerja yang dapat memperberat masalah oksigenasi
d. Stressor yang dialami
e. Status mental dan atau kondisi kesehatan
C. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi.
Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan
menilai :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Keadaan umum
3) Postur tubuh
4) Turgor kulit dan membran mukosa
5) Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior,
struktur toraks, pergerakan dinding dada)
6) Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi
inspirasi dan ekspirasi)
b. Palpasi
Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :
1) Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang.
Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang
sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi. Getaran
meningkat : pneumonia, penumpukan sekret, atektasis yang
belum totalm infark atau fibrosis paru. Getaran menurun : efusi
pleura, pneumothorak, penebalan pleura, emfisema atau
sumbatan bronkus.
2) Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan
Serta bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan
kiri.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara
dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung
perkusi. Berikut beberapa macam suara ketukan yang timbul :
1) Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru
2) Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);
tumor, atalektasis, atau cairan
3) Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan
dengan suara sonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-
paru
4) Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul
gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri,
dimana terletak lambung dan usus besar. Namun jika terdengar
di dinding thorak, artinya tidak normal; akibat adanya udara
d. Auskultasi
1) Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam
mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi
murmur, serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta
abdomen, dan arteri femoral
2) Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara napas
tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps,
terdapat cairan atau terjadi obstruksi.
e. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status,
fungsi dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis
pemeriksaan diagnostik antara lain : Penilaian ventilasi dan
oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri,
oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
2) Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi,
scan paru
3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan
masalah oksigenasi adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan Keperawatan

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Asuhan Pemantauan Respirasi


berhubungan dengan Keperawatan 1x24 jam (I. 01014)
hambatan upaya nafas (selama 30 menit), diharapkan O :
kelemahan otot Pola nafas tidak efektif dapat  Monitor frekuensi,
pernafasan di tandai di atasi dengan kriteria hasil : irama, kedalaman
dengan Pola nafas Pola Nafas (L. 01004) dan upaya napas.
abnormal (takipnea) Indikator SA ST  Monitor Pola nafas
Pemanjangan 1 4 (seperti takipnea).
Kode Diagnosa fase ekspirasi T:
Keperawatan Indonesi: Frekuensi Nafas 1 4  Atur pemantauan
D.0005 Kedalaman 1 4 respirasi interval
Nafas sesuai kondisi pasien
Keterangan:  Berikan terapi
1. Meningkat komplementer
2. Cukup Meningkat seperti Akupuntur
3. Sedang
4. Cukup Menurun E:
5. Menurun  Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pmemenuhan Kebutuhan Oksigen


Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA
Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017.
Padang; Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

Hidayat, A.A. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia, 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II.


Jakarta selatan.

Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.


Surabaya; Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Maulidra.2015.Gambaran Karakteristik CHF di Intlasi Rawat Jalan RSD Tugu


rejo Semarang.

Nurlitasari S.2021. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Oksigenasi DiRuang Al Fajr Rsui Kustati
Surakarta.USAHID.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.


Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),2018

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),2019

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 5. Jakarta; Penerbit Salemba Medika. Tim Pokja SDKI DPP
PPNI. (2017).

Anda mungkin juga menyukai