Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan dengan Prioritas


Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi

Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi


tubuh.Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi
kerusakan sel otak secara permanen. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh
untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan
dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang merupakan
sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal (Hidayat, 2006).

Oksigen dipasok kedalam tubuh melalui proses pernafasan/respirasi yang


melibatkan system pernafasan. Sistem pernafasan terdiri dari serangkaian organ
yang berfungsi melakukan pertukaran gas antara atmosfer dengan plasma melalui
proses ventilasi paru-paru, difusi, transportsi oksigen, dan perfusi jaringan. Fungsi
ini berlangsung selama kehidupan untuk mempertahankan homeostasis dengan
megatur penyediaan oksigen, mengatur penggunaan nutrisi, melakukan eliminasi
sisa metabolisme atau karbondioksida (Asmadi, 2008).

2.1.1 Proses oksigenasi


a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru-paru, semakin
tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin
rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO 2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membrane
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya
dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan
tekanan dan konsentrasi O 2 (hal ini sebagaimana O 2 dari alveoli masuk kedalam
darah oleh karena tekanan O 2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O 2
dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).
c. Transportasi Gas
Transportasi Gas merupakan proses pendistribusian O 2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO 2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu curah jantung (Cardiac output), kondisi pembulu darah,
latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan
(hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb. (Hidayat, 2006)
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
a. Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat
dipengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat
simpatis maupun parasimpatis.Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmitter (untuk simpatis dapat mengeluarkan norodrenalin
yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh bronkhokonstriksi) karena pada saluran pernafasan
terdapat reseptor adrenergenik dan reseptor kolinergik.
b. Alergi pada Saluran Nafas
Banyak faktor yang dapat menimbulakan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernafasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk,
makanan, dan lain-lain.
c. Perkembangan
Adanya proses penuan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
d. Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi seperti
factor alergi, ketinggian tanah, dan suhu kondisi tersebut memengaruhi
kemampuan adaptasi.
e. Perilaku
Faktor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah
perilaku dalam mengkonsumsi makanan atau status nutrisi (Wartonah, Tarwoto,
2006)
2.1.3 Jenis Pernafasan
a. Pernafasan Eksternal

Yaitu absorbsi O 2 dan pembuangan CO 2 dari tubuh secara kesuluhan


dengan lingkungan luar, dengan urutan sebagai berikut:

1. Pertukaran udara luar kedalam alveoli dengan aksi mekanik


pernafasan, melalui proses ventilasi
2. Pertukaran O 2 dan CO 2 , udara alveolar-darah dalam pembuluh
kapiler paru-paru melalui proses difusi
3. Pengangkutan O 2 dan CO 2 oleh sistem peredaran darah dari paru-
paru kejaringan dan sebaliknya.
4. Pertukaran O 2 dan CO 2 darah dalam pembuluh kapiler jarigan
dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi dan masuk kedalam
pernafsan internal.
b. Pernafasan Internal
Pernapasan internal merupakan pertukaran gas antara sel-sel dan medium
cairnya. Dengan kata lain pernafasan dalam adalah proses metabolisme
intraseluler yang terjadi di mitokondria, meliputi konsumsi O 2 dan CO 2 selama
pengambilan energy dari molekul-molekul nutrient.Oksigen digunakan untuk
“membakar” glukosa agar dapat menghasilkan energi kimia dalam bentuk
molekul. Dalam reaksi ini, glukosa diambil dan energy yang dihasilkan dalam
bentuk adenosine trifosfat (Potter &Perry, 2013)

2.1.4Masalah Kebutuhan Oksigen

a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan
penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna
kebiruan pada kulit (sianosis).
b. Perubahan Pola Nafas
1. Tachipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24
x/menit.
2. Bradypnea, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari 10
x/menit.
3. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan
jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
4. Hipovontilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan
karbondiaoksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar
serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya
nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau ketidakseimbangan
elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis.
5. Dispnea, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan.
6. Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru.
7. Cheyney stokes, merupakan sikluas pernafasan yang amplitudonya yang
mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
8. Biot, merupakan pernafasan degan irama yang mirip dengan cheyne stokes,
tetapi amplitudanya tidak teratur.
9. Esteridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernafasan.
2.2 Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun
fisiologi dari organ respirasi.(Potter & Perry, 2006)
Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena
peradangan obstruksi, trauma kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan
tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara adekuat. Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu:
2.2.1 Gangguan Irama/frekuansi Pernafasan
1. Gangguan irama pernafasan antara lain:
a. Pernafasan ‘cheyne-stokes’ yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya
mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu
pernafasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya
terjadi pada klien gagal jantung kongesti. Peningkatan tekanan
intracranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini
terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas
permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b. Pernafasan ‘biot’ yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne-
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini
kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c. Pernafasan ‘kussmaul’ yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman
meningkat sering melebihi 20 x/menit. Jenis pernafasan ini dapat
ditemukan pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
2.2.2 Gangguan frekuansi pernafasan
a. Takipnea/hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlahnya meningkat
diatas frekuensi pernafasan normal.
b. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan
yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
2.2.3 Insufisiensi Pernafasan

Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:


1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan.
2.2.4 Hipoksia

Hipoksia adalah kekurangan oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat


dari pada anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam
jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam kelompok, yaitu:
1. Hipoksemia

Hipoksemia adalah kekurangan oksigen darah arteri.Terbagi atas dua


jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic
(anoksia anemik).Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah
arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan
hipoventilasi.Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah
oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit.Hal ini terdapat pada kondisi
anemia, keracunan karbondioksida.

2. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendungan)

Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya


bendungan atau sumbatan.

3. Overventilasi hipoksia

Overventilasi yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan


sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.

4. Hipoksia histotoksik

Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan


mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh
racun sianida.Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena
dalam jumlah yang lebih banyak dari pada normal (oksigen darah meningkat).

2.2.5 Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen


Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan
oksigen ini, antara lain:

1. Tidak Efektifnya Jalan Nafas


Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak
bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan
napas oleh karena spasme bronkus, dan lain lain.
2. Tidak Efektifnya Pola Napas
Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola
napas, yaitu inspirasi dan ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab
biasanya karena kelemahan neuromuskular, adanya sumbatan ditrakeobronkhinal,
kecemasan dan lain lain.
3. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang
dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa
karena perubahan membrane alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-
lain.
4. Penurunan perfusi jaringan
Penurunan perfusi jaringan adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan
suplai nutrisi dan oksigen.Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovelemia,
hipervolemia, retensi karbon dioksida.
5. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain
karena ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi yang
dihasilkan menurun, dan lain-lain
6. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu.
Kesulitan bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur.
Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang
dideritanya
7. Resiko terjadinya iskemik otak
Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah keotak berkurang.Hal
tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak
berkurang, gangguan perfusi jaringan otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak
kekurangan oksigen sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
(Alimul, 2006)

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus


mencakup data yang dikumpulkan dari sumber-sumber berikut:

1. riwayat keperawatanfungsi kardiopulmonar normal klien dan fungsi


kardiopulmonar saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernafasan
pada masa yang lalu, serta tindakan klien yang digunakan untuk
mengoptimalkan oksigenasi.
2. Pemeriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
3. Peninjauan kembali hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan
diagnostic, termasuk hitung darah lengkap, elektrokardiogram (EKG), dan
pemeriksaan fungsi pulmonary, sputum, dan oksigenasi, seperti arteri gas
darah (AGDA) atau oksimetri nadi (Potter & Perry, 2005).

B. Analisa Data

Klien yang mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki


diagnosa keperawatan yang awalnya dari kardiovaskular dan pulmoner.Setiap
diagnosa keperawatan harus didasarkan pada batasan karakteristik dan melibatkan
etiologi terkait. Label diagnostic divalidasi dengan menggunakan batasan
karakteristik atau tanda dan gejala (Potter & Perry, 2005).
C. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh
dan mobilisasi aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
atau resiko terjadi masalah (Potter & Perry, 2005 ).
Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan kebutuhan oksigen
ini, antara lain:
A. Tidak efektifnya jalan nafas
Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan nafas yang tidak
bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan secret, penyempitan jalan
nafas oleh karena spasme bronchus, dan lain-lain.
B. Tidak efektifnya pola nafas
Merupakan suatu kondisi dimana pola nafas, yaitu inspirasi dan ekspirasi,
menunjukkan tidak normal.Penyebabnya bisa karena kelemahan neuromuscular,
adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan, dan lain-lain.
C. Gangguan Pertukaran Gas
Suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang
dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara
alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membrane alveoli,
kondisi anemia, proses penyakit, dan lain-lain.
D. Penurunan perfusi jaringan
Keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen.Penyebabnya
dapat terjadi karena kondisi hipovelemia, hipervelemia, retens karbondioksida,
penurunan cardiac output, dan lain-lain.
E. Intoleransi aktivitas
Keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun,
dan lain-lain.
F. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat megakibatkan pola tidur terganggu.
Kesulitan bernafas (sesak nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur pada jam
biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan
penyakit yang dideritanya.
G. Resiko terjadi iskemik otak
Gangguan oksigenmengakibatkan suplai darah ke otak berkurang.Hal
tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak
berkurang, gangguan perfusi jaringan otak, dan lain-lain.Akibatnya, otak
kekurangan oksigen sehingga berisiko terjadi kerusakan jaringan otak (Potter &
Perry, 2005).
D. Perencanaan

Klien yang mengalami oksigenasi membutuhkan rencana asuhan


keperawatan yang ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi actual dan
potensial klien.Sasaran individual berasal dari kebutuhan yang berpusat pada
klien.Perawat mengidentifikasi hasil akhir khusus dari asuhan keperawatan yang
diberikan. Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada
klien berikut ini:

1. Klien mempertahankan kepatenan jalan nafas


2. Klien yang mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru
3. Klien yang mengeluarkan sekresi paru
4. Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas
5. Oksigenasi jaringan dipertahankan atau ditingkatkan
6. Fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan dpertahankan

Tingkat kesehatan klien, usia, gaya hidup, dan resiko lingkungan


yang mempengaruhi tingkat oksigenasi jaringan. Klien yang mengalami
kerusakan oksigenasi yang berat acap kali membutuhkan intervensi keperawatan
yang ditujukan untuk mencapai keenam sasaran tersebut.Alur yang kritis
memberikan pedoman perawatan untuk klien yang membutuhkan perawatan dari
banyak disiplin perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
Sebagai rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada gangguan oksigenasi North American Nursing Diagnosis
Association-Internasional (NANDA), Nursing Intervention Classification (NIC),
dan Nursing Outcome Classification (NOC).

Anda mungkin juga menyukai