S1 Keperawatan
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Askep Lansia pada Individu” makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami, dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak umur diatas 65 tahun
ke atas. Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
kehidupan manusia yang ditandai dengan menurunnya fungsi tubuh untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Efendy, 2009). Usia lanjut usia dapat
dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang bisa mencapai tahap ini
(Maryam, 2008).
Indonesia merupakan negraka ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di Dunia
dengan jumlah penduduk mencapai 246,9 juta jiwa pada tahun 2012. Indonesia
termasuk negara berstruktur tua karena memiliki jumlah penduduk lansia mencapai
7,56% (18,7 juta jiwa) di tahun 2012. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk
lansia laki-laki mencapai 6,9% dan penduduk lansia perempuan mencapai 8,2% di
tahun 2012 (Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI 2013).
Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami perubahan
fisiologis. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan merupakan proses
patologis, melainkan proses secara alami. Perubahan ini pada setiap orang tidaklah
sama dan tergantung dari keadaan dalam kehidupan seseorang. Proses Perubahan
Fisiologis pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Potter dan Perry,
2005).
Nyeri sendi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami lansia.
Menurut Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI tahun 2013 menjelaskan
bahwa keluhan kesehatan paling tinggi pada lansia salah satunya adalah nyeri sendi
akibat asam urat. Kadar asam urat yang tinggi bisa masuk ke dalam organ tubuh salah
satunya adalah sendi yang bisa menyebabkan terjadinya nyeri sendi (Kertia, 2009).
Penjelasan di atas merupakan masalah yang terjadi pada lansia. Masalah
kesehatan tersebut sesuai dengan hasil pengkajian yang ada pada Ny. L di Panti
Wredha harapn Ibu Ngaliyan Kota Semarang. Peran perawat sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Ny.L. Selain itu perawat juga harus
berkolaborasi dengan Tenaga medis ataupun nonmedis lainnya untuk mempermudah
dalam menjalankan asuhan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. L di Panti Wredha Harapan Ibu
Ngaliyan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny.L
b. Menentukan diagnosa keperawatan Pada Ny.L
c. Menyusun intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang ada pada Ny. L
d. Mendokumentasikan implementasi pada Ny.L
e. Melakukan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan pada Ny. L
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman subyektif dan individual, karenanya keluhan
karakteristik nyeri klien harus d pertimbangkan dengan akurat dan valid (Johnson,
2005). Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan mengeluh adanya
ketidaknyamanan berat atau sensasi ketidaknyamanan (Tucker, 1998). Secara
sederhana nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosiaonal yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain sehingga individu mersa tersiksa, menderita
yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya.Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimuli fisik dan
mental atau stimuli emosional.Nyeri dibagi menjadi dua kategori dasar dari nyeri
yang secara umum meliputi nyeri akut dan nyeri kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya terjadi tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera spesifik.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera
telah terjadi.Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan, nyeri akut dapat berlangsung beberapa detik hingga enam
bulan.cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh
secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan. Contoh pada kasus
yang ringan jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan
nyeri yang hilang yang cepat, barangkali dalam beberapa detik atau
beberapa menit.Sedangkan pada contoh kasus yang berat, seperti fraktur
ekstermitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan dengan
penyembuhan tulang.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang periode
waktu.Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
spesifik.Nyeri kronik sulit untuk diobati karena nyeri ini tidak mempunyai
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri
kronik berlangsung lebih dari enam bulan sedangkan nyeri akut
berlangsung beberapa detik sampai kurang dari enam bulan. Jenis nyeri
ada yang bersifat tetap dan akut primer, walaupun keduanya berlangsung
lebih dari enam bulan, nyeri tersebut bukan termasuk nyeri kronis
melainkan nyeri akut yang dapat dilihat dari sifat nyerinya.
Banyak orang menderita nyeri kronis setelah suatu cidera atau proses
penyakit hal ini diduga bahwa ujung-ujung syaraf yang normalnya hanya
mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri, mentransmisikan stimulus
yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri. Nyeri
kronis dapat terjadi pada kanker tetapi nyeri jenis ini biasanya mempunyai
penyebab yang dapat diidentifikasikan.Nyeri kanker sering timbul akibat
kompresi saraf perifer, atau meninges atau akibat kerusakan pada struktur
setelah suatu pembedahan, kemoterapi, atau tindakan radiasi dan infiltrasi
tumor.
2. Sensasi Nyeri
Meinhart dan McCaffery (1983) mendeskripsikan tiga fase pengalaman nyeri:
antisipasi, sensasi, dan akibat (aftermath).
a. Fase antisipasi
Terjadi sebelum mempersepsikan nyeri.Antisipasi terhadap nyeri
memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkannya.
b. Fase Sensasi Nyeri
Sensasi nyeri adalah gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
mengidentikasikan nyeri yang terjadi ketika merasakan nyeri.Sensasi nyeri
meliputi menggeretakkan gigi, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri,
postur tubuh membengkok dan ekspresi wajah yang menyeringai. Individu
bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda-beda..Tingkat keparahan
nyeri yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama bergantung pada sikap,
motivasi, dan nilai yang diyakini seseorang.
Saat awitan nyeri akut, denyut jantung tekanan darah dan frekuensi
pernapasan meningkat.Perubahan tanda-tanda vital merupakan hal yang
bermakna, tetapi perawat harus mempertimbangkan semua tanda dan gejala
sebelum menetapkan bahwa nyeri merupakan penyebab segala perubahan
tersebut, misalnya, seorang klien yang sangat cemas juga mengalami frekuensi
napas dan denyut jantung.Klien dapat mengalami kesulitan dalam melakukan
tidakan higiene normal.Nyeri dapat sangat melemahkan sehingga klien terlalu
lelah untuk bersosialisasi.
Perawat mengkaji kata-kata yang diucapkan, respon vokal, gerakan
wajah dan tubuh, serta interaksi sosial.Merintih, mendengkur dan menangis
merupakan contoh vokalisasi yang digunakan untuk mengekspresikan
nyeri.Ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang bahkan tidak terlalu terlihat
seringkali lebih menunjukkan karakteristik nyeri dari pada pertanyaan yang
akurat. Misalnya klien mungkin meringis atau mengguling ke kiri dan ke
kanan dan akan kembali pada interval waktu yang teratur.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah, atau sering
memanggil perawat. Perawat dengan segera akan belajar mengenali pola
perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus bersedia mendengarkan dan
harus memahami klien, hal ini dikarenakan bahwa banyak klien yang tidak
mampu mengungkapkan secara verbal mengenai ketidaknyamanan (tidak
mampu berkomunikasi).
Namun kurangnya ekspresi nyeri, seperti seorang bayi atau klien yang
tidak sadar, disorientasi atau bingung, afasia, atau yang berbicara dengan
bahasa asing tidak mampu menjelaskan nyeri yang di alaminya, bukan berarti
bahwa klien tidak mengalami nyeri. Kecuali klien tidak bereaksi secara
terbuka terhadap nyeri, akan sulit menentukan sifat dan tingkat
ketidaknyamanan yang klien rasakan. Maka sangatlah penting bagi perawat
untuk bersikap waspada terhadap prilaku klien yang mengindikasikan nyeri.
Perawat membantu klien untuk mengkomunikasikan respons nyeri secara
efektif. Pengetahuan tentang penyakit atau suatu gangguan membantu perawat
mengantisipasi nyeri klien. Perawat menanyakan klien apakah nyeri
mengganaggu tidurnya.
c. Fase akibat (aftermath)
Pada fase ini nyeri terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti.Jika
klien mnegalami serangkaian episode nyeri yang berulang, maka respons
akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat
membantu klien memperoleh kontrol dan harga diri untuk meminimalkan rasa
takut akan kemungkinan pengalaman nyeri.
3. Persepsi Nyeri
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medula spinalis ke Thalamus dan otak tengah.Dari
thalamus, serabut menstransmisikan kesan nyeri keberbagai area otak, termasuk
korstek sensori dan kortek asosiasi (di kedua lobus parietalis), lobus frontalis dan
sistem limbik.Ada sel-sel didalam sistem limbik yang diyakini mengontrol emosi,
khususnya untuk ansietas.Dengan demikian, sistem limbik berperan aktif dalam
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi saraf berakhir didalam
pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan mempersepsikan sensasi nyeri.
Pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang
kompleks. Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor
neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri. Meinhart dan McCaffery (1983)
menjelaskan tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori deskriminatif,
motivasi afektif, dan kognitif evaluatif. Persepsi menyadarkan individu dan
mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter & Perry,2005).
Tingkat persepsi nyeri tidak konstan misalnya ambang rangsang nyeri seperti
reaksi terhadap nyeri berubah secara signifikan dalam berbagai keadaan.
Komponen fisiologik dalam persepsi nyeri dan reaksi nyeri terdiri atas komponen
kognitif, emosional, dan faktor simbolik.Ambang reaksi nyeri secara signifikan
berubah oleh pengalaman masa lalu dan tingkat ansietas yang dirasakan sekarang
serta status emosionalnya.
Bertujuan mengurangi ansietas pasien dan dengan demikian pasien dapat
memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai keluhan utamanya dan
dapat bekerjasama dengan baik dalam perawatannya, maka yang harus di lakukan
perawat adalah :
a. Membangun dan mempertahankan kontrol terhadap situasi
b. Membangkitkan kepercayaan pasien
c. Memberikan atensi dan simpati pada pasien.
d. Memperlakukan pasien sebagai seorang individu yang penting. Melalui
penanganan yang baik dari komponen-komponen nyeri ini, persepsi nyeri,
dan ambang reaksi nyeri akan meningkat secara signifikansehingga akan
banyak memudahkan prosedur perawatannya (Walton,2008).
Lansia merupakan tahapan akhir dalam kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,
1999 dalam R.Siti Maryam dkk, 2008). Menurut UU no 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah seseorang yang memiliki usia lebih
dari 60 tahun. Menurut WHO, terdapat 3 kategori lansia yaitu elderly
(seseorang yang memiliki usia 60-74 tahun), old (seseorang yang memiliki
usia 75-89 tahun).
Pengkajian nyeri yang perlu dilakukan pada lansia adalah Riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik, dengan berfokus pada bagian yang mengalami nyeri,
Review lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan faktir yang meringankan atau
memperberat nyeri dan efek nyeri terhadap mood atau tidur, Pengkajian fungsi
kognitif, Pengkajian ADL pasien, pengkajian keseimbangan dan gaya
berjalan.
8. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan
9. Intervensi
a. Farmakoterapi
Farmakoterapi selalu menjadi pilihan utama dalam mengatasi nyeri yang
dirasakan oleh lansia. Obat-obatan yang umumnya digunakan meliputi
NSAID’s, relaksasi otot, opioid, dan terapi adjuvant lainnya.
b. Dukungan psikologis
Nyeri merupakan respon emosi dan sensori yang komplek sehinhha
intervensi psikologis juga di perlukan. Strategi koping terhadap nyeri yang
dapat dilakukan terhadap lansia diantaranya relaksasi, doa, terapi napas
dalam, distraksi, dan teknik diversi atensi.
c. Rehabilitasu fisik
Aspek rehabilitasi membantu lansia dengan nyeri hidup mandiri dan
memiliki aspek fungsional yang baik. Rehabilitas yang dapat diberikan
pada lansia meliputi adaptasi terhadap penurunan fungsi fisik, sosial, dan
psikologis
A. Pengkajian
1. Data Umum
Nama lansia : Ny. L
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Perempuan
Nama wisma : Panti Wreda Harapan Ibu
Pendidikan : SD
Riwayat pekerjaan : Karyawan swasta
Status perkawinan : Janda
Pengasuh wisma : Ny. R
3. Dimensi Biofisik
a. Riwayat penyakit
Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo kecapekan,
seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget koyo udun cekot-cekot
kae”(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu mbak kalau terlalu capek,
biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya terasa sakit sekali seperti sakit bisul
yang tertusuk-tusuk).
Menurut keterangan klien, klien sering merasakan pegal-pegal pada kaki,
tangan, dan pinggangnya jika terlalu lelah saat beraktivitas dan cuaca dingin.
P : udara dingin dan kecapekan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : patella dextra dan sinistra
S :5
T : kadang-kadang
Klien berkata, “Dulu pernah berobat, trus jarene ndak boleh makan tahu,
tempe, bayem, kangkung” (Dulu pernah berobat, lalu katanya tidak boleh
mengkonsumsi tahu, tempe, bayam, kangkung).
Klien pernah berobat di suatu klinik, dan hasil dari pemeriksaan ternyata klien
terkena asam urat.
b. Riwayat penyakit keluarga
Klien berkata, “Bapakku dulu kena hipertensi”
Menurut keterangan klien, ayah klien memiliki riwayat hipertensi
c. Riwayat pencegahan penyakit
1) Riwayat monitoring tekanan darah
Klien berkata, “Biasanya sok diukur kae seminggu dua kali mbak, tapi ya
ndak mesti” (Biasanya sering diukur itu seminggu dua kali mbak, tapi ya
tidak pasti)
Menurut keterangan klien, setiap seminggu dua kali klien diperiksa
tekanan darahnya oleh petugas panti
2) Riwayat vaksinasi
Selama berada di panti, klien tidak mendapatkan vaksinasi
3) Skrining kesehatan yang dilakukan
Setiap hari pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah
Tanggal 19 Oktober 2015 110/80 mmHg
Tanggal 20 Oktober 2015 100/90 mmHg
Tanggal 21 Oktober 2015 120/80 mmHg
d. Status gizi
BB : 62 kg
Tinggi lutut 43 cm
TB : 84,88 - (0,24 x usia dalam th) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
: 84,88 - (0,24 x 56 th) + (1,83 x 43 cm)
: 84,88 - (13,44) + (78,69)
: 150,13 cm
IMT : 62/(1,5)2
: 27, 55 (lebih dari rentang normal)
e. Masalah kesehatan terkait status gizi
1) Masalah pada mulut
Kondisi gigi klien banyak yang mengalami karies dan sudah banyak yang
tanggal/copot
2) Perubahan berat badan
Klien berkata, “Lho padahal dulu berat badanku 60an lho mbak, sekarang
62 ya? munggah berarti” (Padahal dulu berat badan saya 60 mbak,
sekarang 62 ya? Naik berarti)
3) Masalah nutrisi
Klien mengalami masalah kelebihan nutrisi dari kebutuhan tubuh, dilihat
dari hasil pengukuran IMT yang menunjukkan nilai 27,55.
Klien terkadang merasa makanan yang disediakan oleh pihak panti itu
tidak bergizi, sehingga menyebabkan kondisinya kadang lemah
f. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo kecapekan,
seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget koyo udun cekot-cekot
kae”(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu mbak kalau terlalu capek,
biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya terasa sakit sekali seperti sakit bisul
yang tertusuk-tusuk)
Klien sering merasa pegal-pegal pada kaki, tangan dan pinggannya.
g. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Klien berkata “Nek pegel atau linu iku yo tak ombeni jamu mbak” (Kalo terasa
nyeri ya saya minumi jamu mbak)
h. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Tidak ada tindakan spesifik yang dilakukan dalam mengatasi masalah pada
klien
i. Status fungsional (AKS)
Kegiatan Mandiri Tergantung Pernyataan
Nilai indeks AKS adalah 5 yang menandakan klien dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri.
j. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Mobilisasi
Klien masih mampu berjalan dengan kedua kakinya, klien mampu
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara mandiri dan tanpa
menggunakan alat bantu.
2) Berpakaian
Klien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri
3) Makan dan minum
Klien makan dan minum secara teratur, jika terkadang klien tidak selera
dengan menu makanannya, klien hanya makan makanan ringan (roti)
4) Toileting
Klien mampu melakukan BAK/BAB di kamar mandi secara mandiri
5) Personal higiene
Klien mandi secara teratur, gosok gigi 2x sehari, mencuci rambut setiap
rambut sudah lepek, kulit nampak bersih, kuku agak sedikit panjang
namun bersih, mencuci baju sendiri
6) Mandi
Klien mandi 2x sehari secara mandiri di kamar mandi
4. Dimensi Psikologi
a. Status kognitif
Jawaban
No Pertanyaan
Betul Salah
1. Tanggal berapa hari ini ? √
2. Hari apakah hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no telepon rumah anda? √
5. Berapa usia anda? √
6. Kapan anda lahir? √
7. Siapakah nama presiden sekarang? √
8. Siapakah nama presiden sebelumnya? √
9. Siapakah nama ibu anda? √
10 5+6 adalah √
Skor SPMSQ
Jumlah kesalahan 1
Status kognitif klien : baik
b. Perubahan yang timbul terkait status kognitif
Dari hasil pengukuran status kogniti menggunakan SPMSQ, didapatkan hasil
bahwa status kogniti klien tergolong masih baik, karena hanya terdapat satu
pertanyaan yang dijawab salah. Tidak nampak adanya perubahan terkait status
kognitif klien
c. Dampak yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada dampak yang timbul terkait status kognitif klien karena status
kognitif klien tergolong baik
d. Status depresi
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban Poin
klien
3 Kurang Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan tindakan 5510 Knowledge Enhancement
pengetahuan keperawatan selama 15 keperawatan selama 1x15 - Kaji pengetahuan klien
berhubungan menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan klien mengenai kondisinya
dengan kurangnya minggu, pengetahuan pada mampu : - Beri penjelasan mengenai
informasi klien dapat meningkat - Terlibat aktif dalam kondisi klien
mengenai kondisi dengan kriteria hasil: kegiatan pendidikan - Beri penjelasan mengenai
kesehatan - Pengetahuan klien kesehatan yang definisi asam urat
mengenai kondisi diberikan - Beri penjelasan mengenai
kesehatannya akan - Menjelaskan kembali tanda dan gejala asam urat
meningkat mengenai kondisi - Beri penjelasan mengenai
- Klien mampu menjaga kesehatannya penyebab asam urat
kesehatan dirinya sendiri - Menjelaskan kembali - Beri penjelasan mengenai
mengenai jenis jenis makanan yang boleh
makanan yang boleh dan yg tidak boleh
dikonsumsi dan yang dikonsumsi untuk kondisi
tidak boleh dikonsumsi klien
- Beri penjelasan mengenai
penatalaksanaan asam urat
g. Implementasi Keperawatan
Waktu Diagnosa Tujuan
No Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 22 Oktober Nyeri Setelah dilakukan Setelah dilakukan Memberikan terapi non S : Ny. L berkata
2015, berhubungan tindakan tindakan Farmakologi (Terapi Air “iyo nak penak
pukul dengan faktor keperawatan keperawatan Hagat untuk menurunkan rasane, nek sikile
11.00 – fisiologis selama 15 menit x selama 1 x 15 Nyeri) kumat mengko tak
11.30 WIB (kerusakan 1 pertemuan dalam menit, diharapkan tempeli banyu anget”
jaringan sendi) 1 minggu, nyeri dapat teratasi ya dek enak rasanya,
diharapkan dengan kriteria kalau nanti rasa
masalah hasil : sakitnya kumat saya
keperawatan nyeri - Pengetahuan lakukan tindakan
dapat teratasi tentang terapi air hangat.
dengan kriteria penanganan
O : Ny L tampak
hasil: nyeri meningkat
antusias
- Klien dapat - Klien mampu
mendengarkan
menerapkan untuk
penjelasan dan
cara melakukan
melaksanakan terapi
penanganan intervensi yang
nyeri diajarkan. yang dajarkan
- Nyeri klien
dapat
berkurang dari
sekala 4
menjadi 2
2 Rabu Resiko kesepian Setelah dilakukan Setelah dilakukan
21/10/2015 berhubungan asuhan tindakan - Mengidentifikasi apa S : klien mengatakan
dengan keperawatan keperawatan yang dirasakan oleh terkadang merasa
ketidakefektifan selama 45 menit x selama 1 x 45 klien sepi berada di panti
koping individu 1 pertemuan dalam menit, diharapkan dan ingin pulang ke
1 minggu resiko klien mampu : rumah anaknya
kesepian pada - Ikut aktif dalam O : klien terlihat
klien dapat melakukan sedih
dicegah dengan terapi okupasi - Mengapresiasi setiap S : klien mengatakan
kriteria hasil : yang telah apa yang diungkapkan senang
- Klien tidak diajarkan oleh klien O : klien terlihat
mengutarakan - Melakukan tersenyum
respon kembali secara
kesepian mandiri - Menyediakan waktu S : klien mengatakan
- Klien tidak mengenai terapi untuk mendengar senang apabila ada
menunjukkan okupasi yang keluhan klien mahasiswa praktek
respon diajarkan karena panti jadi
kesepian - Mengisi ramai
kekosongan - Membantu klien dalam O :-
waktu dengan menentukan hal apa S : Klien mengatakan
melakukan yang disukai dan ingin suka menjahit pakain
Kamis terapi okupasi dilakukan yang robek ketika
22/10/2015 - Mengusir rasa merasa kesepian dan
kesepian yang ngobrol dengan
terkadang - Memfasilitasi klien teman
muncul dengan dalam peningkatan O :-
melakukan hal kualitas hidup dengan S : Klien mengatakan
yang disukai memberikan terapi senang dengan
okupasi menjahit dan kegiatan menjahit
membuat kerajinan dan membuat
tangan dari kain flanel kerajinan tangan dari
flanel dan mencoba
membuatnya.
O : klien terlihat
mempraktekan apa
yang diajarkan
3 Rabu Kurang Setelah dilakukan Setelah dilakukan
21/10/2105 pengetahuan asuhan tindakan - Mengkaji pengetahuan S : klien mengatakan
berhubungan keperawatan keperawatan klien mengenai tidak mengetahui
dengan selama 15 menit x selama 1x 15 menit kondisinya mengenai asam urat,
kurangnya 1 pertemuan dalam , diharapkan klien hanya tau dulu saat
informasi 1 minggu, mampu : periksa ke dokter di
mengenai pengetahuan pada - Terlibat aktif suruh menghindari
kondisi klien dapat dalam kegiatan bayam, tempe, tahu
kesehatan meningkat dengan pendidikan O :-
kriteria hasil: kesehatan - Memberi penjelasan S:-
- Pengetahuan yang diberikan mengenai kondisi klien O: klien terlihat
klien mengenai - Menjelaskan paham apa yang di
kondisi kembali sampaikan perawat
kesehatannya mengenai - Memberi penjelasan S : klien mengatakan
akan kondisi mengenai definisi asam paham apa yang di
meningkat kesehatannya urat jelaskan oleh perawat
- Klien mampu - Menjelaskan O: -
menjaga kembali - Memberi penjelasan S : klien mengatakan
kesehatan mengenai jenis mengenai tanda dan paham apa yang di
dirinya sendiri makanan yang gejala asam urat jelaskan oleh perawat
boleh O: -
dikonsumsi
dan yang tidak - Memberi penjelasan S : klien mengatakan
boleh mengenai penyebab paham apa yang di
dikonsumsi asam urat jelaskan oleh perawat
O: -
- Memberi penjelasan S : klien mengatakan
mengenai jenis makanan paham apa yang di
yang boleh dan yg tidak jelaskan oleh perawat
boleh dikonsumsi untuk O: -
kondisi klien
- Memberi penjelasan S : klien mengatakan
mengenai paham apa yang di
penatalaksanaan asam jelaskan oleh perawat
urat O: -
h. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
Nyeri berhubungan dengan S : Ny L berkata, “Dek wau enjeng pun mboten
faktor fisiologis kraos kok nak.” “Terapine niku kulo sampun saget
(kerusakan jaringan sendi) nak. Matur suwun lhoo nak”
O : Ny. L terlihat tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Membuat rencana tindak lanjut
Resiko kesepian S : Klien mengatakan senang dengan kegiatan
berhubungan dengan menjahit dan membuat kerajinan dari flanel.
ketidakefektifan koping Kliena mengatakan akan menjahit dan membuat
individu kerajinan tangan apabila merasa kesepian
P : Klien telihat senang dan mempraktekan apa
yang di berikan
O : Masalah keperawatan teratasi
A : Hentikan intervensi, membuat rencana tindak
lanjut
Kurang pengetahuan S : Klien mengatakan paham mengenai apa yang
berhubungan dengan di jelaskan perawaat
kurangnya informasi O : Klien terlihat paham dan dapat menjawab
mengenai kondisi pertanyaan yang di berikan
kesehatan P: Masalah keperawatan dapat diatasi
A : Hentikan intervensi keperawatan, membuat
rencana tindak lanjut
i. Rencana Tindak Lanjut
Anggota Masalah Intervensi yang RTL Paraf
Wisma Kesehatan telah dilakukan
Ny.L Nyeri Mengajarkan terapi - Membuat kontrak Adit
berhubungan non Farmakologi : waktu dengan Ny. L
dengan faktor Terapi Air hangat untuk
fisiologis memperagakan
(kerusakan terapi non
jaringan sendi) Farmakologi : terapi
air hangat.
Ny.L Resiko - Mengidentifikasi - Menyarankan Nur
kesepian apa yang kepada klien untuk
berhubungan dirasakan oleh melakukan kegiatan
dengan klien menjahit yang telah
ketidakefektifan - Mengapresiasi di berikan ketika
koping individu setiap apa yang merasa kesepian
diungkapkan oleh dan mencari
klien kegiatan baru yang
- Menyediakan dapat
waktu untuk menghilangkan rasa
mendengar kesepian
keluhan klien - Menyarankan
- Membantu klien kepada klien untuk
dalam berinteraksi dan
menentukan hal berbincang dengan
apa yang disukai teman di panti
dan ingin untuk mengusir rasa
dilakukan kesepian
- Memfasilitasi
klien dalam
peningkatan
kualitas hidup
dengan
memberikan
terapi okupasi
menjahit dan
membuat
kerajinan tangan
dari kain flanel
Ny.L Kurang - Mengkaji - Melakukan evaluasi Mari
pengetahuan pengetahuan klien pengetahuan secara a
berhubungan mengenai berkala
dengan kondisinya
kurangnya - Memberi
informasi penjelasan
mengenai mengenai kondisi
kondisi klien
kesehatan - Memberi
penjelasan
mengenai definisi
asam urat
- Memberi
penjelasan
mengenai tanda
dan gejala asam
urat
- Memberi
penjelasan
mengenai
penyebab asam
urat
- Memberi
penjelasan
mengenai jenis
makanan yang
boleh dan yg
tidak boleh
dikonsumsi untuk
kondisi klien
- Memberi
penjelasan
mengenai
penatalaksanaan
asam urat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan kepada lansia memanglah tidak
mudah. Kita harus mampu mengkaji kondisi lansia secara komprehensif.
Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan terdapatnya
masalah atau tidak.
Saat melakukan pengkajian pada Ny. L , kami mendapatkan tiga
masalah yang harus kami beri intervensi keperawatan. Masalah
keperawatan itu diantaranya adalah nyeri akut berhubungan dengan faktor
fisiologis (kerusakan jaringan sendi), resiko kesepian berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu, dan kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai kondisi kesehatan. Dari ketiga
masalah tersebut kami memberikan intervensi berupa terapi kompres
hangat untuk mengurangi nyerinya, terapi okupasi menjahit untuk
mengatasi resiko kesepian yang mungkin dialami klien, dan pemberian
informasi mengenai kondisi kesehatan klien.
Intervensi keperawatan yang kami lakukan ini dirasa cukup efektif
dalam mengatasi masalah yang ada pada Ny.L . Ada beberapa perubahan
yang menunjukkan keefektifan intervensi kita. Diantaranya, Ny.L merasa
agak enakan setelah diberi kompres hangat pada lututnya, Ny. L merasa
senang saat di beri kegiatan berupa menjahit dan Ny. L mengatakan sedikit
banyak sudah mengetahui mengenai kondisi kesehatannya.
B. Saran
Untuk kedepannya, ketiga terapi intervensi yang kita berikan ini
dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang
memiliki masalah yang sama dengan kasus Ny. L dengan pengembangan
tertentu yang mungkin dapat dilakukan guna memperbaiki efektivitas
intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Joice Young, dkk. 2005. Prosedur Perawatan Di Rumah. Jakarta : EGC
Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. 2. Jakarta: EGC
Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC