Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA INDIVIDU

Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu tugas Mata Kuliah Gerontik

Disusun Oleh Kelompok 4 :

ALVIN CAHYA KHGC 19092

DADAN HAMDANI KHGC 19095

KRISTINA YAYU KHGC 19094

RIDWAN JAMIL KHGC 19108

RIO NOVARIO KHGC 19125

YANTI APRIANTI KHGC 19115

Kelas : Non Reguler

S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GARUT

TAHUN PELAJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan
hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Askep Lansia pada Individu” makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami, dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Garut, 20 Oktober 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang lansia merupakan orang yang sudah menginjak umur diatas 65 tahun
ke atas. Lansia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
kehidupan manusia yang ditandai dengan menurunnya fungsi tubuh untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Efendy, 2009). Usia lanjut usia dapat
dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang bisa mencapai tahap ini
(Maryam, 2008).
Indonesia merupakan negraka ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di Dunia
dengan jumlah penduduk mencapai 246,9 juta jiwa pada tahun 2012. Indonesia
termasuk negara berstruktur tua karena memiliki jumlah penduduk lansia mencapai
7,56% (18,7 juta jiwa) di tahun 2012. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk
lansia laki-laki mencapai 6,9% dan penduduk lansia perempuan mencapai 8,2% di
tahun 2012 (Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI 2013).
Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami perubahan
fisiologis. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia bukan merupakan proses
patologis, melainkan proses secara alami. Perubahan ini pada setiap orang tidaklah
sama dan tergantung dari keadaan dalam kehidupan seseorang. Proses Perubahan
Fisiologis pada lansia dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Potter dan Perry,
2005).
Nyeri sendi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami lansia.
Menurut Pusat data dan Informasi Kementrian kesehatan RI tahun 2013 menjelaskan
bahwa keluhan kesehatan paling tinggi pada lansia salah satunya adalah nyeri sendi
akibat asam urat. Kadar asam urat yang tinggi bisa masuk ke dalam organ tubuh salah
satunya adalah sendi yang bisa menyebabkan terjadinya nyeri sendi (Kertia, 2009).
Penjelasan di atas merupakan masalah yang terjadi pada lansia. Masalah
kesehatan tersebut sesuai dengan hasil pengkajian yang ada pada Ny. L di Panti
Wredha harapn Ibu Ngaliyan Kota Semarang. Peran perawat sangat penting dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Ny.L. Selain itu perawat juga harus
berkolaborasi dengan Tenaga medis ataupun nonmedis lainnya untuk mempermudah
dalam menjalankan asuhan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Ny. L di Panti Wredha Harapan Ibu
Ngaliyan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny.L
b. Menentukan diagnosa keperawatan Pada Ny.L
c. Menyusun intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang ada pada Ny. L
d. Mendokumentasikan implementasi pada Ny.L
e. Melakukan evaluasi keberhasilan asuhan keperawatan pada Ny. L
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman subyektif dan individual, karenanya keluhan
karakteristik nyeri klien harus d pertimbangkan dengan akurat dan valid (Johnson,
2005). Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan mengeluh adanya
ketidaknyamanan berat atau sensasi ketidaknyamanan (Tucker, 1998). Secara
sederhana nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan
baik secara sensori maupun emosiaonal yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan atau faktor lain sehingga individu mersa tersiksa, menderita
yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya.Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimuli fisik dan
mental atau stimuli emosional.Nyeri dibagi menjadi dua kategori dasar dari nyeri
yang secara umum meliputi nyeri akut dan nyeri kronis.
a. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya terjadi tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera spesifik.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera
telah terjadi.Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit
sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan, nyeri akut dapat berlangsung beberapa detik hingga enam
bulan.cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh
secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan. Contoh pada kasus
yang ringan jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, dengan
nyeri yang hilang yang cepat, barangkali dalam beberapa detik atau
beberapa menit.Sedangkan pada contoh kasus yang berat, seperti fraktur
ekstermitas, pengobatan dibutuhkan dengan nyeri menurun sejalan dengan
penyembuhan tulang.
b. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang menetap sepanjang periode
waktu.Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
spesifik.Nyeri kronik sulit untuk diobati karena nyeri ini tidak mempunyai
respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri
kronik berlangsung lebih dari enam bulan sedangkan nyeri akut
berlangsung beberapa detik sampai kurang dari enam bulan. Jenis nyeri
ada yang bersifat tetap dan akut primer, walaupun keduanya berlangsung
lebih dari enam bulan, nyeri tersebut bukan termasuk nyeri kronis
melainkan nyeri akut yang dapat dilihat dari sifat nyerinya.
Banyak orang menderita nyeri kronis setelah suatu cidera atau proses
penyakit hal ini diduga bahwa ujung-ujung syaraf yang normalnya hanya
mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri, mentransmisikan stimulus
yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri. Nyeri
kronis dapat terjadi pada kanker tetapi nyeri jenis ini biasanya mempunyai
penyebab yang dapat diidentifikasikan.Nyeri kanker sering timbul akibat
kompresi saraf perifer, atau meninges atau akibat kerusakan pada struktur
setelah suatu pembedahan, kemoterapi, atau tindakan radiasi dan infiltrasi
tumor.

2. Sensasi Nyeri
Meinhart dan McCaffery (1983) mendeskripsikan tiga fase pengalaman nyeri:
antisipasi, sensasi, dan akibat (aftermath).
a. Fase antisipasi
Terjadi sebelum mempersepsikan nyeri.Antisipasi terhadap nyeri
memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk
menghilangkannya.
b. Fase Sensasi Nyeri
Sensasi nyeri adalah gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
mengidentikasikan nyeri yang terjadi ketika merasakan nyeri.Sensasi nyeri
meliputi menggeretakkan gigi, memegang bagian tubuh yang terasa nyeri,
postur tubuh membengkok dan ekspresi wajah yang menyeringai. Individu
bereaksi terhadap nyeri dengan cara yang berbeda-beda..Tingkat keparahan
nyeri yang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama bergantung pada sikap,
motivasi, dan nilai yang diyakini seseorang.
Saat awitan nyeri akut, denyut jantung tekanan darah dan frekuensi
pernapasan meningkat.Perubahan tanda-tanda vital merupakan hal yang
bermakna, tetapi perawat harus mempertimbangkan semua tanda dan gejala
sebelum menetapkan bahwa nyeri merupakan penyebab segala perubahan
tersebut, misalnya, seorang klien yang sangat cemas juga mengalami frekuensi
napas dan denyut jantung.Klien dapat mengalami kesulitan dalam melakukan
tidakan higiene normal.Nyeri dapat sangat melemahkan sehingga klien terlalu
lelah untuk bersosialisasi.
Perawat mengkaji kata-kata yang diucapkan, respon vokal, gerakan
wajah dan tubuh, serta interaksi sosial.Merintih, mendengkur dan menangis
merupakan contoh vokalisasi yang digunakan untuk mengekspresikan
nyeri.Ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang bahkan tidak terlalu terlihat
seringkali lebih menunjukkan karakteristik nyeri dari pada pertanyaan yang
akurat. Misalnya klien mungkin meringis atau mengguling ke kiri dan ke
kanan dan akan kembali pada interval waktu yang teratur.
Seorang klien mungkin menangis atau mengaduh, gelisah, atau sering
memanggil perawat. Perawat dengan segera akan belajar mengenali pola
perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus bersedia mendengarkan dan
harus memahami klien, hal ini dikarenakan bahwa banyak klien yang tidak
mampu mengungkapkan secara verbal mengenai ketidaknyamanan (tidak
mampu berkomunikasi).
Namun kurangnya ekspresi nyeri, seperti seorang bayi atau klien yang
tidak sadar, disorientasi atau bingung, afasia, atau yang berbicara dengan
bahasa asing tidak mampu menjelaskan nyeri yang di alaminya, bukan berarti
bahwa klien tidak mengalami nyeri. Kecuali klien tidak bereaksi secara
terbuka terhadap nyeri, akan sulit menentukan sifat dan tingkat
ketidaknyamanan yang klien rasakan. Maka sangatlah penting bagi perawat
untuk bersikap waspada terhadap prilaku klien yang mengindikasikan nyeri.
Perawat membantu klien untuk mengkomunikasikan respons nyeri secara
efektif. Pengetahuan tentang penyakit atau suatu gangguan membantu perawat
mengantisipasi nyeri klien. Perawat menanyakan klien apakah nyeri
mengganaggu tidurnya.
c. Fase akibat (aftermath)
Pada fase ini nyeri terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti.Jika
klien mnegalami serangkaian episode nyeri yang berulang, maka respons
akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat
membantu klien memperoleh kontrol dan harga diri untuk meminimalkan rasa
takut akan kemungkinan pengalaman nyeri.

3. Persepsi Nyeri
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medula spinalis ke Thalamus dan otak tengah.Dari
thalamus, serabut menstransmisikan kesan nyeri keberbagai area otak, termasuk
korstek sensori dan kortek asosiasi (di kedua lobus parietalis), lobus frontalis dan
sistem limbik.Ada sel-sel didalam sistem limbik yang diyakini mengontrol emosi,
khususnya untuk ansietas.Dengan demikian, sistem limbik berperan aktif dalam
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi saraf berakhir didalam
pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan mempersepsikan sensasi nyeri.
Pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang
kompleks. Faktor-faktor fisiologis dan kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor
neurofisiologis dalam mempersepsikan nyeri. Meinhart dan McCaffery (1983)
menjelaskan tiga sistem interaksi persepsi nyeri sebagai sensori deskriminatif,
motivasi afektif, dan kognitif evaluatif. Persepsi menyadarkan individu dan
mengartikan nyeri itu sehingga individu dapat bereaksi (Potter & Perry,2005).
Tingkat persepsi nyeri tidak konstan misalnya ambang rangsang nyeri seperti
reaksi terhadap nyeri berubah secara signifikan dalam berbagai keadaan.
Komponen fisiologik dalam persepsi nyeri dan reaksi nyeri terdiri atas komponen
kognitif, emosional, dan faktor simbolik.Ambang reaksi nyeri secara signifikan
berubah oleh pengalaman masa lalu dan tingkat ansietas yang dirasakan sekarang
serta status emosionalnya.
Bertujuan mengurangi ansietas pasien dan dengan demikian pasien dapat
memberikan informasi yang dapat diandalkan mengenai keluhan utamanya dan
dapat bekerjasama dengan baik dalam perawatannya, maka yang harus di lakukan
perawat adalah :
a. Membangun dan mempertahankan kontrol terhadap situasi
b. Membangkitkan kepercayaan pasien
c. Memberikan atensi dan simpati pada pasien.
d. Memperlakukan pasien sebagai seorang individu yang penting. Melalui
penanganan yang baik dari komponen-komponen nyeri ini, persepsi nyeri,
dan ambang reaksi nyeri akan meningkat secara signifikansehingga akan
banyak memudahkan prosedur perawatannya (Walton,2008).

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri


a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak yang masih kecil mempunyai
kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang
menyebabkan nyeri.Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-
kata juga mengalami kesulitan untuk mengucapkan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri pada orang tua atau petugas kesehatan.Secara kognitif,
anak-anak todler dan pra sekolah tidak mampu mengingat penjelasan tentang
nyeri atau mengasosiakan nyeri sebagai pengalaman yang terjadi di berbagai
situasi. Dengan memikirkan pertimbangan perkembangan ini perawat harus
mengadaptasi pendekatan yang dilakukan dalam upaya mencari cara untuk
mengkaji nyeri yang dirasakan anak-anak.
Pada lansia yang mengalami nyeri, perlu dialkukan pengkajian,
diagnosis dan penatalaksaan secara agresif.Namun, lansia memiliki resiko
tinggi mengalami situasi-situasi yang membuat mereka merasakan nyeri.
Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasi nyeri dapat mengalami
komplikaasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai gejala samar-samar
yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Apabila klien lansia ini
memiliki sumber nyeri lebih dari satu maka perawat harus mengumpulakan
pengkajian yang rinci.
b. Jenis kelamin
Secara umum, tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam
merespon nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin
misalnya seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis
sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.
Toleransi nyeri, sejak lama sudah menjadi subjek penelitian yang melibatkan
pria dan wanita.
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana individu
bereaksi terhadap nyeri.Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan
dengan nyeri di berbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri
dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan
keperawatan yang relevan untuk klien.
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga
dikaitkan dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan hukuman dan tantangan. Derajat
dan kualitas nyeri yang dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri.
b. Perhatian
Fokus perhatian klien pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang
lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya,
hal ini meyebabkan toleransi nyeri individu yang meningkat khususnya
terhadap nyeri yang berlebihan hanya selama waktu pengaihan.
c. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas.Individu yang sehat secara
emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat
darpada individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil.Apabila
rasa cemas tidak memdapat perhatian di dalam suatu lingkungan berteknologi
tinggi, maka rasa cemas tersebut dapat menimbulkan masalah penatalaksaan
nyeri yang serius.Nyeri yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan
psikosis dan gangguan kepribadian.
d. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.Hal ini
dapat menjadi masalah utama pada setiap individu yang menderita penyakit
dalam jangka lama.Apabila keletihan disertai kesulitan tidur maka persepsi
nyeri dapat terasa lebih berat lagi.
e. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami seangkaian episode
nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat.Maka ansietas atau
rasa takut dapat muncul. Sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan
jenis yang sama berulang-ulang, kemudia nyeri tersebut akan berhasil
dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk
menginterpretasikan sensasi nyeri sehingga klien akan lebih siap untuk
melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
f. Gaya koping
Gaya koping mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi
nyeri.Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhan. Klien seringkali menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Penting
untuk memahami sumber-sumber koping selama klien mengalami
nyeri.Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung,
melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana asuhan
keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai
tingkat tertentu.
g. Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor yang bermakna dalam mempengaruhi respons nyeri adalah
kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien.Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan atau
perlindungan.Apabila tidak ada keluarga atau teman, seringkali pengalaman
nyeri membuat klien semakin tertekan. Kehadiran orang tua sangat penting
bagi anak-anak yang sedang mengalami nyeri.
5. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri termasuk letak (dimana nyeri pada berbagai organ
mungkin merupakan alih), durasi (meliputi menit, jam, hari, bulan, dsb), irama
(misalnya terus-menerus, hilang dan timbul, periode bertambah dan berkurangnya
intensitas atau keberadaan nyeri) dan kualitas (misalnya nyeri seperti ditusuk,
seperti dibakar, sakit, nyeri seperti digencet).
Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronik:

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronik


Tujuan Memperingatkan adanya Tidak ada
cidera atau masalah

Awitan Mendadak Terus-menerus dan


intermiten
Intensitas Ringan sampai berat
Ringan sampai berat
Durasi < 6 bulan
> 6 bulan
Respon Otonom a. Konsisten dengan respons
stres simpatis Tidak ada respon otonom
b. Frekuensi jantung
meningkat
c. Volume sekuncup
meningkat
d. Tekanan darah meningkat
e. Dilatasi pupil meningkat
f. Tegangan otot meningkat
g. Motilitas gastrointestinal
menurun
h. Aliran saliva menurun

Komponen Psikologis Cemas


dan Respons lainnya Depresi, mudah marah,
menarik diri, tidur terganggu,
libido menurun, nafsu makan
menurun
Contoh Nyeri bedah, trauma
Nyeri kanker, arthritis

6. Fungsi Tubuh Terganggu Karena Nyeri Pada Lansia


Lansia dapat merasakan sakit sebagai bagian dari proses penuaan, mengalami
penurunan sensasi atau persepsi rasa sakit, Kelesuan, anoreksia, dan kelelahan
dapat menjadi indikator rasa sakit. Lansia akan menahan keluhan sakit karena
takut pengobatan, dapat menjelaskan rasa sakit dengan cara yang berbeda dari
gatal, nyeri, atau tidak nyaman. Lansia dapat mengakui atau menunjukkan bahwa
rasa sakit adalah sesuatu yang tidak dapat diterima.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung
perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan penuaan. Hal ini menyebabkan
penurunan fleksibilitas dalam kebangkitan, orang tua memberi kepada dampak
nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekakuan otot, kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok, dan berjalan, dan hambatan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Tulang rawan,tulang rawan pada
persendian menjadi lunak dan memiliki granulasi dan akhirnya permukaan sendi
menjadi rata. Perubahan ini sering terjadi dalam tubuh leverage baret besarsensi.
Sebagai hasil dari perubahan itu mudah untuk menjadi sendi meradang, kekakuan,
nyeri, gerak terbatas, dan gangguan aktivitas sehari-hari. Tulang, jaringan
kehilangan dan ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan
kekakuan tulang menurun, efeknya adalah osteoporosis yang menyebabkan rasa
sakit, cacat, dan patah tulang. Sendi kehilangan fleksibilitas sehingga penurunan
luas dalam gerakan bersama. Beberapa kelainanyang terjadi pada lansia sensi
meliputi osteoartritis, artritis reumatid, gout, dan pseudogout yang menyebabkan
gangguan dalam bentuk pembengkakan kekakuan,,nyeri sendi, keterbatasan luas
gerak sendi, gangguan jalan.

7. Pengkajian Nyeri dengan Teknik PQRST


a. P (Provoking Incident)
Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri. Apakah
nyeri berkurang apabila beristirahat, apakah nyeri bertambah berat bila
beraktivitas (aggravation), faktor–faktor yang dapat menyebabkan nyeri
(misalnya gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat – obat
bebas, dsb), dan apa yang dipercaya klien dapat membantu mengatasi
nyerinya.
b. Q (Quality or Quantity of Pain)
Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah
seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.
c. R (Region, Radiation,Relief)
Dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien, apakah
rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi. Tekanan pada saraf atau akar sraf akan memberikan di dalam
nyeri yang disebut radiating pain misalnya pada skiatika dimana nyeri
menjalar mulai dari bokong sampai anggota gerak bawah sesuai dengan
distribusi saraf. Nyeri lain yang disebut nyeri kiriman atau referred pain adalah
nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain
misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada sendi punggung.
d. S (Severity/Scale of Pain)
Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien bisa berdasarkan skala
nyeri deskriptif (tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat, nyeri
tak tertahankan) dan klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memperngaruhi kemampuan fungsinya terhadap aktifitas kehidupan sehari–
hari (misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain,
gerakan fisik, bekerja, dan aktifitas – aktifitas santai).Nyeri akut sering
berkaitan dengan cemas dan nyeri kronis dengan depresi.
e. T (Time)
Berapa lama nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis), kapan,
apakah ada waktu – waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.

Lansia merupakan tahapan akhir dalam kehidupan manusia (Budi Anna Keliat,
1999 dalam R.Siti Maryam dkk, 2008). Menurut UU no 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia, lansia adalah seseorang yang memiliki usia lebih
dari 60 tahun. Menurut WHO, terdapat 3 kategori lansia yaitu elderly
(seseorang yang memiliki usia 60-74 tahun), old (seseorang yang memiliki
usia 75-89 tahun).
Pengkajian nyeri yang perlu dilakukan pada lansia adalah Riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisik, dengan berfokus pada bagian yang mengalami nyeri,
Review lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan faktir yang meringankan atau
memperberat nyeri dan efek nyeri terhadap mood atau tidur, Pengkajian fungsi
kognitif, Pengkajian ADL pasien, pengkajian keseimbangan dan gaya
berjalan.

8. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan

9. Intervensi
a. Farmakoterapi
Farmakoterapi selalu menjadi pilihan utama dalam mengatasi nyeri yang
dirasakan oleh lansia. Obat-obatan yang umumnya digunakan meliputi
NSAID’s, relaksasi otot, opioid, dan terapi adjuvant lainnya.
b. Dukungan psikologis
Nyeri merupakan respon emosi dan sensori yang komplek sehinhha
intervensi psikologis juga di perlukan. Strategi koping terhadap nyeri yang
dapat dilakukan terhadap lansia diantaranya relaksasi, doa, terapi napas
dalam, distraksi, dan teknik diversi atensi.
c. Rehabilitasu fisik
Aspek rehabilitasi membantu lansia dengan nyeri hidup mandiri dan
memiliki aspek fungsional yang baik. Rehabilitas yang dapat diberikan
pada lansia meliputi adaptasi terhadap penurunan fungsi fisik, sosial, dan
psikologis

10. Intervensi Keperawatan


Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
d.  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
g. Kolaburasi dengan dokter untuk pemebrian  analgetik untuk mengurangi
nyeri
h. Monitor tanda-tanda Vital
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
Nama lansia : Ny. L
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Perempuan
Nama wisma : Panti Wreda Harapan Ibu
Pendidikan : SD
Riwayat pekerjaan : Karyawan swasta
Status perkawinan : Janda
Pengasuh wisma : Ny. R

2. Alasan Berada di Panti


Klien berkata, “Pengene ya dirumah, tapi kan anak pada ndak dirumah, kerja,
trus lali ora ngurusi wong tuo. Trus saya minta pak RT ben dibawa kesini mbak”
(Kepinginnya ya dirumah, tapi kan anak pada tidak dirumah, kerja trus lupa tidak
mengurus orang tua. Terus saya meminta ke ak RT untuk dibawa ke panti ini)
Klien merasa tidak ada yang menemani ataupun merawatnya saat berada dirumah,
karena anak-anaknya selalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing

3. Dimensi Biofisik
a. Riwayat penyakit
Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo kecapekan,
seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget koyo udun cekot-cekot
kae”(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu mbak kalau terlalu capek,
biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya terasa sakit sekali seperti sakit bisul
yang tertusuk-tusuk).
Menurut keterangan klien, klien sering merasakan pegal-pegal pada kaki,
tangan, dan pinggangnya jika terlalu lelah saat beraktivitas dan cuaca dingin.
P : udara dingin dan kecapekan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : patella dextra dan sinistra
S :5
T : kadang-kadang
Klien berkata, “Dulu pernah berobat, trus jarene ndak boleh makan tahu,
tempe, bayem, kangkung” (Dulu pernah berobat, lalu katanya tidak boleh
mengkonsumsi tahu, tempe, bayam, kangkung).
Klien pernah berobat di suatu klinik, dan hasil dari pemeriksaan ternyata klien
terkena asam urat.
b. Riwayat penyakit keluarga
Klien berkata, “Bapakku dulu kena hipertensi”
Menurut keterangan klien, ayah klien memiliki riwayat hipertensi
c. Riwayat pencegahan penyakit
1) Riwayat monitoring tekanan darah
Klien berkata, “Biasanya sok diukur kae seminggu dua kali mbak, tapi ya
ndak mesti” (Biasanya sering diukur itu seminggu dua kali mbak, tapi ya
tidak pasti)
Menurut keterangan klien, setiap seminggu dua kali klien diperiksa
tekanan darahnya oleh petugas panti
2) Riwayat vaksinasi
Selama berada di panti, klien tidak mendapatkan vaksinasi
3) Skrining kesehatan yang dilakukan
Setiap hari pasien dilakukan pemeriksaan tekanan darah
Tanggal 19 Oktober 2015 110/80 mmHg
Tanggal 20 Oktober 2015 100/90 mmHg
Tanggal 21 Oktober 2015 120/80 mmHg
d. Status gizi
BB : 62 kg
Tinggi lutut 43 cm
TB : 84,88 - (0,24 x usia dalam th) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
: 84,88 - (0,24 x 56 th) + (1,83 x 43 cm)
: 84,88 - (13,44) + (78,69)
: 150,13 cm
IMT : 62/(1,5)2
: 27, 55 (lebih dari rentang normal)
e. Masalah kesehatan terkait status gizi
1) Masalah pada mulut
Kondisi gigi klien banyak yang mengalami karies dan sudah banyak yang
tanggal/copot
2) Perubahan berat badan
Klien berkata, “Lho padahal dulu berat badanku 60an lho mbak, sekarang
62 ya? munggah berarti” (Padahal dulu berat badan saya 60 mbak,
sekarang 62 ya? Naik berarti)
3) Masalah nutrisi
Klien mengalami masalah kelebihan nutrisi dari kebutuhan tubuh, dilihat
dari hasil pengukuran IMT yang menunjukkan nilai 27,55.
Klien terkadang merasa makanan yang disediakan oleh pihak panti itu
tidak bergizi, sehingga menyebabkan kondisinya kadang lemah
f. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo kecapekan,
seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget koyo udun cekot-cekot
kae”(Kaki saya ini kadang terasa nyeri gitu mbak kalau terlalu capek,
biasanya kalau cuaca dingin itu nyerinya terasa sakit sekali seperti sakit bisul
yang tertusuk-tusuk)
Klien sering merasa pegal-pegal pada kaki, tangan dan pinggannya.
g. Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Klien berkata “Nek pegel atau linu iku yo tak ombeni jamu mbak” (Kalo terasa
nyeri ya saya minumi jamu mbak)
h. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Tidak ada tindakan spesifik yang dilakukan dalam mengatasi masalah pada
klien
i. Status fungsional (AKS)
Kegiatan Mandiri Tergantung Pernyataan

Mandi 1 Ny. L dapat mandi secara


mandiri

Berpakaian 1 Ny. L dapat berpakaian secara


mandiri

Ke toilet 1 Ny. L dapat pergi ke toilet


secara mandiri tanpa bantuan

Berpindah 1 Ny. L dapat berpindah secara


mandiri tanpa bantuan alat
bantu

Kontinensia 1 Ny. L dapat mengontrol


keinginan untuk berkemih dan
BAB

Makan 1 Ny. L dapat makan secara


mandiri

Nilai indeks AKS adalah 5 yang menandakan klien dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri.
j. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Mobilisasi
Klien masih mampu berjalan dengan kedua kakinya, klien mampu
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara mandiri dan tanpa
menggunakan alat bantu.
2) Berpakaian
Klien dapat mengenakan pakaiannya secara mandiri
3) Makan dan minum
Klien makan dan minum secara teratur, jika terkadang klien tidak selera
dengan menu makanannya, klien hanya makan makanan ringan (roti)
4) Toileting
Klien mampu melakukan BAK/BAB di kamar mandi secara mandiri
5) Personal higiene
Klien mandi secara teratur, gosok gigi 2x sehari, mencuci rambut setiap
rambut sudah lepek, kulit nampak bersih, kuku agak sedikit panjang
namun bersih, mencuci baju sendiri
6) Mandi
Klien mandi 2x sehari secara mandiri di kamar mandi
4. Dimensi Psikologi
a. Status kognitif
Jawaban
No Pertanyaan
Betul Salah
1. Tanggal berapa hari ini ? √
2. Hari apakah hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no telepon rumah anda? √
5. Berapa usia anda? √
6. Kapan anda lahir? √
7. Siapakah nama presiden sekarang? √
8. Siapakah nama presiden sebelumnya? √
9. Siapakah nama ibu anda? √
10 5+6 adalah √
Skor SPMSQ
Jumlah kesalahan 1
Status kognitif klien : baik
b. Perubahan yang timbul terkait status kognitif
Dari hasil pengukuran status kogniti menggunakan SPMSQ, didapatkan hasil
bahwa status kogniti klien tergolong masih baik, karena hanya terdapat satu
pertanyaan yang dijawab salah. Tidak nampak adanya perubahan terkait status
kognitif klien
c. Dampak yang timbul terkait status kognitif
Tidak ada dampak yang timbul terkait status kognitif klien karena status
kognitif klien tergolong baik
d. Status depresi
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban Poin
klien

Apakah pada dasarnya anda puas


1. Tidak Ya 0
dengan kehidupan anda?
Sudahkah anda meninggalkan aktivitas
2. Ya Tidak 0
dan minat anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup anda
3. Ya Tidak 0
kosong?
4. Apakah anda sering bosan? Ya Ya 1
Apakah anda mempunyai semangat
5. Tidak Ya 0
setiap waktu?
Apakah anda takut sesuatu akan terjadi
6. Ya Tidak 0
pada anda?
Apakah anda merasa bahagia disetiap
7. Tidak Ya 0
waktu?
8. Apakah anda merasa jenuh? Ya Tidak 0
Apakah anda lebih suka tinggal
9. dirumah pada malam hari, daripada Ya Ya 1
pergi melakukan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih Ya Tidak 0
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya?
Apakah anda berfikir sangat
11. Tidak Ya 0
menyenangkan hidup sekarang ini?
Apakah anda merasa tidak berguna saat
12. Ya Tidak 0
ini?
Apakah anda merasa penuh berenergi
13. Tidak Ya 0
saat ini?
Apakah anda saat ini sudah tidak ada
14. Ya Tidak 0
harapan lagi?
Apakah anda berfikir banyak orang
15. Ya Tidak 0
yang lebih baik dari anda?
Skor GDS
Jawaban yang cocok 2
Klien tidak mengalami depresi
e. Perubahan yang timbul terkait status depresi
Dari hasil pengukuran status deperesi menggunakan GDS, didapatkan hasil
bahwa jawaban dari klien yang cocok dengan kuisioner sebanyak 2
pertanyaan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa klien tidak mengalami depresi
f. Dampak yang timbul terkait status depresi
Tidak ada dampak yang timbul terkait status depresi pada klien
g. Keadaan emosi
1) Ansietas
Klien berkata, “Ya disini udah nyaman mbak, walaupun kadang ya kangen
rumah. Tapi aku ndak takut kalo sewaktu-waktu dipundut Gusti, udah
ikhlas” (Ya disini sudah nyaman mbak, walaupun kadang kangen rumah.
Tapi saya tidak takut kalo sewaktu-waktu di panggil Tuhan, sudah ikhlas)
2) Perubahan perilaku
Klien berkata, “Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget keluarga
dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat kalo ndak ya ndondomi
klo ada baju yang sobek” (Ya terkadang merasa sepi, sedih kalau ingat
keluarga dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat kalau tidak ya
menjahit kalau ada baju yang sobek)
Klien berkata , “Ya bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi? Hehe”
Saat klien merasa kesepian, klien melakukan kegiatan apa saja yang dapat
mengisi kekosongan waktu, terkadang klien juga duduk didepan panti
untuk melihat kendaraan yang melintas
3) Mood
Klien tampak nyaman berada di panti. Klien ketika diajak berbicara
kooperatif, banyak bercerita tentang kisahnya. Klien terlihat selalu
bersama kakaknya
5. Dimensi Fisik
a. Luas wisma
Luas Panti Wreda Harapan Ibu ± 3876 m2
b. Keadaan lingkungan di dalam panti
1) Penerangan
Didalam panti terdapat pencahayaan yang terang yang berasal dari lampu
yang terpasang, terdiri dari 7 lampu. Ketika siang hari lampu dimatikan.
Kondisi pencahayaan matahari juga baik, karena terdapat banyak jendela
dan ventilasi yang memungkinkan cahaya matahari masuk kedalam
ruangan dan pertukaran udara yang lancar
2) Kebersihan dan kerapian
Setiap hari lantai selalu di sapu oleh petugas. Namun, kondisi kebersihan
di panti dirasa masih kurang dibeberapa titik ruangan didalam panti.
Beberapa bagian lantai nampak masih kotor. Penataan barang didalam
panti lumayan teratur, hanya saja terkadang disekitar tempat tidur para
lansia masih terdapat banyak barang yang berserakan dan tidak tertata rapi.
Para lansia menata tempat tidur secara mandiri
3) Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Lansia wanita dibagi dan tinggal dalam dua kamar. Pemisahan ruang
antara pria dan wanita dipisah dengan tembok dan lansia pria tinggal di
wisma bagian belakang
4) Sirkulasi udara
Di panti terdapat banyak jendela dan ventilasi untuk pertukaran udara
sebanyak 64 buah.. Jendela dan pintu dibuka saat pagi dan ditutup saat
malam, jeda waktu ini memaksimalkan terjadinya pertukaran udara yang
baik
5) Keamanan
Kondisi lantai di panti jarang ditemukan dalam kondisi licin, hanya saja
ada beberapa bagian yang kotor karena bekas air yang tidak di lap lalu
diinjak. Tidak ada pegangan untuk dijadikan pengaman. Jika tidak
ditemukan alarm atau alat yang dapat digunakan jika lansia dalam bahaya
6) Sumber air minum
Air bersumber dari kemasan galon isi ulang. Kualitas air baik, jernih.
Pengelolaan air untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan air sumur
artetis, jarak antar kamar dengan WC ± 10 m
7) Ruang berkumpul bersama
Di dalam panti terdapat satu ruangan yang digunakan untuk berkumpul
para lansia. Di ruangan tersebut dilengkapi dengan televisi, VCD yang
dapat digunakan untuk memutar musik. Kondisi ruangannya luas dan
bersih
c. Keadaan lingkungan di luar wisma
1) Pemanfaatan halaman
Kondisi halaman di sekitar panti cenderung lebih gersang. Jarang
ditemukan tanaman atau pepohonan yang dapat menimbulkan suasana
hijau
2) Pembuangan air limbah
Terdapat saluran irigasi yang langsung menuju ke sungai, sehingga tidak
ada genangan air
3) Pembuangan sampah
Jenis pembuangan sampah adalah sampah rumah tangga. Pembuangan
sampah tidak dipisah antara organik dan non-oraganik. Sampah kering di
bakar di halaman bagian samping kiri. Jarak tempat pembuangan sampah
± 100 m
4) Sanitasi
Lingkungan wisma setiap pagi dibersihkan dengan disapu dan dipel
dengan menggunakan cairan disinfektan, pakaian kotor dicuci oleh
penghuni wisma yang bisa melakukan. Air yang digunakan untuk
kebutuhan MCK adalah air sumur.
5) Sumber pencemaran
Halaman samping kiri terkadang dijadikan tempat pembakaran sehingga
menimbulkan polusi asap. Lingkungan berada dipinggir jalan raya, resiko
polusi udara dan suara akibat kendaraan bermotor
6. Dimensi Sosial
a. Hubungan antar lansia didalam wisma
Hubungan klien dengan lansia yang lain didalam panti terjalin dengan baik.
Klien sering berkomunikasi dengan lansia yang lain, terkadang juga saling
membantu satu sama lain
Hubungan antar lansia diluar wisma
Hubungan klien dengan lansia yang lain jika diluar panti juga terjalin dengan
baik
b. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Klien jarang berkomunikasi dengan pihak keluarga. Hanya seminggu sekali
terkadang anak-anaknya menjenguk klien ke panti, itupun juga dalam waktu
yang singkat
c. Hubungan lansia dengan pengasuh wisma
Hubungan klien dengan pengasuh panti juga terjalin dengan baik. Terkadang
klien membantu pengasuh panti dalam merawat lansia yang lain (seperti
mencucikan tempat makan dan minum dari lansia yang lain)
d. Kegiatan organisasi sosial
Klien nampak selalu ikut aktif pada semua kegiatan di panti

7. Dimensi Tingkah Laku


a. Pola makan
Klien makan 3x dalam sehari, porsi makan cukup sesuai aturan di dalam panti,
terkadang mengalami kesulitan saat mengunyah makanan karena kondisi gigi
yang tanggal. Jika klien tidak suka dengan menu makanan yang disediakan,
terkadang klien membeli makanan diluar jika memiliki uang simpanan, namun
jika tidak memiliki uang, klien hanya minum dan makan roti
b. Pola tidur
Jam tidur klien jika siang hari dari pukul 12.45-15.00 WIB dan malam hari
pukul 22.00-03.00 WIB, lama tidur siang ±2-3 jam dan tidur malam ±4-6 jam,
klien bangun di tengah tidur jika merasa ingin BAK, kualitas tidur nyenyak
c. Pola eliminasi
Klien BAK ±5-6x/hari dan BAB 1x/hari
d. Kebiasaan buruk lansia
Jika dimalah hari klien merasa gerah, klien akan mandi
e. Pelaksanaan pengobatan
Berdasarkan hasil pengkajian, setiap sebulan sekali ada posyandu lansia yang
dilakukan oleh puskesmas pembantu. Jika ada lansia yang mempunyai tekanan
darah tinggi, gatal-gatal atau sakit ringan lainnya, maka diberi obat yang sudah
disediakan di panti.
f. Kegiatan olahraga
Setiap hari jumat klien mengikuti kegiatan senam yang diadakan oleh pihak
panti
g. Rekreasi
Bentuk rekreasi klien yaitu dengan berbincang dengan lansia yang lain,
menonton tv, duduk didepan panti dan terkadang jika pihak keluarga
membawa klien untuk menjenguk kondisi rumah
h. Pengambilan keputusan
Pengambil keputusan dilakukan oleh klien dan pengasuh panti

8. Dimensi Sistem Kesehatan


a. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Jika klien merasa kurang enak badan, hanya dipakai untuk istirahat saja.
Namun jika dirasa sudah tidak kuat, klien melaporkan kondisinya pada
petugas panti
b. Sistem pelayanan kesehatan
Panti terkadang didatangi oleh pihak Puskesmas untuk memeriksa kondisi
para lansia sebulan sekali. Dilakukan pemeriksaan dan pemberian vitamin
secara teratur. Selain itu, setiap seminggu dua kali, dilakukan pengukuran
tekanan darah kepada para lansia
c. Pemeriksaan fisik
No Bagian/region Hasil pemeriksaan Masalah keperawatan
yang muncul
1 Kepala Inspeksi : Tidak ada
Bentuk kepala klien mesochepal,
warna rambut hitam bercampur
putih, penyebaran rambut
merata, kulit rambut bersih,
tidak ada lesi pada kulit kepala
Palpasi :
Tidak ada nyeri atau benjolan
tekan pada kepala klien
2 Wajah/muka Inspeksi : Tidak ada
Bentuk muka klien normal, tidak
ada benjolan, kulit wajah bersih
dan lembab, tidak ada luka atau
lesi
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada
wajah klien
3 Mata Inspeksi : Tidak ada
Bentuk mata klien bulat, antara
mata kanan dan kiri simetris,
mata agak cowong, konjungtiva
tidak anemis, sklera agak ikterik,
refleks pupil terhadap cahaya
baik, kemampuan mata dalam
membaca masih normal
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan diarea
mata, tekanan intraokular
teraba...
4 Telinga Inspeksi : Tidak ada
Telinga klien bersih, bentuk
simetris antara kanan dan kiri,
tidak ada luaran serum, tidak ada
lesi atau luka, klien masih
mampu mendengar dengan baik
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada
telinga, tidak teraba benjolan
5 Mulut dan Inspeksi : Tidak ada
gigi Mulut klien bersih, bibir lembab,
simetris antara atas dan bawah,
gigi beberapa sudah tanggal,
terdapat karies, lidah bersih
6 Leher Inspeksi : Tidak ada
Leher klien bersih, warna kulit
merata, reflek telan baik
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tidak
adapembesaran kelenjar limfe
atau tiroid
7 Dada Inspeksi : Tidak ada
Perkembangan antara dada
kanan dan kiri simetris
Palpasi :
Taktil fremitus teraba sama
antara dada kanan dan kiri
Perkusi :
Bunyi resonan
Auskultasi :
Suara paru vasikuler
8 Jantung Inspeksi : Tidak ada
Tidak nampak pembesaran pada
permukaan jantung
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area
jantung
Perkusi :
Suara pekak/redup
Auskultasi :
Terdengar bunyi lup dup secara
teratur tanpa adanya bunyi
tambahan
9 Abdomen Inspeksi : Tidak ada
Warna kulit merata, tidak ada
lesi atau luka
Auskultasi :
Bising usus 8x/menit
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada area
abdomen
Perkusi :
Bunyi timpani
10 Ekstremitas Kekuatan otot 5, tidak ada Tidak ada
atas kelainan bentuk, tidak ada lesi
atau luka
11 Ekstremitas Kekuatan otot 5, tidak ada Nyeri
bawah kelainan bentuk, ada lesi pada
bagian mata kaki, klien
terkadang merasa nyeri dan
pegal-pegal pada lututnya
d. Analisa Data
Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
19 Oktober 2015 DS : Nyeri akut berhubungan dengan
- Klien berkata, “Sikilku iki sok linu-linu ngono kuwi mbak kalo penyakit gout arthritis
kecapekan, seringe nek hawane atis iku linune kroso loro banget
koyo udun cekot-cekot kae”
- Klien berkata, “Dulu pernah berobat, trus jarene ndak
boleh makan tahu, tempe, bayem, kangkung”
- P : udara dingin dan kecapekan
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : patella dextra dan sinistra
S : skala 5
T : nyeri muncul kadang-kadang
DO :
- Klien nampak memegangi lututnya yang sakit, yaitu area
patella dextra dan sinistra
19 Oktober 2015 DS : Resiko kesepian berhubungan
- Klien berkata, “Ya kadang ngerasa sepi, sedih kalo inget dengan ketidakefektifan koping
keluarga dirumah, paling saya diluar liat motor yang lewat individu
kalo ndak ya ndondomi klo ada baju yang sobek ”
- Klien berkata , “Ya bosen mbak, tapi ya mau gimana lagi?
Hehe”
- Klien berkata, “Pengene ya dirumah, tapi kan anak pada
ndak dirumah, kerja, trus lali ora ngurusi wong tuo”
DO :
- Klien terlihat sedih ketika menceritakan keluarganya
19 Oktober 2015 DS : Kurang pengetahuan
- Klien berkata, “Aku sekolah mung sampai kelas limo SD” berhubungan dengan kurangnya
- Klien berkata, “Aku gak ngerti asam urat kui opo nak” informasi mengenai kondisi
- Klien berkata, ”Taunya dulu pas periksa ke dokter, di suruh kesehatan
ndak makan bayam, tempe, tahu”.
- Klien berkata, ”Aku suka gorengan nak, klo bosen biasanya
beli jajan di depan panti.”
DO :
- Klien terlihat bingung ketika menjawab pertanyaan
- Klien terlihat menggaruk-garuk kepala
e. Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan Prioritas Pembenaran
Nyeri berhubungan dengan High Urgensi :
faktor fisiologis (kerusakan Kondisi fisik lansia yang semakin menurun fungsinya
jaringan sendi) membutuhkan kekuatan dan kenyamanan yang cukup untuk
menunjang aktivitas lansia. Klien merasa tidak nyaman
terhadap nyeri yang di alami. Jika nyeri tidak segera diberi
tindakan keperawatan maka akan mengganggu aktivitas klien
Dampak :
Jika nyeri yang dirasakan tidak segera ditangani, akan
menimbulkan gangguan kenyamanan pada klien dan aktivitas
klien akan terganggu sehingga klien cenderung enggan untuk
beraktivitas. Jika klien enggan beraktivitas, otot-otot akan
mengalami atrofi
Keefektifan intervensi :
Kompres hangat dan senam lansia dinilai relatif efektif dalam
meredakan nyeri yang dirasakan oleh klien. Karena dengan
kompres hangat, pembuluh darah akan bervasodilatsi dan aliran
darah akan normal
Resiko kesepian Medium Urgensi :
berhubungan dengan Usia lansia adalah usia dimana seseorang mulai memasuki masa
ketidakefektifan koping akhir dalam hidupnya. Perlunya dukungan dari orang-orang
individu terdekat meliputi support, perhatian dan perawatan sangatlah
penting. Dukungan secara psikologi ini akan mempengaruhi
kondisi kejiwaan lansia, terutama saat mendekati masa akhir
hidupnya
Dampak :
Jika lansia tidak memiliki dukungan secara psikologi dari
orang-orang terdekat, mereka cenderung akan menarik diri,
depresi dan memasuki akhir hidupnya dengan kondisi yang
tidak diinginkan
Keefektifan intervensi :
Pemberian terapi okupasi dinilai efektif membantu klien dalam
meningkatkan kualitas hidupnya. Sehingga klien tidak akan
terjebak dalam situasi yang cenderung membuatnya kesepian
Defisiensi pengetahuan Low Urgensi :
berhubungan dengan Pentingnya informasi mengenai kondisi kesehatan pada lansia
kurangnya informasi berhubungan pada gaya hidup lansia tersebut. Jika lansia
mengenai kondisi kesehatan mengetahui mengenai kondisi kesehatan dan hal apa saja yang
harus dilakukan ataupun tidak boleh dilakukan sedikit banyak
akan membantu lansia dalam mencapai kualitas hidup yang
terbaik
Dampak :
Lansia tidak akan mengetahui bagaimana kondisi fisiknya,
sehingga ia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri
ataupun melindungi dirinya dari berbagai kondisi pencetus yang
seharusnya dihindari
Keefektifan intervensi :
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah pemberian
pendidikan kesehatan mengenai kondisi kesehatan klien.
Tindakan ini dinilai cukup efektif dalam upaya peningkatan
pengetahuan klien mengenai kondisinya
f. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kode
No Intervensi
Keperawatan Umum Khusus NIC
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen Nyeri
dengan faktor keperawatan selama 15 keperawatan selama 1 x 15
1. Lakukan pengkajian nyeri
fisiologis menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan nyeri
secara komprehensif
(kerusakan jaringan minggu, diharapkan masalah dapat teratasi dengan
meliputi lokasi,
sendi) keperawatan nyeri dapat kriteria hasil :
karakteristik, awitan dan
teratasi dengan kriteria hasil: - Pengetahuan tentang
durasi, frekuensi, kualitas,
- Klien dapat penanganan nyeri
intensitas atau keparahan
menerapkan cara meningkat
nyeri, dan faktor
penanganan nyeri - Klien mampu untuk
presipitasinya
- Nyeri klien dapat melakukan intervensi
2. Kaji tipe dan sumber nyeri
berkurang dari sekala 4 yang diajarkan.
untuk menentukan
menjadi 2
intervensi
3. Berikan terapi non
farmakologi : Kompres
hangat (Pengaruh Kompres
Hangat Terhadap
Penurunan Skala Nyeri
Pada Penderita Gout
Arthritis Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bahu
Manado, oleh : Mellynda
dkk.)
4. Evaluasi Keberhasilan dari
tindakan.
2 Resiko kesepian Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan tindakan 5230 Coping Enhancement
berhubungan keperawatan selama 45 keperawatan selama 1 x 45 - Identifikasi apa yang
dengan menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan klien dirasakan oleh klien
ketidakefektifan minggu resiko kesepian pada mampu : - Apresiasi setiap apa yang
koping individu klien dapat dicegah dengan - Ikut aktif dalam diungkapkan oleh klien
kriteria hasil : melakukan terapi - Sediakan waktu untuk
- Klien tidak okupasi yang telah mendengar keluhan klien
mengutarakan respon diajarkan - Bantu klien dalam
kesepian - Melakukan kembali menentukan hal apa yang
- Klien tidak menunjukkan secara mandiri mengenai disukai dan ingin dilakukan
respon kesepian terapi okupasi yang - Fasilitasi klien dalam
diajarkan peningkatan kualitas hidup
- Mengisi kekosongan dengan memberikan terapi
waktu dengan okupasi
melakukan terapi
okupasi
- Mengusir rasa kesepian
yang terkadang muncul
dengan melakukan hal
yang disukai

3 Kurang Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan tindakan 5510 Knowledge Enhancement
pengetahuan keperawatan selama 15 keperawatan selama 1x15 - Kaji pengetahuan klien
berhubungan menit x 1 pertemuan dalam 1 menit, diharapkan klien mengenai kondisinya
dengan kurangnya minggu, pengetahuan pada mampu : - Beri penjelasan mengenai
informasi klien dapat meningkat - Terlibat aktif dalam kondisi klien
mengenai kondisi dengan kriteria hasil: kegiatan pendidikan - Beri penjelasan mengenai
kesehatan - Pengetahuan klien kesehatan yang definisi asam urat
mengenai kondisi diberikan - Beri penjelasan mengenai
kesehatannya akan - Menjelaskan kembali tanda dan gejala asam urat
meningkat mengenai kondisi - Beri penjelasan mengenai
- Klien mampu menjaga kesehatannya penyebab asam urat
kesehatan dirinya sendiri - Menjelaskan kembali - Beri penjelasan mengenai
mengenai jenis jenis makanan yang boleh
makanan yang boleh dan yg tidak boleh
dikonsumsi dan yang dikonsumsi untuk kondisi
tidak boleh dikonsumsi klien
- Beri penjelasan mengenai
penatalaksanaan asam urat
g. Implementasi Keperawatan
Waktu Diagnosa Tujuan
No Implementasi Evaluasi Formatif
Keperawatan Umum Khusus
1 22 Oktober Nyeri Setelah dilakukan Setelah dilakukan Memberikan terapi non S : Ny. L berkata
2015, berhubungan tindakan tindakan Farmakologi (Terapi Air “iyo nak penak
pukul dengan faktor keperawatan keperawatan Hagat untuk menurunkan rasane, nek sikile
11.00 – fisiologis selama 15 menit x selama 1 x 15 Nyeri) kumat mengko tak
11.30 WIB (kerusakan 1 pertemuan dalam menit, diharapkan tempeli banyu anget”
jaringan sendi) 1 minggu, nyeri dapat teratasi ya dek enak rasanya,
diharapkan dengan kriteria kalau nanti rasa
masalah hasil : sakitnya kumat saya
keperawatan nyeri - Pengetahuan lakukan tindakan
dapat teratasi tentang terapi air hangat.
dengan kriteria penanganan
O : Ny L tampak
hasil: nyeri meningkat
antusias
- Klien dapat - Klien mampu
mendengarkan
menerapkan untuk
penjelasan dan
cara melakukan
melaksanakan terapi
penanganan intervensi yang
nyeri diajarkan. yang dajarkan
- Nyeri klien
dapat
berkurang dari
sekala 4
menjadi 2
2 Rabu Resiko kesepian Setelah dilakukan Setelah dilakukan
21/10/2015 berhubungan asuhan tindakan - Mengidentifikasi apa S : klien mengatakan
dengan keperawatan keperawatan yang dirasakan oleh terkadang merasa
ketidakefektifan selama 45 menit x selama 1 x 45 klien sepi berada di panti
koping individu 1 pertemuan dalam menit, diharapkan dan ingin pulang ke
1 minggu resiko klien mampu : rumah anaknya
kesepian pada - Ikut aktif dalam O : klien terlihat
klien dapat melakukan sedih
dicegah dengan terapi okupasi - Mengapresiasi setiap S : klien mengatakan
kriteria hasil : yang telah apa yang diungkapkan senang
- Klien tidak diajarkan oleh klien O : klien terlihat
mengutarakan - Melakukan tersenyum
respon kembali secara
kesepian mandiri - Menyediakan waktu S : klien mengatakan
- Klien tidak mengenai terapi untuk mendengar senang apabila ada
menunjukkan okupasi yang keluhan klien mahasiswa praktek
respon diajarkan karena panti jadi
kesepian - Mengisi ramai
kekosongan - Membantu klien dalam O :-
waktu dengan menentukan hal apa S : Klien mengatakan
melakukan yang disukai dan ingin suka menjahit pakain
Kamis terapi okupasi dilakukan yang robek ketika
22/10/2015 - Mengusir rasa merasa kesepian dan
kesepian yang ngobrol dengan
terkadang - Memfasilitasi klien teman
muncul dengan dalam peningkatan O :-
melakukan hal kualitas hidup dengan S : Klien mengatakan
yang disukai memberikan terapi senang dengan
okupasi menjahit dan kegiatan menjahit
membuat kerajinan dan membuat
tangan dari kain flanel kerajinan tangan dari
flanel dan mencoba
membuatnya.
O : klien terlihat
mempraktekan apa
yang diajarkan
3 Rabu Kurang Setelah dilakukan Setelah dilakukan
21/10/2105 pengetahuan asuhan tindakan - Mengkaji pengetahuan S : klien mengatakan
berhubungan keperawatan keperawatan klien mengenai tidak mengetahui
dengan selama 15 menit x selama 1x 15 menit kondisinya mengenai asam urat,
kurangnya 1 pertemuan dalam , diharapkan klien hanya tau dulu saat
informasi 1 minggu, mampu : periksa ke dokter di
mengenai pengetahuan pada - Terlibat aktif suruh menghindari
kondisi klien dapat dalam kegiatan bayam, tempe, tahu
kesehatan meningkat dengan pendidikan O :-
kriteria hasil: kesehatan - Memberi penjelasan S:-
- Pengetahuan yang diberikan mengenai kondisi klien O: klien terlihat
klien mengenai - Menjelaskan paham apa yang di
kondisi kembali sampaikan perawat
kesehatannya mengenai - Memberi penjelasan S : klien mengatakan
akan kondisi mengenai definisi asam paham apa yang di
meningkat kesehatannya urat jelaskan oleh perawat
- Klien mampu - Menjelaskan O: -
menjaga kembali - Memberi penjelasan S : klien mengatakan
kesehatan mengenai jenis mengenai tanda dan paham apa yang di
dirinya sendiri makanan yang gejala asam urat jelaskan oleh perawat
boleh O: -
dikonsumsi
dan yang tidak - Memberi penjelasan S : klien mengatakan
boleh mengenai penyebab paham apa yang di
dikonsumsi asam urat jelaskan oleh perawat
O: -
- Memberi penjelasan S : klien mengatakan
mengenai jenis makanan paham apa yang di
yang boleh dan yg tidak jelaskan oleh perawat
boleh dikonsumsi untuk O: -
kondisi klien
- Memberi penjelasan S : klien mengatakan
mengenai paham apa yang di
penatalaksanaan asam jelaskan oleh perawat
urat O: -
h. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
Nyeri berhubungan dengan S : Ny L berkata, “Dek wau enjeng pun mboten
faktor fisiologis kraos kok nak.” “Terapine niku kulo sampun saget
(kerusakan jaringan sendi) nak. Matur suwun lhoo nak”
O : Ny. L terlihat tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Membuat rencana tindak lanjut
Resiko kesepian S : Klien mengatakan senang dengan kegiatan
berhubungan dengan menjahit dan membuat kerajinan dari flanel.
ketidakefektifan koping Kliena mengatakan akan menjahit dan membuat
individu kerajinan tangan apabila merasa kesepian
P : Klien telihat senang dan mempraktekan apa
yang di berikan
O : Masalah keperawatan teratasi
A : Hentikan intervensi, membuat rencana tindak
lanjut
Kurang pengetahuan S : Klien mengatakan paham mengenai apa yang
berhubungan dengan di jelaskan perawaat
kurangnya informasi O : Klien terlihat paham dan dapat menjawab
mengenai kondisi pertanyaan yang di berikan
kesehatan P: Masalah keperawatan dapat diatasi
A : Hentikan intervensi keperawatan, membuat
rencana tindak lanjut
i. Rencana Tindak Lanjut
Anggota Masalah Intervensi yang RTL Paraf
Wisma Kesehatan telah dilakukan
Ny.L Nyeri Mengajarkan terapi - Membuat kontrak Adit
berhubungan non Farmakologi : waktu dengan Ny. L
dengan faktor Terapi Air hangat untuk
fisiologis memperagakan
(kerusakan terapi non
jaringan sendi) Farmakologi : terapi
air hangat.
Ny.L Resiko - Mengidentifikasi - Menyarankan Nur
kesepian apa yang kepada klien untuk
berhubungan dirasakan oleh melakukan kegiatan
dengan klien menjahit yang telah
ketidakefektifan - Mengapresiasi di berikan ketika
koping individu setiap apa yang merasa kesepian
diungkapkan oleh dan mencari
klien kegiatan baru yang
- Menyediakan dapat
waktu untuk menghilangkan rasa
mendengar kesepian
keluhan klien - Menyarankan
- Membantu klien kepada klien untuk
dalam berinteraksi dan
menentukan hal berbincang dengan
apa yang disukai teman di panti
dan ingin untuk mengusir rasa
dilakukan kesepian
- Memfasilitasi
klien dalam
peningkatan
kualitas hidup
dengan
memberikan
terapi okupasi
menjahit dan
membuat
kerajinan tangan
dari kain flanel
Ny.L Kurang - Mengkaji - Melakukan evaluasi Mari
pengetahuan pengetahuan klien pengetahuan secara a
berhubungan mengenai berkala
dengan kondisinya
kurangnya - Memberi
informasi penjelasan
mengenai mengenai kondisi
kondisi klien
kesehatan - Memberi
penjelasan
mengenai definisi
asam urat
- Memberi
penjelasan
mengenai tanda
dan gejala asam
urat
- Memberi
penjelasan
mengenai
penyebab asam
urat
- Memberi
penjelasan
mengenai jenis
makanan yang
boleh dan yg
tidak boleh
dikonsumsi untuk
kondisi klien
- Memberi
penjelasan
mengenai
penatalaksanaan
asam urat
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan kepada lansia memanglah tidak
mudah. Kita harus mampu mengkaji kondisi lansia secara komprehensif.
Sehingga setiap detail kondisi pada lansia dapat kita temukan terdapatnya
masalah atau tidak.
Saat melakukan pengkajian pada Ny. L , kami mendapatkan tiga
masalah yang harus kami beri intervensi keperawatan. Masalah
keperawatan itu diantaranya adalah nyeri akut berhubungan dengan faktor
fisiologis (kerusakan jaringan sendi), resiko kesepian berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu, dan kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi mengenai kondisi kesehatan. Dari ketiga
masalah tersebut kami memberikan intervensi berupa terapi kompres
hangat untuk mengurangi nyerinya, terapi okupasi menjahit untuk
mengatasi resiko kesepian yang mungkin dialami klien, dan pemberian
informasi mengenai kondisi kesehatan klien.
Intervensi keperawatan yang kami lakukan ini dirasa cukup efektif
dalam mengatasi masalah yang ada pada Ny.L . Ada beberapa perubahan
yang menunjukkan keefektifan intervensi kita. Diantaranya, Ny.L merasa
agak enakan setelah diberi kompres hangat pada lututnya, Ny. L merasa
senang saat di beri kegiatan berupa menjahit dan Ny. L mengatakan sedikit
banyak sudah mengetahui mengenai kondisi kesehatannya.

B. Saran
Untuk kedepannya, ketiga terapi intervensi yang kita berikan ini
dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada lansia yang
memiliki masalah yang sama dengan kasus Ny. L dengan pengembangan
tertentu yang mungkin dapat dilakukan guna memperbaiki efektivitas
intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, sofia rhosma. 2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogjakarta :


Deepublish.

Efendy, Ferry., dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Johnson, Joice Young, dkk. 2005. Prosedur Perawatan Di Rumah. Jakarta : EGC

Maryam, R., et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. 2. Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC

Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai