Kelompok 4:
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Defenisi
Penyakit gagal jantung yang istilah medisnya disebut dengan “Heart Failure atau
Cardiac Failure”, merupakan keadaan darurat medis dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya (Curah) jantung [cardiac output]
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme tubuh (Majid, 2016)
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan sesak nafas,
dispneu saat beraktifitas, dispneu nokturnal puroksimal, ortopneu, dan edema perifer.
gagal jantung kongestif dinamakan seperti itu karena gangguan sirkulasi yang
berhubungan dengan kegagalan jantung untuk berfungsi secara normal, yang
menyebabkan kongesti pada dasar vaskuler paru dan jaringan perifer yang
menimbulkan gejala pernafasan dan edema perifer(Morton, Fontaine, Hudak, &
Gallo, 2011)
Faktor Resiko
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV, infark
miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik, albuminuria,
anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin, siklofosfamid,
5 FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor), NSAID, kokain,
alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga. (Ford et al., 2015)
Etiologi
1) Disritmia
3) Emboli paru
Patofisiologi
Kelainan otot Aterosklerosis Hipertensi sistemik Peradangan dan penyakit Penyakit jantung Faktor sistemik
jantung coroner atau pulmonal miokardium degeneratif lain
CHF
Jantung gagal memompa darah Perfusi ginjal menurun tekanan atrium kanan
Tekanan vena pulmonal
keseluruh tubuh
Tekanan kapiler pulmonal Gangguan fi;trasi glomerulus Tekanan vena sistemik
Cop Menurun
Sekresi renin meningkat Tekanan vena ekstrimitas
Perpindahan cairan
Kontraktilitas miokard menurun
intravaskuler ke paru-patu Aldosterone meningkat
Bendungan aliran darah ke ekstrimitas
Suplai darah dijantung dan sluruh Akumulasi cairan
tubuh menurun Retensi Na & H2O Edema ekstrimitas
Edema paru Susah BAK
Kekurangan oksigen dalam tubuh
Kelebihan Volume
Dispnea Cairan
Resiko Penurunan Curah
Jantung
Pola Nafas Tidak Efektif
Bendungan vena sistemik
Hambatan aktifitas
Mendesak diafragma
Intoleransi Aktifitas
Sesak nafas
Klasifikasi
BerdasarkanAmericanHeartAssociation(Yancyetal.,2013), klasifikasi dari gagal jantung
kongestif yaitu sebagai berikut :
a. Stage A
Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko tinggi, tetapi belum
ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa adanya tanda dan gejala
(symptom) dari gagal jantung tersebut. Pasien yang didiagnosa gagal jantung stage A
umumnya terjadi pada pasien dengan hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, atau pasien yang mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).
b. Stage B
Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan adanya
kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda dan gejala dari
gagal jantung tersebut. Stage B pada umumnya ditemukan pada pasien dengan infark
miokard, disfungsi sistolik pada ventrikel kiri ataupun penyakit valvular asimptomatik.
c. Stage C
Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada jantung
bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi kerusakan. Gejala
yang timbuldapat berupa nafas pendek, lemah, tidak dapat melakukan aktivitas berat.
d. Stage D
Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan ataupun
intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat keadaan istirahat, serta
pasien yang perlu dimonitoring secara ketat.
Klasifikasi gagal jantung baik klasifikasi menurut AHA maupun NYHA memiliki perbedaan
yang tidak signifikan. Klasifikasi menurut AHA berfokus pada faktor resiko dan abnormalitas
struktural jantung, sedangkan klasifikasi menurut NYHA berfokus pada pembatasan aktivitas
dan gejala yang ditimbulkan yang pada akhirnya kedua macam klasifikasi ini menentukan
seberapa berat gagal jantung yang dialami oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik
3. Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak terartur untuk dipalpasi
dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada.
4. Tekanan darahmeningkat(130/90mmHg)
5. Pemeriksaan kulit: kulit pucat (karena penurunan perfusi perifer sekunder) dan
sianosis (terjadi sebagai refraktori gagal jantung kronis). Area yang sakit sering
berwarna biru / belang karena peningkatan kongesti vena(Majid, 2016)
Pemeriksaan Penunjang
1. EKG (Elektrokardiogram)
EKG untuk mengukur kecepatan dan keteraturan danyut jantung, untuk mengetahui
hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan pola
mungkin terlihat. Distritmia,misalnya: takikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persenten 6 minggu atau lebih setelah infrank miokard menunjukan adanya aneurime
ventricular
2. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk
jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
3. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada digunakan untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunancairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BPN
Tes darah BPN untuk mengukur kadar hormon BPN (B-type natriuretic peptide) yang
pada gagal jantung akan meningkat.
5. Sonogram
Dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub atau
area penurunan kontraktilitas ventrikular.
6. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
7. Keteterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi
kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Selain itu, juga mengkaji
potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan ke dalam ventrikel; menunjukkan ukuran
abnormal dan ejeksi frank atau perubahan kontraktilitas. (Majid, 2016)
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. E.L
DENGAN DIAGNOSA CHF
RSUP Prof.Dr.R.D.KANDOU MANADO
A. IDENTITAS
Nama Lengkap : Ny. E.L
Tempat Tanggal Lahir : Silian, 20/09/1944
Umur : 76 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Silian Timur Jaga IV
Tanggal MRS : 07 Oktober 2020
Jam MRS : 23.44 WITA
No.Rm : 00.48.56.45
Diagnosa medis : CHF fc.II
KELUARGA TERDEKAT YANG DAPAT DIHUBUNGI
Nama : Ny.Y.S
Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat : Silian Timur Jaga IV
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Anak
B. PENGKAJIAN PRIMER
1) Airway :
Bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
2) Breathing :
Frekuensi nafas : 28x/m, irama nafas : ireguler, suara nafas : vesikuler, terdapat
retraksi dada, pernafasan cuping hidung, saturasi O2 98%, menggunkan alat bantu
pernapasan nasal kanul.
3) Circulation :
Akral : hangat, tidak sianosis, CRT : <2 detik, Nadi : teraba, frekuensi 103 x/m, TD :
120/80 mmHg
4) Disability :
Tingkat kesadaran GCS : 15, Pupil : isokor diameter 3 mm.
C. KELUHAN UTAMA:
Sesak napas
F. POLA NUTRISI
Berat badan : 58 kg
G. POLA ELIMINASI
Buang air besar
Frekwensi : 1x/hari
Waktu : Tidak menentu
Warna : kecoklatan
Konsistensi : lembek
Kesulitan : Tidak ada
Keterangan :
0 = Mandiri
1 = Memerlukan Alat
2 = Memerlukan Bantuan
3 = Memerlukan alat dan bantuan
4 = Tergantung
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal Serumah
J. PENGKAJIAN SEKUNDER
1) Kepala
Bulat , tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Fungsi Penglihatan : Kurang baik
Konjungtiva : Anemis
Tidak ada edema pada palpebra
3) Telinga
Tidak ada kelainan, tidak ada serumen
4) Hidung
Menggunakan pernapasan cuping hidung
5) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : kering
Keadaan gigi : gigi kurang baik, adanya caries
Keadaan mulut : bersih
Keadaan membran mukosa : tampak kering
Kesulitan menelan :-
6) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7) Jantung : BJ I.II iregular, tidak terdapat murmur
8) Thoraks : Tidak ada pembesaran pada bagian thoraks, klien tampak
sesak dan menggunakan otot perut untuk bernapas, suara napas vesikuler, jantung
berdetak cepat, pola ventilasi menggunakan O2 Nasal kanul 4 l/m
9) Sirkulasi
Frekuensi nadi : 103 x/menit
SP O2 : 98%
Tekanan darah : 120/80 mmHg
RR : 28x/m
Suhu Badan : 36,2oC
MAP : 93
Tidak ada sianosis dan turgor kulit kering
10) Abdomen
Permukaan perut datar, lemas, tidak ada nyeri tekan
11) Ekstremitas
Ekstremitas atas dan bawah baik tidak ada kecacatan, kekuatan otot dalam keadaan
lemah, ada kekakuan tidak ada kejang.
Ekstremitas bawah pada kaki kanan terpasang IVFD Nacl 0,9% 500 cc, cabang EAS
Primer 8 gtt/m
12) Genetalia
Bersih dan terpasang kateter jumlah urine 100 cc/jam
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : 08/ 10 / 2020
Hematologi
L. PENGOBATAN
1. DS : Klien mengatakan sesak nafas Hambatan upaya nafas Pola Nafas Tidak
Efektif
DO :
- Klien tampak sesak
- Frekuensi Nafas 28x/m, irama
ireguler, suara nafas vesikuler,
pernafasan cupping hidung, terdapat
retraksi dada, saturasi 98%, terpasang
O2 Nasal kanul 4 l/m.
- TTV : TD : 120/80mmhg, RR: 28x/m,
HR: 103x/m, Sb: 36,2oc
DO :
- TTV : TD : 120/80mmhg, RR: 28x/m,
HR: 103x/m, Sb: 36,2oc
- Klien tampak lemah
- ADL klien dibantu perawat
Pola Skor
aktivitas
0 1 2 3 4
Makan √
Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
1. Pola Nafas Tidak Efektif Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Posisikan semi fowler
Hambatan upaya nafas selama 3x24 jam atau setengah duduk
dibuktikan dengan diharapkan, inspirasi (sesuai dengan jurnal
dan/atau ekspirasi yang Viva Medika | VOLUME
DS : Klien mengatakan memberikan ventilasi 13/NOMOR 02/MARET/2020)
sesak nafas 3. Berikan Oksigen
adekuat membaik
DO : 4. Anjurkan asupan cairan
Kriteria Hasil: 2000 ml/hari
-Klien tampak sesak 5. Kolaborasi pemberian
-Frekuensi Nafas 28 Dispnea menurun
oksigen
x/m, irama iregular, Frekuensi nafas
suara nafas vesikuler, membaik
pernafasan cupping
hidung, terdapat
retraksi dada, saturasi
98%, terpasang O2
Nasal kanul 4 l/m.
TTV : TD : 120/80mmhg,
RR: 28x/m, HR: 103x/m,
Sb: 36,2oc
Makan √
Minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi √
10.10 O:
3. Memberikan Oksigen - TTV
TD TD: 120/80 mmHg,
4. Menganjurkan asupan cairan 2000 HR : 103 x/m , Suhu :
ml/hari 36,2oc, dan RR : 28x/m
10.15
- Klien tampak sesak nafas
5. Berkolaborasi dalam pemberian oksigen - Irama nafas : ireguler
- Bunyi nafas : vesikuler
- Penggunaan otot :
Retraksi dada bantu nafas
- Saturasi : 98 %
- Terpasang O2 4 L/m
(nasal kanul)
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2. 11.00 1. Mengdentifikasi gangguan fungsi tubuh Jam : 12.30
yang mengakibatkan kelelahan S:
11.10 2. Memonitor kelelahan fisik dan
- Klien mengatakan badan
emosional terasa lemas
3. Menyediakan lingkungan nyaman dan - Keluarga klien mengatakan
dalam beraktivitas pasien
rendah stimulus harus dibantu
11.15 4. Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur
O:
5. Menganjurkan tirah baring
6. Menganjurkan melakukan aktifitas - Klien tampak lemah
11.20 - ADL dibantu perawat
secara bertahap - TTV : TD: 120/80 mmHg,
12.00 7. Berkolaborasi dengan ahli gizi HR : 103 x/m , Suhu :
36,2oc, dan RR : 28x/m
A: Masalah belum teratassi
P: Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
08.20 O:
4. Menganjurkan asupan cairan 2000
09.00 ml/hari - TTV
TD: 120/80mmHg, HR :
5. Berkolaborasi pemberian oksigen 102 x/m , Suhu : 36,3oc,
dan RR : 24x/m
- Klien tampak sesak nafas
- Irama nafas : ireguler
- Bunyi nafas : vesikuler
- Penggunaan otot :
Retraksi dada bantu nafas
- Saturasi : 98 %
- Terpasang O2 4 L/m
(nasal kanul)
P : Lanjutkan Intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi