Disusun Oleh:
Depranata
2017.C.09a.0832
TINJAUAN PUSTAKA
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
secara langsung karena perdarahan hebat atau tidak langsung karena hilangnya
cairan yang berasal dari plasma (misalnya, diare berat, pengeluaran urin
adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke
terganggu.
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
a) Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
asidosis jaringan.
1.1.4 Patofisiologi
a) Fase Kompensasi
dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang
daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak
menurun.
b) Fase Progresif
karbonat di jaringan.
c) Fase Irevesibel
mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul
edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan
hiperkapnea.
DBD
Terjadi Pendarahan
Syok Hipovolemik
B1 B2 B3 B4 B5 B6
d) Dehidrasi kronis
perdarahan.
dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus
perdarahan.
d) Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan
radiologi
1.1.7 Penatalaksanaan
b) Pemberian Cairan
1) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
atau dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala
(otak).
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak
lengkap.
2 Primari survay
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
dari 95%.
2. Sirkulasi - kontrol perdarahan
3 Sekundery survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik
kecepatan aliran berbanding lirus dengan empat kali radius kanul, dan
lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat memasukkan cairan
adalah lengan bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan
persen steril, karena itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka
atau hemotorak, pada penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil.
Pada anak-anak dibawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra-osseus
yang penting untuk memilih prosedur atau caranya adalah pengalaman dan
Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada saat ini. Foto torak
haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau vena
4 Tersieri survey
Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis adalah pilihan
kurang baik.
Tabel 1. Jenis-jenis Cairan Kristaloid untuk Resusitasi
Cairan Na+ K+ Cl- Ca++ HCO3 Tekanan
mOsm/L
Ringer 130 4 109 3 28* 273
Laktat
Ringer 130 4 109 3 28: 273
Asetat
NaCl 154 - 154 - - 308
0.9%
* sebagai laktat
: sebagai asetat
1.2 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1 Pengkajian
1. Primery survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan
atau obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas
teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping hidung,dan suara
napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan darah
dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan,
sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik
apabila ada perdarahan.
d. Disability
Status mental : Tingkat kesadaran secara kualitatif dengan Glascow
Coma Scale (GCS) dan secara kwantitatif yaitu Compos mentis : Sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya. Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan
dengan rangsang nyeri, tetapi jatuh tidur lagi. Delirium : keadaan kacau
motorik yang sangat, memberontak, berteriak-teriak, dan tidak sadar
terhadap orang lain, tempat, dan waktu. Sopor/semi koma : keadaan
kesadaran yang menyerupai koma,reaksi hanya dapat ditimbulkan
dengan rangsang nyeri. Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama
sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang apapun.
e. Exposure/Environment: keadaan kulit, seperti turgor/kelainan pada kulit
dan keadaan ketidaknyamanan nyeri dengan pengkajian PQRST
2. Secondary survey
a. Fokus Asesment
Pemeriksaan fisik mengacu pada pengkajian B1-B6 dengan pengkajian
fokus ditujukan pada gejala-gejala yang muncul akibat cedera kepala berat.
Keadaan umum pada keadaan cedera kepala berat umumnya mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi
bradikardi dan hipotensi.
1) B1 (Breathing)
Perubahan pada sistem pernapasan bergantung pada gradasi blok
saraf parasimpatis klien mengalami kelumpuhan otot otot pernapasan
dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatetik desending
akibat trauma pada tulangbelakang sehingga mengalami terputus
jaringan saraf di medula spinalis, pemeriksaan fisik dari sistem ini akan
didapatkan hasil sebagai berikut inspeksi umum didapatkan klien batuk
peningkatan produksi sputum, sesak napas.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan syok
hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera kepala berat. Dari
hasil pemeriksaan didapatkan tekanan darah menurun nadi bradikardi
dan jantung berdebar-debar. Pada keadaan lainnya dapat meningkatkan
hormon antidiuretik yang berdampak pada kompensasi tubuh.
3) B3 (Brain)
Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, pengkajian fungsi
serebral dan pengkajian saraf kranial. Pengkajian tingkat kesadaran :
tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persyarafan. Pengkajian
fungsi serebral : status mental observasi penampilan, tingkah laku nilai
gaya bicara dan aktivitas motorik klien Pengkajian sistem motorik
inspeksi umum didapatkan kelumpuhan pada ekstermitas bawah, baik
bersifat paralis, dan paraplegia. Pengkajian sistem sensori ganguan
sensibilitas pada klien cedera kepala berat sesuai dengan segmen yang
mengalami gangguan.
4) B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna ,jumlah,dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
5) B5 (Bowel)
Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering didapatkan adanya
ileus paralitik, dimana klinis didapatkan hilangnya bising usus,
kembung,dan defekasi, tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari
tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu.
6) B6 (Bone)
Paralisis motorik dan paralisis organ internal bergantung pada
ketinggian lesi saraf yang terkena trauma. Gejala gangguan motorik
sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.disfungsi
motorik paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan.pada saluran
ekstermitas bawah. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit
3. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang
merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi
keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat
keluarga, sosial, dan sistem. Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus
diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia,
dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan anggota
keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat kejadian.
Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena akan memberikan gambaran
mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari
pasien dan keluarga:
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi
berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi
termasuk dalam komponen ini)
6. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah di lakukan tindakan selama 1x7 Observasi
dengan klien mengalami penurunan otot
jam di harapkan Defisit perawatan diri 1. Identifikasi kebiasan aktivitas
dan mengalami kelemasan
normal kembali dengan kriteria hasil : perawatan diri sendiri sesuai usia
1. Bisa melakukan aktivas kebersihan 2. Monitor tingkat kemandirian
sendiri 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
2. Tidak tergantung pada keluarga dan Teraupetik
perawat 1. Sediakan lingkungan yang teraupetik
2. Siapkan keperluan pribadi
3. Damping perawatan sendiri sampai
mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
Kolaborasi
1. Anjurkan perawatan diri sendiri secara
konsisten sesuai kemampuan
1.2.3 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal
1.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain
DAFTAR PUSTAKA