Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny.N DENGAN DIAGNOSA OKULI SINISTRA GLUKOMA


DI RUANGAN SAKURA RSUD
DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Oleh:
Nama : Depranata
Nim : 2021-01-14901-013

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021

BAB 1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Depranata

NIM : 2021-01-14901-013

Program : Sarjana Keperawatan Studi Ners

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.N


dengan diagnosa medis okuli sinistra glukoma di ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melaksanakan melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan


untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan Program Studi Ners
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh:

Pemimbing Akademik Pembimbing Lahan

Hermanto, Ners.,M.Kep Aster, S. Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.N dengan diagnosa medis okuli sinistra
glukoma di ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan
pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Isna Wiranti S.Kep.,Ners. Selaku Koordinator PPK.
4. Bapak Hermanto, Ners.,M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Aster, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada keluarga Ny. N yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai
kelolaan dalam asuhan keperawatan.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................ii


KATA PENGANTAR .............................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1...............................................................................................................................Konsep Penyakit
..............................................................................................................................1
1.1.1. Definisi ..........................................................................................................1
1.1.2. Anatomi fisiologi ..........................................................................................1
1.1.3. Etiologi ..........................................................................................................4
1.1.4. Klasifikasi .....................................................................................................4
1.1.5. Patofisiologi ..................................................................................................5
1.1.6. Manisfestasi klinis .........................................................................................6
1.1.7. Komplikasi ....................................................................................................6
1.1.8. Pemeriksaan penunjang .................................................................................6
1.1.9. Penatalaksanaan medis ..................................................................................10
1.2...............................................................................................................................Manajemen asuha
..............................................................................................................................11
1.2.1. Pengkajian .....................................................................................................11
1.2.2. Diagnosa keperawatan ..................................................................................13
1.2.3. Intervensi .......................................................................................................14
1.2.4. Implementasi .................................................................................................17
1.2.5. Evaluasi .........................................................................................................17
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1...............................................................................................................................Pengkajian
..............................................................................................................................18
2.2...............................................................................................................................Analisis data
..............................................................................................................................40
2.3...............................................................................................................................Prioritas masalah
..............................................................................................................................43
2.4...............................................................................................................................Rencana keperawa
..............................................................................................................................45
2.5...............................................................................................................................Implementasi dan
..............................................................................................................................49
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Glaukoma okuli adalah suatu neuropati optik multifaktorial dengan
karakteristik hilangnya serat saraf optik. Pada glaukoma akan terdapat kelemahan
fungsi mata dengan terjadinya cacat lapangan pandang dan kerusakan anatomi
berupa ekskavasi serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan. Glaukoma dapat disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh
badan siliar atau karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut
bilik mata atau di celah pupil.

Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola


mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapangan pandang (Ilyas dan
Yulianti, 2014). Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi karena
peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran
tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan
mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50-60 mmHg pada
keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf,
semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang terjadi.
Kemenkes RI, 2015.

Tekanan intraokuler yang meningkat dapat menyebabkan rusaknya sel


ganglion yang berhubungan dengan nervus optikus. Nervus optik terdiri atas
jutaan serabut sel saraf yang panjang dan tipis dengan diameter kurang lebih
1/20.000 inci. Apabila tekanan bola mata naik, maka serabut saraf yang memiliki
fungsi membawa informasi penglihatan ke otak akan tertekan, lalu menimbulkan
kerusakan hingga kematian saraf. Kematian saraf akan menyebabkan kehilangan
fungsi penglihatan yang permanen. Kemenkes RI, 2015.
1.1.2 Anatomi Fisiologi

Mekanisme utama penurunan fungsi penglihatan pada glaukoma adalah


apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan terjadinya penipisan pada lapisan
serat saraf dan lapisan retina. Hal ini juga menyebabkan berkurangnya akson
pada nervus optikus dan diskus optikus menjadi atrofik, serta pembesaran pada
cawan optik. Secara umum, hingga sekarang dikenal 2 teori yang mendasari
mekanisme penurunan fungsi penglihatan yaitu teori mekanis (peningkatan
tekanan intraokuler menyebabkan kerusakan papil nervus optikus) dan teori
vaskuler (penurunan aliran/perfusi darah menyebabkan terjadinya kerusakan papil
nervus optikus). Pada teori mekanis , peningkatan tekanan intraokuler
menyebabkan tekanan pada serabut saraf terutama pada bagian Elschnig’s ring
dan lamina kribosa. Lalu terjadi putusnya jalur axoplasmic transport baik secara
anterograde maupun retrograde.

Patofisiologi peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh adanya


keseimbangan antara sekresi aquos humor oleh badan siliar dan drainase melalui
trabekular meshwork dan uveoskleral. Oleh karena itu dibagi menjadi 2
mekanisme yaitu pada glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Pada
pasien dengan glaukoma sudut terbuka, ada peningkatan hambatan pada aliran
aquos humor pada jalur trabekula meshwork. Sementara hambatan terdapat pada
jalur menuju drainase tersebut disebut sebagai glaukoma sudut tertutup.

1.1.3 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi 3 bagian yaitu faktor
demografis, faktor anatomis, dan kondisi penyerta:
1.1 Demografis
1.1.1 Umur
Glaukoma Sudut Tertutup jarang terjadi pada usia 40 tahun.
Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 55-70 tahun. Seiring
pertambahnya usia maka kedalaman dan volume bilik mata depan
berkurang, sehingga terjadi peningkatan ketebalan lensa yang
mendoron lensa kedepan sehingga mengakibatkan peningkatan
kontak iridolentikuler
I.1.2 Jenis Kelamin
Studi kasus menemukan bahwa perempuan memiliki risiko
lebih besar terkena glaukoma sudut tertutup dibandingkan pria.10
Wanita cenderung mempunyai segmen anterior lebih kecil dan
axial length lebih pendek dibanding pria.
1.1.3 Riwayat Keluarga
Secara umum, terjadi peningkatan risiko jika salah satu dari
saudara setingkat menderita glaukoma. Faktor genetik juga
mempengaruhi kondisi anatomis.
2.2 Faktor Anatomis
Pasien dengan glaukoma sudut tertutup mempunyai segmen
anterior yang lebih kecil, padat, dan axial length pendek. Faktor
predisposisi utama adalah bilik mata yang dangkal, lensa tebal, dan
kuravtura anterior lensa meningkat, axial length pendek, dan diameter
serta radius kurvatura kornea kecil
3.3 Kondisi penyerta
3.3.1 Penggunaan obat tertentu antikolinergik, dan adrenergik

1.1.4 Klasifikasi
1.1.4.1 Glukoma Primer
Glaukoma primer adalah kondisi dimana peningkatan tekanan
intraokuler tidak dapat diketahui penyebab pastinya. Secara umum
terdapat 2 tipe yang memiliki prevalensi tertinggi yaitu glaukoma sudut
terbuka primer dan glaukoma sudut tertutup primer.
1.1.4.2 Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan salah satu bentuk
glaukoma yang paling umum terjadi. Istilah sudut terbuka menandakan
sudut segmen anterior masih terbuka namun terdapat peningkatan tekanan
intraokuler. Kondisi ini terjadi secara kronis. Kondisi patologis yang
utama berupa proses degeneratif pada trabekular meshwork, termasuk
penimbunan material ekstraseluler di dalam trabekula meshwork dan
dibawah endotel kanalis schlem. Proses degeneratif ini menyebabkan
penurunan drainase aliran aquos humor.
1.1.4.3 Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaukoma sudut tertutup primer suatau keadaan penutupan jalan
keluar aquos humor. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah rasa sakit yang
berat, mata merah, dan penglihatan berbayang. Pada pemeriksaan disertai
peningkatan tekanan intraokuler. Peningkatan tekanan intraokuler
disebabkan sumbatan aliran keluar aquos humor akibat oklusi trabekular
meshwork oleh iris perifer. Glaukoma sudut tertutup primer yang terjadi
secara akut merupakan suatu kegawatdaruratan.
1.1.4.4 Glaukoma Sekunder
Pada glaukoma sekunder peningkatan tekanan intraokuler terjadi
akibat manifestasi dari penyakit lain berupa peradangan, trauma bola mata
dan uveitis. Glaukoma sekunder terbagi menjadi pigmentary glaucoma,
exfoliation syndrome / pseudoexfoliation syndrome, glaukoma akibat
perubahan lensa, glaukoma akibat kelainan traktus uvealis, glaukoma
akibat trauma, glaukoma pasca tindakan bedah okular, glaukoma
neovaskular, glaukoma akibat peningkatan tekanan vena episklera, serta
glaukoma akibat pemakaian steroid jangka panjang. Perubahan lensa
seperti dislokasi lensa akibat trauma atau sindroma marfan, intumesensi
lensa sehingga lensa bertambah besar, dan fakolitik dapat menyebabkan
glaukoma.
1.1.4.5 Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital jarang sekali terjadi. Glaukoma kongenital
dibagi menjadi glaukoma kongenital primer (kelainan terbatas hanya pada
sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan
kondisi lain (aniridia, sindrom Lowe, sindom SturgeWeber dan rubela
kongenital). Glaukoma kongenital yang terjadi pada bayi biasanya
diturunkan dari keluarga. Saat lahir terdapat kelainan perkembangan mata
dengan pembesaran bola mata. Bola mata akan nampak besar namun
terdapat kekeruhan pada kornea. Disertai juga dengan mata merah.
fotofobia, dan epiforia.

WOC

Etiologi
Sekunder:
-trauma bola mata dan uveitis
1.1.6 akibat
-glaukoma Manisfestasi Klinis
perubahan lensa Primer:
-glaukoma akibat kelainan traktus uvealis Secara umum terdapat 2 tipe yang memiliki prevalensi
-glaukoma pasca tindakan bedah okular tertinggi yaitu glaukoma sudut terbuka primer dan
-glaukoma neovaskular glaukoma sudut tertutup primer.
-glaukoma akibat peningkatan tekanan vena episklera
1.1 Gejala Glukoma
Gejala yang muncul akan berbeda-beda pada setiap penderita
glaukoma. Akan tetapi penderita glaukoma umumnya mengalami
gangguan penglihatan. Beberapa gangguan penglihatan yang muncul dapat
berupa:
1.1.1 Penglihatan kabur
1.1.2 Terdapat lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah
cahaya
1.1.3 Memiliki sudut buta (blind spot)
1.1.4 Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak
sama.
1.1.5 Nyeri hebat di sekitar mata
1.1.6 Sakit kepala
1.1.7 Demam bahkan perasaan takut mati
1.1 Penyebab Glukoma
1.2.1 Cedera akibat paparan zat kimia
1.2.2 Infeksi
1.2.3 Peradangan
1.2.4 Penyumbatan pembuluh darah

1.1.7 Komplikasi
Banyak pasien yang berada pada penyakit stadium akhir yang akan
merasakan terbatasnya bidang pandangan mereka, dan menyebabkan hilangnya
bidang penglihatan pusat, komplikasi glukoma pada umumnya adalah kebutuhan
total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata
pada kebutuhan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan
pembulu darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris
yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Tajam Penglihatan Pemeriksaan tajam penglihatan bukan
merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma:
1.1 Tonometri Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata.
Dikenal empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular
yaitu:
1.1.1 Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
1.1.2 Indentasi dengan tonometer Schiotz
1.1.3 Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
1.1.4 Nonkontak pneumotonometri
1.1.2 Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata
depan dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma
gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata
depan.
1.1.3 Oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan
keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma
yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik
dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak
dapat dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.
1.1.4 Pemeriksaan Lapang Pandangan
Lapang pandangan adalah bagian ruangan yang terlihat oleh satu
mata dalam sikap diam memandang lurus ke depan. Pemeriksaan lapang
pandangan diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit tertentu ataupun
untuk menilai progresivitas penyakit (Ilyas, 2012). Pada pemeriksaan
lapangan pandangan, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu
batas sampai mana benda dapat dilihat, jika mata difiksasi pada satu titik.
Sinar yang datang dari tempat fiksasi jatuh di makula, yaitu pusat melihat
jelas (tajam), sedangkan yang datang dari sekitarnya jatuh di bagian retina.
Lapangan pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu, dan tidak
sama ke semua arah. Seseorang dapat melihat ke lateral sampai sudut 90-
100 derajat dari titik fiksasi, ke medial 60 derajat, ke atas 50-60 derajat
dan ke bawah 60-75 derajat.

1.1.5 Kampimeter dan Perimeter


Keduanya merupakan alat pengukur atau pemetaan lapang
pandangan terutama daerah sentral dan parasentral. Lapang pandangan,
bagian ruangan yang terlihat oleh satu mata dalam sikap diam memandang
lurus ke depan. Pemeriksaan lapang pandangan diperlukan untuk
mengetahui adanya penyakit-penyakit tertentu ataupun untuk menilai
progresivitas penyakit tertentu, Pemeriksaan lapang pandangan dapat
dilakukan dengan.
1.1.5.1 Pemeriksaan konforntasi, yaitu pemeriksaan dengan
melakukan perbandingan lapang pandangan pasien dengan
si pemeriksa sendiri.
1.1.5.2 Pemeriksaan perimeter atau kampimetri. Lapang pandangan
normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50
derajat nasal dan 65 derajat ke bawah.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan glaukoma menurut Tamsuri (2010) meliputi:

1.1.9.1 Pengobatan bagi pasien glaukoma


Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan
TIO, membuka sudut yang tertutup (pada glaukoma sudut
tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual,
muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut
tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik
(sebelahnya). Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan
memberikan cairan hiperosmotik seperti gliserin per oral atau
dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus
ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti
acetazolamide (Acetazolam, Diamox), dorzolamide (TruShop),
methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor aqueus dapat juga
dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergic
seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol
(Begatan). Untuk melancarkan aliran humor aqueus, dilakukan
konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride
2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur
setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum dilakukan
apabila telah terdapat tandatanda penurunan TIO.
Penanganan nyeri, mual, muntah dan peradangan dilakukan
dengan memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol),
antimuntah atau kortikosteroid untuk reaksi radang. Jika tindakan
pengobatan tidak berhasil, dilakukan operasi untuk membuka
saluran Schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat
keluar dengan mudah. Tindakan pembedahan dapat dilakukan
seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila tindakan ini
gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (pemasangan selaput beku).
1.1.9.2 Penatalaksanaan keperawatan bagi pasien glaukoma
Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada
pendidikan kesehatan terhadap penderita dan keluarganya karena
90% dari penyakit glaukoma merupakan penyakit kronis dengan
hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian
untuk mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan
gambaran tentang penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek
pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan kesehatan
yang diberikan harus menekankan bahwa pengobatan bukan untuk
mengembalikan fungsi penglihatan, tetapi hanya mempertahankan
fungsi penglihatan yang masih ada. Dalam hal ini diperlukan
adanya dukungan keluarga bagi penderita glaukoma, keluarga
dapat memberikan dorongan (motivasi) dan bantuan fisik terhadap
anggota keluarga yang sakit
1.2 Manajemen Keperawatan
1.2.1 dentifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl
MRS,  diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.
1.2.2 Keluhan Utama
Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi,
nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan
bengkak.
1.2.3 Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi
nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan
bengkak.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah
terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal
atau horisontal memiliki penyakit yang serupa.
1.2.4 Pola – pola Fungsi Kesehatan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat:
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang
penyakit yang diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan
juga adanya perubahan dalam pemeliharaan kesehatan. 
Pola Metabolik:
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada
pola nutrisi dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola
makan dan komposisi, berapa banyak / dalam porsi, jenis minum dan
berapa banyak jumlahnya.
Pola eliminasi:
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi
tetap dikaji konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
Pola tidur dan istirahat:
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur
karena nyeri / sakit hebat menjalar sampai kepala.
Pola aktivitas:
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien
mengalami penurunan.
Pola persepsi konsep diri:
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas
terhadap penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri.
Pola sensori dan kognitif:
Pada klien ini akan menjadi /  mengalami gangguan pada fungsi
penglihatan dan pada kongnitif tidak mengalami gangguan. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer,fotofobia (glaukoma).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan.Peningkatan air mata.
Pola hubungan dan peran:
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien
dengan keluarga dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena
penyakit yang dideritanya.
Pola reproduksi:
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
Pola penanggulangan stress:
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi
penglihatannya serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
Pola tata nilai dan kepercayaan:
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
Pemeriksaan Fisik:
1.1 Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya,
serta pemeriksaan TTV.
Pemeriksaan Kepala dan Leher:
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada
kepala, mata merah, edema kornea, mata terasa kabur.
Pemeriksaan Integumen:
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
Pemeriksaan Sistem Respirasi:
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
Pemeriksaan Kardiovaskular:
Meliputi irama dan suara jantung.
Pemeriksaan Sistem  Gastrointestinal:
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal:
Meliputi pergerakan ekstermitas.
Pemeriksaan Sistem Endokrin:
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam endokrin.
Pemeriksaan Genitouria:
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
Pemeriksaan Sistem Pernafasan:
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya
lapang pandang.
1.2 Pemeriksaan Diagnostik
1.2.1 Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke
retina atau jalan optik.
1.2.2 Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV,
massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri
serebral atau glaukoma.
1.2.3 Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal
12-25 mmHg)
1.2.4 Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut
terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
1.2.5 Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma
jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
1.2.6 Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina,
dan mikroaneurisma.
1.2.7 Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
1.2.8 EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosis.
1.2.9 Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1.2.2.1 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan myeri dan
kenyamanan
1.2.2.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penglihatan .
1.2.2.3 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Imobilitas menurun
1.2.2.4 Resiko cedera berhubungan dengan lingkungan

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan ke 1:
1.2.3.1 Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan nyeri dan
kenyamanan (D.0074. Hal 166)
Tujuan Dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan 3x4 jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. TTV dalam batas normal (TD: 120/80, RR 16-20x/mnt,
Nadi 80-100x/mnt, Suhu 36,5-37,5oC)
Intervensi:
a. Kaji karakteristik pasien secara PQRST lakukan
manajemen
b. nyeri sesuai skala nyeri misalnya pengaturan posisi
fisiologis
c. Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam pada saat rasa
nyeri datang
d. Ajarkan metode distraksi
e. Beri manajemen sentuhan berupa pemijatan ringat pada
area sekitar nyeri
f. Beri kompres hangat pada area nyeri
g. Kolaborasi dengan medis dalam pemberian analgesik secara
periodik
Diagnosa ke 2:
1.2.3.2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penglihatan (D.0085. Hal 190)
Tujuan Dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan 3x4 jam penglihatan membaik dengan kriteria hasil:
a. psresepsi sensori membaik
b. Fungsi sensori membaik
c. Orientasi kongnitif membaik
d. Status neurologis membaik
e. Status orientasi membaik
Intervensi:
a. Dukungan pelaksanaan ibadah
b. Edukasi perawatan diri
c. Manajemen stress
d. manajemen mood
Diagnosa ke 3
1.2.3.3 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Imobilitas menurun (D.0056.
Hal 128)
Tujuan Dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan 3x4
jam Imobilitas membaik dengan kriteria hasil:
a. Gerakan tidak terkordinir menurun
b. Gerakan terbatas menurun
c. Kelemahan fisik menurun
d. Kecemasan menurun
Intervensi:
a. Dukungan perawatan diri
b. Edukasi Latihan fisik
c. Dukungan spiritual
Dignosa ke 4
1.2.3.4 Resiko cedera berhubungan dengan lingkungan (D.0136. Hal 294)
Tujuan Dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan 3x4
jam Tingkat cedera menurun dengan kriteria hasil:
a. Toleransi aktivitas meningkat dengan skor 5
b. Kejadian cedera luka atau lecet menurun dengan skor 5
c. Gangguan mobilitas menurun dengan skor 5
d. gangguan kognitif menurun

Intervensi:
a. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cedera
b. Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
c. Sediakan pencahayaan yang memadai
d. pastikan barang pribadi mudah di jangkau

1.3.4 Implementasi Keperwatan


Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan. Dalam tahap ini perawat menggunakan kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien
dengan Okuli Sinestra Glukoma. Perawat harus mengetahui berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pasien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Depranata

NIM : 2021-01-14901-013

Ruang Praktek : Sakura


Tanggal Praktek : 18 Oktober 2021

Tanggal & Jam Pengkajian :18 Oktober 2021

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N

Umur : 52 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Kristen

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : Smp

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl.manjuhan

Tgl MRS : 18 Oktober 2021

Diagnosa Medis : Okuli Sinestra Glukoma

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
P: Penyebab nyeri tersebut akibat penngkatan tekanan bola mata
Q: Nyeri terasa Seperti Di tusuk-tusuk
R: Nyeri Terasa di bagian mata sebelah kiri
S: Skala nyeri 4
T: Nyeri terjadi secara mendadak
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 13 0ktober 2021 sejak pukul 9:35 WIB,pasien di
pindahkan dari ruagan klinik mata ke ruang Sakura di ruang Sakura
dan di lakuakn pemeriksaan untuk rencana operasi seperti pemeriksaan
TD:137/78 mmHg dan Nadi: 84/menit, Suhu: 37°C dan pasien di
berikan terapi monitol (IV) 5cc/ kg/ bb/1 jam dan Orphen 1x1 dan
tetes mata Tomolol pasien mengatakan rasa nyeri di bagian mata kiri
dan pandangan tidak jelas sulit untuk melakukan aktivitas, dan
dilakukan Rontgen thorax PA pada tanggal 13 Oktober 2021 untuk
mendapatkan tindakan lebih lanjut .
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien tidak memiliki penyakit keluarga

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan
= Laki-Laki
= Perempuan
= Tinggal Serumah
= Garis Keturunan
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :

Pasien tampak meringis, dengan kesadaran compos menthis dan posisi


terlentang.

2. Status Mental :

a. Tingkat Kesadaran : Compos menthis

b. Ekspresi wajah : Ekspresi wajah meringis

c. Bentuk badan : Sedang

d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang

e. Berbicara : berbicara lancar

f. Suasana hati : Tidak enak

g. Penampilan : sedikit tidak rapi

h. Fungsi kognitif :
 Orientasi waktu : pasien dapat membedakan antara pagi,
siang, malam
 Orientasi Orang : pasien dapat mengenali keluarga maupun
petugas kesehatan
 Orientasi Tempat : pasien mengetahui bahwa sedang berada di
rumah sakit
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya

j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh


ideas  Lainnya

k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan


orang lain

m. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif

n. Keluhan lainnya : tidak ada


3. Tanda-tanda Vital :

a. Suhu/T : 370C  Axilla  Rektal  Oral

b. Nadi/HR : 84x/mt
c. Pernapasan/RR : 20x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 137/78 mm Hg

4. PERNAPASAN (BREATHING)

Bentuk Dada : Simetris

Kebiasaan merokok : (tidak ada) Batang/hari

 Batuk, sejak
 Batuk darah, sejak
 Sputum, warna ......................................................
 Sianosis
 Nyeri dada
 Dyspnoe nyeri dada  Orthopnoe  Lainnya
 Sesak nafas  saat inspirasi  Saat aktivitas  Saat istirahat
Type Pernafasan  Dada  Perut  Dada dan perut

 Kusmaul  Cheyne-stokes Biot

 Lainnya

Irama Pernafasan  Teratur  Tidak teratur

Suara Nafas  Vesukuler  Bronchovesikuler

 Bronchial  Trakeal

Suara Nafas tambahan  Wheezing  Ronchi kering

 Ronchi basah (rales)  Lainnya


Keluhan lainnya :

Tidak ada keluhan

Masalah Keperawatan :

Tidak ada masalah keperawatan

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)

 Nyeri dada  Kram kaki  Pucat


 Pusing/sinkop  Clubing finger  Sianosis
 Sakit Kepala  Palpitasi  Pingsan
 Capillary refill  > 2 detik < 2 detik
 Oedema :  Wajah  Ekstrimitas atas
 Anasarka  Ekstrimitas
bawah

 Asites, lingkar perut ……………………. cm


 Ictus Cordis  Terlihat  Tidak melihat
Vena jugularis  Tidak meningkat  Meningkat

Suara jantung  Normal,………………….

 Ada kelainan

Keluhan lainnya : ............................................................................................

Masalah Keperawatan :..........................................................................................

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : 4 membuka mata spontan
V : 5 orentasi dengan baik
M : 6 bergerak sesuai perintah
Total Nilai GCS : 15
Kesadaran :  Compos Menthis  Somnolent  Delirium

 Apatis  Soporus  Coma


Pupil :  Isokor  Anisokoria

 Midriasis  Meiosis

Refleks Cahaya :  Kanan  Positif  Negatif

 Kiri  Positif  Negatif

 Nyeri, lokasi: Mata sebelah kiri


 Vertigo  Gelisah  Aphasia  Kesemutan
 Bingung  Disarthria  Kejang  Trernor
 Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olfaktorius): pada pemeriksaan menggunakan
minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien mampu mengenali bau
minyak kayu putih tersebut.
Nervus Kranial II (Optikus): pasien tidak bisa membaca dengan jelas
nama perawat dengan pada saat perawat meminta pasien untuk
membaca namanya
Nervus Kranial III (Okulomotor): pasien agak kesulitan mengangkat
kelopak matanya sebelah kiri dengan baik karna rasa nyeri.
Nervus Kranial IV (Troklearis): pasien kesulitan menggerakan bola
matanya sebelah kiri (pergerakan bola mata sebelah kiri tidak normal)
Nervus Kranial V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat
mengunyah dengan lancar.
Nervus Kranial VI (Abdusen): pasien tidak mampu menggerakan bola
matanya sebelah kiri
Nervus Kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis
dan asin
Nervus Kranial VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan
benar dimana suara petikan jari perawat kiri dan kanan.
Nervus Kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa
asam
Nervus Kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol
proses menelan.
Nervus Kranial XI (Assesorius): pasien dapat menggerakan leher dan
bahu.
Nervus Kranial XII (Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan
lidahnya.
Uji Koordinasi :

Ekstrimitas Atas : Jari ke jari  Positif  Negatif

Jari ke hidung Positif  Negatif

Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif  Negatif

Uji Kestabilan Tubuh : Positif  Negatif

Refleks :

Bisep :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala 5 Trisep


:  Kanan +/-  Kiri +/- Skala 5
Brakioradialis :  Kanan +/-  Kiri +/- Skala 5
Patella :  Kanan +/-  Kiri +/-

Skala 5 Akhiles

 Kanan +/-  Kiri +/- Skala 5 Refleks Babinski


 Kanan +/-  Kiri +/-

Refleks lainnya :

Uji sensasi :

Keluhan lainnya :

Pasien mengeluh nyeri di bagian mata kirinya

Masalah Keperawatan :

Nyeri Akut
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 1500 ml 1 x/hr
Warna : Kuning
Bau : Amoniak
 Tidak ada masalah/lancer

 Menetes Inkotinen

 Oliguri  Nyeri  Retensi

 Poliuri  Panas  Hematuri

 Dysuri  Nocturi

 Kateter  Cystostomi

Keluhan Lainnya :

Tidak ada Keluhan lainya......................................................................................

Masalah Keperawatan :

Tidak terdapat masalah keperawatan.....................................................................

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : Bibir lembab

Gigi : lengkap

Gusi : terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan

Lidah : lidah berwana merah muda dan tidak ada peradangan

Mukosa : tidak ada perdarahan pada mukosa


Tonsil : tidak ada peradangan pada tonsil

Rectum : Tidak ada hemoroid pada rectum

Haemoroid : Tidak ada pembengkakan atau pembesaran

BAB : 2 x/hr Warna : Kuning Konsistensi : Lunak

 Tidak ada masalah  Diare Konstipasi  Kembung


 Feaces berdarah  Melena  Obat pencahar 
Lavement
Bising usus :

Nyeri tekan, lokasi :

Benjolan, lokasi :

Keluhan lainnya :

Tidak ada keluhan lain...........................................................................................

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas  Terbatas

Parese, lokasi daerah mata hilangnya pandangan sebelah kiri ..........................

 Paralise, lokasi ...................................................................................................

 Hemiparese, lokasi ............................................................................................

 Krepitasi, lokasi .................................................................................................

 Nyeri, lokasi

 Bengkak, lokasi .................................................................................................

 Kekakuan, lokasi ...............................................................................................


 Flasiditas, lokasi ................................................................................................

 Spastisitas, lokasi ..............................................................................................

Ukuran otot  Simetris

 Atropi

 Hipertropi

 Kontraktur

 Malposisi

Uji kekuatan otot :  Ekstrimitas atas 5 Ekstrimitas bawah 5

 Deformitas tulang, lokasi...................................................................................

 Peradangan, lokasi..............................................................................................

 Perlukaan, lokasi................................................................................................

 Patah tulang, lokasi............................................................................................

Tulang belakang Normal  Skoliosis

 Kifosis  Lordosis

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Riwayat alergi  Obat............................................................................

 Makanan....................................................................

 Kosametik..................................................................

 Lainnya......................................................................

Suhu kulit Hangat  Panas 


Dingin

Warna kulit Normal  Sianosis/ biru 


Ikterik/kuning
 Putih/ pucat  Coklat
tua/hyperpigmentasi

Turgor Baik  Cukup 


Kurang

Tekstur Halus  Kasar

Lesi :  Macula, lokasi

 Pustula, lokasi............................................................

 Nodula, lokasi............................................................

 Vesikula, lokasi..........................................................

 Papula, lokasi.............................................................

 Ulcus, lokasi..............................................................

Jaringan parut lokasi..............................................................................................

Tekstur rambut ...................................................................................................

Distribusi rambut...................................................................................................

Bentuk kuku  Simetris  Irreguler

 Clubbing Finger  Lainnya....................

Masalah Keperawatan :

11. SISTEM PENGINDERAAN :


a. Mata/Penglihatan

Fungsi penglihatan : Berkurang  Kabur

 Ganda  Buta/gelap
Gerakan bola mata :  Bergerak normal  Diam

 Bergerak spontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) : 6/6

Mata kiri (VOS) : 20/40

Selera  Normal/putih  Kuning/ikterus Merah/hifema


Konjunctiva  Merah muda Pucat/anemic

Kornea  Bening Keruh

Alat bantu  Kacamata  Lensa kontak 


Lainnya…….

Nyeri : Bagian mata kiri

Keluhan lain : Pasien sulit untuk melihat


Masalah Keperawatan :
Gangguan Presepsi sensori
b. Telinga / Pendengaran :

Fungsi pendengaran :  Berkurang  Berdengung 


Tuli

c. Hidung / Penciuman:

Bentuk :  Simetris  Asimetris

 Lesi
 Patensi
 Obstruksi
 Nyeri tekan sinus
 Transluminasi
Cavum Nasal Warna…………………..
Integritas……………..

Septum nasal  Deviasi  Perforasi 


Peradarahan

 Sekresi, warna ………………………


 Polip  Kanan  Kiri  Kanan

dan Kiri

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa  Ya  Tidak

Jaringan Parut  Ya  Tidak

Kelenjar Limfe  Teraba  Tidak teraba

Kelenjar Tyroid  Teraba  Tidak teraba

Mobilitas leher  Bebas  Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria

Kemerahan, Lokasi......................................................

Gatal-gatal, Lokasi.......................................................

Gland Penis .................................................................

Maetus Uretra ..............................................................

Discharge, warna ........................................................

Srotum ....................................................................

Hernia ....................................................................

Kelainan ……………………………………………

Keluhan lain ………………………………………….

a. Reproduksi Wanita

Kemerahan, Lokasi......................................................

Gatal-gatal, Lokasi.......................................................

Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................

Clitoris .......................................................................

Labis ....................................................................

Uretra ....................................................................

Kebersihan :  Baik Cukup  Kurang

Kehamilan : ……………………………………

Tafsiran partus : ……………………………………

Keluhan lain......................................................................................................
...........................................................................................................................

Payudara :

 Simetris  Asimetris

 Sear  Lesi

 Pembengkakan  Nyeri tekan

Puting : Menonjol  Datar  Lecet 


Mastitis

Warna areola ....................................................................................................

ASI  Lancar  Sedikit  Tidak keluar

Keluhan lainnya.................................................................................................
...........................................................................................................................

...........................................................................................................................

Masalah Keperawatan :

..........................................................................................................................

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya

2. Nutrisida Metabolisme

TB : 155 Cm

BB sekarang : 56 Kg

BB Sebelum sakit : 58 Kg

Diet :

 Biasa  Cair  Saring  Lunak

Diet Khusus :

 Rendah garam  Rendah kalori  TKTP

 Rendah Lemak  Rendah Purin 


Lainnya……….

 Mual

 Muntah…………….kali/hari

Kesukaran menelan  Ya  Tidak

Rasa haus

Keluhan lainnya.....................................................................................................

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari

Frekuensi/hari 3x sehari 3xsehari

Porsi 1 piring 1 piring

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Bubur, lauk, sayur, Bubur, lauk,


buah sayur, buah
Jenis Minuman Air Mineral Air Mineral

Jumlah minuman/cc/24 1100 cc/24 jam 2000 cc/24 jam


jam

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,


malam

Keluhan/masalah Tidak terdapat Tidak terdapat


masalah masalah

Masalah Keperawatan

Tidak terdapat masalah

3. Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam
sedangkan pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-5 jam dan
siang hari 1-2 jam.

Masalah Keperawatan

Tidak ada

4. Kognitif :
Pasien mengatakan “ saya sudah mengerti tentang penyakit yang saya
derita saat ini’’

Masalah Keperawatan

Tidak ada masalah keperawatan

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri:
pasien ingin cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas
diri: pasien seorang Istri dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien
sangat di perhatikan oleh keluarga, Suami dan merasa di hargai, Peran:
pasien adalah sebagai Istri sekaligus Ibu untuk anaknya
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah
sakit pasien tidak mampu bekerja dan fungsi penglihatan mata kiri
pasien berkurang. Namun setelah sakit pasien hanya bisa berbaring
ditempat tidur dengan posisi terlentang. Saat pengkajian pasien tampak
lemah, saat mau duduk atau berbaring kadang dibantu oleh anak, saat
mau makan dan minum pasien dapat sendiri
Masalah Keperawatan
-Intoleransi Akivitas
-Resiko Cedera
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada suami dan
keluarganya.

Masalah Keperawatan:

Tidak ada

8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yang dianut

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi

Pasien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang


pelan.

2. Bahasa sehari-hari

Bahasa indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :

Baik, Harmonis

Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :

Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter

4. Orang berarti/terdekat :
Orang yang paling dekat dengan Ny. N adalah Suami, anak, dan
keluarga

5. Kebiasaan menggunakan waktu luang :


Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah
Kegiatan beribadah :
Walau keadaan sakit pasien selalu menyempatkan untuk berdoa
menurut kepercayaan pasien

F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,


PENUNJANG LAINNYA)
II. Pemeriksaan labolatorium Tanggal 13-10-2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Tanggal 13-10-2021

CT 5,00” 4-10

Bleeding Time 3,00” 1-3

Hemoglobin 12,7 L:13,5-18,0:p:11,5-16,0

Leukosit 9,790 4,500-11,000

Eosinofil (%) 1 1-4

Basofil (%) 0 0-1

Neutrofil (%) 74 50 – 70

Limfosit (%) 16 20-40


Monosit (%) 9 1-5

Trombosit 390,000 150.000-400,000

Hematrokit 38 37-48

Bulan oktober 2021 di lakukan pe,eriksaan:


X-Ray Foto Thorax PA:
-Hasil simetris
-Cor tidak membesar,
A. costofrenikus
-Sinuses PENATALAKSANAAN MEDIS
dan diafragma normal
-TidakNama Obat
tampak Dosis Obat
bercak inflitrat,nodul Indikasi
-Jaringan lunak dan tulang
Monitol dinding
5cc/ Kg/ Bb/ 1tidak tampak
Jam (IV) Untuk mengurangi
kelainan tekanan Intraokular

Orphen 1x1 (Oral) Untuk mengatasi gejala


alergi pada mata

Timolol 1 x 1 Tetes/Hari Mengurangi tekanan di


dalam mata akibat
glukoma

Mahasiswa

( Depranata )
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: TIO meningkat Gangguan rasa nyaman
P: Penyebab nyeri berhubungan dengan rasa
tersebut akibat nyeri
penngkatan tekanan
bola mata
Q: Nyeri terasa Seperti Peningkatan tekanan
Di tusuk-tusuk Vitrus

R: Nyeri Terasa di
bagian mata sebelah
kiri
S: Skala nyeri 4 Nyeri Menyebar ke pelipis
DO:
- TIO
on os
13 60
- pasien tampak Gangguan rasa nyaman
terbaring di tempat berhubungan dengan rasa
nyeri
tidur dengan posisi
terlentang
- pasien tampak
meringis saat nyeri
muncul
- pasien agak
kesulitan
mengangkat kelopak
matanya sebelah kiri
dengan baik karna
rasa nyeri
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
DAN DATA PENYEBAB
MASALAH
OBYEKTIF

DS: Tekanan pada saraf optic Gangguan pesepsi sensori


gangguan penglihatan
Pasien mengtakan tidak
bisa melihat dengan
jelas hilangnya
pandangan
Berlurangnya akson di
DO: saraf

-Pasien tampak
menyendiri

-Melihat ke satu arah


Hilangnya pandangan
-respon mata tidak perifer
sesuai

- Pasien terlihat gelisah

-VOD mata kiri: 20/40

-VOD mata kanan:6/6

- Fungsi penglihatan
berkurang

- Gerakan bola mata


spontan

- Selera merah

-Konjunctiva pucat

- Kornea keruh

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


DAN DATA PENYEBAB KEPERAWATAN
OBYEKTIF

Penipisan saraf bagian Intoleransi Aktivitas


DS: retina berhubungan dengan
Imobilitas menurun
Pasien mengtakan sulit
melakukan aktivitas
karna mata sebelah
tidak jelas melihat
Visus menurun
DO:

- Pasien tampak tidak


nyaman melakukn
aktivitas Penglihatan menurun
- merasa lemah
PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa nyeri yang di tandai
dengan:Penyebab nyeri tersebut akibat penngkatan tekanan bola mata, nyeri terasa
seperti di tusuk-tusuk, nyeri terasa di bagian mata sebelah kiri, skala nyeri 4, nyeri
terjadi secara mendadak, Tio ON 13 OS 60, pasien tampak terbaring di tempat
tidur dengan posisi terlentang, pasien tampak meringis saat nyeri muncul, pasien
agak kesulitan mengangkat kelopak matanya sebelah kiri dengan baik karna rasa
nyeri

2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan yang


ditandai dengan: pasien mengtakan tidak bisa melihat dengan jelas hilangnya
pandangan, pasien tampak menyendiri, melihat ke satu arah, respon mata tidak
sesuai, Pasien terlihat gelisah, VOS mata kiri: 20/40, VOD mata kanan:6/6, fungsi
penglihatan berkurang, gerakan bola mata spontan, selera merah, konjunctiva
pucat, Kornea keruh.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Imobilitas menurun yang ditandai
dengan: pasien mengtakan sulit melakukan aktivitas karna mata sebelah tidak
jelas melihat, pasien tampak tidak nyaman melakukn aktivitas, merasa lemah,
pasien tampak berbaring, pasien tampak sulit melihat sesuatu benda yang ada
dihadapanya TTV TD:137/78 mmHg, N:84/menit, S:37°C, RR:20x/Menit

4. Resiko cedera berhubungan dengan lingkungan di tandai dengan: Pasien


mengatakan mata kirinya sulit untuuk melihat benda yang ada di hadapanya,
gangguan penglihatan mata kiri, pasien merasa lemah, aktivitas sulit di lakukan
sendiri
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.N

Ruang Rawat :Sakura

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1.identifikasi lokasi nyeri, karakteristik,
berhubungan dengan rasa nyeri proses keperawatan 3x4 jam nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun dengan skor 5 2.identifikasi skala nyeri

2. meringis menurun dengan skor 5 3.identifikasi factor yang memperberat


3. gelisah menurun dengan skor nyeri dan memperingan nyeri

4. tekanan darah membaik dengan skor 5 4.kolaborasi dengan petugas dalam


pemberian terapi monitol 5cc/Kg/Bb/1
Jam tpm,Orpen 1x1,Timolol 1 tetes/hari

Diagnosa Ke 2: Tujuan Kriteria Hasil: Intervensi:


Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
berhubungan dengan gangguan proses keperawatan 3x4 jam status neurologis 1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap
penglihatan
membaik dengan kriteria hasil: beban sensori (mis. Bising, terlalu
1. Mengenal gangguan sensori dan terang)
2. Batasi sitimulus lingkugan (mis.
berkompensasi terhadap perubahan
Cahaya, suara, aktivitas
2. Mengidentifikasi potensial bahaya dalam 3. Memudahkan klien untuk beraktivitas
lingkungan 4. Membantu klien agar tidak terjadi
3.Ukuran pupil membaik dengan skor 5 cidera
4. Gerakan mata membaik dengan skor 5
5. konjungtiva membaik dengan skor 5

Diagnosa ke 3: Tujuan Kriteria Hasil: Intervensi:

Intoleransi Aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1. Identivikasi defisit tingkat aktivitas
dengan Imobilitas menurun proses keperawatan 3x4 jam aktivitas meningkat
2. Identifikasi sumber daya untuk
dengan kriteria hasil: aktivitas yang diinginkan
1.Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-
3.Libatkan keluarga dalam melakukan
hari meningkat dengan skor 5 aktivitas
2. keluhan Lelah menurun dengan skor 5
4. Anjurkan melakukan aktivitas fisik
3. perasaan lemah menurun dengan skor 5
Resiko cedera berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1.Identifikasi area lingkungan yang
lingkugan proses keperawatan 3x4 jam Tingkat cedera berpotensi menyebabkan cedera
menurun dengan kriteria hasil: 2.Identifikasi obat yang berpotensi
1.Toleransi aktivitas meningkat dengan skor 5 menyebabkan cedera
2.Kejadian cedera luka atau lecet menurun 3.Sediakan pencahayaan yang memadai
dengan skor 5 4.pastikan barang pribadi mudah di
3.Gangguan mobilitas menurun dengan skor 5 jangkau oleh pasien
4. gangguan kognitif menurun dengan skor 5

MPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
1.Mengidentifikasi lokasi nyeri, S:
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
18 Oktober 2021 intensitas nyeri Pasien mengatakan rasa nyeri sedikit
berkurang
2.Mengidentifikasi skala nyeri
O:
3.Mengidentifikasi factor yang
memperberat nyeri dan memperingan - Pasien tampak berbaring
nyeri ditempat tidur
- nyeri mulai berkurang DEPRANATA
4.Berkolaborasi dengan petugas dalam - Skala nyeri 2 ringan
pemberian terapi monitol 5cc/Kg/Bb/1
Jam tpm,Orpen 1x1,Timolol 1 tetes/hari A:

Sebagian masalah teratasi

P:

Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

18 Oktober 2021 1. Mendiskusikan tingkat toleransi S:


terhadap beban sensori (mis. Bising,
cahaya terlalu terang) Pasien sedikit mulai bisa melihat dengan
2. Membatasi sitimulus lingkugan (mis. jelas
Cahaya, suara, aktivitas
3. Memudahkan klien untuk beraktivitas O:
4. Membantu klien agar tidak terjadi -pasien mulai bisa melihat benda di
cidera hadapanya

-pasien mulai bisa membatasi


aktivitasnya DEPRANATA

-pasien mendapatka motivasi semanggat


untuk sembuh

A:

Masalah Sebagian teratasi

P;

Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

18 Oktober 2021 1. Mengidentivikasi defisit tingkat S:


aktivitas
Pasien mengataka mulai sedikit bisa
2. Mengidentifikasi sumber daya untuk melakukan aktivitas
DEPRANATA
aktivitas yang diinginkan O:

3.Menglibatkan keluarga dalam -pasien tampak sering melakukan


melakukan aktivitas aktivitas di dalam ruagan

4. Menganjurkan melakukan aktivitas - pasien tampak bisa melakukan


fisik perawatan dirinya

A:

Masalah Sebagian teratasi

P:

Masalah sebagian dapat diatasi lanjutkan


intervensi 1,2,3,4

1.Mengidentifikasi area lingkungan yang S:


berpotensi menyebabkan cedera Pasien mengatakan pandangan mulai
2.Menyediakan pencahayaan yang membaik
18 Oktober 2021
memadai
3.Memastikan barang pribadi mudah di O:
jangkau oleh pasien -Mulai bisa melakukan aktivitas seperti
berjalan di ruagan
DEPRANATA
-Bisa mengatur waktu untuk beraktivitas

-pasien tampak bisa mengambil benda di


dekatnya

A:

Masalah sebagian dapat teratasi

P:

Lanjutkan intervensi 1,2,3


DAFTAR PUSTAKA

Ilyas dan Yulianti, 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC Dan
Dwindra Mayenru Glaukoma.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC
Kemenkes RI, 2015, Penyakit Glukoma Tekanan intraokuler yang meningkat
dapat menyebabkan rusaknya sel ganglion yang berhubungan dengan
nervus optikus.
Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3, EGC,
Jakarta, 2012
Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 2011
Susan martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan,
Diagnosisi
dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN DAN LEFLET

Oleh:

Depranata

2021-01-14901-013

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN


PENGUNAAN TETES MATA YANG BENAR

Topik                 : Pengunaan tetes mata yang benar

Sasaran              : Keluarga dan Pasien

Pemberi Materi : Depranata

Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal :  Selasa, 26 Oktober 2021

Tempat : Ruang pasien

Waktu : 20 Menit

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit diharapkan peserta dapat


memahami tentang pengunaan tetes mata yang benar.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )

      Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan  dapat :

1. Menyebutkan kembali kengunaan tetes mata


2. Menyebutkan Kembali dampak kesalahan kegunaan tetes mata
3. Menyebutkan kembali tahapan penggunan tetes mta
III. Metode

       Metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab/Diskusi

IV. Media Penyuluhan


Leaflet

V.  Materi Penyuluhan


Terlampir

VI. Proses Belajar:


No Kegiatan Uraian Kegiatan

Penyuluh Peserta

1 Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam


 Menyampaikan tujuan  Menyetujui tujuan
5 Menit
penyuluhan penyuluhan
 Mengikuti apresiasi

 Melakukan apresiasi
2 Penyampaia  Menanyakan kepada  Bercerita  pengalamannya
n 10 Materi peserta tentang tentang hipertensi
pengalamannnya
Menit
tentang penyakit
 Menyimak penjelasan
hipertensi yang
yang diberikan dan
dideritannya
berdiskusi
 Memberi
 Bertanya
reinforcement atas
kemauan
keluarga/peserta
berbagi pengalaman
 Menyimak
 Memberikan
penyuluhan dan
berdiskusi bersama
keluarga tentang
hiperetensi dan cara
perawatannya
 Memberikan
kesempatan pada
peserta untuk
bertanya tentang hal
yang belum
dipahaminya.
 Menjawab
pertanyaan
keluarga/peserta
3 Penutup  Melakukan evaluasi  Menjawab pertanyaan
 b.Menyimpulkan  Menyimak kesimpulan
materi penyuluhan  Menjawab salam
dan hasil diskusi
 Mengucapkan salam
VII.  Evaluasi
 Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta setelah diberikan
penyuluhan selama 15 menit diberikan pertanyaan :
1. Menyebutkan kembali kengunaan tetes mata
2. Menyebutkan Kembali dampak kesalahan kegunaan tetes mata
3. Menyebutkan kembali tahapan penggunan tetes mta
MATERI

PENGUNAAN TETES MATA YANG BENAR

a. Pengertian

Sering kali kita mengelami sedikit masalah pada mata seperti mengelami
mata merah, perih karena iritasi, dan biasanya kita langsung mengosok mata
dengan tangan atau dengan baju kita itu yang bisa menyebabkan mata kita merah
dan terjadi iritasi dan bisa menambah cidera pada mata, nah sekarang kita bisa
mengubah pola prilaku kita dengan menggunakan tetes mata untuk mengatasinya,
tapi tahukah anda cara pengunaan tetes mata yang tidak benar. Pengunaaan tetes
mata yang salah dapat memperparah iritasi mata yang ada alami.

Berikut adalah Langkah-langkah pengunaan tetes mata yang benar:

1. Cuci tangan anda

2. Jangan memegang mulut botol atau ujung penetesan

3. Melihat ke arah atas

4. Tariklah pelupuk mata bawah ke bawah sehingggah membentuk kantung

5. Peganglah penetes sedekat mungkin dengan kantung tanpa menyentuh mata

atau kantung tersebut.

6. Teteskan obat sesuai aturan pakai

7. Pejamkan mata selama 2 menit, jangan memejamkan mata terlalu rapat atau

berkedip terlalu sering

8. Cairan obat yang berlrbihan bisa dihilangkan dengan tisue

9. Cucilah tangan setelah menggunakan obat tetes mata

 
 

Anda mungkin juga menyukai