Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

A D
ENGAN DIAGNOSA MEDIS DERMATITIS NUMULARIS DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD dr. SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:

Nama: OCTAVIA MARETANSE


NIMdi: 2018.C.10a.0979

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis
Dermatitis numularis Di Ruang bougenville Rsud Dr. Sylvanus
Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Meida Sinta.A.,S.Kep. Ners Marjawati, S.Kep.Ners

Mengetahui
Ketua Unit Pengelola (KUP)
Program Studi S-1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny.S Dengan Kebutuhan Dasar Manusia tentang pemenuhan istirahat dan
tidur dengan Diagnosa Dermatitis numularis di Ruang bougenville Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Meida Sinta.A, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Marjawati,S.Kep.,Ners selaku kepala ruang bougenville RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang boungenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 11 Mei
2020
Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL …..............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN….................................................................................
KATA PENGANTA….............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan…...........................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…...........................................................................
2.1 Konsep Penyakit Dermatitis numularis...............................................................
2.1.1 Definisi dermatitis numularis....................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (pemenuhan istirahat dan tidur) ................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari
semua bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema
nummular 0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5
% dari penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan
mulai muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun
tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan
yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan
pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan
kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu
berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap,
eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih
terang atau lebih gelap.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah Di Atas Maka Penulis Membatasi
Penelitian Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagn
osa Medis Dermatitis numularis Di Ruang bougenville Rsud Dr. Sylvanus Palang
ka Raya
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menerapkan Asuhan Kep
erawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis dermatitis numularis
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnose
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
2) Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3) Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis numularis
1.4.2 Untuk Pasien Dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat pada dermatitis
numularis
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) dapat mengembangkan pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur dermatitis numularis
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi di bidang kesehatan
tentang dermatitis numularis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada
kulit.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda. (Widhya, 2011).
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut, atau kronis yang
disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini terjadi karena adanya faktor
eksogen dan endogen. Tanda adanya kelainan klinis berupa polimorfik dan keluhan
gatal pada kulit.
Dermatitis numular yaitu ruam berbentuk koin atau luka yang muncul pada kulit.
Kondisi ini dapat terjadi setelah cedera.
Luka bisa menyebar, berisi cairan, gatal, dan berkerak. Kondisi ini dapat berlangsung
selama berbulan-bulan.
Penanganan dapat mencakup losion dan perban. Antihistamin dapat meredakan gatal.
Menghindari penyebab iritasi seperti mandi berlebihan juga dapat membantu
Dermatitis numular adalah suatu peradangan pada kulit berbentuk koin atau oval
ditandai dengan ruam kulit yang gatal disertai lepuhan-lepuhan kecil, keropeng, dan
kulit bersisik. Dermatitis numularis dikenal dengan sebutan eksim nummular atau eksim
diskoid. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 55–65 tahun dan lebih banyak pada pria
dibanding wanita. Walaupun dapat pula ditemukan pada usia yang lebih muda atau usia
remaja, terutama wanita.
Dermatitis nummular atau yang biasa disebut akzem nummular atau akzem
discoidmerupakan suatu peradangan berupa lesi berbentuk mata uang (coin) atau agak
lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi atau lesi awal berupa papul disertai vesikel
(papulovesikel), biasanya mudah pecah sehingga basah dan biasanya menyerang
ekstremitas

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


Kulit adalah bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi membatasi tubuh
manusia dengan lingkungan luar dan mencegah masuknya substansi yang berbahaya
misalkan virus ataupun bakteri. (Wolff, 2008) Kulit dibagi menjadi tiga lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Bagian terluar dari kulit adalah epidermis,
dimana epidermis tersusun atas keratinosit aktif yang terlapisi oleh lapisan keratin,
stratum corneum. Sedangkan dermis berada dibawah lapisan epidermis yang tersusun
atas liposit lobul dan protein kolagen berstruktur fibrilar, dermis dibatasi oleh kolagen
septae yang tersusun oleh kumpulan neurovascular. Sedangkan subkutan merupakan
kelanjutan dari dermis terdiri atas jaringan ikat berisi sel-sel lemak. (James, 2011) Pada
kulit juga terdapat adneksa kulit yang terdiri dari kelenjar kulit dimana kelenjar kulit
dapat dibagi menjadi dua yaitu glandula sebasea dan glandula sudorifera (kelenjar
keringat). (Shier, 2012).
Secara anatomi kulit terdapat pada bagian terluar tubuh manusia, hal ini sangat
berhubungan dengan fungsinya sebagai proteksi tubuh terhadap lingkungan luar. Hal ini
dapat terjadi karena terdapat bantalan lemak dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang dapat melindungi dari gangguan fisis, contoh tarikan tekanan atau gesekan.
Dengan struktur stratum korneum yang impermeable terhadap bahan-bahan kimia
mampu memberikan perlindungan kepada tubuh dari gangguan kimia terutama yang
bersifat iritan seperti asam, karbol dan alkali kuat. (Nuraga dkk, 2008) Fungsi lainnya
dari kulit selain untuk proteksi tubuh tapi juga untuk absorpsi. Pada kulit normal tidak
mudah untuk menyerap air, larutan dan benda padat. Selain itu kulit juga mampu
berfungsi sebagai organ ekskresi yaitu mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
ataupun sisa-sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia.
(Wasitaatmaja, 2011).

2.1.3 Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan
alergi. (Arief Mansjoer.1998 ”Kapita selekta”)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b) Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

1. Dermatitis Kontak Iritan


DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan yang bersifat iritan
primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis. Bahan iritan antara lain deterjen,
bahan pembersih peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
2. Dermatitis Kontak Alergik
DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan bahan-bahan
yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat memicu DKA antara lain
adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel, obat obatan, dan sebagainya.

b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum
dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-
kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi
abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin) dan ketegangan
(stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap
serum dan obat.
c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai
gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara
pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada
inse,,Mct bite.

d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema,
kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor
ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai
kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab
kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang
menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi
lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus
inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular
akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis
statis) dengan atau tanpa ulkus.
2.1.5 Patofisiologi ( Patway )
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun
epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut
masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang
terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu
antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah
12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya
ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
A. WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut (Djuanda Adhi, 2010). Manifeatasi klinis dermatitis adalah sebagai
berikut:
a. Dermatitis kontak
1. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
2. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
3. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat
akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih
bahkan lecet. saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan
sedikit meradang yang akhirnya menebal.
4. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
5. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
6. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi
b. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
1. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi
mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
2. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).
Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan
leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mungkin
infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat mengganggu
pertumbuhan.

16
3. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan
paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul,
papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d
dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung
membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil
sampai tua
b. Neurodermatitis Sirkumskripta
1. Kulit sangat gatal
2. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
3. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
4. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan
atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
c. Dermatitis Numularis
1. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
2. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi
karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan
berbatas tegas
3. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
4. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat

17
5. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan

d. Dermatitis Statis
1. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
2. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
3. borok atau bisul pada kulit
4. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
5. luka (lesi kulit)
6. pembengkakakn pada tungkai kaki
7. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
8. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

2.1.7 Komplikasi

1. Gatal kronis yang menyebabkan kulit bersisik. Sebuah kondisi kulit yang
disebut neurodermatitis dimulai dengan bercak dari kulit gatal.
2. Infeksi kulit. Garukan pada kulit yang berulang-ulang dapat menyebabkan
luka terbuka. Ini meningkatkan risiko infeksi dari bakteri dan virus, termasuk
virus herpes simpleks.
3. Perubahan warna kulit permanen pada area dermatitis
4. Bekas luka permanen pada area dermatitis
5. Gangguan tidur dan sulit berkonsentrasi. Siklus gatal dapat menyebabkan
penderita terbangun berulang kali. Pada akhirnya hal ini akan menurunkan
kualitas tidur dan sulit berkonsentrasi.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang untuk pasien dermatitis ialah sebagai berikut:
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk
mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita
periksa kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4
ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan
tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi
(alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).

18
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada
kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak
menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu
30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
Syarat tes ini :
 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

2. Patch Tes (Tes Tempel).


Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat
dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak
kemerahan dan melenting pada kulit.

19
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses
dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.
Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-
obatan.

4. Skin Test (Tes kulit).


Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di
lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan
timbul bentol, merah, gatal.

20
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan,
dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup
dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek
alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak
nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes
provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test
dan IgE spesifik metode RAST.

2.1.9 Penatalaksanaan
1. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
2. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.

21
3. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
4. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
5. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
6. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL
2.1.10 Penatalaksanaan medis
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan tahap yang paling
enentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah
pengumpulan data (Rahmah, Nikmatur dan Saiful walid. 2009; 24).
 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien
dengan menggunakan teknik anamnesis (autoanamnesa dan aloanamnesa) dan
observasi.
 Biodata Klien
1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena biasanya
laki-laki lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat kecelakaan bermotor,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, nomor medrek dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas, dua atau tiga kata
yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

22
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan
menggunakan PQRST.
 P (Provokative/Palliative), apa yang menyebabkan gejala bertambah berat dan
apa yang dapat mengurangi gejala.
 Q (Quality/Quantity), bagaimana gejala dirasakan klien dan sejauh mana gejala
dirasakan.
 R (Region/Radiation) dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar? apa yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut ?
 S (Saferity/Scale), seberapa tingkat keparahan gejala dirasakan? Pada skala
berapa?
 T (Timing), berapa lama gejala dirasakan ? kapan tepatnya gejala mulai
dirasakan, apakah ada perbedaan intensitas gejala misalnya meningkat di malam
hari.

 Riwayat Kesehatan Dahulu


Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat trauma, riwayat
penyakit tulang seperti osteoporosis, osteomalacia, osteomielitis, gout ataupun
penyakit metabolisme yang berhubungan dengan tulang seperti diabetes mellitus
(lapar terus-menerus, haus dan kencing terus–menerus), gangguan tiroid dan
paratiroid.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluartga klien terdapat penyakit
keturunan ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit yang karena
lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif pada kesehatan anggota
keluarga termasuk klien.
 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
terhadap berbagai sistem tubuh.
1. Keadaan Umum
Klien yang mengalami immobilisasi perlu dilihat dalam hal penampilan, postur
tubuh, kesadaran, gaya berjalan, kelemahan, kebersihan dirinya dan berat badan.

23
2. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung, ada atau tidaknya sekret, PCH (Pernafasan Cuping Hidung),
kesimetrisan dada dan pernafasan, suara nafas dan frekwensi nafas. Pengaturan
pergerakan pernafasan akan mengakibatkan adanya retraksi dada akibat
kehilangan koordinasi otot. Ekspansi dada menjadi terbatas karena posisi
berbaring akibatnya ventilas paru menurun sehingga dapat menimbulkan
atelektasis. Akumulasi sekret pada saluran pernafasan mengakibatkan terjadinya
penurunan efisiensi siliaris yang dapat menyebabkan pembersihan jalan nafas
yang tidak efektif. Kelemahan pada otot pernafasan akan menimbulkan
mekanisme batuk tidak efektif.
3. Sistem Kardiovaskuler
Warna konjungtiva pada fraktur, terutama fraktur terbuka akan terlihat pucat
dikarenakan banyaknya perdarahan yang keluar dari luka, terjadi peningkatan
denyut nadi karena pengaruh metabolik, endokrin dan mekanisme keadaaan
yang menghasilkan adrenergik sereta selain itu peningkatan denyut jantung
dapat diakibatkan pada klien immobilisasi. Orthostatik hipotensi biasa terjadi
pada klien immobilisasi karena kemampuan sistem syaraf otonom untuk
mengatur jumlah darah kurang. Rasa pusing saat bangun bahkan dapat terjadi
pingsan, terdapat kelemahan otot. Ada tidaknya peningkatan JVP (Jugular Vena
Pressure), bunyi jantung serta pengukuran tekanan darah. Pada daerah perifer
ada tidaknya oedema dan warna pucat atau sianosis.
4. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut, gigi, bibir, lidah, kemampuan menelan, peristaltik usus dan
nafsu makan. Pada klien fraktur dan dislokasi biasanya diindikasikan untuk
mengurangi pergerakan (immobilisasi) terutama pada daerah yang mengalami
dislokasi hal ini dapat mengakibatkan klien mengalami konstip
5. Sistem Muskuloskeletal
Derajat Range Of Motion pergerakan sendi dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri ketika bergerak, toleransi klien waktu
bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka, tonus otot
dan kekuatan otot. Pada klien fraktur dan dislokasi dikaji ada tidaknya

24
penurunan kekuatan, masa otot dan atropi pada otot. Selain itu dapat juga
ditemukan kontraktur dan kekakuan pada persendian.
6. Sistem Integumen
Keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi tekstur,
kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan. Pada klien fraktur dan dislokasi
yang immobilisasi dapat terjadi iskemik dan nekrosis pada jaringan yang
tertekan, hal ini dikarenakan aliran darah terhambat sehingga penyediaan nutrisi
dan oksigen menurun.
7. Sistem Persyarafan
Mengkaji fungsi serebral, fungsi syaraf cranial, fungsi sensorik dan motorik
sertsa fungsi refleks.
 Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari dan kebiasaan makan-makanan yang
mengandung kalsium yang sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan
tulang dan kebiasaan minum klien sehari-hari, meliputi frekwensi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
2. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh fraktur.
3. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, apakah terjadi perubahan setelah mengalani
fraktur.
 Personal Hygiene
Kebiasaan mandi, cuci rambut, gosok gigi dan memotong kuku perlu dkaji
sebelum klien sakit dan setelah klien dirawat dirumah sakit.
 Pola Aktivitas
Sejauh mana klien mampu beraktivitas dengan kondisinya saat ini dan kebiasaan
klien berolah raga sewaktu masih sehat.
 Aspek Psiko Sosial Spiritual
1. Data Psikologis Pengkajian psikologis yang dilakukan pada klien dengan
fraktur  pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial dengan gangguan

25
sistem lain yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran diri dan identitas diri). Pada klien fraktur adanya perubahan yang kurang
wajar dalam status emosional, perubahan tingkah laku dan pola koping yang
tidak efektif.
2. Data social
Pada data sosial yang dikaji adalah hubungan klien dengan keluarga dan
hubungan klien dengan petugas pelayanan kesehatan
3. Data Spiritual
Perlu dikaji agama dan kepribadiannya, keyakinan dan harapan yang merupakan
aspek penting untuk penyembuhan penyakitnya.
 Data Penunjang
Menurut Doengoes et. al (2002:762), pemeriksaaan diagnostik yang biasa
dilakukan pada pasien dengan fraktur:
1. Pemeriksaan rontgen
2. Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
3. Computed Tomography (CT-SCAN).
4. Memperlihatkan fraktur dan dislokasi, dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak dan untuk mengetahui lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
5. Arteriogram Dilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan vaskuler.
6. Pemeriksaan darah lengkap
7. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar haemoglobin yang biasanya lebih
rendah karena perdarahan akibat trauma. Hematokrit mungkin meningkat atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma
multiple). Kreatinin (trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal). Profil koagulasi (perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
multipel atau cedera hati).
 Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan
masalahnya kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel yang terdiri dari
nomer, data yang terdiri dari data subjektif dan objektif, etiologi dan masalah,

26
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan yang
nantinya akan menjadi diagnosa keperawatan.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


2.2.1 Definisi Pemenuhan Istirahat Dan Tidur
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya
dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk
menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan
bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra
atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan
respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008).
Istirahat dan tidur merupakan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat
berfungsi secara normal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup.
Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk
mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Pola
istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus terhadap
kesehatan. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu,
sehingga perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur klien.
Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang yang sakit sering kali
memerlukan istirahat dan tidur lebih banyak dibandingkan biasanya. Sering kali, orang
yang lemah karena sakit menghabiskan sejumlah besar energi untuk kembali sehat atau
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Akibatnya, orang tersebut mengalami
keletihan yang meningkat dan sering serta membutuhkan istirahat dan tidur tambahan.
Istirahat memulihkan energi seseorang, yang memungkinkan orang tersebut untuk
menjalankan fungsi dengan optimal. Apabila waktu istirahat seseorang berkurang, orang
tersebut sering kali mudah marah, depresi, dan lelah, serta memiliki kontrol emosi yang

27
buruk. Menyediakan lingkungan yang tenang untuk klien merupakan fungsi penting
perawat.

2.2.2 Fisiologi tidur


Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi
retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur (Hidayat, 2008).
Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon
dan bagian atas pons. Reticular Activating System (RAS) berlokasi pada batang otak
teratas. RAS dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
tidur. Selain itu, RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi
dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu Bulbar Synchronizing Regional (BSR), sedangkan bangun
tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbic.
Dengan demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2008)
Nyeri akut akan dapat menghilangkan dengan atau tanpa pengobatan setelah
keadaan pulih pada area yang rusak fungsi yang nyeri akut adalah memberikan
peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang nyeri akut biasanya berlangsung
secara singkat misalnya nyeri pembedahaan ,nyeri patah tulang (Haswita, 2017, hal. 37).

2.2.3 Jenis-jenis tidur

1. Pola Tidur Biasa atau NREM


Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan
mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur
gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada

28
gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat
gambar). Tanda-tanda tidur NREM adalah:
1. Mimpi berkurang
2. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
3. Tekanan darah turun
4. Kecepatan pernafasan turun
5. Metabolisme turun
6. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang
masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah
terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang masing-
masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a. Tahap 1
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana
seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks,
mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara
jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang
betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan
dengan mudah. Ketika bangun seseorang merasa seperti telah melamun.
b. Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata
masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu
tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan“sleep
spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir
dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit. Pada tahap ini merupakan periodetidur
bersuara, kemajuan relaksasi, untuk bangun relatif mudah.
c. Tahap 3
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam. Otot –otot dalam keadaan santai
penuh, kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih
sulit dibangunkan dan jarang bergerak. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan

29
terdapat penambahan gelombang delta yang lambat. Tahap ini berlangsung 15-30
menit.
d. Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi
gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.
Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenai
gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besar
merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM. Tahap ini berlangsung
15-30 menit.
2. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata
cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu
seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Tidur REM / Paradoks
merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun,
aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh
terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan
perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur
REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali,
sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama
tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
1. Mengigau atau bahkan mendengkur
2. Otot-otot kendor (relaksasi total)
3. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
4. Perubahan tekanan darah
5. Gerakan otot tidak teratur
6. Gerakan mata cepat
7. Pembebasan steroid
8. Sekresi lambung meningkat
9. Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan
terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi
psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini

30
berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam,
kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6
siklus.

1.2.4  Kebutuhan dan Pola Istirahat Tidur


Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh
Bayi baru lahir sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
(0 – 1 bulan) pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.
Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
(1 – 18 bulan) pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler
pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
(18 bulan – 3 tahun)
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
Pra Sekolah
terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
(3 – 6 tahun)
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Usia Sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
(6 – 12 tahun) tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
(12 – 18 tahun)
Dewasa Muda Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
(18 – 40 tahun) tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Dewasa Pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
(40 – 60 tahun) mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
Dewasa Tua nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
(> 60 tahun) mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari

1.2.5 Fungsi Tidur


1. Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis.
2. Melepaskan stress dan ketegangan

31
3. Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron
4. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan
menyiapkan diri pada waktu periode bangun.
5. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
6. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
7. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari
8. Menghasilkn hormon pertumbuhan untuk memperbaiki serta memperbaharui
epitel dan sel otak.
9. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
10. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.
1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur atau tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai
berikut:
1. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada sistem
pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirahat dan tidur (Asmadi, 2008).
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008).
3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah

32
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM (Asmadi, 2008).
4. Diet / Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam amino
dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
5. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008).
6. Obat – Obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan
seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan
beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang
dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat, 2008).

2.3. Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas Klien
1.Nama nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
2.Umur
3.Jenis kelamin
4.Agama

33
5.Pendidikan
6.Pekerjaan Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk
sehingga meningkatkan statis urine.
7.Status kawin
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur
patologis selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki yang sangat beresiko
terjadinya osteomylitis akut maupun kronik (Rosyidi k, 2013, hal. 48).
a. Riwayat Kesehatan sekarang Pada pasien fraktur dapat terjadi karena
kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat,
perubahan warna kulit dan kesemutan (Putri, 2013, hal. 245).
a. Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit fraktur yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Rosyidi k, 2013, hal.
48).

3. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
 Kesadaran
Saat pasien sadar dari anastesi umum tingkat kesadaran Glasgow Coma
Scale (GCS) yaitu Composmentis. Rasa nyeri menjadi sangat terasa. Nyeri
terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh  (Mutaqin, 2013, hal. 140).
 Tanda-tanda vital
Pada pasca operasi nyeri akut menyebabakan pasien gelisah dan menyebabkan
tanda-tanda vital berubah, masalah yang sering terjadi adalah perdarahan , dari
perdarahan dapat mengakibatkan tekanan darah menurun, meningkatnya

34
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, denyut nadi lemah, suhu menurun
(Mutaqin, 2013, hal. 138).
1. Pemeriksaan Body system
 Sistem pernapasan
 Sistem penglihatan
Inspeks: Sistim pengelihatan tidak mengalami gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan (Rosyidi, 2013, hal. 52).
 Sistem pendengaran
Inspeksi: tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga simetris
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal (Rosyidi, 2013, hal. 52).
 Sistim pernafasan
Inspeksi: Pernafasan meningkat, regular atau tidak regular tergantung pada
riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan paru
Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, focal fremitus teraba sama.
Perkusi: Suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainya.
Auskultasi: suaranafas normal, tidak ada whezzing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi (Rosyidi k, 2013, hal. 52).
 Sistem kardiovaskular
Inspeksi: tidak tampak iktus jantung
Palpasi: nadi meningkat
Perkusi: batas jantung normal, batas atas ICS ke 2, batas bawah ICS ke 5,
batas kiri ICS ke 5 mid klavikula sinistra, dan batas kanan ICS ke 4 mid
sternalis dextra (Haswita, 2017, hal. 192)
Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur (Rosyidi k, 2013,
hal. 52).
 Sistem pencernaan-eleminasi alvi
Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit
Palpasi: Tugor baik, tidak ad defans muskular (nyeri tekan pada seluruh
abdomen), hepar tidak teraba.

35
 Sistem Perkemihan-eleminasi urin
Inspeksi: warna urin, bau, serta frekuensi dalam batas normal
Palpasi: tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan dan biasanya
tidak di jumpai distensi kandung kemih
Perkusi: pada waktu 6-8 jam setelah anastesi pasien akan mendapatkan
kontrol fungsi miksi (Mutaqin, 2013, hal. 140).
 Sistem muskuloskeletal
Inspeksi: terdapat fiksasi seperti gips atau spalk pada kaki post operasi,
kemerahan, bengkak, terdapat bekas luka insisi, terdapat nyeri gerak,
Palpasi: suhu sekitar trauma hangat dan gerakan tonus otot menurun
(Rosyidi, 2013, hal. 54).
 Sistem endokrin
Penderita post operasi terjadi hipoglikemia karena efek anastesi
menyebabkan asupan karbohidrat tidak adekuat (Mutaqin, 2013, hal. 85).
 Sistem reproduksi
Dampak pada paien fraktur yaitu pasien tidak bisa melakuakn hubungan
seksual karena harus mengalami rawat inap dan keterbatasan gerak serta
nyeri yang dirasakan pasien (Rosyidi, 2013, hal. 50).
2. Pola aktivitas
1. Kebersihan diri
Pola fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal
higine, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK (Putri,
2013, hal. 245).
2. Istirahat dan aktivitas
Aktivitas mengalami perubahan atau gangguan akibat dari post operasi
sehungga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri fraktur atau post opfraktur (Putri, 2013, hal. 245).
3. Psiko sosial
1. Sosial interaksi
Hubungan interaksi antara pasien dengan keluarga, pasien dengan pasien
serta tenaga medis terjalin dengan baik (Rosyidi, 2013, hal. 48).

36
2. Spiritual
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta
perlindungan atau mendekatkan diri pada Tuhan (Putri, 2013, hal. 246).

4. Pengkajian Fisika
a. Kulit:Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala:Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
c. Mata:Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3mm,
reflek cahaya (+/+).
d.Telinga:Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e.Hidung:simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f.Mulut:gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g.Leher:trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidakmembesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h.Thorax :Jantung:Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
batasnormal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.Paru-paru:Tidak ada
ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidakada, sonor seluruh
lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomenPalpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa.
j.Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup.Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema(-),tonus otot
cukup

2.3.2 Diangnosa Keperawatan


1. Nyeri akut
2.3.3 Intervensi Keperawatan
1. Kaji Pasien dapat mengenali awitan nyeri
2. Pasien dapat mengontrol nyeri

37
3. Pasien mengetahui tingkatan nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)
4. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan
5. Kaji kebutuhan belajar pasien
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter
& Perry, 2011).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013).

38
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Octavia Maretanse


NIM : 2018.C.10a.0980
Ruang Praktek : bougenville
Tanggal Praktek : 11- 16 Mei 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 11 Mei 2020 pukul : 16:00 WIB

3.1 Pengkajian
Dilakukan pada tanggal 11 mei 2020 diruang bougenville rumah sakit dr.Doris
Sylvanus palangka raya
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Ny.S berjenis kelaminperempuan umur 39 tahun,status perkawinan
kawin,beragama islam,suku bangsa jawa/indonesia, berpendidikan SMP, pekerjaan
pasien sebagai swasta, alamat pasien di jl.rajawali 1 palangka raya, diagnosa medis
dermatitis numularis.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
pasien mengatakan nyeri dibagian kulit tangan, nyeri yang dirasakan perih dan
gatal- gatal, eritema, seta terjadi edema, suhu tubuh pasien hangat.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan tanganya gatal sudah lama, dan sudah membeli obat salap
gatal dan sudah membuat ramuan obat tradisional untuk mengobati gata-gatalnya tapi
belum juga kunjung sembuh. Ny.S jarang keluar rumah semenjak sakit, karena malu,
dengan lukanya gatalnya yang tidak membuat nyaman Ny.S karena sering merasa gatal-
gatal setiap waktu.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien tidak pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya.

39
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.S mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti Ny.S dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
Genogram Keluarga

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan

: Klien
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum :
Kesadaran pasien compos menthis pasien tampak meringis, pasien tampak sakit
sedang, posisi berbaring semi fowler dengan badan terlentang, tampak kulit pasien
terkelupas dan warna kulit kemerahan serta terdapat cairan.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak meringis,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara cukup jelas,
suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang cukup rapi, klien mengetahui waktu
pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta
mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme
pertahanan diri klien adaptif.

40
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 11 Mei 2020 pukul 15:00 WIB, suhu tubuh
klien/ S = 37,8 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 78 x/menit dan pernapasan/ RR
= 20 x/menit, tekanan darah TD = 120/ 80 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat nyeri, tidak
sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan perut, irama pernapasan
tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary refill
klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada terdapat oedema,
lingkar perut klien 90 cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak
mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami
kelainan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada Ny. L di dapatkan nilai GCS : 9 dimana E : 3 (Respon
suara), V : 5 (komunikasi verbal baik), M : 5 (merangsang nyeri). Uji 12 saraf kranial :
Nervus Kranial I : (Olfaktrius) tidak diuji. Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat
melihat dengan jelas. Nervus Kranial III : (Okulomotorius) tidak diuji. Nervus Kranial
IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata. Nervus Kranial V (Trigeminal) klien
dapat memejamkan mata. Nervus Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan
mata kerateral. Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus
Kranial VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas. Nervus Kranial
IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu menelan.

41
Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus Kranial
XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Keluhan Lainya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti :
minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada
disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat
cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas
dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti :
nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun
kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan
keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan
manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24
jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami
masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak
retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang
kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.

42
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada saat melakukan pengkajian pada Ny.A di dapatkan bibir pucat,tidak ada
karies gigi dan ada yang berlubang, gusi baik tidak ada perdangan, warna lidah merah
agak kepucatan, mukosa kering, untuk buang air besar (BAB) 1 kali ,kuning lembek dan
tidak ada diare, konstipasi (-), Fases berdarah (-), Kembung (-), bising usus 8x
menit/menit, tidak ada benjolan, dan ada nyeri tekan pada perutmya.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak ada
paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, terdapat nyeri di bagian kulit tangan
dan sekitarnya, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran
otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas
bawah = 5 (normal). Terdapat peradangan dan perlukakaan di bagian kulit tangan dan
sekitarnya,dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Gangguan integritas kulit.
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit coklat tua kemerahan, turgor
kurang, tekstur kasar, tidak ada tampak terdapat lesi, tampak terdapat jaringan parut di
kulit tangan dan sekitarnya, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan
betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan :Gangguan integritas kulit.
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) =
6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea bening, tidak terdapat
alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran

43
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi,
tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi,
cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental,
dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba
kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak
bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge, srotum
normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak meras mual, tidak ada muntah, tidak
mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus. TB : 156 Cm,BB sekarang:
62 Kg, BB Sebelum sakit : 62 Kg,IMT = 24,16 normal.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x/ hari 3x/ hari
Porsi 3 sedang 3 sedamg

Nafsu makan Baik Baik


Jenis Makanan Nasi, lauk,sayur Nasi, lauk,sayur

44
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan sulit tidur, ekpresi wajah klien tampak meringis, tidur
sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6 - 7 jam, tidur sesudah sakit : tidak ada tidur
siang, malam hanya 4 jam.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan ingin
cepat sembuh”
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien
ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang perempuan, klien orang
yang ramah, klien adalah seorang ibu rumah tangga”.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit klien
tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gatal-gatal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik.
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny.S
Keluhan lainnya : tidak ada.

45
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang di anut.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan
yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat
selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. S selama diarawat di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi
juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah suami dan keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bekerja membantu suaminya
mencari rumput untuk peternakan sapi.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu, saat sakit klien tidak
bisa beribadah.

46
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Parameter Hasil Nilai Normal
HGB 11,8 g/d 11.0-16.0 gr/dl

WBC 9,61x10’3/ul 4.00-10.00x10’3/ul

RBC 3,86x10’6/ul 3.50-5.50x10’6/ul

PLT 334x10’3/ul 150-400 x10’3ul

Glukosa S 97 mg/dl <200 mg/dl

Creatinin 0,9 <1,3 mg/dl

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Hari, tanggal : Selasa, 11 Mei 2020
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1. kortikosteroid 2x 650mg IV Kortikosteroroid adalah obat
pereda nyeri,peradadangan
serta mengurangi iritasi pada
area bercak
2. Antihistamin 3x 8 mg Oral Antihistamin adalah obat
gatal dan alergi pereda rasa
gatal dan tidak nyaman pada
kulit.
3. Antibiotic 3x 150,1/2 Oral Antibiotic (erythoromycin)
(erythoromycin) cth adalah obat penghenti
perkembangan bakteri
penyebab infeksi.

Palangka Raya, 11 Mei 2020


Mahasiswa

( Octavia maretanse)
ANALISIS DATA

47
NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
1 Cidera jaringan kulit Nyeri akut
DS :
Kulit coklat kemerahan
Klien mengatakan nyeri pada kulit
tangan dan sekitarnya, Klien Kerusakan pada dermis
mengatakan nyeri berkurang ketika
Kematian sel-sel
diberi obat pengurang nyeri,Klien
Nyeri
mengatakan nyeri dan perih seperti
ditusuk-tusuk. Skala nyeri 7 (0-10)

DO :

-wajah klien tampak meringis

-cara berbaring klien terlentang semi


fowler

- tampak Terdapat luka dibagian kulit


tangan dan sekitarnya.

-kulit tampak kemerahan dan ada


cairan,

-skla nyeri sedang

DS : Klien mengatakan sulit untuk Gelisah


2. Gangguan pola tidur
tidur
Waktu tidur berkurang

DO: Ketidak nyamanan


1.klien tampak gelisah
Gangguan pola tidur
2.wajah klien tampak meringis
3.kuantitas tidur siang tidak ada
4.kuantitas tidur malam hanya 4 jam
3. Gangguan integritas kulit
DS : - Cidera jaringan kulit

48
DO : Kulit coklat kemerahan, hitam
- Warna kulit klien tampak coklat
tua Kasar, permukaan kusam, kering
- Turgor kurang baik
Kerusakan integritas kulit
- Tekstur kasar
- Tampak terdapat peradangan di
muka dan tangan kanan klien

Gangguan Mobilitas
4. DS : Klien mengatakan tidak dapat Luka ruam pada kulit tangan dan Fisik
beraktivitas secara bebas akibat sekitarnya
gerakan terbatas dan gatal-gatal
Nyeri dan gatal pada saat
DO : beraktivitas
- Klien tampak gelisah.
- Wajah klien tampak meringis Ketidak nyamanan
- Terdapat luka ruam di kulit
tangan dan sekitarnya serta Gangguan Mobilitas Fisik
tampak kemerahan dan ada
cairan
- Nyeri dan gatal saat beraktivitas

49
PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera traumatis yang ditandai dengan Ny.A
Merasa nyeri dan perih, P :bertambah saat digerakkan, Q: seperti berdenyut-
denyut, R :di kulit tangan dan sekitarnya, S :Skala nyeri 7 (0-10), T:
berlangsung selama 5 menit, eksperi wajah klien tampak meringis, cara
berbaring klien terlentang semi fowler, irama pernafasan klien teratur,terdapat
peradagan,edema dan dan ada cairan , hasil pemeriksaan TTV= TD 120/80
mmHg, N: 85 x/menit S: 37 °C, RR:22x/menit.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai


dengan klien mengeluh sulit tidur, klien tampak gelisah, eksperesi wajah klien
tampak meringis dan lesu, tidak ada aktivitas tidur siang, aktivitas tidur malam
hanya 4 jam.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kasar, permukaan kusam,


kering yang ditandai dengan warna kulit Ny. A tampak coklat tua kemerahan,
turgor kurang baik, tekstur kasar dan terdapat peradangan di kulit tangan
dansekitarnya.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ditandai dengan


klien tampak gelisah,wajah klien tampak meringis,terdapat luka ruam di kulit
tangan dan sekitarnya serta nyeri,gatal-gatal dan perih saat beraktivitas.

50
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.S


Ruang Rawat : bougenville
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Selalu memantau perkembangan nyeri 1. Selalu memantau perkembangan
dengan cedera traumatis keperawatan 4x24 jam diharapkan 2. Mencari tahu faktor memperberat dan nyeri
yang ditandai dengan masalah nyeri klien dapat teratasi, memperingan nyeri agar mempercepat proses 2. Mencari tahu faktor memperberat
Ny.A Merasa nyeri dan dengan kriteria hasil : kesembuhan. dan memperingan nyeri agar
perih, P :bertambah saat 1. Sakla nyeri = 5 (1-10) 3. Memberikan kondisi lingkungan yang nyaman mempercepat proses kesembuhan.
digerakkan, Q: seperti 2. Ekpresi rileks untuk membantu meredakan nyeri 3. Memberikan kondisi lingkungan
berdenyut-denyut, R :di 3. Irama pernfasan teratur 4. Salah satu cara mengurangi nyeri yang nyaman untuk membantu
kulit tangan dan 5. Agar klien atau keluarga dapat melakukan meredakan nyeri
sekitarnya, S :Skala nyeri secara mandiri ketika nyeri kambuh 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
7 (0-10), T: berlangsung 6. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian 5. Agar klien atau keluarga dapat
selama 5 menit, eksperi dosis obat melakukan secara mandiri ketika
wajah klien tampak 7. Anjurkan pasien Mandi paling tidak sekali nyeri kambuh
meringis, cara berbaring sehari selama 15 – 20 menit. 6. Bekerja sama dengan dokter dalam
klien terlentang semi pemberian dosis obat

fowler, irama pernafasan


klien teratur,terdapat

51
peradagan,edema dan dan
ada cairan , hasil
pemeriksaan TTV= TD
120/80 mmHg, N: 85
x/menit S: 37 °C,
RR:22x/menit.

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Mengumpulkan data seberapa lama
berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan 2. Modifikasi lingkungan aktivitas dan tidur klien
ketidaknyamanan yang masalah gangguan pola tidur 3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 2. Menciftakan lingkungan yang
ditandai dengan klien dapat teratasi, dengan kriteria 4. Tetapkan jadwal tidur rutin nyaman
mengeluh sulit tidur, klien hasil : 5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 3. Membantu dalam menunjang siklus
tampak gelisah, eksperesi 1 Tidur malam 8 jam Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur. tidur
wajah klien tampak 2 Suhu badan normal 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
meringis dan lesu, tidak 3 Klien rileks 5. Memberitahukan pentingnya
ada aktivitas tidur siang, kecukupan tidur untuk
aktivitas tidur malam meningkatkan kesehatan
hanya 4 jam. 6.Mendorong waktu tidur tepat waktu.

3. Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan 1.Identifikasi penyebab ganggaun integritas kulit 1 Catat hasil memperberat nyeri

52
kulit berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan 2.Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring (suhu lingkungan)
kasar, permukaan kusam, masalah angguan intergritas kulit 3.Hindarkan porduk berbahan dasar alcohol pada 2 Agar jika ada posisi yang menindih
kering yang ditandai dapat teratasi, dengan kriteria kulit kering luka tidak menjadi iritasi.
dengan warna kulit Ny. A hasil : 4.Ajarkan menggunakan pelembap 3 Cegah bahan yang digunakan untuk
tampak coklat tua 1 Turgor cukup 5.Anjurkan mandi dan menggunakan sabun pelembab kulit klien yang
kemerahan, turgor kurang 2 Tekstur halus secukupnya megandung alcohol karena dapat
baik, tekstur kasar dan 3 Peradangan menurun menyebabkan iritasi
terdapat peradangan di 4 Pelembab membantu agar kulit
kulit tangan dansekitarnya tidak kering, lecet dan agar kulit-
kulit yang mati dapat tergelupas.
5. Mandi mengunakan sabun
secukupnya membantu melembabkan
kulit yang kering dan mengelupas kulit
yang mati
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan . Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Mengetahui skala nyeri dan keluhan
fisik berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan lainnya lain yang berhubungan dengan nyeri
nyeri dan ditandai dengan masalah gangguan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan 2. Mengetahui aktivitas yang dapat di
klien tampak dapat teratasi, dengan kriteria pergerakan lakukan dan tidak dapat dilakukan
gelisah,wajah klien hasil : 3. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik secara mandiri
tampak meringis,terdapat 1. Nyeri menurun 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3. Melatih agar klien dapat melakukan
luka ruam di kulit tangan 2. Pergerakan ekstermitas kegiatan tanpa di bantu

53
dan sekitarnya serta meningkat 4. Untuk menghindari kekakuan pada
otot dan sendi klien
nyeri,gatal-gatal dan perih 3. Kekuatan otot meningkat
saat beraktivitas 4. Gerakan terbatas menurun

54
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanda Tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan Nama
Jam
Perawat
1. 11 Mei 2020 1. Memberikan teknik S = klien mengatakan nyeri Octavia
maretanse
nonfarmakologis. Terapi music datang ketika efek obat
(klien masih tampak meringis) menghilang di muka dan
2. Mengajarkan teknik tangan kanan, nyeri skla 6
nonfarmakologis untuk (1-10), seperti ditusuk-tusuk,
mengurangi rasa nyeri. Dapat berlangsung sekitar 1 menit.
melakukan secara mandiri terapi O=
musik (tampak disaat klien - Ekspresi wajah meringis
merasa nyeri, klien dan keluarga - Klien dapat melakukan
dapat melakukan terapi musik terapi musik secara
secara mandiri). mandiri disaat nyeri
3. Berkaloborasi dengan dokter datang
pemberian obat - Irama pernafasan teratur
- TTV belum dibatas normal
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 0C
RR : 20 x/menit
A = Masalah belum teratasi.
P = lanjutkan intervensi Ekspresi
3. 12 mei 2020 1 Mengidentifikasi pola aktivitas S = klien mengatakan tidur Octavia
maretanse
dan tidur (Tidur siang pukul menjadi nyenyak
13:00-14:00 WIB dan tidur O=
malam 22:00-05:00 WIB, - Klien mengerti dan ingin
tetapkan jadwal tidur rutin) melakukan jadwal tidur rutin
- Tidur siang pukul 13:00-
2 Modifikasi lingkungan (suhu
14:00 WIB dan tidur malam
rungan 20 °C kulit klien teraba 22:00-05:00 WIB, klien
hangat) menjadi lebih rileks
- Kulit klien teraba hangat
3 Menjelaskan pentingnya tidur
- Tidur malam mnejadi 7 jam
cukup selama sakit (klien - TTV dalam batas normal

55
mengerti dan ingin melakukan TD : 120/ 80 mmHg
N : 80 x/menit
jadwal tidur rutin)
S : 36. 0C
4 Tetapkan jadwal tidur rutin (tidur RR : 22 x/menit
siang pukul 13:00-14:00 WIB
A = Masalah teratasi
dan tidur malam 22:00-05:00
P = intervensi terselesaikan.
WIB, klien menjadi lebih rileks

3. 13 mei 2020 1 Mengidentifikasi penyebab S= - Octavia


maretanse
gangguan integritas kulit. O=
2 Mengajarkan menggunakan - Klien dapat menjelaskan
pelembab, jelaskan apa itu kembali apa yang telah
dijelaskan oleh perawat dan
pelembab dan guna pelembab
bisa melakukan cara
serta cara pemberian pelembab pemberian pelembab sesuai
secukupnya (keluarga klien yang telah di ajarkan
- Turgor baik
dapat menjelaskan kembali apa
- Tekstur halus
yang telah dijelaskan oleh - Peradangan berkurang
perawat dan bisa melakukan A = Masalah teratasi
P = intervensi terselesaikan
cara pemberian pelembab sesuai
yang telah di ajarkan)
3 Menghindarkan produk
berbahan dasar alcohol pada
kulit kering, berikan pelembap
berupa salep Mebo Ointment
yang di uleskan pada perdangan
dan luka (turgor menjadi baik)

4.14 mei . Mengidentifikasi adanya nyeri atau S = Klien mengatakan dapat Octavia
maretanse
keluhan fisik lainnya beraktivitas secara bebas
2. Mengidentifikasi toleransi fisik akibat gerakan bebas
melakukan pergerakan O=
3. Memfasilitasi melakukan - Klien tampak tenang dan
mobilisasi fisik dapat melakukan aktifitas

56
4. Menganjurkan melakukan fisik kembali
mobilisasi dini - Nyeri dan gatal saat
beraktivitas berkurang

A = Masalah teratasi
P = intervensi terselesaikan.

BAB 4

57
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah
eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). 
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen).
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan pada kasus dermatitis hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya nyeri, perawat harus mampu
mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan
bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi
dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan
serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang penyakit, penyebab nyeri, pencegahan, dan penanganan.

DAFTAR PUSTAKA

58
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing

Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis

[Internet]. Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses

tanggal 11 maret 2020 Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 199).

Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC


Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001).

Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI

59

Anda mungkin juga menyukai