A D
ENGAN DIAGNOSA MEDIS DERMATITIS NUMULARIS DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD dr. SYLVANUS PALANGKA RAYA
Di Susun Oleh:
Mengetahui
Ketua Unit Pengelola (KUP)
Program Studi S-1 Keperawatan
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny.S Dengan Kebutuhan Dasar Manusia tentang pemenuhan istirahat dan
tidur dengan Diagnosa Dermatitis numularis di Ruang bougenville Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Meida Sinta.A, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Marjawati,S.Kep.,Ners selaku kepala ruang bougenville RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang boungenville.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 11 Mei
2020
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL …..............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN….................................................................................
KATA PENGANTA….............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan…...........................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…...........................................................................
2.1 Konsep Penyakit Dermatitis numularis...............................................................
2.1.1 Definisi dermatitis numularis....................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (pemenuhan istirahat dan tidur) ................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Eczema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata eczema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari
semua bentuk eczema adalah 4,66 %, termasuk dermatitis atopic 0,69 %, eczema
nummular 0,17 % dan dermatitis seboroik 2,32 % yang menyerang 2 % hingga 5
% dari penduduk.
Eksim atau dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling
sering dijumpai adalah eksim atopic atau dermatitis atopic. Gejala eksim akan
mulai muncul pada masa anak-anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun.
Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun
tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan
yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi
angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan
pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan
kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul didaerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada
orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu
berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap,
eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih
terang atau lebih gelap.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah Di Atas Maka Penulis Membatasi
Penelitian Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan Diagn
osa Medis Dermatitis numularis Di Ruang bougenville Rsud Dr. Sylvanus Palang
ka Raya
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menerapkan Asuhan Kep
erawatan Pada Ny.S Dengan Diagnosa Medis dermatitis numularis
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnose
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
2) Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3) Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti asuhan keperawatan pada pasien dengan
dermatitis numularis
1.4.2 Untuk Pasien Dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat pada dermatitis
numularis
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) dapat mengembangkan pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur dermatitis numularis
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi di bidang kesehatan
tentang dermatitis numularis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan
alergi. (Arief Mansjoer.1998 ”Kapita selekta”)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b) Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :
a) Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
b) Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal, umum
dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang kambuh-
kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma bronkial, reaksi
abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin) dan ketegangan
(stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri, lebih sensitif terhadap
serum dan obat.
c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)
Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit disertai
gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui secara
pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat, misalnya pada
inse,,Mct bite.
d) Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema, edema,
kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah ekstensor
ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit mempunyai
kecenderungan residif.
e) Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis
sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab
kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh semua keadaan yang
menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
f) Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus inflamasi
lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab fokus
inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam bentuk erupsi vesikular
akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis ditungkai bawah(dermatitis
statis) dengan atau tanpa ulkus.
2.1.5 Patofisiologi ( Patway )
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun
epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat tersebut
masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang
terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu
antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah
12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya
ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga
menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
A. WOC
Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik
hipersensitifitas
Dermatitis
Iritan primer
Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit
16
3. DA pada Remaja dan dewasa
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada
bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas dan
paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul,
papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama.bisa d
dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi
hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung
membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil
sampai tua
b. Neurodermatitis Sirkumskripta
1. Kulit sangat gatal
2. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
3. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
4. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan
atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun
c. Dermatitis Numularis
1. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
2. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi
karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan
berbatas tegas
3. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
4. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan
ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat
17
5. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan
d. Dermatitis Statis
1. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
2. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
3. borok atau bisul pada kulit
4. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
5. luka (lesi kulit)
6. pembengkakakn pada tungkai kaki
7. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
8. rasa kesemutan pada daerah yang terkena
2.1.7 Komplikasi
1. Gatal kronis yang menyebabkan kulit bersisik. Sebuah kondisi kulit yang
disebut neurodermatitis dimulai dengan bercak dari kulit gatal.
2. Infeksi kulit. Garukan pada kulit yang berulang-ulang dapat menyebabkan
luka terbuka. Ini meningkatkan risiko infeksi dari bakteri dan virus, termasuk
virus herpes simpleks.
3. Perubahan warna kulit permanen pada area dermatitis
4. Bekas luka permanen pada area dermatitis
5. Gangguan tidur dan sulit berkonsentrasi. Siklus gatal dapat menyebabkan
penderita terbangun berulang kali. Pada akhirnya hal ini akan menurunkan
kualitas tidur dan sulit berkonsentrasi.
18
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada
kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak
menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu
30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
Syarat tes ini :
Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung
antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
19
3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses
dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.
Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-
obatan.
20
5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan,
dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup
dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek
alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak
nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes
provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test
dan IgE spesifik metode RAST.
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien
2. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
21
3. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1 : 10.000.
4. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
5. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,
dalam jangka pendek.
6. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin
HCL
2.1.10 Penatalaksanaan medis
a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan tahap yang paling
enentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah
pengumpulan data (Rahmah, Nikmatur dan Saiful walid. 2009; 24).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien
dengan menggunakan teknik anamnesis (autoanamnesa dan aloanamnesa) dan
observasi.
Biodata Klien
1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena biasanya
laki-laki lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat kecelakaan bermotor,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, nomor medrek dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas, dua atau tiga kata
yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehan
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
22
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan
menggunakan PQRST.
P (Provokative/Palliative), apa yang menyebabkan gejala bertambah berat dan
apa yang dapat mengurangi gejala.
Q (Quality/Quantity), bagaimana gejala dirasakan klien dan sejauh mana gejala
dirasakan.
R (Region/Radiation) dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar? apa yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut ?
S (Saferity/Scale), seberapa tingkat keparahan gejala dirasakan? Pada skala
berapa?
T (Timing), berapa lama gejala dirasakan ? kapan tepatnya gejala mulai
dirasakan, apakah ada perbedaan intensitas gejala misalnya meningkat di malam
hari.
23
2. Sistem Pernafasan
Bentuk hidung, ada atau tidaknya sekret, PCH (Pernafasan Cuping Hidung),
kesimetrisan dada dan pernafasan, suara nafas dan frekwensi nafas. Pengaturan
pergerakan pernafasan akan mengakibatkan adanya retraksi dada akibat
kehilangan koordinasi otot. Ekspansi dada menjadi terbatas karena posisi
berbaring akibatnya ventilas paru menurun sehingga dapat menimbulkan
atelektasis. Akumulasi sekret pada saluran pernafasan mengakibatkan terjadinya
penurunan efisiensi siliaris yang dapat menyebabkan pembersihan jalan nafas
yang tidak efektif. Kelemahan pada otot pernafasan akan menimbulkan
mekanisme batuk tidak efektif.
3. Sistem Kardiovaskuler
Warna konjungtiva pada fraktur, terutama fraktur terbuka akan terlihat pucat
dikarenakan banyaknya perdarahan yang keluar dari luka, terjadi peningkatan
denyut nadi karena pengaruh metabolik, endokrin dan mekanisme keadaaan
yang menghasilkan adrenergik sereta selain itu peningkatan denyut jantung
dapat diakibatkan pada klien immobilisasi. Orthostatik hipotensi biasa terjadi
pada klien immobilisasi karena kemampuan sistem syaraf otonom untuk
mengatur jumlah darah kurang. Rasa pusing saat bangun bahkan dapat terjadi
pingsan, terdapat kelemahan otot. Ada tidaknya peningkatan JVP (Jugular Vena
Pressure), bunyi jantung serta pengukuran tekanan darah. Pada daerah perifer
ada tidaknya oedema dan warna pucat atau sianosis.
4. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut, gigi, bibir, lidah, kemampuan menelan, peristaltik usus dan
nafsu makan. Pada klien fraktur dan dislokasi biasanya diindikasikan untuk
mengurangi pergerakan (immobilisasi) terutama pada daerah yang mengalami
dislokasi hal ini dapat mengakibatkan klien mengalami konstip
5. Sistem Muskuloskeletal
Derajat Range Of Motion pergerakan sendi dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri ketika bergerak, toleransi klien waktu
bergerak dan observasi adanya luka pada otot akibat fraktur terbuka, tonus otot
dan kekuatan otot. Pada klien fraktur dan dislokasi dikaji ada tidaknya
24
penurunan kekuatan, masa otot dan atropi pada otot. Selain itu dapat juga
ditemukan kontraktur dan kekakuan pada persendian.
6. Sistem Integumen
Keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi tekstur,
kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan. Pada klien fraktur dan dislokasi
yang immobilisasi dapat terjadi iskemik dan nekrosis pada jaringan yang
tertekan, hal ini dikarenakan aliran darah terhambat sehingga penyediaan nutrisi
dan oksigen menurun.
7. Sistem Persyarafan
Mengkaji fungsi serebral, fungsi syaraf cranial, fungsi sensorik dan motorik
sertsa fungsi refleks.
Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari dan kebiasaan makan-makanan yang
mengandung kalsium yang sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan
tulang dan kebiasaan minum klien sehari-hari, meliputi frekwensi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
2. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh fraktur.
3. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, apakah terjadi perubahan setelah mengalani
fraktur.
Personal Hygiene
Kebiasaan mandi, cuci rambut, gosok gigi dan memotong kuku perlu dkaji
sebelum klien sakit dan setelah klien dirawat dirumah sakit.
Pola Aktivitas
Sejauh mana klien mampu beraktivitas dengan kondisinya saat ini dan kebiasaan
klien berolah raga sewaktu masih sehat.
Aspek Psiko Sosial Spiritual
1. Data Psikologis Pengkajian psikologis yang dilakukan pada klien dengan
fraktur pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial dengan gangguan
25
sistem lain yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri,
peran diri dan identitas diri). Pada klien fraktur adanya perubahan yang kurang
wajar dalam status emosional, perubahan tingkah laku dan pola koping yang
tidak efektif.
2. Data social
Pada data sosial yang dikaji adalah hubungan klien dengan keluarga dan
hubungan klien dengan petugas pelayanan kesehatan
3. Data Spiritual
Perlu dikaji agama dan kepribadiannya, keyakinan dan harapan yang merupakan
aspek penting untuk penyembuhan penyakitnya.
Data Penunjang
Menurut Doengoes et. al (2002:762), pemeriksaaan diagnostik yang biasa
dilakukan pada pasien dengan fraktur:
1. Pemeriksaan rontgen
2. Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
3. Computed Tomography (CT-SCAN).
4. Memperlihatkan fraktur dan dislokasi, dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak dan untuk mengetahui lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
5. Arteriogram Dilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan vaskuler.
6. Pemeriksaan darah lengkap
7. Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar haemoglobin yang biasanya lebih
rendah karena perdarahan akibat trauma. Hematokrit mungkin meningkat atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma
multiple). Kreatinin (trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal). Profil koagulasi (perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
multipel atau cedera hati).
Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan
masalahnya kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel yang terdiri dari
nomer, data yang terdiri dari data subjektif dan objektif, etiologi dan masalah,
26
sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan yang
nantinya akan menjadi diagnosa keperawatan.
27
buruk. Menyediakan lingkungan yang tenang untuk klien merupakan fungsi penting
perawat.
28
gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat
gambar). Tanda-tanda tidur NREM adalah:
1. Mimpi berkurang
2. Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
3. Tekanan darah turun
4. Kecepatan pernafasan turun
5. Metabolisme turun
6. Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang
masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah
terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang masing-
masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a. Tahap 1
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana
seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks,
mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara
jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang
betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan
dengan mudah. Ketika bangun seseorang merasa seperti telah melamun.
b. Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata
masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu
tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan“sleep
spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir
dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit. Pada tahap ini merupakan periodetidur
bersuara, kemajuan relaksasi, untuk bangun relatif mudah.
c. Tahap 3
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam. Otot –otot dalam keadaan santai
penuh, kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami
penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih
sulit dibangunkan dan jarang bergerak. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan
29
terdapat penambahan gelombang delta yang lambat. Tahap ini berlangsung 15-30
menit.
d. Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi
gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.
Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenai
gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besar
merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM. Tahap ini berlangsung
15-30 menit.
2. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata
cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu
seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Tidur REM / Paradoks
merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun,
aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh
terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan
perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur
REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali,
sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama
tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
1. Mengigau atau bahkan mendengkur
2. Otot-otot kendor (relaksasi total)
3. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
4. Perubahan tekanan darah
5. Gerakan otot tidak teratur
6. Gerakan mata cepat
7. Pembebasan steroid
8. Sekresi lambung meningkat
9. Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan
terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi
psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini
30
berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam,
kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6
siklus.
31
3. Memulihkan keseimbangan alami di antara pusat-pusat neuron
4. Secara tradisional, dipandang sebagai waktu untuk memperbaiki dan
menyiapkan diri pada waktu periode bangun.
5. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung.
6. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
7. Mengembalikan konsentrasi dan aktivitas sehari-hari
8. Menghasilkn hormon pertumbuhan untuk memperbaiki serta memperbaharui
epitel dan sel otak.
9. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh.
10. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik.
1.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Istirahat dan Tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
bisa tidur atau tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai
berikut:
1. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada sistem
pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
dapat istirahat dan tidur (Asmadi, 2008).
2. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat
seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008).
3. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
32
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan
REM (Asmadi, 2008).
4. Diet / Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam amino
dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
5. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2008).
6. Obat – Obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan
seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat
meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan
beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).
7. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang
dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat, 2008).
33
5.Pendidikan
6.Pekerjaan Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk
sehingga meningkatkan statis urine.
7.Status kawin
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan
menyambung. Penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur
patologis selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki yang sangat beresiko
terjadinya osteomylitis akut maupun kronik (Rosyidi k, 2013, hal. 48).
a. Riwayat Kesehatan sekarang Pada pasien fraktur dapat terjadi karena
kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan perdarahan,
kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat,
perubahan warna kulit dan kesemutan (Putri, 2013, hal. 245).
a. Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit fraktur yang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Rosyidi k, 2013, hal.
48).
3. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran
Saat pasien sadar dari anastesi umum tingkat kesadaran Glasgow Coma
Scale (GCS) yaitu Composmentis. Rasa nyeri menjadi sangat terasa. Nyeri
terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh (Mutaqin, 2013, hal. 140).
Tanda-tanda vital
Pada pasca operasi nyeri akut menyebabakan pasien gelisah dan menyebabkan
tanda-tanda vital berubah, masalah yang sering terjadi adalah perdarahan , dari
perdarahan dapat mengakibatkan tekanan darah menurun, meningkatnya
34
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, denyut nadi lemah, suhu menurun
(Mutaqin, 2013, hal. 138).
1. Pemeriksaan Body system
Sistem pernapasan
Sistem penglihatan
Inspeks: Sistim pengelihatan tidak mengalami gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan (Rosyidi, 2013, hal. 52).
Sistem pendengaran
Inspeksi: tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga simetris
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal (Rosyidi, 2013, hal. 52).
Sistim pernafasan
Inspeksi: Pernafasan meningkat, regular atau tidak regular tergantung pada
riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan paru
Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, focal fremitus teraba sama.
Perkusi: Suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainya.
Auskultasi: suaranafas normal, tidak ada whezzing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi (Rosyidi k, 2013, hal. 52).
Sistem kardiovaskular
Inspeksi: tidak tampak iktus jantung
Palpasi: nadi meningkat
Perkusi: batas jantung normal, batas atas ICS ke 2, batas bawah ICS ke 5,
batas kiri ICS ke 5 mid klavikula sinistra, dan batas kanan ICS ke 4 mid
sternalis dextra (Haswita, 2017, hal. 192)
Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur (Rosyidi k, 2013,
hal. 52).
Sistem pencernaan-eleminasi alvi
Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit
Palpasi: Tugor baik, tidak ad defans muskular (nyeri tekan pada seluruh
abdomen), hepar tidak teraba.
35
Sistem Perkemihan-eleminasi urin
Inspeksi: warna urin, bau, serta frekuensi dalam batas normal
Palpasi: tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan dan biasanya
tidak di jumpai distensi kandung kemih
Perkusi: pada waktu 6-8 jam setelah anastesi pasien akan mendapatkan
kontrol fungsi miksi (Mutaqin, 2013, hal. 140).
Sistem muskuloskeletal
Inspeksi: terdapat fiksasi seperti gips atau spalk pada kaki post operasi,
kemerahan, bengkak, terdapat bekas luka insisi, terdapat nyeri gerak,
Palpasi: suhu sekitar trauma hangat dan gerakan tonus otot menurun
(Rosyidi, 2013, hal. 54).
Sistem endokrin
Penderita post operasi terjadi hipoglikemia karena efek anastesi
menyebabkan asupan karbohidrat tidak adekuat (Mutaqin, 2013, hal. 85).
Sistem reproduksi
Dampak pada paien fraktur yaitu pasien tidak bisa melakuakn hubungan
seksual karena harus mengalami rawat inap dan keterbatasan gerak serta
nyeri yang dirasakan pasien (Rosyidi, 2013, hal. 50).
2. Pola aktivitas
1. Kebersihan diri
Pola fraktur akan mengalami perubahan atau gangguan pada personal
higine, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK (Putri,
2013, hal. 245).
2. Istirahat dan aktivitas
Aktivitas mengalami perubahan atau gangguan akibat dari post operasi
sehungga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri fraktur atau post opfraktur (Putri, 2013, hal. 245).
3. Psiko sosial
1. Sosial interaksi
Hubungan interaksi antara pasien dengan keluarga, pasien dengan pasien
serta tenaga medis terjalin dengan baik (Rosyidi, 2013, hal. 48).
36
2. Spiritual
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta
perlindungan atau mendekatkan diri pada Tuhan (Putri, 2013, hal. 246).
4. Pengkajian Fisika
a. Kulit:Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala:Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
c. Mata:Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3mm,
reflek cahaya (+/+).
d.Telinga:Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e.Hidung:simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f.Mulut:gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g.Leher:trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidakmembesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h.Thorax :Jantung:Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
batasnormal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.Paru-paru:Tidak ada
ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidakada, sonor seluruh
lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomenPalpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa.
j.Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup.Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema(-),tonus otot
cukup
37
3. Pasien mengetahui tingkatan nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)
4. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan
5. Kaji kebutuhan belajar pasien
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter
& Perry, 2011).
38
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dilakukan pada tanggal 11 mei 2020 diruang bougenville rumah sakit dr.Doris
Sylvanus palangka raya
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Ny.S berjenis kelaminperempuan umur 39 tahun,status perkawinan
kawin,beragama islam,suku bangsa jawa/indonesia, berpendidikan SMP, pekerjaan
pasien sebagai swasta, alamat pasien di jl.rajawali 1 palangka raya, diagnosa medis
dermatitis numularis.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
pasien mengatakan nyeri dibagian kulit tangan, nyeri yang dirasakan perih dan
gatal- gatal, eritema, seta terjadi edema, suhu tubuh pasien hangat.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan tanganya gatal sudah lama, dan sudah membeli obat salap
gatal dan sudah membuat ramuan obat tradisional untuk mengobati gata-gatalnya tapi
belum juga kunjung sembuh. Ny.S jarang keluar rumah semenjak sakit, karena malu,
dengan lukanya gatalnya yang tidak membuat nyaman Ny.S karena sering merasa gatal-
gatal setiap waktu.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien tidak pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya.
39
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ny.S mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang
sama seperti Ny.S dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum :
Kesadaran pasien compos menthis pasien tampak meringis, pasien tampak sakit
sedang, posisi berbaring semi fowler dengan badan terlentang, tampak kulit pasien
terkelupas dan warna kulit kemerahan serta terdapat cairan.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak meringis,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien berbicara cukup jelas,
suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang cukup rapi, klien mengetahui waktu
pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan keluarga serta
mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik, dan mekanisme
pertahanan diri klien adaptif.
40
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 11 Mei 2020 pukul 15:00 WIB, suhu tubuh
klien/ S = 37,8 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 78 x/menit dan pernapasan/ RR
= 20 x/menit, tekanan darah TD = 120/ 80 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak terdapat nyeri, tidak
sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan perut, irama pernapasan
tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary refill
klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada terdapat oedema,
lingkar perut klien 90 cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak
mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami
kelainan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada Ny. L di dapatkan nilai GCS : 9 dimana E : 3 (Respon
suara), V : 5 (komunikasi verbal baik), M : 5 (merangsang nyeri). Uji 12 saraf kranial :
Nervus Kranial I : (Olfaktrius) tidak diuji. Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat
melihat dengan jelas. Nervus Kranial III : (Okulomotorius) tidak diuji. Nervus Kranial
IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata. Nervus Kranial V (Trigeminal) klien
dapat memejamkan mata. Nervus Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan
mata kerateral. Nervus Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus
Kranial VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas. Nervus Kranial
IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu menelan.
41
Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus Kranial
XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Keluhan Lainya : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti :
minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang ada
disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat
cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas
dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan seperti :
nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri ataupun
kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat dan
keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa pahit dan
manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 5 x 24
jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak mengalami
masalah atau lancer, tidak menetes, tidak onkotinen, tidak oliguria, tidak nyeri, tidak
retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang
kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
42
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Pada saat melakukan pengkajian pada Ny.A di dapatkan bibir pucat,tidak ada
karies gigi dan ada yang berlubang, gusi baik tidak ada perdangan, warna lidah merah
agak kepucatan, mukosa kering, untuk buang air besar (BAB) 1 kali ,kuning lembek dan
tidak ada diare, konstipasi (-), Fases berdarah (-), Kembung (-), bising usus 8x
menit/menit, tidak ada benjolan, dan ada nyeri tekan pada perutmya.
Keluhan Lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak ada
paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, terdapat nyeri di bagian kulit tangan
dan sekitarnya, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran
otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas
bawah = 5 (normal). Terdapat peradangan dan perlukakaan di bagian kulit tangan dan
sekitarnya,dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba normal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Gangguan integritas kulit.
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit coklat tua kemerahan, turgor
kurang, tekstur kasar, tidak ada tampak terdapat lesi, tampak terdapat jaringan parut di
kulit tangan dan sekitarnya, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan
betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan :Gangguan integritas kulit.
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri (VOS) =
6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea bening, tidak terdapat
alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
43
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat patensi,
tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat transluminasi,
cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi kuning lumayan kental,
dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada teraba
kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien bergerak
bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada discharge, srotum
normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak meras mual, tidak ada muntah, tidak
mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus. TB : 156 Cm,BB sekarang:
62 Kg, BB Sebelum sakit : 62 Kg,IMT = 24,16 normal.
44
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan sulit tidur, ekpresi wajah klien tampak meringis, tidur
sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6 - 7 jam, tidur sesudah sakit : tidak ada tidur
siang, malam hanya 4 jam.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan ingin
cepat sembuh”
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien
ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang perempuan, klien orang
yang ramah, klien adalah seorang ibu rumah tangga”.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit klien
tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gatal-gatal.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik.
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny.S
Keluhan lainnya : tidak ada.
45
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang di anut.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan
yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat
selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. S selama diarawat di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi
juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah suami dan keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bekerja membantu suaminya
mencari rumput untuk peternakan sapi.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu, saat sakit klien tidak
bisa beribadah.
46
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Parameter Hasil Nilai Normal
HGB 11,8 g/d 11.0-16.0 gr/dl
( Octavia maretanse)
ANALISIS DATA
47
NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
1 Cidera jaringan kulit Nyeri akut
DS :
Kulit coklat kemerahan
Klien mengatakan nyeri pada kulit
tangan dan sekitarnya, Klien Kerusakan pada dermis
mengatakan nyeri berkurang ketika
Kematian sel-sel
diberi obat pengurang nyeri,Klien
Nyeri
mengatakan nyeri dan perih seperti
ditusuk-tusuk. Skala nyeri 7 (0-10)
DO :
48
DO : Kulit coklat kemerahan, hitam
- Warna kulit klien tampak coklat
tua Kasar, permukaan kusam, kering
- Turgor kurang baik
Kerusakan integritas kulit
- Tekstur kasar
- Tampak terdapat peradangan di
muka dan tangan kanan klien
Gangguan Mobilitas
4. DS : Klien mengatakan tidak dapat Luka ruam pada kulit tangan dan Fisik
beraktivitas secara bebas akibat sekitarnya
gerakan terbatas dan gatal-gatal
Nyeri dan gatal pada saat
DO : beraktivitas
- Klien tampak gelisah.
- Wajah klien tampak meringis Ketidak nyamanan
- Terdapat luka ruam di kulit
tangan dan sekitarnya serta Gangguan Mobilitas Fisik
tampak kemerahan dan ada
cairan
- Nyeri dan gatal saat beraktivitas
49
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera traumatis yang ditandai dengan Ny.A
Merasa nyeri dan perih, P :bertambah saat digerakkan, Q: seperti berdenyut-
denyut, R :di kulit tangan dan sekitarnya, S :Skala nyeri 7 (0-10), T:
berlangsung selama 5 menit, eksperi wajah klien tampak meringis, cara
berbaring klien terlentang semi fowler, irama pernafasan klien teratur,terdapat
peradagan,edema dan dan ada cairan , hasil pemeriksaan TTV= TD 120/80
mmHg, N: 85 x/menit S: 37 °C, RR:22x/menit.
50
RENCANA KEPERAWATAN
51
peradagan,edema dan dan
ada cairan , hasil
pemeriksaan TTV= TD
120/80 mmHg, N: 85
x/menit S: 37 °C,
RR:22x/menit.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Mengumpulkan data seberapa lama
berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan 2. Modifikasi lingkungan aktivitas dan tidur klien
ketidaknyamanan yang masalah gangguan pola tidur 3. Sesuaikan jadwal pemberian obat 2. Menciftakan lingkungan yang
ditandai dengan klien dapat teratasi, dengan kriteria 4. Tetapkan jadwal tidur rutin nyaman
mengeluh sulit tidur, klien hasil : 5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 3. Membantu dalam menunjang siklus
tampak gelisah, eksperesi 1 Tidur malam 8 jam Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur. tidur
wajah klien tampak 2 Suhu badan normal 4. Waktu tidur menjadi terkontrol
meringis dan lesu, tidak 3 Klien rileks 5. Memberitahukan pentingnya
ada aktivitas tidur siang, kecukupan tidur untuk
aktivitas tidur malam meningkatkan kesehatan
hanya 4 jam. 6.Mendorong waktu tidur tepat waktu.
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan 1.Identifikasi penyebab ganggaun integritas kulit 1 Catat hasil memperberat nyeri
52
kulit berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan 2.Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring (suhu lingkungan)
kasar, permukaan kusam, masalah angguan intergritas kulit 3.Hindarkan porduk berbahan dasar alcohol pada 2 Agar jika ada posisi yang menindih
kering yang ditandai dapat teratasi, dengan kriteria kulit kering luka tidak menjadi iritasi.
dengan warna kulit Ny. A hasil : 4.Ajarkan menggunakan pelembap 3 Cegah bahan yang digunakan untuk
tampak coklat tua 1 Turgor cukup 5.Anjurkan mandi dan menggunakan sabun pelembab kulit klien yang
kemerahan, turgor kurang 2 Tekstur halus secukupnya megandung alcohol karena dapat
baik, tekstur kasar dan 3 Peradangan menurun menyebabkan iritasi
terdapat peradangan di 4 Pelembab membantu agar kulit
kulit tangan dansekitarnya tidak kering, lecet dan agar kulit-
kulit yang mati dapat tergelupas.
5. Mandi mengunakan sabun
secukupnya membantu melembabkan
kulit yang kering dan mengelupas kulit
yang mati
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan . Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Mengetahui skala nyeri dan keluhan
fisik berhubungan dengan keperawatan 4x24 jam diharapkan lainnya lain yang berhubungan dengan nyeri
nyeri dan ditandai dengan masalah gangguan mobilitas fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan 2. Mengetahui aktivitas yang dapat di
klien tampak dapat teratasi, dengan kriteria pergerakan lakukan dan tidak dapat dilakukan
gelisah,wajah klien hasil : 3. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik secara mandiri
tampak meringis,terdapat 1. Nyeri menurun 4. Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3. Melatih agar klien dapat melakukan
luka ruam di kulit tangan 2. Pergerakan ekstermitas kegiatan tanpa di bantu
53
dan sekitarnya serta meningkat 4. Untuk menghindari kekakuan pada
otot dan sendi klien
nyeri,gatal-gatal dan perih 3. Kekuatan otot meningkat
saat beraktivitas 4. Gerakan terbatas menurun
54
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanda Tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan Nama
Jam
Perawat
1. 11 Mei 2020 1. Memberikan teknik S = klien mengatakan nyeri Octavia
maretanse
nonfarmakologis. Terapi music datang ketika efek obat
(klien masih tampak meringis) menghilang di muka dan
2. Mengajarkan teknik tangan kanan, nyeri skla 6
nonfarmakologis untuk (1-10), seperti ditusuk-tusuk,
mengurangi rasa nyeri. Dapat berlangsung sekitar 1 menit.
melakukan secara mandiri terapi O=
musik (tampak disaat klien - Ekspresi wajah meringis
merasa nyeri, klien dan keluarga - Klien dapat melakukan
dapat melakukan terapi musik terapi musik secara
secara mandiri). mandiri disaat nyeri
3. Berkaloborasi dengan dokter datang
pemberian obat - Irama pernafasan teratur
- TTV belum dibatas normal
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 0C
RR : 20 x/menit
A = Masalah belum teratasi.
P = lanjutkan intervensi Ekspresi
3. 12 mei 2020 1 Mengidentifikasi pola aktivitas S = klien mengatakan tidur Octavia
maretanse
dan tidur (Tidur siang pukul menjadi nyenyak
13:00-14:00 WIB dan tidur O=
malam 22:00-05:00 WIB, - Klien mengerti dan ingin
tetapkan jadwal tidur rutin) melakukan jadwal tidur rutin
- Tidur siang pukul 13:00-
2 Modifikasi lingkungan (suhu
14:00 WIB dan tidur malam
rungan 20 °C kulit klien teraba 22:00-05:00 WIB, klien
hangat) menjadi lebih rileks
- Kulit klien teraba hangat
3 Menjelaskan pentingnya tidur
- Tidur malam mnejadi 7 jam
cukup selama sakit (klien - TTV dalam batas normal
55
mengerti dan ingin melakukan TD : 120/ 80 mmHg
N : 80 x/menit
jadwal tidur rutin)
S : 36. 0C
4 Tetapkan jadwal tidur rutin (tidur RR : 22 x/menit
siang pukul 13:00-14:00 WIB
A = Masalah teratasi
dan tidur malam 22:00-05:00
P = intervensi terselesaikan.
WIB, klien menjadi lebih rileks
4.14 mei . Mengidentifikasi adanya nyeri atau S = Klien mengatakan dapat Octavia
maretanse
keluhan fisik lainnya beraktivitas secara bebas
2. Mengidentifikasi toleransi fisik akibat gerakan bebas
melakukan pergerakan O=
3. Memfasilitasi melakukan - Klien tampak tenang dan
mobilisasi fisik dapat melakukan aktifitas
56
4. Menganjurkan melakukan fisik kembali
mobilisasi dini - Nyeri dan gatal saat
beraktivitas berkurang
A = Masalah teratasi
P = intervensi terselesaikan.
BAB 4
57
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah
eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen).
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan pada kasus dermatitis hendaknya dengan hati-hati,
cermat dan teliti serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan.
Perawat perlu mengetahui tanda gejala adanya nyeri, perawat harus mampu
mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan
bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi
dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan
serta dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan pemberian pendidikan kesehatan
pada keluarga tentang penyakit, penyebab nyeri, pencegahan, dan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
58
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing
Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.
Djuanda, Adhi dkk. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media
Aesculapius FKUI, Jakarta.Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 199).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
59