Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DASAR MANUSIA DENGAN RASA DICINTAI DAN MEMILIKI


DENGAN DIAGNOSA KANKER PARU

DISUSUN OLEH:

Muntiara Sri Mampung


2019.C11.a.1019

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Muntiara Sri Mampung
NIM : 2019.C.11a.1019
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan dengan
diagnosa kanker paru dan Kebutuhan Dasar Manusia Rasa di
cintai dan Memiliki

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk mneyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh:

Koordinator PPK 1 Pembimbing akademik

Meida Sinta.A, S.Kep.,Ners Kristinawati, S.Kep.,Ners

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

2
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Penyakit

1.1.1 Definisi

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak


menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat
dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) (Wijaya dan
Putri, 2013). Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari
jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Menurut Brunner dan Suddarth
dalam Wijaya dan Putri, 2013).

1.1.2 anatomi fisologi

Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam. Perluasan
kauda ( ekor ) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada masa lemak dan nifas dini saat jaringan tersebut membengkak. Konstituen
utama payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan
jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atau lobus
oleh septum fibrosa,yang berjalan dari belakang putting payudara kearah otot
pektoralis. Septum ini penting untuk melokalisasi infeksi, yang sering terlihat
sebagai meradang di permukaan payudara.( dunstall, 2007 )
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah
perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi
payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya
terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang
dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan
ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar
karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus
baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu. (Sjamsuhidajat, 2004)

1.1.3 Etiologi
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok,
konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat
melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini. Terdapat banyak
factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker payudara.
a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi
terjadinya kanker payudara.
b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang sama
yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan
pengangkatan kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang sehat.
c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana ibu,
atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan beresiko
tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.
d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan akan
menumbuhkan sel-sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan kanker
payudara.
e. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang
mengalami menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause yang
lambat, dan kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko besar
terjadinya kanker payudara.
f. Obesitas pascamenopouse : Dimana seseorang yang mengalami obesitas
itu akan meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang akan beresiko
terkena kanker.
g. Dietilstilbestro : obat untuk mencegah keguguran akan beresiko terkena
kanker.
h. Penyinaran : Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar pada
dadanya, dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker payudara.
1.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi kanker payudara sebelumnya juga telah dilakukan. Rashmi
dkkmenganalisis kinerja algoritma naïve bayes dalam mengklasifikasi dan
memprediksi kanker payudara [2]. Penelitian tersebut membandingkan
luaran dari algoritma untuk melakukan klasifikasi dan prediksi yang
menghasilkan nilai sama. Hal ini dilakukan untuk menemukan tingkat
keberhasilan dan kesalahan dari algoritma yang digunakan. Hasil dari
penelitian mengungkapkan bahwa kedua algoritma tersebut memilki tingkat
kesuksesan dan kesalahan yang sama, yaitu tingkat kesuksesan berkisar 85-
95% dan tingkat kesalahan 10-15%. Namun algoritma ini masih memiliki
nilai akurasi yang kecil ketika data training yang digunaan sangat sedikit
jumlahnya.
1.1.5 Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara . Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial,
dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel
dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering
terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-
benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2006 ) Karsinoma inflamasi, adalah tumor
yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara
gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat
yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang ( Price,
2006 ).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat
mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan
terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman
operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif.
Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron
endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh
dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan
banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan
syock akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya
syock. Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolisme
untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam
amino yang di pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di
perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan
mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut
menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel
epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan
ekspansi paru tidak optimal
1.1.6 Klasifikasi
Pada stadium awal tadak ada keluhan sama sekali hanya seperti fribroadenoma
atau penyakit fribrokistik yang kecil saja,bentuk tidak teratur, batas tidak tegas,
permukaan tidak rata, konsistensi pada keras. Kanker payudara dapat terjadi di
bagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas
terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat kanker payudara umum
terjadi pada payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan
keras dengan batas yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada
payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan
dengan penyakit payudara jinak. Namun nyeri yang jelas pada bagian yang
ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang lebih
lanjut.
Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanitayang mencari
bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita – wanita ini bisa saja tidak
mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat diraba, tetapi
lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan mammografi. Banyak wanita
dengan penyakit lanjut mencari bantuan medis setelah mengabaikan gejala yang
dirasakan, sebagai contoh mereka baru mencari bantuan medis setelah tampak
dimpling pada kulit payudara yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi
sirkulasi limfotik pada dinding dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis di
kulit dapat dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur.
Tanda – tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada
tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan pada setiap
abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan
Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut :
1. Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran
(metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini,
kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa
ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di
laboratorium.
2. Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada
kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh
hanya 30 -40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I
dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada
pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran
untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
3. Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan
kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada
artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi
(pemberian obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga
dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha
ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta
untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.
Dan klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah :
T : tumor primer
TX : tumor primer tidak dapat di tentukan
T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 : tumor < 2 cm
T2 : tumor 2-5 cm
T3 : tumor > 5 cm
T4 : tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan
tanda odem,
N : kelenjar getah bening regional
NX : kelenjar regional tidak dapat di tentukan
N0 : tidak teraba kelenjar aksila
N1 : teraba kelenjar aksila
N2 : teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya
N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
M : metastase jauh
MX : tidak dapat di tentukan metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh

1.1.7 Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
1. Gangguan Neurovaskuler
2. Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang.
3. Fraktur patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
1.1.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
5) Pemeriksaan sitologik Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada
penilaian cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau
cairan yang keluar dari ekskoriasi

b. Mammagrafi Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk


mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat karean
gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada
daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan
tumor sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari
mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik
panas karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
e. Xerodiography Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam
antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif
terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi
terapi.
g. CT. Scan Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara
pada organ lain h. Pemeriksaan hematolog Yaitu dengan cara isolasi dan
menentukan sel-sel tumor pada speredaran darah dengan sendimental dan
sentrifugis darah.
1.1.9 Penatalaksaan penunjang
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2002) penatalaksanaan kanker payudara adalah 1.
Pengobatan lokal kanker payudara Tujuan utama terapi lokal adalah
menyingkirkan adanya kanker lokal:
a. Mastektomi radiasi yang modifikasi
b. Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi, limfektomi
(pengangkatan jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan
kulit lapisan atas tetap di tempatnya)
1. Mastektomi Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh
payudara dan beberapa nodus limfe Tujuannya : untuk menghilangkan
tumor payudara dengan membuang payudara dan jaringan yang
mendasari.
2. Terapi radiasi Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor
untuk mengurangi kecenderungan kambuh dan menyingkirkan kanker
resudial
3. Rekontruksi / pembedahan Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan
tindakan pembedahan tergantung pada stadium 1 dan 11 lakukan
mastektomi radikal, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional
dan kemoterapi ajuvan. Dapat juga dilakukan mastektomi simplek yang
harus di ikuti radisi tumor bed.Untuk setiap tumor yang terletak pada
kuadran sentral
4. Terapi Hormonal Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan
sekresi hormon esterogen
5. Tranplantasi sumsum tulang Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini
prosedur yang di lakukan adalah pengangkatan sumsum tulang dan
memberikan kemoterapi dosis tinggi, sumsum tulang pasien yang di
pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian infuskan ke IV.

1.2 Konsep Dasar


1.2.1 definisi rasa dicintai dan memiliki
Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun
ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya “akar” dalam masyarakat.
Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampong,
suatu marga, dan lain-lain. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan
merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja
merasa dirinya oengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan
menurunkan harga diri orang yang bersangkutan.
Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut
1) Memberi dan menerima kasih sayang;
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain;
3) Kehangatan;
4) Persahabatan; dan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan
sosial
keadaan dimana seseorang merasa memiliki sesuatu, sehingga dengan
perasaan memiliki itu dia akan dengan sepenuh hati menjaga, mencintai,
melindungi dan peduli dengan sesuatu tersebut. 

Bagi Maslow, perasaan cinta dan memiliki tidak hanya didorong oleh
kebutuhan seksualitas. Namun lebih banyak didorong oleh kebutuhan kasih
sayang. Ia sepakat dengan definisi cinta yang dikemukakan oleh Karl Roger,
bahwa cinta adalah “Keadaan dimengerti secara mendalam dan menerima
dengan sepenuh hati”.
Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta
itu terutama memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan ungkapan
yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi
ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan
unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan
pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta
seorang ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya
mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan tanggung jawab
dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka rela yang
dalam kasus ibu dan anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan atas
hubungan fisik. Unsur yang ketiga adalah perhatian diri sebagaimana adanya.
Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk
mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur tersebut, yaitu
pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat
dibina secara lebih baik.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono.
Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman,
dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan
untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan
orang lain kecuali dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu
adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa
antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal
seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau
sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa
rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa merasa
berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang
ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta.
Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwona mengemukakan, bahwatidak semua
unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada ketereikatannya sangat kuat,
tetapi keintiman atau kemesraan kurang. Cinta seperti itu mengandung
kesetiataan yang amat kuat, kecemburaannya besar, tetapi dirasakan oleh
pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang
ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau
saudara kandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-
gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal
lain dari pada partnernya.
Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak,
tetapi unsur keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta seperti itu
dinamakan cinta yang pincang.
Cinta, menurut Teori Segitiga Sternberg, terdiri dari tiga aspek: keintiman,
gairah, dan komitmen. Cinta yang sempurna adalah cinta yang memenuhi dari
ketiga aspek tersebut. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing aspek.
Gairah (passion) cenderung terjadi pada awal hubungan, relatif cepat dan
kemudian beralih pada tingkat yang stabil sebagai hasil pembiasaan.
Keintiman (intimacy) relatif lebih lambat dan kemudian secara bertahap
bermanifestasi sebagai meningkatkan ikatan interpersonal. Perubahan keadaan
dapat mengaktifkan keintiman, yang dapat menyebabkan intimacy menurun
atau justru semakin naik.
Komitmen (commitment) meningkat relatif lambat pada awalnya,
kemudian berjalan cepat, dan secara bertahap akan menetap. Ketika hubungan
gagal, tingkat komitmen biasanya menurun secara bertahap dan hilang.

Berdasarkan ketiga aspek tersebut, ternyata tidak semua orang memenuhi


syarat sebuah cinta yang sempurna. Bisa saja mereka hanya memenuhi satu
atau dua dari tiga aspek tersebut. Bagaimana bila hanya terpenuhi satu atau
dua aspek? Stenberg membagi cinta dalam beberapa jenis berdasarkan aspek
mana yang terpenuhi. Berikut adalah jenis cinta atau tipe cinta yang
dikemukakan oleh Stenberg.
1. Menyukai (Liking) dalam hal ini tidak diartikan dengan sepele. Sternberg
mengatakan bahwa menyukai dalam hal ini adalah ciri persahabatan sejati,
di mana seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan
dengan yang lain tetapi tidak intens dalam hal gairah atau komitmen
jangka panjang. Syarat adanya sifat menyukai adalah terpenuhinya
intimacy.
2. Cinta gila (Infatuated love) sering dirasakan sebagai “cinta pada
pandangan pertama.” Tapi tanpa aspek keintiman dan komitmen pada
cinta, cinta gila mungkin akan menghilang tiba-tiba. Syarat adanya cinta
gila adalah munculnya intimacy dan commitment.
3. Cinta kosong (Empty love). Kadang-kadang, cinta muncul tanpa ada
perasaan keintiman dan gairah dan itu disebut dengan cinta kosong. Tipe
cinta ini hanya ada perasaan untuk berkomitmen tanpa ada keintiman dan
gairah diatara mereka. Biasanya ini muncul ketika ada budaya perjodohan
dan sering diawali dengan tipe cinta kosong.
4. Cinta romantis (romantic love). Mereka yang memiliki cinta romantis akan
terikat secara emosional (seperti pada nomer 1) dan adanya gairah satu
sama lain. Syarat adanya cinta romantis adalah munculnya intimacy dan
passion (gairah).
5. Pasangan cinta (Companionate love) sering ditemukan dalam pernikahan,
di mana gairah sudah tidak nampak lagi, tetapi kasih sayang yang
mendalam dan komitmen masih tetap ada. Companionate love umumnya
merupakan hubungan antara Anda dengan seseorang yang hidup bersama,
tetapi tanpa hasrat seksual atau fisik. Ini lebih kuat dari persahabatan
karena dalam hubungan ini ada unsur komitmen. Salah satu contoh cinta
yang ada dalam sebuah keluarga adalah bentuk companionate love, juga
mereka yang menghabiskan banyak waktu bersama namun tidak ada
hubungan seksual dan gairah disana.
6. Cinta bodoh (Fatuous love) dapat dicontohkan saat pacaran dan
pernikahan dalam kerenggangan, di mana cinta masih ada komitmen dan
gairah, tanpa ada pengaruh keintiman seperti keterikatan, kehangatan, dan
kedekatan.
7. Cinta yang sempurna (Consummate love) adalah bentuk lengkap dari
sebuah cinta. Ini adalah tipe yang ideal dan banyak orang ingin
mencapainya. Sternberg mengingatkan, mempertahankan cinta yang
sempurna mungkin lebih sulit daripada mencapainya. Cinta yang
sempurna mungkin tidak permanen. Misalnya, jika gairah hilang dari
waktu ke waktu, mungkin berubah menjadi cinta companionate.
Keseimbangan antara tiga aspek Sternberg yaitu intimacy,
passion dan commitment dalam cinta cenderung bergeser dan dinamis.
Pengetahuan tentang aspek cinta dapat membantu pasangan menghindari
masalah dalam hubungan mereka.
Perasaan cinta yang sesungguhnya adalah perasaan saling percaya dengan
hubungan sehat penuh kasih. Tanpa adanya perasaan saling percaya, maka
hubungan cinta seseorang akan menjadi rapuh dan rusak. Kebutuhan cinta
adalah meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
2.1.2 Manfaat Cinta Bagi Kesehatan
Menurut peneliti, rasa cinta adalah emosi murni yang tulus dan bisa
menyehatkan tubuh. Jatuh cinta bisa menyehatkan dengan syarat, harus stabil
dan selalu merasa nyaman dengan hubungan cinta yang sedang dijalankan.
Berikut manfaat cinta bagi kesehatan.
1. Lebih bahagia 
"Berada dalam suatu hubungan memungkinkan tubuh Anda
melepaskan hormon bahagia, yang membuat Anda selalu merasa baik,”
kata psikolog klinis asal Mumbai, H'vovi Bhagwagar. 
2. Kekebalan tubuh jadi lebih baik
Jatuh cinta akan memberikan dorongan kekebalan tubuh Anda. "Anda
lebih tenang dan berpikiran positif, tentu ini menjadikan Anda tidak rentan
terhadap pilek dan batuk," kata H'vovi.  Sementara depresi atau perasaan
sedih membuat Anda rentan terhadap serangan virus pilek dan flu. 
3. Menghilangkan sakit dan nyeri 
Berada dalam suatu hubungan yang stabil, memberikan Anda
keamanan, sehingga dapat berbagi segala sesuatu yang Anda lewati.
"Perasaan ini membantu Anda mengatasi rasa sakit dan nyeri yang lebih
baik," kata dr Dhwanika Kapadia.  Pasangan akan memotivasi Anda dan
membantu melewati rasa sakit atau nyeri yang menyerang.

4. Meningkatkan konsentrasi 
Pasangan yang saling mencintai dan peduli memungkinkan Anda
memberikan yang terbaik. Hal ini memungkinkan Anda berkonsentrasi
pada pekerjaan Anda. Dengan demikian bisa meningkatkan kinerja Anda.
"Ketika Anda bahagia, daya kretivitas akan semakin meningkat,” kata
H'vovi. Apalagi jika satu sama lain saling memotivasi, ini akan menjadi
hal yang jauh lebih baik. Tak hanya untuk hubungan tapi juga kesuksesan
kerja.
5. Siklus haid jadi teratur
Siklus menstruasi tergantung pada berbagai hal, seperti kesehatan dan
gizi. Stres merupakan faktor penting juga. "Wanita dalam hubungan
jangka panjang cenderung merasa tertekan. Namun dengan adanya
perasaan cinta yang stabil akan membuat siklus haid teratur," kata H'vovi. 
6. Terhindar dari stress
Wanita yang sudah menikah atau mereka yang telah memiliki kekasih,
kemungkinan merasa cemas atau memiliki masalah sepele sangat sedikit.
Mereka tahu bahwa mereka memiliki pasangan yang saling memahami
satu sama lain dan merasa saling memiliki. 
"Rasa memiliki menjadi sistem pendukung, membantu Anda
menangani masalah dengan mudah," kata Dhwanika. Hal ini membuat
stres berkurang dan risiko tekanan darah tinggi juga rendah, termasuk
ketegangan dan migren.

2.1.3 Batasan Cinta


Menurut psikolog Elain dan William Walsten, cinta adalah suatu
keterlibatan yang sangat mendalam. Keterlibatan itu diasosiasikan dengan
timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan diiringi denan perasaan
mendambakan pasangan dan keinginan untuk memuaskannya.
Dari uraian tadi, jelaslah definisi cinta itu. Kalau bicara lebih lanjut
tentang batasan-batasan cinta yang sebenarnya. Kita akan mendapatakan
penjelasan lain dari filsuf Yunani, Baron dan Bryne (1994), Master Johnson
dan Kolodny (1985), serta Tunner dan helms (1995). Mereka menjelaskan
enam batasan cinta.
1. Cinta eros alias cinta birahi. Cinta ini identic dengan cinta seksual dan
erotic yang bersumber dari melekatnya cairan seksual dalam tubuh dan
bermuara pada lust (nafsu). Cinta ini ditandai dengan keinginan memiliki,
menuntut, merengek, mendesak, mengambil, dan bukan memeri.
2. Cinta phelia alias rasa saying dan kasih. Cinta ini tumbuh dari diri
seseorang; bisa karena hubungan keluarga atau indahnya sebuah
persahabatan yang mendalam. Biasanya, cinta model ini ada pada
hubungan ortu-anak dan kakak adik.
3. Cinta agape alias cinta sebening embun. Sejuta rasa ada di dada seseorang
yang mencapai kekuatan cinta pada pasanannya di tahap paling tingi. Cinta
ini ditandai dengan perhatian aktif pada orang yang dicintai dengan penuh
keikhlasan, saling menghargai dan memberi.
4. Cinta storge alias persahabatan. Cinta yang ini tumbuh subur di benak hati
seseorang karena adanya sebuah persahabatan yang hangat dan akrab
sehingga tidak tidak menekankan unsur passion dan hurt.
5. Cinta hudus. Cinta satu ini sering dilakukan anak muda zaman searang
untuk bermain cinta dan engak ada seriusnya sama sekali. Kalau sudah
gini, biasanya dua belah pihak Cuma dapet rugi dan pasti banyak
nyebelinnya.
6. Cinta pragma alias cita untung rugi, yaitu kualitas suatu kualitas suatu
hubungan dipikirkan dan dihitung dengan rumus jumlah keuntungan yang
didapet oleh sebuah pasangan yang sedang dimabuk cinta.
2.1.4 Konsep Mencintai dan Dicintai Yang Harus Diketahui Perawat
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan diintai yang harus dipahami
oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
1. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan,
misalnya denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat
hidupnya.Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan
dukungan keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu,
perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien.
2. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan
diberikan asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari
perhatian perawat adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai
helper.
2.1.5 Konsep Mencintai dan Dicintai Yang Harus Diketahui Perawat
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan diintai yang harus dipahami
oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
4. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan,
misalnya denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat
hidupnya.Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan
dukungan keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu,
perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien.
5. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
6. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan
diberikan asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari
perhatian perawat adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai
helper.
2.1.6 Konsep Mencintai dan Dicintai Yang Harus Diketahui Perawat
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan diintai yang harus dipahami
oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
7. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan,
misalnya denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat
hidupnya.Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan
dukungan keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu,
perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien.
8. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
9. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan
diberikan asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari
perhatian perawat adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai
helper.
2.1.7 Konsep Mencintai dan Dicintai Yang Harus Diketahui Perawat
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan diintai yang harus dipahami
oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
1. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan,
misalnya denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat
hidupnya.Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan
dukungan keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu,
perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien.
2. Cinta adalah ketulusan
Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan
diberikan asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari
perhatian perawat adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai
helper.
Sedih, cemas apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
Afektif perasaan ditolak, perasaan bersalah, meras tidak berdaya, putus
asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
Ambivalence, bingung, ragu-ragu, tidak mampu konsentrasi,
Kognitif hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, pikiran
merusak diri, rasa tidak menentu, pesimis.
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemah, lesu, nyeri kepal, pusing, insomnia, nyeri dada,
Fisik
over acting, perubahan berat badan, gangguan selera makan,
gangguan menstruasi, impoten, tidak berespon terhadap seksual.
Agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktivitas,
Tingkah
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable,
laku
berkesan menyedihkan, kurang spontan, gangguan kebersihan.
A. Proses terjadinya masalah

Negative perception Maladaptive coping


to problem
Keterangan:
Klien yang mengalami depresi biasanya diawali dari
Stressor Accumulation of
persepsinya yang negative terhadap stressor.Klien menganggap masalah
stressor
sebagai sesuatu yang 100% buruk.Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik
semua masalah yang diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak
adanya dukungan yang adekuat seperti dari keluarga, sahabat, ibu,
tetangga, terutama keyakinannya
Potential self kepada sang Maha Kuasa.
Helplessness Muncullah
depretion
destruction
fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut memperburuk
keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat
untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu
munculnya harga diri rendah yang akan menjadi internal stressor.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Identitas
1) Identitas Pasien :
2) Identitas Penanggung Jawab :
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama :
2) Penyakit yang pernah dialami:
3) Alergi :
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) :
5) Riwayat Penyakit Keluarga :
6) Diagnosa Medis dan therapy :

c. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1) Pola Bernapas
2) Pola makan-minum
3) Pola Eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola istirahat dan tidur
6) Pola Berpakaian
7) Pola rasa nyaman
8) Pola Aman
9) Pola Kebersihan Diri
10) Pola Komunikasi
d. Pengkajian Fisik
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Data laboratorium yang berhubungan
1.3.2 Diagnosa Keperawatan SDKI
Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada
keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat
maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang
bertjuan mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan
terhadap kondisi yang dialami (Desmawati, 2019).
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi
Kusuma 2016) diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae
adalah (PPNI, 2017):
a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi
(D.0129).
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun
(D.0005).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
(D.0019).
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111).
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi
tubuh (D.0083).
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis
(D.0101).

1.3.3 Intervensi Keperawatan (SLKI dan SIKI)


Intervensi Keperawatan Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018) dengan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2019) :
a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).
1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ekspetasi tingkat nyeri menurun.
2) Kriteria hasil :
a) kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
b) keluhan nyeri menurun
c) meringis menurun
d) sikap protektif menurun
e) gelisah menurun
f) kesulitan tidur menurun
g) menarik diri menurun
h) berfokus pada diri sendiri menurun
i) diaforesis menurun
j) perasaan depresi (tertekan ) menurun
k) perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
l) anoreksia menurun
m) perineum terasa tertekan menurun
n) uterus teraba membulat menurun
o) ketegangan otot menurun
p) pupil dilatasi menurun
q) muntah menurun mual menurun
r) frekuensi nadi membaik s) pola nafas membaik t) tekanan darah membaik
u) proses berpikir membaik v) fokus membaik w) fungsi berkemih membaik
x) perilaku membaik y) nafsu makan membaik z) pola tidur membaik
Intervensi :
Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik30
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi
(D.0129).
1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan ekspetasi integritas kulit dan jaringan meingkat.
2) Kriteria hasil :
a) Elastisitas meningkat
b) Hidrasi meningkat
c) Perfusi jaringan meningkat
d) Kerusakan jaringan menurun
e) Kerusakan lapisan kulit menurun
f) Nyeri menurun
g) Perdarahan menurun
h) Kemerahan menurun
i) Hematoma menurun
j) Pigmentasi abnormal menurun
k) Jaringan parut menurun
l) Nekrosis menurun
m) Abrasi kornea menurun
n) Suhu kulit membaik
o) Sensasi membaik
p) Tekstur membaik
q) Pertumbuhan rambut membaik
Intervensi :
Manajemen nutrisi (I.03119)Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
3) Intervensi :
Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
a) Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan
c) Edukasi
a) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan ekspektasi tingkat ansietas menurun
2) Kriteria hasil:
a) verbalisasi kebingungan menurun
b) verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
c) perilaku gelisah menurun
d) perilaku tegang menurun
e) keluhan pusing menurun
f) anoreksia menurun
g) palpitasi menurun
h) frekuensi pernapasan menurun
i) frekuensi nadi menurun
j) tekanan darah menurun
k) diaforesis menurun
l) tremor menurun
m) pucat menurun
n) konsentrasi membaik
o) pola tidur membaikBerikan kesempatan untuk bertanya
p) perasaan keberdayaan membaik
q) kontak mata membaik
r) pola berkemih membaik
s) orientasi membaik
3) Intervensi :
Reduksi Ansietas (I. 09314)
Observasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu,
stresor)
b) Identifikasi kermampuan mengambili.keputusan
c) Monitor tande-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
c) Pahami situasi yang mernbuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Tempalkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
a) Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pangobatan,
dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jlka perlu
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitir, sasual
kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi
tubuh (D.0083).
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan ekspektasi citra tubuh meningkat
2) Kriteria hasil :
a) Melihat bagian tubuh meningkat
b) menyentuh bagian tubuh meningkat
c) verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat
d) verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat
e) verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
f) verbalisasi kekhawatiran terhadap penolakan/reaksi orang lain
menurun
g) verbalisasi perubahan gaya hidup menurun
h) menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun
i) menunjukkan bagian tubuh berlebihan menurun
j) fokus pada bagian tubuh menurun
k) fokus pada penampilan masa lalu
l) menurun fokus pada kekuatan masa lalu menurun
m) respon non verbal pada perubahan tubuh membaik
n) hubungan sosial membaik
3) Intervensi :
Promosi citra tubuh (I.09305)
Observasi
a) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
b) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkalt
citra tubuh
c) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
sosial
d) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
e) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
d) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis, luka,
penyakit. pembedahan)
e) Diskusikan cara mengembangken harapan citra tubah secara realistis
f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
a) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh
b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
c) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan, wig,
kosmetik)
d) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok
sebaya)
e) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
f) Latih peningkatan penapilan diri (mis. berdandan)
g) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
maupun kelompok
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi
traumatis
(D.0086).
1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
diharapkan ekspektasi harga diri meningkat.
2) Kriteria hasil :
a) Penilaian diri positif meningkat
b) perasaan memiliki kelebihan/ kemampuan positif meningkat
c) penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat
d) minat mencoba hal baru meningkat
e) berjalan menampakan wajah meningkat
f) postur tubuh menampakan wajah meningkat
g) konsentrasi meningkat
h) tidur meningkat
i) kontak mata meningkat
j) gairah aktivitas meningkat
k) aktif meningkat
l) percaya diri berbicara meningkat
m) perilaku esertif meningkat
n) kemampuan membuat keputusan meningkat
o) perasaan malu menurun
p) perasaan bersalah menurun
q) perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun
r) meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun
s) ketergantungan pada penguatan secara berlebihan menurun
t) pencarian penguatan secara berlebihan menurun
3) Intervensi
Promosi Harga diri (I. 09331)
Observasi
a) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia
terhadap harga diri
b) Monitor verballsasi yang merendahkan diri sendiri
c) Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
a) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b) Memotivasi menerima tantangan atau hal baru
c) Diskusikan pernyataan tentang harga diri
d) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
e) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
f) Diskusikan persepsi negatif diri
g) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
h) Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga
diri yang lebih tinggi
i) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan
batasan yang jelas
j) Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
k) Falisitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga
diri
Edukasi
a) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif diri pasien
b) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
c) Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
d) Aniurkan membuka diri terhadap kritik negatif
e) Anjurkan mengevaluasi perilaku
f) Ajarkan cara mengatasi bullying
g) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
h) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri
i) Latih cara berfikir dan berperilaku positif j) Latih meningkatkan
kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi

1.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan perawat
berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam
keadaan sehat maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup
pasien. Jenis tindakan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan atau
kolaborasi dan tindakan rujukan/ ketergantungan. Implementasi tindakan
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan pasien sesuai dengan kondisi saat ini (Desmawati, 2019).

1.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah
dilakukan (Bararah & Jauhar, 2013)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Muntiara Sri Mampung


Nim : 2019.C11a.1019
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek :.13 maret 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 14 maret 2021 jam 10:00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Suku/Bangsa : dayak/indonesia
Agama : islam
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : jl. Mc
Tgl MRS : 13 maret 2021
Diagnosa Medis : kanker payudara
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan merasa nyeri pada payudar sebelah kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


A. Provocative/palliative
1) Apa penyebabnya :
Klien mengatakan nyeri disebabkan karena adanya luka pada
bagian payudara sebalah kiri
2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Klien mengatakan pada saat nyeri kambuh,klien berdoa
B. Quantity/quality
1) Bagaimana Dirasakan
Klien merasakan nyerinya seperti ditusuk – tusuk.
2) Bagaimana Dilihat
Klien tampak meringis kesakitan.
C. Region
1) Dimana Lokasinya :Payudara sebelah kanan
2) Apakah menyebar :Menyebar
D. Severity
Klien mengurangi rentang gerak karena pasien merasakan nyeri hebat
pada daerah luka dengan skala nyeri 8.
E. Time
Klien mengatakan nyerinya datang secara tiba-tiba dan berlangsung
selama 3 jam

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi )


A. Penyakit yang Pernah Dialami

Klien mengalami pembengkakan di payudara 4 bulan yang lalu,


B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
D. Lama dirawat –
E. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
F. Imunisasi
Klien mengatakan tidak mengetahui apakah sudah diimunisasi atau tidak.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit orant tua

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Hubungan Keluarga
: Satu Rumah

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sesak nafas
Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : compass mentis
b. Ekspresi Wajah : menringis
c. Bentuk badan :-
d. Cara berbaring/bergerak : bebas
e. Bicara : baik
f. Suasana Hati : sedih
g. Penampilan : kurang rapi
h. Fungsi kognitif : :
 Orientasi Waktu : pasien mengetahui tentang malam dan siang
 Orientasi Orang : pasien mengetahui petugas kesehatan dan
keluarga
 Orientasi Tempat : pasien mengetahui bahwa beliau dirumah sakit
i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visua
Lainnya...........................
j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial
Flight oh ideas
Lainnya ............................
k Insight : Baik Mengingkari
Menyalahkan Orang lain
l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal Adaftip
m. Keluhan Lainnya :
..............................................................................................................................
......................
..............................................................................................................................
......................
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T :36,4 0 C Axilla Rektal
Oral
b. Nadi /HR : 87 x/Menit
c. Pernapasan/RR : 22 x/Menit
d. Tekanan Darah/BP :130/90 mmHg

3. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : simestris
Kebiasaan merokok :tidak ada. Batang/hari
Batuk, sejak 08 febuari 2021
Batuk darah, sejak ……………
Sputum, warna kuning kehijauan
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe Orthopnoe Lainnya
……………………..
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas
Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut
Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes
Biot
Lainnya ………………………………………
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesikuler
Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya
……………….
Keluhan lainnya : Klien mengatakan dada nya terasa sesak saat malam
hari
Masalah Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d frekuensi nafas
berubah dan Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi ferfusi

CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki
Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger
Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi
Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ………………….Cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat
Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat
Suara Jantung Normal, …………………….
Ada kelainan
………………………………………...................
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………..............
...............................................................................................
...........
Masalah
: ...............................................................................................
..........
...............................................................................................
..........

4. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) : spontan terbuka mata
V (5) : berbicara dengan baik dan jelas
M (6) : mengikuti perintah dengan baik
Total Nilai GCS (15) : .....................................................................
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent
Delirium
Soporus Coma
Sulit dinilai
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif


Kiri Posistif Negatif

Nyeri, lokasi …………………………….


Vertigo Gelisah Aphasia
Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Tremor
Pelo

Uji Syaraf Kranial :


Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidu
Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan
Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis,
mata kontraksi pupil, reaksi bersamaan
Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar
Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi)
Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral
Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah
Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan
Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan
Nervus Kranial X : (Vagus) Menelan Berbicara
Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala
Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah
Uji Koordinasi :
Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif
Jari Ke Hidung Positif Negatif
Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Brakioradialis
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks
Babinski
Kanan +/- Kiri +/-
Refleks Lainnya : .
Uji Sensasi :
Keluhan Lain :
Masalah Keperawatan :
5. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urin : 1200 cc 1 x7 /hr
Warna : kuning pekat
Bau : khas amoniak
Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
Masalah Keperawatan :

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Mulut dan Faring
Bibir : pucat
Gigi : tidak lengkap
Gusi : merah muda
Lidah : normal
Mukosa : lembab
Tonsil : -
Rectum :-
Haemoroid :
BAB : 2 x/hr Warna : kuning. Konsistensi : padat
Tidak ada masalah Diare Konstipasi
Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar
Lavement

Bising usus : normal


Nyeri tekan, lokasi : …………………….........
Benjolan, lokasi : ……………………….....
Keluhan Lainnya :
…………………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………………
……………
Masalah Keperawatan :
Nyri akut

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )


Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas
Parese/lemah, lokasi …………………………………………
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….
Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….
Nyeri, lokasi ………………………………………….
Bengkak, lokasi ………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Spastisitas, Lokasi .......................................................
Ukuran Otot Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
c c
Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas 5/6 . Ekstrimitas
Bawah 4/5
Deformitas tulang, lokasi ……………………………….
Peradangan, lokasi ………………………………………
Perlukaan, lokasi ………………………………………..
Patah tulang, lokasi ……………………………………..
Tulang Belakang Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis

10. KULIT – RAMBUT - KUKU


Riwayat Alergi Obat
………………………………………………………..
Makanan
……………………………………………………
Kosametik
………………………………………………….
Lainnya
……………………………………………………..
Suhu Kulit Hangat Panas Dingin
Warna kulit Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning
Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor Baik Cukup Kurang
Tekstur Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi …………………………
Pustula, lokasi …………………………
Nodula, lokasi …………………………
Vesikula, lokasi …………………………
Papula, lokasi …………………………
Ulcus, lokasi …………………………….
Jaringan Parut, lokasi
……………………………………………………….....................
Tekstur rambut : ………………………………………………………..
Distribusi rambut : ……………………………………………………..
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya ……………….
Masalah Keperawatan :
…………………………………………….
…………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………….

11. SISTEM PENGINDRAAN


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda
Buta/gelap
Gerakan bola mata Bergerak normal Diam
Bergerakspontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) :+
Mata Kiri (VOS) :+
Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus
Merah/hifema
Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic
Kornea Bening Keruh
Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya
………….
Nyeri : ….
……………………………………………………………………...
Keluhan Lain :
…………………………………………………………………………
Masalah :
………………………………………………………………………….
b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk : c Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna ………………….. Integritas
………………..
Septum nasal Deviasi Perforasi
Peradarahan
Sekresi, warna …………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri
Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………
……………..
……………………………………………………………………………………
……………..

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya Tidak
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar limfe Teraba c Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas leher c Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi : …………………………........
Gatal-gatal, lokasi : …………………………........
Gland Penis : ……………………………….
Maetus Uretra : …………………………….....
Discharge , warna : ………………………….........
Srotum : ……………………………….
Hernia : ……………………………….
Kelainan :
……………………………………………………………………..
.............................................................................................
.............
Keluhan lain :
……………………………………………………………………..
..............................................................................................
............
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………
Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………
Perdarahan : …………………….....………………
Flour Albus : ……………….......…………………..
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ………….............………. minggu
Taksiran Partus : ……………………...……
Lainnya
: .............................................................................................
.........
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola …………………………………………..
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………….............
Masalah keperawatan :
………………………………...................................................................................
.....................
……………………………………………………………………………………
………………

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengetahui kondisinya ,pasine ingin cepat sembuh
2. Nutrisi dan Metabolisme
TB : 156 Cm
BB Sekarang : 48 Kg
BB Sebelum sakit : 51 Kg
Diet :
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah Garam Rendah Kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya
………………
Mual Muntah ……….. kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………...................
.
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 2x1 sehari 3x1 hari
Porsi 1/2 porsi 1 porsi
Nafsu makan Kurang Baik Baik
Jenis Makanan Nasi lembek, telur, Nasi, sayur,
ikan gabus ayam,
Jenis Minuman Air putih Air putih, teh
Jumlah minuman/cc/24 1L 1L
jam
Kebiasaan makan Pagi dan Malam Pagi, siang,
Malam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
masalah

Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………....................
....................…………………………………

3. Pola istirahat dan tidur :


Pasien tidur dengan jam tidur hanya 3-4 perhari
Masalah Keperawatan :

4. Kognitif :
Pasien kurang tau tentang penyakitnya
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………
……………

5. Konsep Diri :
Gambaran Diri : klien mengatakan tidak sempurna lagi
Ideal Diri : klien mengatan ingin segera sembuh
Identitas Diri : klien seorang ibu bagi ke tiga anaknya
Harga Diri : klien mengatakan penyakitnya tidak akan sembuh
Peran : klien adalah orangtua dalam keluarganya
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
.

6. Aktivitas Sehari-hari :
Klien mengatakan hanya berisolasi di rumah, karena tidak meras percaya diri
dengan keadaannya orang,klien mersa tidak dicintai
Masalah Keperawatan

7. Koping-Toleransi terhadap Stress


Klien meras stress karena meras tidak ada yang mencintainya karena kondisinya
tidak sempurna lagi
Masalah Keperawatan: stress
6. Nilai-Pola Keyakinan
7.
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….
……………………

E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi :
normal
2. Bahasa sehari-hari :
Indonesia dan dayak

3. Hubungan dengan Keluarga :


klien mengatakan hubugannya dengan keluarganya kurang baik semenjak
menderita penyakit ini

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :


Hubungan dengan teman dan orang lain kurang
5. Orang berarti/terdekat :

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :


merenung

7. Kegiatan beribadah :
Pasien selalu berdoa

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

Pemeriksaan Tanggal 28-11-2016


No Parameter Hasil Nilai Normal
1 WBC

Pemeriksaan Tanggal 30-11-2016

No Parameter Hasil Nilai Normal


1 WBC

Hasil Pemeriksaan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Obat/Terapi Dosis Indikasi Kontraindikasi
Medis

Palangka Raya…………………………………

Mahasiswa,

(…………………………………………..)
ANALISIS DATA

NO DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

Kerusakan jaringan Gangguan rasa


Ds : nyaman :nyeri
- Klien mengatakan
nyeri pada payudara : Spasme otot
sebelah kanan karena nyeri adanya
luka
Do: nyeri
-Wajah klien tampak meringis
kesakitan dengan skala nyeri 8,
-Klien tampak menge rutkan
kening, wajah
-klien tampak pucat,
-klien tampak berkeri ngat,
-klien tampak lemah dan klien
tamp ak melindungi daerah
nyeri.

D.s : Isolasi sosial


Kurangnya kepercayaan diri
Klien mengatakan sering
mengurung diri dan jarang
bergaul maupun bersosialisasi

Harga diri rendah


D.O :
Klien tampak menghindari
v
orang lain dan jarang
berkomunikasi Isolasi sosial
Klien merasa tidak dicintai
DS:
Ideal diri tidak realistis Harga Diri Rendah
-Klien mengatakan merasa malu
pada dirinya sendiri dan orang
lain karena penyakitnya.
Merasa tidak dicintai
DO :
-Ketika klien menceritakan
masalah klien tampak lesu dan
tidak bersemangat selalu Harga diri rendah
menunduk dan menghindari
kontak mata dengan perawat.

PRIORITAS MASALAH

Gangguan rasa nyaman berhubngan dengan nyeri

Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial)berhubungan dengan ketidak percayaan


diri
Harga diri rendah berhubungan dengan merasa tidak dicintai
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : …………………………………


Ruang Rawat : …………………………………
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Gangguan raa nyaman:
nyeri b/d kerusakan Tujuan:- Setelah dilakukan asuhan - Kaji intensitas, sifat, dan letak nyeri - Memberikan dasar untuk mengkaji
jaringan keperawatan diharapkan pasien - Berikan analgesik melalui rute IM, oral, atau IV keefektivitasan tindakan pereda
tidak sesuai yang nyeri
merasakan nyeri dan rasa tidak diresepkan - Meningkatkan peredaan nyeri
nyaman - Dorong penggunaan teknik relaksasi, - Menghilangkan ketidaknyamanan dan
Kriteria Hasil: bimbingan imajinasi, dan aktifitas hiburan yang meningkatkan efek terapeutik
- Mempertahankan tingkat nyeri tepat analgesik
atau kurang - Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang - Penurunan kelemahan dan
- Memperlihatkan teknik relaksasi penghematan enenrgy, meningkatkan
yang efektif kemampuan koping.
- Mengenali faktor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk
memodifikasi faktor tersebut

- Bantu klien utnuk memahami ansietas


- Beri dukungan emosional dan dorongan pada
Tujuan: Setelah dilakukan klien untuk -
tindakan keperawatan diharapkan mengungkapkan perasaan
klien - Berikan informasi yang akurat tentang - Memberikan kesempatan kepada klien
menyatakan peningkatan penyakitnya untuk mengatasi ansietasnya dan
kenyamanan psikologis dan - Berikan teknik relaksasi dan distraksi memberikan informasi tentang ansietas
Ansietas (cemas) b/d fisiologis - Libatkan keluarga dalam perawatan klien - Dapat membantu klien mengklarifikasi
ketidakmampuan Kriteria Hasil: dan memverbalisasikan
mengenal penyakit - Klien mampu mengurangi rasa ketakutannya sehingga memudahkan
cemasnya perawat memberikan
- Klien mampu menunjukkan umpan/balik yang realistis dan
stress emosional dan ansietas penenang
yang - Dengan memberi informasi yang
berkurang dan memperlihatkan akurat dapat mengatasi berbagai
kemampuan untuk mengatasi ketakutan akibat ketidakakuratan
masalah informasi
-bantu klien untuk mernerima penerimaan diri - Dapat meningkatkan perasaan kontrol
klien terhadap tubuhnya pada
-berikan penghargaan atau pujian terhadap klien
keadaan strees
atas kemajuan klien - Meningktkan kerjasama klien dan
penyesuaian positif terhadap
Penyakitnya
-pernyataan klien tentang pandangan
harga diri
-kemampuan positif yang dimiliki klien
Tujuan: Setelah dilakukan
Harga diri rendah dapat meningkatkan kepercayaan di
tindakan keperawatan diharapkan
klien mampun menerima keadaan
dan pecaya diri
Kriteria Hasil:
-klien mampu mendengar kritikan
dari orang lain
-klien mampu menerima
keterbatasan diri
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda Tangan Dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Tanggal 12 - Mengkaji tanda – tanda adanya luka S: Klien mengatakan nyeri pada
maret 2021 Nyeri dengan PQRST Payudara sebelah kanan karena
- Memberikan analgesik tanda adanya luka
melalui IV sesuai yang kesakitan dengan skala nyeri
8
di resepkan yaitu cefota
O: Wajah klien tampak meringis melalui IV sesuai yang
xime/12 jam, ranitidin/12
jam, keterolac/8 jam kesakitan dengan skala nyeri 8
- Memberikan posisi tubuh A: Masalah belum teratasi
yang sesuai untuk mening P: Intervensi dilanjutkan
katkan kenyamanan yaitu - - Kaji kembali nyeri Relaksasi tarik nafas
posisi semi fowler - Memberikan posisi semi fowler
- Mengajarkan teknik - Mengajarkan teknik relksasi Muntiara Sri
- Kaji kembali nyeri Mampung
Relaksasi tarik nafas
- Memberikan posisi semi fowler
dalam dan berdoa

- Mengkaji pengalaman pribadi klienn dann


pengetahuan tentang kanker payudara
- Mengkaji pengetahuan klien mengenai
diagnosis
S: Klien mengatakan kurang mengetahui penyakitnya
- Memberikan informasi yang akurat tentang
O: Klien tampak bingung dan banyak
penyakitnya
A: Masalah belum teratasi
- Memberikan penkes cara mengurangi cemas
Tanggal 12 P: Intervensi dilanjutkan
seperti teknik rekaksasi yaitu berdoa dan
maret 2021 - Memberikan informasi
mendengarkan music
- Mengkaji kembali pengetahuan Klien tentang kanker
payudara Mengkaji kembali perasaan klien

-S: Klien mengatakan tidak dapat


- Mengkaji membaran mukosa oral dan melakukan kebersihan diri ,karena meras
mukosa oral dan melakukan kebersihan tidak ada gunya
setiap hari O: Klien tampak kurang bersih
- Membantu klien dalam melakukan
dalam melakukan A: Masalah belum teratasi
Tanggal 12 mulut, rambut, dan kuku P: Intervensi dilanjutkan
maret 2021

Anda mungkin juga menyukai