Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“OKSIGENASI”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktik Praklinik Keperawatan I

Oleh:
KHOFIFAH WULANNOR
NIM. 2019.C.11a.1014

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. Konsep Dasar Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
1. Pengertian
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama
dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan unsur yang
diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses penting tubuh seperti
pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh,
pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak
oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu
dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan
oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan
berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Ernawati, 2012).
2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya berbagai
sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
a. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah sistem pernapasan atau
sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem pernapasan
atas yang terdiri dari hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri
dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai penjamin ketersediaan oksigen
untuk proses metabolisme sel-sel dalam tubuh dan pertukaran gas. Dalam sistem respirasi
oksigen diambil dari atmosfir, dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi
pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli, selanjutnya oksigen akan di
difusi masuk ke kapiler darah untuk digunakan oleh sel dalam proses metabolisme. Proses
pertukaran gas di dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi (Tarwoto & Wartonah,
2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari pengambilan oksigen di
atmosfir, kemudian oksigen yang diambil akan masuk melalui organ pernapasan bagian
atas yang terdiri dari hidung atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus sekunder, bronkus
tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk ke alveoli. Selain itu organ pernapasan
bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan
masuk ke organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan melembabkan
gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah, selain tempat masuknya oksigen
juga berfungsi dalam proses difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2011).
b. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut berperan dalam
proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan dalam proses transfortasi oksigen.
Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya
aliran darah ditentukan oleh normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan oksigenasi
pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi jantung. Fungsi jantung yang baik
dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan terjadinya perubahan tekanan
darah. Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait dengan sistem pernapasan dalam
proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether (2005) dalam Perry dan Potter (2009), fisiologi
kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang teroksigenasi (darah dengan kadar
karbon dioksida yang tinggi dari oksigen yang rendah) kebagian kanan jantung dan masuk
ke sirkulasi pulmonal, serta darah yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar O2 yang
tinggi dan CO2 yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung dan jaringan. Sistem
kardiovaskuler menghantarkan oksigen, nutrisi, dan substansi lain ke jaringan dan
memindahkan produk sisa dari metabolisme seluler melalui vaskuler dan sistem tubuh lain
(misalnya respirasi, pencernaan, dan ginjal).
c. Sistem Hematologi
Sistem Hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel darah yang sangat
berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalam sel darah
merah terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah molekul
yang mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap molekul Hb
dapat mengikat empat molekul oksigen dan akan membentuk ikatan oxy-hemoglobin
(HbO2) ( Tarwoto & Wartonah, 2011).
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi
ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolik
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi sistem pernapasan
individu.
1) Bayi prematur : Yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2) Bayi dan toddler : Adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status nutrisi,
gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat tertentu
secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
4. Proses Oksigenasi
Proses pernapasan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pernapasan eksternal dan
pernapasan internal. Pernapasan eksternal adalah proses pertukaran gas secara keseluruhan
antara lingkungan eksternal dan pembuluh kapiler paru (kapiler pulmonalis), sedangkan
pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler dan
jaringan tubuh (Saputra, 2013).
Tercapainya fungsi utama dari sistem pernapasan sangat tergantung dari proses fisiologi
sistem pernapasan itu sendiri yaitu ventilasi pulmonal, difusi gas, transfortasi gas serta
perfusi jaringan. Keempat proses oksigenasi ini didukung oleh baik atau tidaknya kondisi
jalan napas, keadaan udara di atmosfir, otot-otot pernapasan, fungsi sistem kardiovaskuler
serta kondisi dari pusat pernapasan (Atoilah & Kusnadi, 2013). Sel di dalam tubuh
sebagian besarnya memperoleh energi melalui reaksi kimia yang melibatkan oksigenasi
dan pembuangan karbondioksida. Proses Pertukaran gas dari pernapasan terjadi di
lingkungan dan darah (Ernawati, 2012).
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ventilasi pulmoner, difusi
gas, dan transfor oksigen serta karbon dioksida ( Saputra, 2013).
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan kemudian keluar dari paru-paru
(Tarwoto & Wartonah, 2011). Keluar masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-
paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang menyebabkan udara
bergerak dari tekanan yang tinggi ke daerah yang bertekanan lebih rendah. Satu kali
pernapasan adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Inspirasi merupakan
proses aktif dalam menghirup udara dan membutuhkan energi yang lebih banyak
dibanding dengan ekspirasi. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali inspirasi ± 1 –
1,5 detik, sedangkan ekspirasi lebih lama yaitu ± 2 – 3 detik dalam usaha
mengeluarkan udara (Atoilah, 2013).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), ada tiga kekuatan yang berperan dalam
ventilasi, yaitu ; compliance ventilasi dan dinding dada, tegangan permukaan yang
disebabkan oleh cairan alveolus, dan dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta
pengaruh otot-otot inspirasi.
a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat yang dapat
diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume serta
tekanan paru-paru. Struktur paru-paru yang elastic akan memungkinkan paru- paru
untuk meregang dan mengempis yang menimbulkan perbedaan tekanan dan volume,
sehingga udara dapat keluar masuk paru-paru.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus mempengaruhi kemampuan
compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan
alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II.
c) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot- otot pernapasan untuk
megembangkan rongga toraks.
2) Difusi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), difusi adalah proses pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui membrane, dari area
dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi yang rendah. Proses difusi
dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen dan karbon dioksida melewati
enam rintangan atau barier, yaitu ; melewati surfaktan, membran alveolus, cairan
intraintestinal, membran kapiler, plasma, dan membran sel darah merah. Oksigen
berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan karbon dioksida berdifusi keluar dari
darah ke alveolus. Karbon dioksida di difusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi
oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi
kecepatan difusi adalah sebagai berikut ;
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan maka
semakin cepat pula proses difusi.
b) Besarnya area membrane. Semakin luas area membrane difusi maka akan
semakin cepat difusi melewati membran.
c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka akan semakin cepat proses
difusi.
d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru.
Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat difusi terjadi.
3. Transfor oksigen
Sistem transfor oksigen terdiri atas paru-paru dan sistem kardiovaskuler.
Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke dalm paru-paru
(ventilasi), darah mengalir ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi,
serta kapasitas kandungan paru ( Perry & Potter, 2009).
Menurut Atoilah (2013), untuk mencapai jaringan sebagian besar (± 97 %) oksigen
berikatan dengan haemoglobin, sebagian kecil akan berikatan dengan plasma (± 3
%). Setiap satu gram Hb dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen bila dalam keadaan
konsentrasi drah jenuh (100 %). Ada beberapa faktor-faktor yang memengaruhi
transportasi oksigen, yaitu ;
a) Cardiac Output
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung berkurang maka jumlah oksigen
yang ditransport juga akan berkurang.
b) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan dengan Hb akan berkurang juga
sehingga jaringan akan kekurangan oksigen.
c) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan membaiknya pembuluh
darah sebagai sarana transfortasi, sehingga darah akan lancar menuju daerah
tujuan.
d) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat pelarut atau plasma darah
akan memengaruhi kekentalan darah, semakin kental keadaan darah maka akan
semakin sulit untuk ditransportasi.
e) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar peredaran darah.
b. Pernapasan internal
Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara pembuluh darah kapiler
dan jaringan tubuh. Setelah oksigen berdifusi ke dalam pembuluh darah, darah yang
banyak mengandung oksigen akan diangkut ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik. Di bagian ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara kapiler
sistemik ke sel jaringan, sedangkan karbon dioksida berdifusi dari sel jaringan ke
kapiler sistemik (Saputra,2013). Pertukaran gas dan penggunaannya di jaringan
merupakan proses perfusi. Proses ini erat kaitannya dengan metabolisme atau proses
penggunaan oksigen di dalam paru (Atoilah & Kusnadi, 2013).
5. Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari
adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi, baik pada anatomi maupun fisiologis dari
orga-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan
oleh adanya gangguan pada sistem tubuh lain, seperti sistem kardiovaskuler (Abdullah, 2014).
Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya peradangan,
obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak terpenuhi
secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi pernapasan dan
hipoksia, yaitu ;
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1) Gangguan irama pernapasan
a) Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-
mula dangkal, makin naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai
lagi dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara
fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000 –
15.000 kaki diatas permukaan air laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan pernapasan cheyne stokes,
tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat
dan sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien
dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
2) Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan melebihi jumlah
frekuensi pernapasan normal.
b) Bradipnea
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun dengan jumlah
frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan normal.
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu ;
1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC, dan lain-
lain.
2) Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya
kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan, misalnya pada edema
paru, pneumonia, dan lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam
beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.
3) Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke
jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total hemoglobin yang tersedia
untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian besar hemoglobin menjadi
tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh curah jantung yang
rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan. Hipoksia dapat
dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan
hipoksia histotoksik.
1) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri. Hipoksemia terbagi
menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic
(anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan oksigen darah arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen
normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini dapat terjadi pada
kondisi anemia dan keracunan karbondioksida.
a) Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau
sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik
iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
b) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan
sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
c) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapt menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak
daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
6. Penatalaksanaan Pemenuhan Oksigenasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen
melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia
jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 %
mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1) Perubahan frekuensi atau pola napas
2) Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3) Hipoksemia
4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard
6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya
adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk efektif,
dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam
paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen
pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia (Hidayat, 2009).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem
aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih
mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan
untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan kantong
rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula/binasal kanula.
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan
aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10
liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus
mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen
akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,
ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang
lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau
sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian
oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru
24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural
drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan.
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang
menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan
tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang
kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran sekret dari berbagai segmen
paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut
dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih
pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas
(Hidayat, 2009).
5) Penghisapan lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki
tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat,
2009).
A. ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
“OKSIGENASI”
1. Pengkajian
Menurut ( Rosdahl & Kowalski, 2015) pengkajian keperawatan yaitu mengobservasi
perubahan status pernapasan pada klien dengan gangguan pernafasan. Dokumentasi temuan
abnormal tentang perubahan yang mengindikasikan kesulitan pernapasan, seperti dispnea,
takikardia, takipnea, atau perubahan warna kulit.
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi meliputi: ada atau tidaknya
riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi
akibat luka/kecelakaan, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah dan
kanker), obstruksi nasal (kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor dan influenza)
dan keadaan lain yang mengakibatkan gangguan pernapasan (Hidayat& Uliyah, 2015).
Gangguan pernapasan juga meliputi adanya batuk, napas yang pendek, wheezing, rasa nyeri,
paparan lingkungan, penggunaan obat-obatan saat ini, serta riwayat merokok atau paparan
perokok pasif (Potter & Perry, 2009).
Pola Batuk dan Produksi sputum merupakan tahap pengkajian. Pemeriksaan pada pola
batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras dan kuat
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Pengkajian
sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan dan apakah bercampur darah
terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien. Metode pemeriksaan sputum (dahak/bukan liur)
sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) dengan pemeriksaan mikroskopis membutuhkan +5ml dahak dan
biasanya menggunakan penawaran panas dengan metode zilehl Neelsen (zn) atau penawaran
dingin kinyoun Gebbet menurut Tanthiam Hok. Bila dari dua kali pemeriksaan di dapatkan
hasil BTA Positif, maka pasien tersebut dinyatakan positif mengidap Tuberkulosis Paru
(Kunoli J, 2012).
Kemudian pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit,
luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi
pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan
rasa sakit (Hidayat& Uliyah, 2015).
b. Pemeriksaan fisik
Untuk menilai status oksigenasinya klien, perawat menggunakan keempat teknik
pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1) Inspeksi
Pengkajian ini meliputi: Pertama, penentuan tipe jalan nafas seperti menilai apakah nafas
spontan melalui hidung, mulut, oral, nasal atau menggunakan selang endrotakeal atau
tracheostomi, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan, ada atau tidaknya
sekret, perdarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik ; Kedua, penghitungan frekuensi
pernapasan dalam waktu satu menit ; Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal,
abdominal atau kombinasi keduanya;Keempat, pengkajian irama pernapasan. Pada
keadaan normal, ekspirasi lebih lama daripada inspirasi, yaitu 2:1, ; Kelima, pengkajian
terhadap dalam / dangkalnya pernapasan (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan, seperti nyeri tekan yang dapat
timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas, pleuritis, atau
pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat diteliti gerakan dinding
toraks pada saat inspirasi dan ekspirasi terjadi. Cara ini juga dapat dilakukan dari
belakang dengan meletakkan kedua tangan pada kedua sisi tulang belakang. Jika pada
puncak paru terdapat fibrosis, proses tuberkulosis, atau suatu tumor maka tidak akan
ditemukan pengembangan bagian atas pada toraks. Fremitus vokal yang jelas mengeras
dapat disebabkan oleh konsolidasi paru seperti pneumonia lobaris, tuberkulosis,tumor
paru atau kolaps paru dengan bronkus yang utuh dan tidak tersumbat. Fremitus vokal
menjadi lemah atau hilang sama sekali jika rongga pleura berisi air, darah, nanah, atau
udara, bahkan jaringan pleura menjadi tebal, bronkus tersumbat, jaringan paru tidak lagi
elastis, paru menjadi fibrosis.
3) Perkusi
Pemeriksaan bertujuan untuk menilai normal atau tidaknya suara perkusi paru. Suara
perkusi normal adalah suara perkusi sonor, yang bunyinya seperti kata “dug-dug”. Suara
perkusi lain yang dianggap tidak normal yaitu redup, pekak, hipersonor, timpani. Bila
didapatkan suara perkusi yang kurang sonor, maka kita harus menafsirkan bahwa bagian
atas paru tidak berfungsi lagi, dan berarti batas paru yang sehat terletak lebih bawah dari
biasa. Pada umumnya, hal ini menunjukkan proses tuberkulosis di puncak paru. Dari
belakang, apeks paru dapat diperkusi di daerah otot trapezius antara otot leher dan
pergelangan bahu yang akan memperdengarkan seperti sonor.
4) Auskultasi
Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan stetoskop. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk menilai adanya suara nafas, di antaranya suara nafas dasar dan suara napas
tambahan. Suara nafas dasar adalah suara nafas pada orang dengan paru yang sehat,
seperti suara vesikuler, suara bronkhial, dan bronkovaskular. Suara napas tambahan, yaitu
suara yang terdengar pada dinding toraks berasal dari kelainan dalam paru, termasuk
bronkus, alveoli, dan pleura. Ada beberapa suara nafas tambahan yaitu ; suara ronkhi,
mengi (wheezing), ronkhi basah, suara krepitasi (halus/kasar). Suara ini terdengar selama
inspirasi dan ekspirasi. Gejala ini dapat dijumpai pada pasien tuberculosis.
5) Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Wahid & Suprapto, 2013) pemeriksaan untuk menentukan keadekuatan
penyakit TB paru mencakup beberapa pemeriksaan, yaitu:
a. Kultur sputum: untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberculosis pada stadium
aktif.
b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah):
Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10mm atau
lebih besar, terjadi 48-72jam setelah injeksi intradermal antigen) mengindikasikan
infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi tidak mengindikasikan penyakit sedang aktif.
d. Foto torak: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian atas paru-
paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura. Perubahan
yang mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan
fibrosa.
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, serta
biopsi kulit): Positif untuk M. Tuberculosis.
f. Needle biopsi of lung tissue: Positif untuk granuloma TB, adanya sel- sel besar yang
mengindikasikan nekrosis.
g. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi; misalnya
hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada TB paru-paru kronis
lanjut.
h. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi dan berat, dan sisa kerusakan paru-paru.
i. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus atau
kerusakan paru-paru karena TB.
j. Darah: lekositosis, LED meningkat.
k. Test fungsi paru-paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat, dan
menurunnya saturasi O2yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
parenkim paru-paru dan penyakit pleura.
2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan
keluhan yang dirasakan klien secara objektif, sehingga dapat diketahui apa masalah kesehatan
ataupun masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien. Penegakan diagnosa keperawatan
yang akurat akan dapat dilaksanakan apabila data dan analisa pengkajian yang dilakukan
dengan cermat dan akurat. Dari pengkajian tersebut dapat dibuat analisa data untuk
merumuskan masalah keperawatan (Prasetyo, 2010).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan
lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien. Pengumpulan
data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta
pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi data. Data dasar adalah kumpulan data yang
berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Tujuan Pengumpulan Data:
a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah- langkah berikutnya.
3. Rumusan Masalah
Menurut (Muttaqin, 2013) Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan TB Paru
yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan:
a. Sekret kental atau sekret darah
b. Kelemahan
c. Upaya batuk buruk
d. Edema trakeal/faringeal
2. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder
tehadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan:
a. Penurunan permukaan efektif paru
b. Atelektasis
c. Kerusakan membran alveolar-kapiler
d. Sekret kental
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan :
a. Perasaan mual
b. Batuk produktif
c. Keletihan
d. Dispnea
5. Risiko penyebaran infeksi yang berhubungan dengan:
a. Tidak adekuatnya mekanisme pertahanan diri
b. Menurunnya aktivitas silia/secret statis.
4. Perencanaan
Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yaitu :
Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan sekret kental atau sekret
darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakeal/faringeal.
Kriteria evaluasi:
-klien mampu melakukan batuk efektif
-pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji fungsi pernapasan (bunyi Penurunan bunyi napas menunjukkan
nafas, kecepatan, irama, kedalaman atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi
dan penggunaan otot bantu nafas. sekret dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi
yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu nafas dan peningkatan
kerja pernapasan.
Kaji kemampuan mengeluarkan Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat kental
sekresi, catat karakter, volume (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
sputum, dan adanya hemoptisis. Sputum berdarah bila ada kerusakan (kavitasi)
paru atau luka bronkhial dan memerlukan
intervensi lebih lanjut.
Berikan posisifowler/semifowler Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
tinggi dan bantu klien berlatih nafas dan menurunkan upaya nafas. Ventilasi
dalam dan batuk efektif. maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas
besar untuk dikeluarkan.
Pertahankan intake cairan Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan
tidak diindikasikan. nafas.
Bersihkan sekret dari mulut dan Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
trakhea, bila perlu lakukan diperlukan bila klien tidak mampu
pengisapan (suction). mengeluarkan sekret.
Kolaborasi pemberian obat sesuai Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase,
indikasi OAT yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
(4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan sekret paru untuk memudahkan
pembersihan.
Bronkodilator Bronkodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakeobronkhial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna dengan keterlibatan
luas pada hipoksemia dan bila reaksi inflamasi
mengancam kehidupan.

Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru


sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura
Kriteria evaluasi:
-klien mampu melakukan batuk efektif
-irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batas normal, pada
pemeriksaan Rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi
nafas terdengar jelas.
Rencana Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat
menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
Kaji fungsi pernapasan, catat Distres pernapasan dan perubahan tanda vital
kecepatan pernapasan, dispnea dan dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan
perubahan tanda vital nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok
akibat hipoksia.
Berikan posisi fowler/semifowler Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
tinggi dan miring pada sisi yang dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi
sakit, bantu klien latihan nafas dalam maksimal membuka area atelektasis dan
dan batuk efektif. meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas
besar untuk dikeluarkan.
Auskultasi bunyi nafas Bunyi nafas dapat menurun/tak ada pada area
kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru
atau seluruh area paru (unilateral).
Kaji pengembangan dada dan posisi Ekspansi paru menurun pada area kolaps.
trakhea. Deviasi trakhea ke arah sisi yang sehat pada
tension pneumothoraks .
Kolaborasi untuk tindakan Bertujuan sebagai evakuasi cairan atau udara
thorakosentesis atau kalau perlu dan memudahkan ekspansi paru secara
WSD. maksimal.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif


paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler dan sekret kental
Kriteria evaluasi:
-bebas dari gejala distres pernapasan
-menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji dispnea, takipnea, tidak TB paru menyebabkan efek luas pada paru
normal/menurunnya bunyi nafas, dari bagian kecil bronkopneumonia sampai
peningkatan upaya pernapasan, inflamasi difus luas, nekrosis, efusi pleura dan
terbatasnya ekspansi dinding dada fibrosis luas. Efek pernapasan dapat dari
dan kelemahan. ringan sampai dispnea berat sampi distres
pernapasan.
Evaluasi perubahan pada tingkat Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat
kesadaran. Catat sianosis dan/atau mengganggu oksigenasi organ vital dan
perubahan pada warna kulit, jaringan.
termasuk membran mukosa dan
kuku.
Tunjukkan/dorong bernapas bibir membuat tahanan melawan udara luar, untuk
selama ekshalasi, khususnya untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas,
pasien dengan fibrosis atau sehingga membantu menyebarkan udara
kerusakan parenkim. melalui paru dan menghilangkan
/menurunkan nafas pendek.
Tingkatkan tirah baring/batasi Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan
aktivitas dan bantu aktivitas selama periode penurunan pernapasan dapat
perawatan diri sesuai keperluan. menurunkan beratnya gejala.
Kolaborasi Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang
Berikan oksigen tambahan yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan
sesuai. ventilasi/menurunnya permukaan alveolar
paru.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perasaan mual, batuk produktif, keletihan dan dispnea
Kriteria evaluasi:
-menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai normal dan bebas
tanda malnutrisi.
Rencana Intervensi Rasional
Catat status nutrisi pasien pada Berguna dalam mendefinisikan
penerimaan, catat turgor kulit, berat derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi
badan dan derajat kekurangan berat yang tepat.
badan, integritas mukosa oral,
kemampuan/ketidakmampuan
menelan, adanya tonus usus, riwayat
mual/muntah atau diare.
Pastikan pola diet biasa pasie, yang Membantu dalam mengidentifikasi
disukai/tidak disukai. kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki
masukan diet.
Awasi masukan/pengeluaran dan Berguna dalam, mengukur keefektifan nutrisi
berat badan secara periodik. dan dukungan cairan.
Dorong dan berikan periode istirahat Membantu menghemat energi khususnya bila
sering kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
Berikan perawatan mulut sebelum Menurunkan rasa tidak enak karena sisa
dan sesudah tindakan pernapasan. sputum atau obat untuk pengobatan respirasi
yang merangsang pusat muntah.
Dorong makan sedikit dan sering Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa
dengan makanan tinggi protein dan kelemahan yang tidak perlu/kebutuhan energi
karbohidrat dari makan makanan banyak dan menurunkan
iritasi gaster.
Dorong orang terdekat untuk Membuat lingkungan sosial lebih normal
membawa makanan dari rumah dan selama makan dan membantu memenuhi
untuk membagi dengan pasien kebutuhan personal dan kultural.
kecuali kontraindikasi.

Risiko penyebaran infeksi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya


mekanisme pertahanan diri, menurunnya aktivitas silia/secret statis, kerusakan
jaringan atau terjadi infeksi lanjutan, malnutrisi, paparan lingkungan dan
kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman pathogen.
Kriteria evaluasi:
-menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang aman
-mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi.

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri
Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak Membantu pasien menyadari/menerima
aktif: diseminasi infeksi melalui perlunya mematuhi program pengobatan
aliran darah/sistem limfatik) dan untuk mencegah pengaktifan
potensial penyebaran imfeksi melalui berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana
droplet udara selama batuk, bersin, penyakit disebarkan dan kesadaran
meludah, bicara, tertawa dan kemungkinan transmisi membantu
menyanyi. pasien/orang terdekat untuk mengambil
langkah untuk mencegah infeksi ke orang
lain.
Identifikasi orang lain yang berisiko Orang-orang yang terpajan ini perlu program
contoh anggota rumah, sahabat terapi obat untuk mencegah
karib/teman. penyebaran/terjadi infeksi.
Anjurkan pasien batuk/bersin dan Perilaku yang diperlukan untuk mencegah
mengeluarkan pada tisu dan penyebaran infeksi.
menghindari meludah. Kaji
pembuangan tisu sekali pakai dan
teknik mencuci tangan yang tepat.
Kaji tindakan kontrol infeksi Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi
sementara, contoh masker atau pasien dan membuang stigma sosial
isolasi pernapasan sehubungan dengan penyakit menular.
Kaji pentingnya mengikuti dan Alat dalam pengawasan efek dan keefektifan
kultur ulang secara periodik terhadap obat dan respon pasien terhadap terapi.
sputum untuk lamanya terapi.
Dorong memilih/mencerna makanan Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi
seimbang. sebelumnya merendahkan tahanan terhadap
proses infeksi dan mengganggu
penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta : Trans Info Media

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta :


Dua Satria Offset.Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : TIM.

Hidayat & Uliyah, (2015). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Edisi 2, Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika

Kunoli J, (2012). Asuhan keperawatan penyakit tropis. Jakarta: Trans Info Media

Muttaqin,(2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan.


Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry, (2010). Fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
7,Volume 1. Jakarta: EGC

Rosdahl & Kowalski, (2015). Buku ajar keperawatan dasar. Edisi 10, Volume 4.
Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA “NUTRISI”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktik Praklinik Keperawatan I

Oleh:
KHOFIFAH WULANNOR
NIM. 2019.C.11a.1014

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA “NUTRISI”
1. Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit. Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
yang sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi
untuk segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh sendiri, seperti glikogen, yang terdapat dalam otot dan hati ataupun
protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh
seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Fitriana, 2017).
2. Jenis-jenis Gangguan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner,
Kanker, Anoreksia Nervosa.
a. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda dan gejala kekurangan nutrisi :
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan albumin serum
6) Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab :
1) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker.
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun
b. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme
secara berlebihan.
Tanda dan gejala kelebihan nutrisi :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
4) Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman.

3. Kebutuhan Nutrisi
Berikut ini adalah nilai kecukupan energy dan kecukupan protein seseorang
perhari rata-rata ketika dalam aktivitas sedang. Jika sering melakukan aktivitas berat
seperti olahraga berat, kuli bangunan, menggarap sawah, pekerja lapangan, dan lain
sebagainya perlu ditambahkan asupan energi dan protein yang cukup.
a. Dewasa
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
Kecukupan Energi : 2550 kkal
Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Perempuan /Wanita :
Kecukupan Energi : 1900 kkal
Kecukupan Protein : 50 gram

b. Lansia
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
Kecukupan Energi : 2250 kkal
Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
Kecukupan Energi : 1750 kkal
Kecukupan Protein : 50 gram mempengaruhi

4. Macam-macam Nutrisi
Nutrient atau kandungan zat yang terdapat dalam makanan yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh terdiri dari 6 kategori, yaitu : karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral dan air.
a) Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi utama dan
merupakan ahan bakar untuk otak,otot rangka selama latihan,eritrosit dan
leukosit,dan medula renal. Sumber karbohidrat : beras, tepung-tepungan,
gula, buah dan lain-lain.
b) Protein
Protein berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel
tubuh, juga bisa menghasilkan kalori, sintesa hormon, katalisator enzim (dari
proses absorpsi, metabolisme dan katabolisme) dan anti bodi. Sumber protein
: daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, tahu, tempe dan kacang-kacangan.
c) Lemak
Fungsi lemak adalah untuk menyediakan kebutuhan kalori, menjaga
temperatur tubuh dan organ tubuh dengan lapisan lemak dan juga menjaga
fungsi normal dari kulit. Sumber lemak : mentega, margarin, minyak kelapa,
cream, lemak hewan dan kacang-kacangan.
d) Vitamin
1) Vitamin A
Penting untuk pertumbuhan tulang, rambut, dan kulit serta kesehatan mata.
Vitamin A juga berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Sumber vitamin A : hati, daging, mentega, keju, susu, kuning telur,
buah dan sayuran berwarna.
2) Vitamin D
Membantu tubuh untuk menyerap kalsium dan fosfor, membentuk dan
menjaga kesehatan tulang dan gigi. Sumber Vitamin D : susu dan hasilnya,
kuning telur, hati ikan tuna, salem
3) Vitamin E
Penting untuk proses metabolisme, menjaga kesehatan kulit dan otot. Sebagai
antioksidan dalam menjaga sel dan jaringan tubuh dari kerusakan. Sumber
Vitamin E : kuning telur, kacang kedelai, sayuran hijau, margarin, roti,
kentang dan gandum.
4) Vitamin K
Penting untuk penggumpalan darah. Sumber vitamin K : sayuran hijau.
5) Vitamin C
Penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi, gusi, kulit, otot dan tulang,
mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh dari
infeksi, membantu penyerapan zat besi Sumber Vitamin C : sayuran segar
dan buah- buahan segar.
6) Vitamin B kompleks
Mengambil peranan penting pada metabolisme karbohidrat, meningkakan
selera makan, menjaga fungsi normal dari pencernaan, jantung dan sistem
saraf, sumber Vitamin B Compleks : beras, daging, susu, kacang-kacangan,
telur dan kedelai.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NUTRISI
1. Pengkajian
a) Biodata pasien
b) Riwayat Kesehatan
c) Pemeriksaan Fisik
2. Diagnosa Keperawatan
a) Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan masukan oral.
3. Intervensi
a. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
d. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui
oral.
e. Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
f. Kolaborasi dengan ahli diet.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, Yuni. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Prakik
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai