Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendengaran merupakan lintasan sensorik yang primer melalui anak, secara normal
memperkembangkan kemampuan berbicara serta bahasa mereka. Gangguan pendengaran
pada usia berapapun dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran
dengan derajat yang ringan sekalipun, akan dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan
pada kemampuan berbicara, penguasaan bahasa serta belajar. Oleh karena itu merupakan
sesuatu yang esensial bahwa terdapatnya kehilangan pendengaran pada anak dapat
dikenali sedini mungkin serta pengelolahannya direncanakan dengan segera. Ketrampilan
yang dimiliki oleh audiologist yang bersangkutan adalah esensial dalam mengenali
terdapatnya derajat tipe gangguan pendengaran yang bersangkutan.
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai suatu sarana untuk
mengungkapkan konsep pikiran, perasaan dan emosi. Salah satu komponen utama dalam
berkomunikasi adalah kemampuan untuk berbicara dan berbahasa. Wicara merupakan
salah satu kemampuan yang diperoleh melalui suatu proses perkembangan yang rumit,
dimulai segera setelah bayi lahir. Secara umum gangguan wicara diakibatkan oleh faktor
organik, fungsional, ataupun keduanya. Wicara adalah kemampuan berbahasa vokal
(motorik) dengan mengartikulasikan bahasa. Untuk dapat berbahasa membutuhkan
kemahiran reseptif (memahami bahasa), mengelolah infformasi yang diterima dan
kemampuan ekspresif (mengemukakan ide/kehendak, gagasan, dan pengetahuan kepada
orang lain). Ekspresi bahasa dapat disampaikan dalam bentuk wicara, mimik, isyarat,
tulisan maupun bahasa tubuh. Gangguan wicara pada anak erat kaitannya dalam proses
tumbuh kembang. Ada tidaknya gangguan wicara pada anak dapat dinilai dan dievaluasi
dengan membandingkan proses pematangan dan kemampuan inividu normal.
Pada anak kemampuan berbahasa dan/atau wicara dapat normal, terlambat, terganggu
atau menyimpang dari pola normal. Ketidaktahuan akan tahap perkembangan mendengar
dan wicara menyebabkan kelambatan penemuan dini kasus-kasus gangguan wicara yang
tentu saja berakibat pada terlambatnya penanganan kasus.

Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebab dapat segera dicari, sehingga
pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan seawal mungkin. Contohnya, pada
seorang anak yang tuli konduksi tetapi cerdas yang terlambat mendapat alat bantu dengar
dan terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non
verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya
agar mampu berbicara yang dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.
Saat ini di Indonesia belum ada data pasti mengenai jumlah kasus anak dengan
gangguan wicara dan berbahasa. Data dari 808 anak yang datang dengan masalah
gangguan wicara di Pusat Kesehatan Telinga dan Gangguan Komunikasi bagian THT
RSCM menunjukan 82.79 % disebabkan gangguan pendengaran, sedangkan 15.35 % anak
dengan gangguan wicara tanpa masalah pendengaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksudkan dengan cacat ganda ?
2. Bagaimana proses perkembangan mendengar dan berbicara pada anak ?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya (etiologi) gangguan
bicara dan gangguan pendengaran ?
4. Bagaimana pathofisiologi, manifestasi klinis yang terjadi serta pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada cacat ganda ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
(anak) yang menderita cacat ganda ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan cacat ganda
2. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan mendengar dan berbicara pada
anak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya
(etiologi) gangguan bicara dan gangguan pendengaran
4. Untuk mengetahui bagaimana pathofisiologi, manifestasi klinis yang terjadi serta
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada cacat ganda
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien (anak) yang menderita cacat ganda

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan atau disfungsi
perkembangan pendengaran yang bersifat sensorineural yang diikuti oleh kerusakan
perkembangan berbahasa atau komunikasi. Gangguan pendengaran pada usia berapapun
dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran dengan derajat ringan
sekalipun akan dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan pada kemampuan berbicara,
penguasaan bahasa serta belajar.
Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita
kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka
untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Anak
yang tuli memang memperkembangkan suatu bahasa serta anak tuli yang lahir pada orang
tua yang tuli pula mampu melakukan komunikasi satu sama lainnya serta dengan para
orang tua mereka dengan efektif.
B. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga adalah organ pengindraan dengan fungsi ganda dan kompleks- pendengaran
dan keseimbangan. Indra pendengaran berperan penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Struktur telinga terbagi menjadi struktur luar, tengah dan dalam. Berikut sedikit
penjelasannya.
1. Bagian Luar
a. Aurikula (pinna) : Membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus.
b. Kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membran timpani (gendang telinga). Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen yang mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
2. Bagian Tengah merupakan rongga berisi udara yang merupaka rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dan dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring.
a. Membran timpani disebelah lateral
b. Kapsul otik disebelah medial
4

c. Mengandung 3 tulang terkecil (osikuli) : Malleus, inkus dan stapes.


d. Ada 2 jendela kecil (jendela oval dan bulat) di dinding medial telingan tengah
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki
stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ke telingan tengah.
Jendela bulat memberikan jalan keluar getaran suara
e. Tuba eustachii menghubungkan teliga tengah dengan nasofaring. Normalnya tuba
eustachii selalu tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika
melakukan manuver valsava atau dengan menguap atau menelan. Tuba eustachii
bertindak sebagai saluran drainase untuk sekresi normal dan abnormal telinga
tengah dan menyeimbangkan tekanan dalam telingan tengah dengan tekanan
atmosfer.
3. Bagian Dalam
a. Koklea (untuk pendengaran)
b. Kanalis semisirkularis (untuk keseimbangan)
c. Saraf kranial VII (Fasialis) dan VIII (kokleovestibuler)
Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius eksternus dan menyebabkan
membran timpani bergetar. Getaran menghantarkan suara, dalam bentuk energi
mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus jendela oval. Energi mekanis ini
kemudian dihantarkan melalui cairan telingan dalam koklea, dimana akan dikonversi
menjadi energi elektris. Energi elektris ini kemudian berjalan melalui nervus
vestibulokoklearis kesistem nervus sentral, dimana akan dianalisis dan diterjemahan
dalam bentuk akhir sebagai suara.
C. Tipe Kehilangan Pendengaran
1. Kehilangan pendengaran perifer: biasanya disebabkan oleh disfungsi dalam
penghantaran suara melalui telinga luar atau tengah atau oleh transduksi energi suara
menjadi aktivitas saraf pada telinga dalam dan saraf kranial VIII.
a. Kehilangan pendengaran konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar.Terjadi bila penghantaran suara
melalui telinga luar dan tengah, / keduanya secara fisik terganggu. Keadaan
seperti serumen atau benda asing terjepit dalam saluran telinga luar, atresi, atau
stenosis saluran telinga, gangguan atau perlekatan rantai osikuler, perforasi
membrani timpani, otitis media dengan efusi, otosklerosis dan kholesteatoma
dapat menyebabkan kehilangan penengaran konduktif.
b. Kehilangan pendengaran sensorineural
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Cedera pada atau salah
perkembangan struktur pada telinga dalam, seperti penghancuran sel rambut
karena kebisingan, penyakit atau agen ototoksik, agenis kokhlea, fistula
perilimfatika jendela membrana bundar atau oval, dan lesi divisi akustik saraf ke
VIII adalah beberapa keadaan yang meyebabkan kehilangan pendengaran
sensorial.
c. Kehilangan pendengaran campuran (konduktif dan sensorineural)

D. Pengaruh Gangguan Pendengaran


Ini tergantung pada sifat dan derajat kehilangan pendengaran dan pada sifat anak.
Kehilangan pendengaran dapat unilateral atau bilateral, konduktif, sensorineural, atau
campuran, ringan, sedang, berat, atau berat sekali, mulai mendadak atau bertahap,
stabil,progresif, atau berfluktuasi dan selektif pada daerah spektrum akustik yang terkena
(atau ia dapat mengenai kebanyakan spektrum yang dapat didengar). Faktor-faktor seperti
intelegensi, kondisi fisik atau medik (termasuk sindrom yang menyertai), dukungan
keluarga, umur mulainya, umur pada saat identifikasi dan kesegaran intervensi juga
mempengaruhi dampak kehilangan pendengaran pada anak.
Kebanyakan anak yang terganggu pendengaran mempunyai beberapa pendengaran
yang dapat digunakan- hanya 6 % dari mereka pada populasi yang terganggu pendengaran
menderita kehilangan pendengaran yang sangat berat. Pada umumnya, kehilangan
pendengaran pada umur amat awal dapat mengenai perkembangan bicara dan bhasa,
perkembangan sosial dan emosi, perilaku, perhatian dan pencapaian akademik. Beberapa
anak yang terganggu pendngaran salah diagnosis karena mereka mempunyai pendengaran
yang cukup untuk berespons terhadap suara-suara lingkungan, dapat belajar beberapa
bahasa, dan mempunyai beberapa kemampuan berbicara tetapi kalau di tantang dalam
kelas, tidak dapat melakukan potensi secara penuh.
Bahkan kehilangan pendengaran ringan atau unilateral dapat mempunyai pengaruh
yang mengganggu pada perkembangan anak kecil dan pada kemampuan sekolah. Anak
dengan gangguan pendengaran demikian mempunyai kesukaran lebih besar bila
mendengar keadaan yang tidak menyenangkan (misal, ada latar belakang berisik dan
akustik jelek), seperti dapat tejadi dalam ruang kelas. Sayangnya, kenyataan bahwa
sekolah yang adalah lingkungan pendengaran verbal tidak disadari oleh mereka yang
meremehkan dampak gangguan pendengaran pada pelajar. Kehilangan pendengaran harus
dipikirkan pada setiap anak dengan kemampuan yang lebih rendah, perilaku jelek, atau
tidak perhatian disekolah.

Anak dengan gangguan pendengaran sedang, berat, atau sangat berat dan atau mereka
yang dengan keadaan lain yang menghalangi sering dididik dikelas atau disekolah untuk
anak luar biasa. Manajemen pendengaran dan pemilihan berkenaan dengan cara
komunikasi dan pendidikan untuk anak dengan rintangan pendengaran harus disendirikan,
karena anak ini bukan kelompok homogen. Pendekatan tim pada manajemen kasus
individu adalah sangat penting, karena setiap anak dan unit keluarga mewakili kebutuhan
dan kemampuan yang unik.

E. Proses Perkembangan Bicara dan Mendengar


1. Proses Perkembangan Mendengar
Kemampuan mendengar pada manusia diperoleh melalui suatu proses tumbuh
kembang sehingga dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama faktor usia. Pada bayi
spektrum frekuensi suara masih terbatas dan umumnya lebih sensitif terhadap bunyi
dengan nada inggi. Demikian pula dengan reaksi yang diperlihatkan terhadap bunyi
dipengaruhi oleh faktor usia. Sampai beberapa minggu setelah lahir reaksi bayi
terhadap bunyi masih bersifat refleks, seperti menangis, terkejut, mengejapkan mata,
membuka mata, gerakan menarik lengan kearah tubuh, dan bernapas cepat.
Pada usia sekitar 4 bulan, saat otot-otot mata telah cukup kuat maka ia akan
berupaya mencari sumber bunyi dengan menggerakan bola matanya dan bila otot-otot
lehernya telah kuat bayi akan mampu mencari sumber bunyi dengan menolehkan
kepalanya. Reaksi terhadap bunyi juga dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh
sebelumnya, baik berupa hal yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Kekerasan bunyi (intesitas) yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon juga
dipengaruhi oleh faktor usia.
Secara lebih terperinci tahap perkembangan fungsi pendengaran dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel Perkembangan Fungsi Pendengaran
Usia
(bulan)
Lahir

Perkembangan fungsi Pendengaran


Berespon terhadap bunyi keras dengan refleks jejak
Berespon terhadap suara manusia dibandingkan dengan
suara lain
Menjadi tenang dengan bunyi bernada rendah, seperti
ninabobok atau denyut jantung.

23

Memalingkan kepala kesamping bila bunyi dibuat setinggi


telinga

34

Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala ke samping


melihat kearah yang sama.

46

Dapat melokalisasi bunyi yg dibuat dibawah telinga, diatas


telinga, akan memalingkan muka keatas atau kebawah.
Mulai membuat bunyi tiruan

68

Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala kearah


melengkung
Berespon terhadap nama sendiri

8 10

Melokalisasi bunyi dengan memalingkan kepala secara


diagonal dan langsung kearah bunyi.

10 12

Mengetahui beberapa kata dan artinya seperti tidak atau nama


anggota keluarga.
Belajar untuk mengendalikan dan menyesuaikan respon
sendiri pada bunyi.

18

Mulai mendiskriminasikan antara bunyi yang sangat berbeda,


seperti mendengarkan bunyi bel pintu dan telpon.

24

Menyaring keterampilan diskriminatif kasar

36

Mulai membedakan perbedaan yang lebih halus dalam bunyi


bicara, seperti antara e dan er.

48

Mulai membedakan bunyi serupa seperti f dan th atau antara


s dan f.
Mendengarkan menjadi lebih halus
Mampu untuk diuji dengan audiometer

Tabel Pedoman Rujukan Untuk Anak-Anak Yang Dicurigai Kehilangan


Pendengaran
Umur
(Bulan)
0-4

Perkembangan Normal
Harus terkejut terhadap suara yang keras, dia terhadap
suara ibu, aktivitas berhenti sebentar bila suara tersaji
pada kadar percakapan

5-6

Harus menempatkan dengan benar suara yang tersaji


pada bidang horizontal, mulai meniru suara dalam lagu

kemampuan berbicara sendiri atau minimal menyuarakan


secara timbal balik dengan orang dewasa
Harus menempatkan dengan benar suara yang tersaji

7-12

pada semua bidang


Harus respon terhadap nama, bahkan ketika diucapkan
dengan pelan
13-15

Harus menunjuk kearah suara yang tidak diharapkan atau


terhadap objek yang dikenal atau orang ketika ditanya

16-18

Harus mengikuti arah yang sederhana tanpa gerak isyarat


atau isyarat visual lainnya, dapat dilatih untuk mencapai
kearah mainan yang menarik pada garis tengah ketika
suara disajikan

19-24

Harus menunjuk ke bagian tubuh ketika ditanya; dari 2124 bulan, dapat dilatih untuk melakukan permainan
audiometri.

2. Proses Perkembangan Bicara


Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang dewasa kinan
dan 75% pada orang dewasa kidal. Penghususan hemisfer untuk fungsi bahasa sudah
dimulai sejak dalam kandungan, tetapi berfungsi secara sempurna setelah beberapa
tahun kemudian. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kerusakan
otak unilateral sebelum maupun sesudah lahir, diperkirakan fungsi berbahasa dapat
diprogram oleh hemisfer lainnya, walaupun kelainan yang khusus masih dapat
diketemukan oleh tes yang teliti.
Seperti pada orang dewasa terdapat tiga area utama pada hemisfer

anak

khusus untuk berbahasa, yaitu dibagian anterior (area broka dan korteks motorik) dan
dibagian posterior ( wernicke). Informasi ang berasal dari korteks pendengaran primer
dan sekunder, diteruskan kebagian korteks temporoparietal (area wernicke), yang
dibandingkan

dengan

ingatan

yang

sudah

disimpan,

kemudian

jawaban

diformulasikan dan disalurkan olh vasciculus arcuata ke bagian anterior otak dimana
jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalannya dari
impuls ini maka akan tejadi kelainan bicara. Kerusakan pada posterior akan

mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan dibagian anterior akan


menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.
Periode kritis bagi perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa adalah
periode antara 9-24 bulan awal kehidupan. Pengamatan langsung terhadap perilaku
komunikasi selama pemeriksaan rutin dapat diambil dari, laporan orang tua. Anak
yang sedang belajar berbicara, akan mengamati dengan seksama wajah lawan
bicaranya dan gerakan-gerakan yang dilakukannya sampai pada saat dimana petunjuk
visual menjadi tidak penting, yang menandakan peningkatan dalam memahami sinyal
lisan pendengaran.
Dengan berkembangnya keterampilan ekspresif anak, kemampuan yang
meningkat dalam berbicara dan berbahasa menjadi lebih mudah diamati. Periode 2-4
tahun pertama menunjukan peningkatan yang cepat dalam jumlah dan kompleksitas
perkembangan berbicara, kekayaan perbendaharaan kata dan kontrol neuromotorik.
Modulasi suara mungkin masih berlebihan, pengendalian intensitas suara masih
terbatas, demikian pula dengan pengendalian artikulasi dan ritme bicara. Selama
periode inilah gangguan dalam kelncaran berbicara dapat lebih kelihatan seperti gagap
atau cara bicara seperti bayi. Pengetahuan bahwa ketidaklancaran adalah merupakan
bagian dari perkembangan normal atas pengendalian berbicara, akan meredakan
kecemasan orang tua.
Keterampilan mengartikulasikan suara juga mengikuti pola tertentu. Yang
pertama muncul adalah suara yang paling mudah dan paling gampang,yaitu suara
bibir (dinyatakan dalam huruf m,p,b,v,f,o). Berikutnya yang terdengar adalah suara
sederhana yang dihasilkan oleh lidah dan gusi (d,n,t). Ketika anak mulai menguasai
kontak lidah-palatum (g,k,ng), sering mereka bingung antara d dan g serta t dan k
terutama bila keduanya muncul dalam stu kata (misalnya dagu diucapkan dadu atau
gagu). Jenis duplikasi fonetik ini sering terjadi pada umur 2 tahun, dan dapat pada
umur 3 tahun. Ketika anak belajar membuat pembedaan suara, mereka juga belajar
mengendalikan motorik untuk pola bicara yang lebih kompleks dan dapat
mengucapkan huruf f,v,s dan z. Karena suara-suara itu mirip, anak umur 3 tahun dapat
keliru menyebut f untuk s atau v untuk z.
Pengendalian dari berbagai bunyi ucapan biasanya dikuasai lebih dahulu pada
awal kata-kata. Anak umur 2 tahun mungkin menghilangkan suara pada akhir kata;
anak umur 3 tahun dapat terpeleset pada bunyi ditengah kata, dan ank umur 4-5 tahun
dapat mengalami kesulitan dengan kata yang lebih kompleks. Kesalahan artikulasi
10

dapat terjdi sampai batas umur 7 tahun. Anak umur 4 tahun adalah penerima bahasa
ibu yang baik. Dapat saja terjadi kesalahan artikulasi, tetapi ucapannya cukup dapat
dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks , fonetik dan semantik.
Adapun beberapa tahap perkembangan berbicara pada seorang anak. Pada
bayi baru lahir kontak dengan lingkungan telah dimulai walaau hanya berupa ekspresi
wajah atau menangis. Tahap perkembangan berbicara paling awal adalah menangis
(refleks vocalization), yang akan diikuti oleh tahap kedua yang berlangsung pada usia
5 6 bulan berupa ocehan ulang (babbling). Bunyi yang dihasilkan merupakan
penggabungan konsonan atau huruf mati seperti p, m, b, g dengan huruf vokal yang
diulang, misalnya: papapa, mamama, atau gagaga seperti sedang berguman.
Pada usia sekitar 6 7 bulan, penggulangan bunyi tidak lagi bersifat refleks
namun karena bayi benar-benar mendengarkannya dan menyukaianya (lailing), bunyi
yang diproduksi misalnya: pa..pa, ma..ma, mi..mi dan sebagainya. Pada usia 10 bulan
suara yang dihasilkan merupakan peniruan terhadap sejumlah bunyi suara sendiri atau
bunyi yang didengar dari lingkungannya (echolalia). Selanjutnya pada usia 12-18
bulan telah dapat memproduksi kelompok kata atau kalimat pendek (true speech),
anak sudah memperlihatkan kemampuan pemahaman bicara dan bahasa. Anak telah
dapat mengerti pembicaraan orang lain sebatas pengalaman dengar yang telah
dimilikinya. Apabila pada usia ini anak tidak mampu mengoceh atau meniru
pembicaraan orang lain maka perlu diwaspadai terhadap kemungkinan adanya
gangguan berbicara.
Secara lebih terperinci tahap perkembangan kemampuan berbicara serta
berbahasa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Karakteristik utama perkembangan bahasa dan bicara
Usia
Perkembangan
(tahun) bahasa normal
1
Mengatakan
2 3 kata dengan
arti.
Meniru
bunyi-bunyi
binatang.

Perkembangan
Kejelasan
bicara normal
Mengabaikan Biasanya
hampir
semua
tidak lebih dari
konsonan akhir dan
25% kejelasan
beberapa konsonan
untuk
awal.
pendengaran
yang tidak di
Mengganti
kenal.
konsonan m, w, p, b, Ketinggian
k, g, n, t, d, dan h
bahasa tertentu
dengan bunyi yang
yang tidak jelas

11

lebih sulit.

pada usia
bulan

18

2
-

Menggunaka
n frase 2 atau tiga
kata.
Mempunyai
perbenda-haraan
kata kira-kira 300
kata.
Menggunaka
n saya, aku dan
kamu.
3
-

45

Mengatakan
empat sampai lima
kalimat.
Mempunyai
900 per-bendaharaan
kata.
Menggunaka
n siapa, apa, dimana
dalam bertanya.
Menggunaka
n kata majemuk &
kata ganti.
-

56

Mempunyai
1500 sa-mpai 2100
perbenda-haraan
kata.
Mampu
menggunakan
bentuk gramatik dgn
benar seperti kalimat
masa lampau dari
kata kerja kemarin.
Menggunaka
n kalimat lengkap
dengan kata benda,
kata kerja, predisposisi, kata sifat,
kata keterangan dan
penghubung.
-

Menggunaka Pada usia 2 tahun


n kon-sonan diatas kejelasan
50%
dengan huruf hidup, dalam konteks.
tetapi secara tidak
konsisten
dgn
banyak penggan-tian.
Pengabaian
konsonan akhir
Keterlambata
n
artiku-lasi
dibelakang perbendaharaan kata.
Pada usia 3 tahun,
Menguasai
kejelasan 75%.
b, t, d, k dan g,
bunyi r dan l
mungkin masih tidak
jelas, mengabai-kan
atau menambahkan
w
Pengulangan
dan keragu-raguan
umum terjadi.
Bicara jelas 100%
Menguasai f meskipun bunyi
dan v mungkin ma-sih
tidak
masih tidak jelas r, sempurna.
l, s, z, ch, y,
dan th.
Sedikit atau
tidak ada pengabaian
dari konso-nan awal
atau akhir.

Mengiasai r, l, dan th
mungkin
menyimpang pada s,
z, sh, dan j (biasanya
dikuasai pada usia
7,5 sampai 8 tahun)

Mempunyai

12

perbenda-haraan
kata 3000 kata,
memahami
jika,
ka-rena
dan
mengapa
Tabel Perkembangan Kemampuan Berbicara Dan Berbahasa Pada Nak Normal
Umur
Bahasa reseptif
(Bulan) (Bahasa Pasif)
1
Kegiatan anak
suara
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

terhenti

akibta

Tapak mendengarkan ucapan


pembicara, dapat tersenyum pada
pembicara
Melihat ke arah pembicara
Memberi tanggapan yang berbeda
terhadap suara bernada marah atau
senang
Bereaksi
terhadap
panggilan
namanya
Mulai mengenal kata-kata dada,
papa, mama
Bereaksi terhadap kata-kata naik,
kemari, dada
Menghentikan
aktifitas
bila
namanya dipanggil
Menghentikan
kegiatan
bila
dilarang
Secara tepat menirukan variasi
suara tinggi
Reaksi atas pertanyaan sederhana
dengan melihat atau menoleh
Reaksi dengan melakukan gerakan
terhadap
berbaga
pertanyaan
verbal

15

Mengetahui dan mengenali namanama bagian tubuh

18

Dapat mengetahui dan mengenali


gambar-gambar objek yang sudah
akrab dengannya, jika obyek
tersebut disebut namanya
Akan mengikuti petujuk yang
berurutan (ambil topimu dan

21

Bahasa Ekspresif
(Bahasa Aktif)
Vokalisasi
yang
masis
sembarang terutama huruf
hidup
Tanda-tanda vokal yang
menunjukkan
perasaan
senag, senyum sosial
Tersenyum sebagai jawaban
terhadap pembicara
Jawaban vokal terhadap
rangsangan sosial
Mulai meniru suara
Protes vokal, berteriak
karena kegirangan
Mulai menggunakan suara
mirip kata-kata kacau
Menirukan rangkaian suara
Menirukan rangkaian suara
Kata-kata pertama mulai
muncul
Kata-kata kacau mulai dapat
dimengerti dengan baik
Mengungkapkan kesadaran
tentang obyek yang telah
akrab
dan
menyebut
namanya
Kata0kata
yang
benar
terdengar diantara kata-kata
yang kacau, sering dengan
disertai gerakan tubuhnya
Lebih banyak menggunakan
kata-kata dari perbuatan
untuk
mengungkapkan
keinginannya
Mulai
mengombinasikan
kata0kata (mobil papa,

13

24

letakkan di atas meja)


mama berdiri)
Mengetahui banyak kalimat yang Menyebut nama sendiri
leih rumit

Aram DM (1987) dan Towne (1983), mengatakan bahwa dicurigai adanya


gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada anak, kalau diketemukan gejala-gejala
sebagai berikut:
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta kepalanya terhdap suara
yang datang dari belakang atau samping
2. Pada usia 10 tahun bulan anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri.
3. Pada umur 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap kata-kata jangan, dada, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut sepuluh kata tunggal
5. Pada usia 21 bulan tidak memberi reaksi terhadap perintah (misalnya duduk,kemari,
berdiri_)
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh
7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah
kata
8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata yang sangat sedikit /
tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh anggota keluarga
10. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-kalimat sederhana
11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan kalimat tanya yang
sederhana
12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh orang diluar keluarganya
13. Pada usia 3.5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir (ca untuk cat, ba untuk
ban, dll)
14. Setelah berusia 4 tahun tidak lancar berbicara/gagap
15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan
16. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas yang nyata atau
mempunyai suara yang menoton tanpa berhenti, sangat keras dan tidak dapat di
dengar serta terus menerus memperdengarkan suara yang serak
F. Etiologi
Diperkirakan bahwa 50% kasus gangguan pndengaran pada masa anak tingkat
sedang sampai berat ditentukan secara genetik.
Secara umum diketahui beberapa faktor yang diketahui menjadi faktor penyebab
terjadinya kerusakan pendengaran yang berdampak pada gangguan berbicara (cacat
ganda) yaitu sebagai berikut :

Masa prenatal :
1)

Genetik herediter

2)

Non genetik, seperti gangguan pada masa kehamilan (infeksi oleh bakteri atau
virus: TORCH, campak, parotis), kelainan struktur anatomik (misalnya akibat obatobatan ototoksik, atresia liang telinga, aplasia koklea), dan kekurangan zat gizi.
14

Masa perinatal :
Prematuritas, berat badan lahir rendah (< 2.500 gram), tindakan dengan alat pada
proses kelahiran (ekstraksi vacum, forcep), hiperbilirubinemia (> 20 mg/100ml),
asfiksia, dan anoksia otak merupakan faktor resiko terjadinya cacat ganda.

Masa postnatal :
Adanya infeksi bakterial atau virus seperti rubela, campak, parotis, infeksi otak,
perdarahan pada telinga tengah dan trauma temporal dapat menyebabkan tuli
konduktif yang dapat mengakibatkan gangguan wicara.

G. Pathway
Faktor penyebab seperti:
Kelainan struktur anatomi
Infeksi oleh mikroorganisme
Atau penyebab lain

Menyebabkan kerusakan pada struktur kablea dan nervus akustik berupa atropi
dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ dan reseptor corti disertai
perubahan vasculer pada stria vaskularis

Menyebabkan gangguan penghantaran/transmisi inpuls pada nuclei cochlearis


(sebagai tempat untuk merespon frekuensi bunyi) dan nuclei alivoris superior
(sebagai penentu ketepata lokasi dan arah sumber bunyi)

Yang menyebabkan impuls ini tidak dapat dipersepsikan oleh nervus auditorius
melalui serabut eferent.
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, sudah jelas bahwa gangguan
pendengaran bilateral pada anak (terutama derajat sedang dan berat) yang terjadi
didalam masa perkembangan wicara akan mengakibatkan gangguan wicara.

15

H. Patofisiologi
Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita
kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka
untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Untuk
menghasilkan bunyi prosesnya juga tidak sederhana karena dibutuhkan kerjasama
berbagai organ tubuh dimulai dari aliran udara pernafasan yang berasal dari paru-paru,
getaran pita suara (fonasi) yang dilewati aliran udara sehingga di hasilkan nada tertentu,
pipa tenggorokan yang berperan sebagai tabung udara yang menimbulkan getaran pada
saat dilalui udara (resonansi), penutupan langit-langit lunak agar udara tidak memasuki
rongga hidung dan pengatupan bibir dengan maksud udara terkumpul di rongga mulut,
yang akan membuka pada saat telah terjadi getaran pita suara. Proses ini masih diikuti
dengan gerakan tertentu dari otot-otot lidah, rongga mulut dan gigi sehingga terjadi
penyusupan suara kedalam bentuk kata-kata yang akan menandai karakter artikulasi.
Berbagai faktor penyebab seperti kelainan struktur anatomi, infeksi oleh
mikroorganisme, atau penyebab lain akan menyebabkan kerusakan pada struktur koklea
dan nervus akustik berupa atrophi dan degererasi sel-sel rambut penunjang pada organ dan
reseptor corti disertai perubahan vasculer pada stria vaskularis. Hal ini akan menyebabkan
gangguan penghantaran/transmisi impuls pada nuclei cochlearis (sebagai tempat untuk
merespon frekuensi bunyi) dan nuclei olivaris superior (sebagai penentu ketepatan lokasi
dan arah sumber bunyi) yang menyebabkan impuls ini tidak dapat dipersepsikan oleh
nervus auditorius melalui serabut eferent.
Kerja berbagai organ tubuh ini dalam waktu yang hampir bersamaan dan
terkoordinasi dimungkinkan oleh gerakan berbagai otot yang berada dalam kendali otak
melalui syaraf-syaraf terkait. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, sudah jelas bahwa
gangguan pendengaran bilateral pada anak (terutama derajat sedang dan berat), yang
terjadi didalam masa perkembangan wicara akan mengakibatkan gangguan wicara.

16

I. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang timbul pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
yang diikuti oleh gangguan berkomunikasi adalah :
Pendengaran akan berkurang secara perlahan-lahan, progresif

dan simetris pada kedua telinga.

Telinga berdenging

Klien dapat mendengar suara tetapi sulit memahaminya

Dapat disertai oleh nyeri, tinitus, dan vertigo


Berdasarkan perkembangan fungsi pendengaran diatas, ada beberapa indikator

yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan pendengaran :

Respon Orientasi
-

Kurangnya refleks beguman atau mengedip pada bunyi keras

Menetapnya refleks Moro diatas 4 bln (dihubungkan dengan retardasi mental)

Kegagalan untuk terbangun oleh kebisingan lingkungan yang keras selama


masa bayi

Kegagalan untuk melokalisasi sumber bunyi pada usia 6 bln

Kesamaan umum pada bunyi

Kurangnya respon terhadap kata yang diucapkan, gagal untuk mengikuti


petunjuk verbal

Respon terhadap bising keras sebagai perlawanan terhadap bunyi


Vokalisasi dan Produksi Bunyi

Kualitas monoton, bicara tidak jelas, kurang tertawa

Kualitas normal pada kehilangan auditorius pusat

Kurang pengalaman bermain bunyi dan menjerit

Penggunaan normal jargon selama awal masa bayi kehilangan auditorius


pusat.

Tidak ada gumanan atau perubahan nada suara pada usia 7 tahun.

Kegagalan untuk mengembangkan bicara yang jelas pada usia 24 bulan.

Bermain vokal, membenturkan kepala, atau ketukan kaki untuk sensasi


vibrasi Berteriak atau bunyi melengking untuk mengekspresikan kesenangan,
kejengkelan, atau kebutuhan.
Perhatian Visual

Menambah kesadaran visual dan perhatian

17

Berespon lebih banyak pada ekspresi wajah daripada penjelasan verbal.

Waspada pada sikap tubuh dan gerakan

Penggunaan sikap tubuh bukan verbalisasi untuk mengekspresikan keinginan,


khususnya setelah 15 bulan

Hubungan Sosial dan Adaptasi:


-

Kurang berminat dan kurang terlibat dalam permainan vokal preokupasi


terus-menerus dengan benda daripada orang

Menghindari interaksi sosial, sering bingung dan tidak bahagia dalam situasi
tersebut

Ekspresi wajah bertanya, kadang bingung

Kesadaran curiga, kadang diintepretasikan sebagai paranoia, bergantian


dengan kerjasama

Reaktivitas nyata terhadap pujian, perhatian, dan afeksi fisik

Menunjukan kurang minat kepada teman sebaya dalam percakapan

Sering tidak memperhatikan kecuali jika lingkungan tenang dan pembicara


dekat dengan anak

Lebih responsif pada gerakan darpada bunyi

Terus menerus memperhatikan kecuali wajah pembicara, berespon lebih


terhdap ekspresi wajah daripada verbalisasi

Sering meminta pengulangan pertanyaan

Mungkin tidak mengikuti pengarahan dengan tepat


Perilaku Emosional

Menggunakan kemarahan untuk memancing perhatian pada dirinya atau


kebutuhannya

Sering keras kepala karena kurangnya pemahaman

Peka rangsang karena tidak memahami

Malu, takut dan menarik diri

Sering tampak bermimpi dalam dunianya sendiri atau tidak perhatian sama
sekali.
Selain itu adapun petunjuk yang dapat dijadikan sebagai pedoman rujukan

mengenai kerusakan komunikasi yaitu sebagai berikut :


Tabel. Pedoman rujukan mengenai kerusakan komunikasi

18

Usia
2 tahun

Temuan Pengkajian
Gagal untuk berbicara kata-kata bermakna secara spontan
Penggunaan sikap tubuh yang konsisten bukan vokalisasi
Kesulitan dalam mengikuti petunjuk verbal
Gagal untuk berespon secara konsisten terhadap bunyi

3 tahun

Bicara sangat tidak jelas


gagal untuk menggunakan kalimat dari tiga kata-kata atau
lebih

Sering mengabaikan konsosnan awal


Penggunaan huruf hidup bukan konsonan

5 tahun
-

Gagap atau jenis ketidakfasihan yang lain


Struktur kalimat secara nyata terganggu
Mengganti suara-suara yang mudah dihasilkan dengan
bunyi-bunyi yang sulit
Menghilangkan ujung kata (jamak, kalimat kerja, dan
Usia Sekolah sebagainya)
-

Umum

Kualitas suara buruk (monoton, keras, atau hampir tidak


terdengar)
Nada suara tidak jelas untuk usianya
Adanya distorsi, pengabaian atau penambahan bunyi
setelah 7 tahun
Bicara yang berhubungan dicirikan dengan penggunaan
konfusi yang tidak biasa atau kebalikan
-

Ada anak dengan tanda-tanda yang menunjukan kerusakan


pendengaran
Ada anak yang malu atau terganggu oleh bicaranya sendiri
Orang tua yang perhatiannya terlalu berlebihan atau yang
terlalu menekan anak untuk bicara pada tingkat diatas usia yang
seharusnya.

J. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai kemampuan
mendengar yang dapat merusak gangguan wicara anak/bayi yaitu :
1)

Pemeriksaan secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala yang


meliputi :
Tes penala
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach

19

2)

Pemeriksaan secara kuantitatif yang meliputi :


Free field test untuk menilai kemampuan anak dalam

memberikan respon terhadap sumber bunyi.

Behavioral observation, (0-6 bulan)

Conditioned test, (2-4 tahun)

Audiometri nada murni (anak > 4 tahun yang kooperatif)

BERA (brain evoked response audiometry), yang dapat


memberikan informasi obyektif tentang fungsi pendengaran pada bayi baru
lahir.

K. Penatalaksanaan
Penemuan kasus gangguan pendengaran dan bicara serta berbahasa dalam bentuk
apapun harus dilakukan sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan penanganan lebih cepat
sehingga cacat bicara ataupun komunikasi ini dapat diatasi. Dengan memahami tahapan
perkembangan bicara dan mendengar, diharapkan orang tua dapat segera membawa anak
yang diduga mengalami keterlambatan atau gangguan berbicara dan mendengar tersebut
pada ahlinya.
Untuk memastikan bentuk gangguan bicara dan jenis kerusakan pendengaran serta
upaya penanganan yang sesuai diperlukan kerjasama dengan sejumlah ahli dari berbagai
disiplin ilmu, antara lain: dokter THT, dokter syaraf anak, ahli psikologi, ahli jiwa, dan
ahli terapi bicara.
L. Asuhan Keperawatan Pada Anak Cacat Ganda
a. Pengkajian :

Pengkajian Fisik

Anamnese, yang meliputi :


1. Riwayat Keluarga :
-

Gangguan genetik yang berhubungan dengan kerusakan pendengaran


atau berbicara.

Anggota keluarga, khususnya saudara ataupun orang tua dengan


gangguan pendengaran atau bicara.

2. Riwayat Prenatal :
-

Keguguran/abortus
20

Penyakita yang menyeratai kehamilan (rubella, sifilis, diabetes)

Pengobatan yang diperoleh selama kehamilan

Eklamsia

3. Riwayat Persalinan :
-

Durasi persalinan, tipe persalinan

Gawat janin

Presentasi (terutama letak sungsang)

Pengobatan yang digunakan

Ketidakcocokan darah

4. Riwayat Kelahiran
-

Berat badan lahir < 1500 g

Hiperbilirubinemia yang berlebihan merupakan indikasi untuk


exchange transfusi

Asfiksia berat

Prematuritas

Infeksi virus perinatal kongenital (sitomegalivirus, rubela, herpes,


sifilis, toksoplasmosis)

Anomali kongenital yang mengenai kepala dan leher

5. Riwayat Kesehatan Masa lalu


-

Immunisasi

Penyakit sistem syarat seperti meningitis bakterial

Kejang

Demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya

Obat ototoksik

Pilek, infeksi telinga dan alergi

Kesulitan penglihatan

Terpapar bising yang berlebihan

6. Perkembangan Pendengaran
-

Kekhawatiran orang tua mengenai kerusakan pendengan (apa


petunjuknya serta usia berapa)

Respon terhadap suara, bising yang keras, bunyi dengan frekuensi


yang berbeda.

Akibat pengujian audiometrik sebelumnya

7. Perkembangan Bicara
21

Usia berguman, kata pertama yang bermakna dan frase

Kejelasan bicara

Perbendaharaan kata terakhir

8. Perkembangan Motorik
-

Usia duduk, berdiri dan berjalan

Tingkat kemandirian dalam perawatan diri, makan, toileting, dan


berdandan

9. Perilaku Adaptif
-

Aktivitas bermain

Sosialisasi dengan anak lain

Perilaku; tempertranum, menyerang, self-vexation, stimulus fibrasi

Pencapaian pendidikan

Perilaku terbaru/atau perubahan kepribadian

b. Diagnosa Keperawatan :
1)

Perubahan

sensori/persepsi

(auditorius)

berhubungan dengan kerusakan pendengaran.


2)

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk mendengar petunjuk audiotorius.

3)

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang


berhubungan dengan kerusakan komunikasi.

4)

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan


diagnosa ketulian pada anak.

5)

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan bahaya


lingkungan, infeksi.

6)

Hipertermi

berhubungan

dengan

proses

inflamasi/peradangan.
7)

Kecemasan

orang

tua

berhubungan

dengan

kurangnya pengetahuan tentang konisi anaknya.


c. Intervensi Keperawatan/Rasional
1.

Perubahan sensori/persepsi (auditorius) berhubungan


dengan kerusakan pendengaran.

Sasaran : Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum.

22

Hasil yang diharapkan :


-

Anak memerlukan dan menggunakan alat bantu dengar dengan tepat.

Anak tidak memakan/teraspirasi batere alat bantu dengar

Intervensi :
-

Bantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar.


Rasional : Untuk menentukan satu alat yang dapat dipercaya.

Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat.


Rasional : Untuk menjamin keuntungan yang lebih maksimum.

Tekankan pada keluarga pentingnya penyimpanan alat batu dengar dan ajari
anak untuk menggunakan dan mengatur alat bantu dengar tersebut.
Rasional : Untuk

mencegah

anak

memakan

alat

bantu

dan

memanfaatkannya secara maksimum.


-

Bantu anak berfokus pada semua bunyi dilingkungan dan mendiskusikan


hal tersebut.
Rasional : Untuk memaksimalkan pendengaran.

Untuk anak yang lebih besar, diskusikan metode penyamaran alat bantu
Rasional : Untuk membuatnya tidak menyolok dimata/dilihat.

2.

Kerusakan

komunikasi

verbal

berhubungan

dengan

ketidakmampuan untuk mendengar petunjuk audiotorius.

Sasaran :
-

Pasien terlibat dalam proses komunikasi dalam batas kerusakan

Pasien menunjukan kemampuan membaca gerak bibir.

Hasil yang diharapkan :


-

Klien terlibat dalam proses komunikasi dalam batas kerusakan.

Pasien menunjukan kemampuan untuk membaca gerak bibir.

Anak berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan.

Individu yang berkomunikasi denga anak menggunakan teknik komunikasi


yang baik.

Intervensi :
-

Dorong keluarga untuk ikut dalam program rehabilitasi dengan mempelajari


bahasa isyarat.

23

Rasional :

Melanjutkan pembelajaran dirumah dengan bahasa isyarat


sebagai metode komunikasi.

Ajari bahasa untuk menyampaikan tujuan yang bermanfaat.


Rasional :

Membantu dalam proses komunikasi.

Dorong penggunaan bahasa dan buku dirumah.


Rasional :

Merangsang

komunikasi

verbal

dan

meningkatkan

perkembangan normal.
-

Dorong klien untuk memperbaiki bicara dan menggunakan bahasa spontan.


Rasional :

Meningkatkan perkembangan bicara.

Melakukan tes untuk masalah penglihatan.


Rasional :

Mengidentifikasi
mengganggu

masalah

penglihatan

pembelajaran membaca

yang

dapat

gerak bibir atau

penggunaan bahasa isyarat.


-

Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak tentang perilaku
yang memudahkan untuk membaca gerak bibir.
Rasional :

Meningkatkan proses komunikasi.

3.

Perubahan

pertumbuhan

dan

perkembangan

yang

berhubungan dengan kerusakan komunikasi.

Sasaran :
-

Pasien mencapai kemandirian optimal sesuai dengan usia.

Pasien mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas


bermain dan sosialisasi.

Pasien mendapat kesempatan pendidikan dikelas reguler.

Hasil yang diharapkan :


-

Anak melakukan aktivitas hidup sehari-hari sesuai dengan tingkat


perkembangan.

Anak mempunyai hubungan dan pengalaman dengan teman sebaya.

Anak masuk sekolah dengan teratur.

Anak berkomunikasi dengan orang lain dikelas.

Intervensi :
-

Bantu keluarga mengalihkan praktik membesarkan anak normal pada klien.


Rasional :

Meningkatkan perkembangan optimal.

24

Ajarkan anak untuk mandiri dalam perawatan diri dan berikan alat-alat yang
membantu kemandiriannya.
Rasional :

Membantu meningkatkan perkembangan yang optimal.

Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya disiplin dan penyusunan


batasan-batasan.
Rasional :

Merangsang anak memenuhi kebutuhan ini.

Bantu keluarga dalam memilih mainan.


Rasional :

Memaksimalkan penggunaan indera penglihatan dan taktil,


serta pendengaran residual.

Dorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas kelompok dan


mengembangkan persahabatan dengan teman sebaya.
Rasional :

Membantu

meningkatkan

sosialisasi

dan

menciptakan

kesenangan pada anak.


-

Bantu anak mengikuti diskusi kelompok dengan menunjuk pembicara dan


mengatur kelompok untuk duduk semi lingkaran.
Rasional :

Membantu dalam mendengar dan/atau membaca gerak bibir.

Anjurkan menggunakan televisi yang memakai tulisan.


Rasional :

meningkatkan kesenangan pada anak.

Diskusikan dengan guru dan anak tentang cara berkomunikasi efektif..


Rasional :

Memfasilitasi pendidikan anak

4.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan diagnosa


ketulian pada anak.

Sasaran :
-

Pasien (keluarga) menyesuaikan diri terhadap kehilangan pendengaran.

Pasien (keluarga) mendapat dukungan emosional.

Keluarga menunjukan kedekatan pada anak.

Hasil yang diharapkan :


-

Keluarga

mengekspresikan

kekhawatirannya

terhadap

kehilangan

implikasi

kehilangan

pendengaraan pada anak


-

Keluarga

menunjukan

pemahaman

tentaang

pendengaran.
-

Keluarga terlibat dalam program yang tepat dan menyediakan diri menjadi
sumber.
25

Keluarga menunjukan hubungan yang positif.

Intervensi :
-

Beri

kesempatan

pada

keluarga

untuk

mengekspresikan

dan

kekhawatirannya
Rasional :
-

Meningkatkan penyesuaian.

Antisipasi reaksi berduka dan bantu keluarga menghadapi perasaannya


tentang respon sebelumnya terhadap anak.
Rasional :

Meminimalkan perasaan bersalah dan sebagai penyesuaian


terhadap kehilangan.

Diskusikan keuntungn dan batasan alat bantu dengan jenis kehilangan


pendengaran yang berbeda.
Rasional :

Membantu keluarga untuk membuat keputusan berdasarkan


informasi.

Dorong rehabilitasi formal sesegera mungkin.


Rasional :

Membantu mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan


normal anak.

Bantu keluarga untuk bepartisipasi dan mendiskusikan perasaan mereka.


Rasional :

Meningkatkan koping dan membantu memberikan dukungan


bagi klien.

Tekankan kemampuan anak bukan ketidakmampuannya.


Rasional :

Bantu

Meningkatkan perkembangan optimal pada anak.

keluarga

mengidentifikasi

petunjuk-petunjuk

verbal

untuk

meningkatkan komunikasi anaknya.


Rasional :

Membantu meningkatkan kemampuan komunikasi sebagai


bagian penting dari proses kedekatan.

Dorong keluarga untuk menstimuli anak dengan isyarat visual dan tekankan
untuk terus berbicara dengan anak meskipun ia tidak mendengar.
Rasional :

Meningkatkan normalisasi dan membantu anak memahami


penggunaan bahasa isyarat.

5.

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan bahaya


lingkungan, infeksi.

Sasaran :
-

Pasien tidak mengalami kehilangan pendengaran yang lebih parah.


26

Hasil yang diharapkan :


-

Anak tidak mengalami pendengaran.

Anak tidak terpapar pada tingkat kebisingan yang berlebihan.

Anak diimunisasi dengan cepat.

Intervensi :
-

Bagi bayi, anjurkan untuk imunisasi pada usia yang tepat.


Rasional :

Mencegah kehilangan pendengaran sesorineural yang didapat


karena penyakit masa anak-anak.

Minimalkan tingkat kebisingan


Rasional :

Cegah infeksi telinga dengan melakukan deteksi ini.


Rasional :

Mencegah kerusakan atau kehilangan pendengaran.


Mencegah kehilangan pendengaran sesorineural.

Tingkatkan kepatuhan terhadap terhadap program pengobatan terhadap


otitis media.
Rasional :

Mencegah terjadinya kerusakan pendengaran akibat otitis


media dan membantu perbaikan.

Evaluasi kemampuan auditorius yang cenderung mengalami masalah


telinga.
Rasional :

Mendeteksi dini kerusakan pendengaran.

Kaji sumber-sumber kebisingan yang berlebihan disekitar anak dan lakukan


tindakan untuk mengurangi tingkat kebisingan.
Rasional :

Kebisingan

yang

berlebihan

menyebabkan

kehilangan

dengan

proses

pendengaran sesorineural.
6.

Hipertermi

berhubungan

inflamasi/peradangan.

Hasil yang diharapkan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal
(37C)

Intervensi :
-

Pantau suhu tubuh anak setiap 1-2 jam, perhatikan apakah anak menggigil.
Rasional :

Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9C


41,1C

menunjukan

proses

infeksi.

Menggigil

sering

mendahului puncak peningkatan suhu.

27

Pertahankan lingkungan yang sejuk.


Rasional :

Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu


mendekati normal.

Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.


Rasional :

Membantu

mengurangi

demam.

Alkohol/air

es

dapat

menyebabkan kedinginan dan mengeringkan kulit.


-

Beri antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) esuai indikasi.


Rasional :

7.

Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus.


Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang konisi anaknya.

Hasil yang diharapkan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi dukungan
pada anak dengan menjelaskan kondisinya.

Intervensi :
-

Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.


Rasional :

Informasi yang adekuat merupakan suatu apek penting dalam


membantu proses perawatan klien.

Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.


Rasional :

Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang


kondisi anaknya.

Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.
Rasional :

Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang


konsi anaknya dan gambaran perawatan sehingga dapat
membantu dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.

Jelaskan semua prosedur pada anak dan orang tua (keluarga).


Rasional :

Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang


tidak diketahui.

Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih dirawat di RS.
Rasional :

Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa


cemas dengan adanya dukungan dan konseling.

28

M.

Pedoman untuk memudahkan pembacaan gerak bibir

Tarik perhatian anak sebelum berbicara, gunakan sentuhan ringan untuk memberi
tanda hadirnya pembicaraan

Berdiri didekat anak

Menghadap langsung pada anak/pada sudut 45 derajat

Tetap berdiri diam jangan berjalan kebelakang dan kedepan atau berbalik menjauh
untuk menunjuk/melihat ketempat lain

Lakukan kontak mata dan tunjukkan ketertarikan

Bicara sejajar mata anak dan dengan pencahayaan yang baik pada wajah pembicara

Perhatikan bahwa tidak ada yang mempengaruhi pola bicara seperti:mengunyah


permen/makanan.

Bicara dengan jelas dan dengan kecepatan yang lambat

Gunakan ekspresi wajah untuk membantu menyampaikan pesan

Buat kalimat-kalimat singkat

Ulangi pernyataan pesan bila anak tidak memahami kata-kata yang diucapkan
pembicara

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dismpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1.

Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi


kerusakan / ketidakmampuan dalam proses pendengaran yang baik itu konduktif
ataupun sensorineural, yang diikuti oleh gangguan dalam berbicara/berbahasa
sebagai manifestasi dari kerusakan reseptor yang berfungsi sebagai transmisi
impuls suara.

2.

Gangguan pendengaran ini disebabkan oleh berbagai


faktor terutama selama masa pre-nataal, perinatal dan post-natal. Tidak semua
gangguan pendengaran akan menyebabkan kerusakan/gangguan pada komunikasi.

29

3.

Untuk memastikan bentuk gangguan bicara dan jenis


kerusakan pendengaran serta upaya penanganan yang sesuai diperlukan kerjasama
dengan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karenya penting untuk
mengenal sejak dini tanda-tanda perkembangan pendengaran yang abnormal.

B. Saran
Makalah kecil ini mencoba mengupas konsep medis dan konsep keperawatan tentang
cacat ganda. Kelompok menyadari bahwa apa yang disajikan masih jauh dari
kesempurnaan, dan oleh karenya kelompok sangat mengharapkan masukan dari rekanrekan mahasiswa dan terlebih kepada Ibu dosen pembimbing mata kuliah ini, sehingga
apa yang dibahas diatas tidak hanya merupakan sesuatu yang sifatnya hanya merupakan
sebuah konseptual, melainkan dapat menjadi pijakan bagi mahasiswa dalam konteks
aplikatifnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer dkk., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2001.
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2003.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1988.
Roamadewi, Terapi Wicara pada Anak dengan Gangguan Keterlambatan Wicara dan
Bahasa, Akademi Terapi Wicara YBC, Jakarta, 2000.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

30

Suwanto R. Hendarmin, Deteksi Dini Gangguan Pendengaran pada Anak untuk


Optimalisasi Perkembangan Kecerdasan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1996.
Internet.

31

Anda mungkin juga menyukai