PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendengaran merupakan lintasan sensorik yang primer melalui anak, secara normal
memperkembangkan kemampuan berbicara serta bahasa mereka. Gangguan pendengaran
pada usia berapapun dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran
dengan derajat yang ringan sekalipun, akan dapat mengakibatkan terjadinya permasalahan
pada kemampuan berbicara, penguasaan bahasa serta belajar. Oleh karena itu merupakan
sesuatu yang esensial bahwa terdapatnya kehilangan pendengaran pada anak dapat
dikenali sedini mungkin serta pengelolahannya direncanakan dengan segera. Ketrampilan
yang dimiliki oleh audiologist yang bersangkutan adalah esensial dalam mengenali
terdapatnya derajat tipe gangguan pendengaran yang bersangkutan.
Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sebagai suatu sarana untuk
mengungkapkan konsep pikiran, perasaan dan emosi. Salah satu komponen utama dalam
berkomunikasi adalah kemampuan untuk berbicara dan berbahasa. Wicara merupakan
salah satu kemampuan yang diperoleh melalui suatu proses perkembangan yang rumit,
dimulai segera setelah bayi lahir. Secara umum gangguan wicara diakibatkan oleh faktor
organik, fungsional, ataupun keduanya. Wicara adalah kemampuan berbahasa vokal
(motorik) dengan mengartikulasikan bahasa. Untuk dapat berbahasa membutuhkan
kemahiran reseptif (memahami bahasa), mengelolah infformasi yang diterima dan
kemampuan ekspresif (mengemukakan ide/kehendak, gagasan, dan pengetahuan kepada
orang lain). Ekspresi bahasa dapat disampaikan dalam bentuk wicara, mimik, isyarat,
tulisan maupun bahasa tubuh. Gangguan wicara pada anak erat kaitannya dalam proses
tumbuh kembang. Ada tidaknya gangguan wicara pada anak dapat dinilai dan dievaluasi
dengan membandingkan proses pematangan dan kemampuan inividu normal.
Pada anak kemampuan berbahasa dan/atau wicara dapat normal, terlambat, terganggu
atau menyimpang dari pola normal. Ketidaktahuan akan tahap perkembangan mendengar
dan wicara menyebabkan kelambatan penemuan dini kasus-kasus gangguan wicara yang
tentu saja berakibat pada terlambatnya penanganan kasus.
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebab dapat segera dicari, sehingga
pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan seawal mungkin. Contohnya, pada
seorang anak yang tuli konduksi tetapi cerdas yang terlambat mendapat alat bantu dengar
dan terapi wicara, serta tidak diberi kesempatan mengembangkan sistem komunikasi non
verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia 3 tahun, maka kesempatan untuk mengajarinya
agar mampu berbicara yang dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.
Saat ini di Indonesia belum ada data pasti mengenai jumlah kasus anak dengan
gangguan wicara dan berbahasa. Data dari 808 anak yang datang dengan masalah
gangguan wicara di Pusat Kesehatan Telinga dan Gangguan Komunikasi bagian THT
RSCM menunjukan 82.79 % disebabkan gangguan pendengaran, sedangkan 15.35 % anak
dengan gangguan wicara tanpa masalah pendengaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksudkan dengan cacat ganda ?
2. Bagaimana proses perkembangan mendengar dan berbicara pada anak ?
3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya (etiologi) gangguan
bicara dan gangguan pendengaran ?
4. Bagaimana pathofisiologi, manifestasi klinis yang terjadi serta pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada cacat ganda ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
(anak) yang menderita cacat ganda ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan dengan cacat ganda
2. Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan mendengar dan berbicara pada
anak
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya
(etiologi) gangguan bicara dan gangguan pendengaran
4. Untuk mengetahui bagaimana pathofisiologi, manifestasi klinis yang terjadi serta
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada cacat ganda
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien (anak) yang menderita cacat ganda
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan atau disfungsi
perkembangan pendengaran yang bersifat sensorineural yang diikuti oleh kerusakan
perkembangan berbahasa atau komunikasi. Gangguan pendengaran pada usia berapapun
dapat terjadi, kendati hanya merupakan gangguan pendengaran dengan derajat ringan
sekalipun akan dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan pada kemampuan berbicara,
penguasaan bahasa serta belajar.
Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita
kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka
untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Anak
yang tuli memang memperkembangkan suatu bahasa serta anak tuli yang lahir pada orang
tua yang tuli pula mampu melakukan komunikasi satu sama lainnya serta dengan para
orang tua mereka dengan efektif.
B. Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga adalah organ pengindraan dengan fungsi ganda dan kompleks- pendengaran
dan keseimbangan. Indra pendengaran berperan penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Struktur telinga terbagi menjadi struktur luar, tengah dan dalam. Berikut sedikit
penjelasannya.
1. Bagian Luar
a. Aurikula (pinna) : Membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya
sepanjang kanalis auditorius eksternus.
b. Kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membran timpani (gendang telinga). Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen yang mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
2. Bagian Tengah merupakan rongga berisi udara yang merupaka rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dan dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring.
a. Membran timpani disebelah lateral
b. Kapsul otik disebelah medial
4
Anak dengan gangguan pendengaran sedang, berat, atau sangat berat dan atau mereka
yang dengan keadaan lain yang menghalangi sering dididik dikelas atau disekolah untuk
anak luar biasa. Manajemen pendengaran dan pemilihan berkenaan dengan cara
komunikasi dan pendidikan untuk anak dengan rintangan pendengaran harus disendirikan,
karena anak ini bukan kelompok homogen. Pendekatan tim pada manajemen kasus
individu adalah sangat penting, karena setiap anak dan unit keluarga mewakili kebutuhan
dan kemampuan yang unik.
23
34
46
68
8 10
10 12
18
24
36
48
Perkembangan Normal
Harus terkejut terhadap suara yang keras, dia terhadap
suara ibu, aktivitas berhenti sebentar bila suara tersaji
pada kadar percakapan
5-6
7-12
16-18
19-24
Harus menunjuk ke bagian tubuh ketika ditanya; dari 2124 bulan, dapat dilatih untuk melakukan permainan
audiometri.
anak
khusus untuk berbahasa, yaitu dibagian anterior (area broka dan korteks motorik) dan
dibagian posterior ( wernicke). Informasi ang berasal dari korteks pendengaran primer
dan sekunder, diteruskan kebagian korteks temporoparietal (area wernicke), yang
dibandingkan
dengan
ingatan
yang
sudah
disimpan,
kemudian
jawaban
diformulasikan dan disalurkan olh vasciculus arcuata ke bagian anterior otak dimana
jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu jalannya dari
impuls ini maka akan tejadi kelainan bicara. Kerusakan pada posterior akan
dapat terjdi sampai batas umur 7 tahun. Anak umur 4 tahun adalah penerima bahasa
ibu yang baik. Dapat saja terjadi kesalahan artikulasi, tetapi ucapannya cukup dapat
dimengerti dan telah menguasai dasar sintaks , fonetik dan semantik.
Adapun beberapa tahap perkembangan berbicara pada seorang anak. Pada
bayi baru lahir kontak dengan lingkungan telah dimulai walaau hanya berupa ekspresi
wajah atau menangis. Tahap perkembangan berbicara paling awal adalah menangis
(refleks vocalization), yang akan diikuti oleh tahap kedua yang berlangsung pada usia
5 6 bulan berupa ocehan ulang (babbling). Bunyi yang dihasilkan merupakan
penggabungan konsonan atau huruf mati seperti p, m, b, g dengan huruf vokal yang
diulang, misalnya: papapa, mamama, atau gagaga seperti sedang berguman.
Pada usia sekitar 6 7 bulan, penggulangan bunyi tidak lagi bersifat refleks
namun karena bayi benar-benar mendengarkannya dan menyukaianya (lailing), bunyi
yang diproduksi misalnya: pa..pa, ma..ma, mi..mi dan sebagainya. Pada usia 10 bulan
suara yang dihasilkan merupakan peniruan terhadap sejumlah bunyi suara sendiri atau
bunyi yang didengar dari lingkungannya (echolalia). Selanjutnya pada usia 12-18
bulan telah dapat memproduksi kelompok kata atau kalimat pendek (true speech),
anak sudah memperlihatkan kemampuan pemahaman bicara dan bahasa. Anak telah
dapat mengerti pembicaraan orang lain sebatas pengalaman dengar yang telah
dimilikinya. Apabila pada usia ini anak tidak mampu mengoceh atau meniru
pembicaraan orang lain maka perlu diwaspadai terhadap kemungkinan adanya
gangguan berbicara.
Secara lebih terperinci tahap perkembangan kemampuan berbicara serta
berbahasa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Karakteristik utama perkembangan bahasa dan bicara
Usia
Perkembangan
(tahun) bahasa normal
1
Mengatakan
2 3 kata dengan
arti.
Meniru
bunyi-bunyi
binatang.
Perkembangan
Kejelasan
bicara normal
Mengabaikan Biasanya
hampir
semua
tidak lebih dari
konsonan akhir dan
25% kejelasan
beberapa konsonan
untuk
awal.
pendengaran
yang tidak di
Mengganti
kenal.
konsonan m, w, p, b, Ketinggian
k, g, n, t, d, dan h
bahasa tertentu
dengan bunyi yang
yang tidak jelas
11
lebih sulit.
pada usia
bulan
18
2
-
Menggunaka
n frase 2 atau tiga
kata.
Mempunyai
perbenda-haraan
kata kira-kira 300
kata.
Menggunaka
n saya, aku dan
kamu.
3
-
45
Mengatakan
empat sampai lima
kalimat.
Mempunyai
900 per-bendaharaan
kata.
Menggunaka
n siapa, apa, dimana
dalam bertanya.
Menggunaka
n kata majemuk &
kata ganti.
-
56
Mempunyai
1500 sa-mpai 2100
perbenda-haraan
kata.
Mampu
menggunakan
bentuk gramatik dgn
benar seperti kalimat
masa lampau dari
kata kerja kemarin.
Menggunaka
n kalimat lengkap
dengan kata benda,
kata kerja, predisposisi, kata sifat,
kata keterangan dan
penghubung.
-
Mengiasai r, l, dan th
mungkin
menyimpang pada s,
z, sh, dan j (biasanya
dikuasai pada usia
7,5 sampai 8 tahun)
Mempunyai
12
perbenda-haraan
kata 3000 kata,
memahami
jika,
ka-rena
dan
mengapa
Tabel Perkembangan Kemampuan Berbicara Dan Berbahasa Pada Nak Normal
Umur
Bahasa reseptif
(Bulan) (Bahasa Pasif)
1
Kegiatan anak
suara
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
terhenti
akibta
15
18
21
Bahasa Ekspresif
(Bahasa Aktif)
Vokalisasi
yang
masis
sembarang terutama huruf
hidup
Tanda-tanda vokal yang
menunjukkan
perasaan
senag, senyum sosial
Tersenyum sebagai jawaban
terhadap pembicara
Jawaban vokal terhadap
rangsangan sosial
Mulai meniru suara
Protes vokal, berteriak
karena kegirangan
Mulai menggunakan suara
mirip kata-kata kacau
Menirukan rangkaian suara
Menirukan rangkaian suara
Kata-kata pertama mulai
muncul
Kata-kata kacau mulai dapat
dimengerti dengan baik
Mengungkapkan kesadaran
tentang obyek yang telah
akrab
dan
menyebut
namanya
Kata0kata
yang
benar
terdengar diantara kata-kata
yang kacau, sering dengan
disertai gerakan tubuhnya
Lebih banyak menggunakan
kata-kata dari perbuatan
untuk
mengungkapkan
keinginannya
Mulai
mengombinasikan
kata0kata (mobil papa,
13
24
Masa prenatal :
1)
Genetik herediter
2)
Non genetik, seperti gangguan pada masa kehamilan (infeksi oleh bakteri atau
virus: TORCH, campak, parotis), kelainan struktur anatomik (misalnya akibat obatobatan ototoksik, atresia liang telinga, aplasia koklea), dan kekurangan zat gizi.
14
Masa perinatal :
Prematuritas, berat badan lahir rendah (< 2.500 gram), tindakan dengan alat pada
proses kelahiran (ekstraksi vacum, forcep), hiperbilirubinemia (> 20 mg/100ml),
asfiksia, dan anoksia otak merupakan faktor resiko terjadinya cacat ganda.
Masa postnatal :
Adanya infeksi bakterial atau virus seperti rubela, campak, parotis, infeksi otak,
perdarahan pada telinga tengah dan trauma temporal dapat menyebabkan tuli
konduktif yang dapat mengakibatkan gangguan wicara.
G. Pathway
Faktor penyebab seperti:
Kelainan struktur anatomi
Infeksi oleh mikroorganisme
Atau penyebab lain
Menyebabkan kerusakan pada struktur kablea dan nervus akustik berupa atropi
dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ dan reseptor corti disertai
perubahan vasculer pada stria vaskularis
Yang menyebabkan impuls ini tidak dapat dipersepsikan oleh nervus auditorius
melalui serabut eferent.
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, sudah jelas bahwa gangguan
pendengaran bilateral pada anak (terutama derajat sedang dan berat) yang terjadi
didalam masa perkembangan wicara akan mengakibatkan gangguan wicara.
15
H. Patofisiologi
Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-anak yang menderita
kehilangan pendengaran yang parah sampai berat/mendalam, adalah kemampuan mereka
untuk mengadakan komunikasi secara lisan dan bahasa yang mengalami gangguan. Untuk
menghasilkan bunyi prosesnya juga tidak sederhana karena dibutuhkan kerjasama
berbagai organ tubuh dimulai dari aliran udara pernafasan yang berasal dari paru-paru,
getaran pita suara (fonasi) yang dilewati aliran udara sehingga di hasilkan nada tertentu,
pipa tenggorokan yang berperan sebagai tabung udara yang menimbulkan getaran pada
saat dilalui udara (resonansi), penutupan langit-langit lunak agar udara tidak memasuki
rongga hidung dan pengatupan bibir dengan maksud udara terkumpul di rongga mulut,
yang akan membuka pada saat telah terjadi getaran pita suara. Proses ini masih diikuti
dengan gerakan tertentu dari otot-otot lidah, rongga mulut dan gigi sehingga terjadi
penyusupan suara kedalam bentuk kata-kata yang akan menandai karakter artikulasi.
Berbagai faktor penyebab seperti kelainan struktur anatomi, infeksi oleh
mikroorganisme, atau penyebab lain akan menyebabkan kerusakan pada struktur koklea
dan nervus akustik berupa atrophi dan degererasi sel-sel rambut penunjang pada organ dan
reseptor corti disertai perubahan vasculer pada stria vaskularis. Hal ini akan menyebabkan
gangguan penghantaran/transmisi impuls pada nuclei cochlearis (sebagai tempat untuk
merespon frekuensi bunyi) dan nuclei olivaris superior (sebagai penentu ketepatan lokasi
dan arah sumber bunyi) yang menyebabkan impuls ini tidak dapat dipersepsikan oleh
nervus auditorius melalui serabut eferent.
Kerja berbagai organ tubuh ini dalam waktu yang hampir bersamaan dan
terkoordinasi dimungkinkan oleh gerakan berbagai otot yang berada dalam kendali otak
melalui syaraf-syaraf terkait. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, sudah jelas bahwa
gangguan pendengaran bilateral pada anak (terutama derajat sedang dan berat), yang
terjadi didalam masa perkembangan wicara akan mengakibatkan gangguan wicara.
16
I. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang timbul pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
yang diikuti oleh gangguan berkomunikasi adalah :
Pendengaran akan berkurang secara perlahan-lahan, progresif
Telinga berdenging
Respon Orientasi
-
Tidak ada gumanan atau perubahan nada suara pada usia 7 tahun.
17
Menghindari interaksi sosial, sering bingung dan tidak bahagia dalam situasi
tersebut
Sering tampak bermimpi dalam dunianya sendiri atau tidak perhatian sama
sekali.
Selain itu adapun petunjuk yang dapat dijadikan sebagai pedoman rujukan
18
Usia
2 tahun
Temuan Pengkajian
Gagal untuk berbicara kata-kata bermakna secara spontan
Penggunaan sikap tubuh yang konsisten bukan vokalisasi
Kesulitan dalam mengikuti petunjuk verbal
Gagal untuk berespon secara konsisten terhadap bunyi
3 tahun
5 tahun
-
Umum
J. Pemeriksaan Diagnostik
Terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai kemampuan
mendengar yang dapat merusak gangguan wicara anak/bayi yaitu :
1)
19
2)
K. Penatalaksanaan
Penemuan kasus gangguan pendengaran dan bicara serta berbahasa dalam bentuk
apapun harus dilakukan sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan penanganan lebih cepat
sehingga cacat bicara ataupun komunikasi ini dapat diatasi. Dengan memahami tahapan
perkembangan bicara dan mendengar, diharapkan orang tua dapat segera membawa anak
yang diduga mengalami keterlambatan atau gangguan berbicara dan mendengar tersebut
pada ahlinya.
Untuk memastikan bentuk gangguan bicara dan jenis kerusakan pendengaran serta
upaya penanganan yang sesuai diperlukan kerjasama dengan sejumlah ahli dari berbagai
disiplin ilmu, antara lain: dokter THT, dokter syaraf anak, ahli psikologi, ahli jiwa, dan
ahli terapi bicara.
L. Asuhan Keperawatan Pada Anak Cacat Ganda
a. Pengkajian :
Pengkajian Fisik
2. Riwayat Prenatal :
-
Keguguran/abortus
20
Eklamsia
3. Riwayat Persalinan :
-
Gawat janin
Ketidakcocokan darah
4. Riwayat Kelahiran
-
Asfiksia berat
Prematuritas
Immunisasi
Kejang
Obat ototoksik
Kesulitan penglihatan
6. Perkembangan Pendengaran
-
7. Perkembangan Bicara
21
Kejelasan bicara
8. Perkembangan Motorik
-
9. Perilaku Adaptif
-
Aktivitas bermain
Pencapaian pendidikan
b. Diagnosa Keperawatan :
1)
Perubahan
sensori/persepsi
(auditorius)
3)
4)
5)
6)
Hipertermi
berhubungan
dengan
proses
inflamasi/peradangan.
7)
Kecemasan
orang
tua
berhubungan
dengan
22
Intervensi :
-
Tekankan pada keluarga pentingnya penyimpanan alat batu dengar dan ajari
anak untuk menggunakan dan mengatur alat bantu dengar tersebut.
Rasional : Untuk
mencegah
anak
memakan
alat
bantu
dan
Untuk anak yang lebih besar, diskusikan metode penyamaran alat bantu
Rasional : Untuk membuatnya tidak menyolok dimata/dilihat.
2.
Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
Sasaran :
-
Intervensi :
-
23
Rasional :
Merangsang
komunikasi
verbal
dan
meningkatkan
perkembangan normal.
-
Mengidentifikasi
mengganggu
masalah
penglihatan
pembelajaran membaca
yang
dapat
Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak tentang perilaku
yang memudahkan untuk membaca gerak bibir.
Rasional :
3.
Perubahan
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
Sasaran :
-
Intervensi :
-
24
Ajarkan anak untuk mandiri dalam perawatan diri dan berikan alat-alat yang
membantu kemandiriannya.
Rasional :
Membantu
meningkatkan
sosialisasi
dan
menciptakan
4.
Sasaran :
-
Keluarga
mengekspresikan
kekhawatirannya
terhadap
kehilangan
implikasi
kehilangan
Keluarga
menunjukan
pemahaman
tentaang
pendengaran.
-
Keluarga terlibat dalam program yang tepat dan menyediakan diri menjadi
sumber.
25
Intervensi :
-
Beri
kesempatan
pada
keluarga
untuk
mengekspresikan
dan
kekhawatirannya
Rasional :
-
Meningkatkan penyesuaian.
Bantu
keluarga
mengidentifikasi
petunjuk-petunjuk
verbal
untuk
Dorong keluarga untuk menstimuli anak dengan isyarat visual dan tekankan
untuk terus berbicara dengan anak meskipun ia tidak mendengar.
Rasional :
5.
Sasaran :
-
Intervensi :
-
Kebisingan
yang
berlebihan
menyebabkan
kehilangan
dengan
proses
pendengaran sesorineural.
6.
Hipertermi
berhubungan
inflamasi/peradangan.
Hasil yang diharapkan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal
(37C)
Intervensi :
-
Pantau suhu tubuh anak setiap 1-2 jam, perhatikan apakah anak menggigil.
Rasional :
menunjukan
proses
infeksi.
Menggigil
sering
27
Membantu
mengurangi
demam.
Alkohol/air
es
dapat
7.
Hasil yang diharapkan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi dukungan
pada anak dengan menjelaskan kondisinya.
Intervensi :
-
Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.
Rasional :
Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih dirawat di RS.
Rasional :
28
M.
Tarik perhatian anak sebelum berbicara, gunakan sentuhan ringan untuk memberi
tanda hadirnya pembicaraan
Tetap berdiri diam jangan berjalan kebelakang dan kedepan atau berbalik menjauh
untuk menunjuk/melihat ketempat lain
Bicara sejajar mata anak dan dengan pencahayaan yang baik pada wajah pembicara
Ulangi pernyataan pesan bila anak tidak memahami kata-kata yang diucapkan
pembicara
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat dismpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1.
2.
29
3.
B. Saran
Makalah kecil ini mencoba mengupas konsep medis dan konsep keperawatan tentang
cacat ganda. Kelompok menyadari bahwa apa yang disajikan masih jauh dari
kesempurnaan, dan oleh karenya kelompok sangat mengharapkan masukan dari rekanrekan mahasiswa dan terlebih kepada Ibu dosen pembimbing mata kuliah ini, sehingga
apa yang dibahas diatas tidak hanya merupakan sesuatu yang sifatnya hanya merupakan
sebuah konseptual, melainkan dapat menjadi pijakan bagi mahasiswa dalam konteks
aplikatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer dkk., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2001.
Brunner and Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2003.
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1988.
Roamadewi, Terapi Wicara pada Anak dengan Gangguan Keterlambatan Wicara dan
Bahasa, Akademi Terapi Wicara YBC, Jakarta, 2000.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
30
31