Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI

Dosen Pembimbing :
Aida Novitasari, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
1. Intan Lu’lu’ul Fu’adah (P27820118059)
2. Gracia Irnadianis Ivada (P27820118060)
3. Arindha Putri Nurhidayah (P27820118061)
4. Seidatul Aqromiyah (P27820118062)
5. Sukma Wardani (P27820118063)
6. Yordan Abdillah Firdaus (P27820118065)

II REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumuan Masalah........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pengertian Bati dan Komunikasi Terapeutik................................. 3
2.1.1 Pengertian Bayi........................................................................... 3
2.1.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik............................................ 3
2.2 Petunjuk Komunikasi Dengan Bayi .............................................. 4
2.3 Komunikasi pada Bayi................................................................... 4
2.4 Bentuk Komunikasi Pra-Bicara pada Bayi.................................... 5
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Bayi.................. 6
2.6 Teknik Berkomuikasi dengan Bayi................................................ 8
2.7 Peran Bicara Dalam Komunikasi Bayi.......................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 9


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 9
3.2 Saran.............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang
memiliki peranan sangat vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing
manusia tidak bisa dilepas dari jerat kebutuhan komunikasi. Begitu pula
dengan perawat, yang tidak lain merupakan salah satu profesi pelayanan
kesehatan untuk masyarakat. Bisa dikatakan bahwa perawat memiliki waktu
yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien dibandingkan petugas
kesehatan lainnya (Pribadi Zen MH, 2013).
Komunikasi merupakan wahana yang digunakan perawat untuk
mengenal klien, menetapkan kebutuhan dan bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (Ermawati dkk, 2009).
Kemampuan komunikasi pada anak merupakan salah satu indikator
perkembangan anak. Komunikasi sangat mempengaruhi tingkat
perkembangan anak dalam beraktivitas dengan lingkungannya (Mundakir,
2006).
Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi
verbal seperti ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau
menangis. Komunikasi non-verbal sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti
isyarat, gerak-gerik, lenggak-lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi
terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi
artistik (seni), simbol, photografi dan cara memilih pakaian. Hanya karena
komunikasi abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan
pengontrolan kesadaran melebihi komunikasi verbal (bersifat subyektif), maka
komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang
sebenarnya, khususya dalam berkomunikasi dengan anak-anak (Mundakir,
2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bayi dan komunikasi terapeutik?

1
2. Apa saja petunjuk berkomunikasi dengan bayi?
3. Bagaimana komunikasi pada bayi tahap perkembangannya?
4. Bagaimana bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi bayi?
6. Bagaimana teknik berkomuikasi dengan bayi?
7. Apa saja peran bicara dalam komunikasi bayi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi dan Komunikasi Terapeutik


2.1.1 Pengertian Bayi
Bayi banyak ditafsirkan sebagai individu yang tidak berdaya,
maka semakin umum orang menamakan masa bayi selama dua tahun
sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan. Sedangkan anak kecil
adalah bayi yang telah berhasil menguasai tubuhnya sehingga relatif
mandiri.
Masa bayi adalah suatu masa yang penting dalam
perkembangan manusia. Setiap orang akan mempunyai laju
perkembangannya sendiri, namun dalam garis besarnya
terdapat  persamaan-persamaan sehingga proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat dikelompokan kedalam beberapa masa. Para
ahli perkembangan memberikan batasan usia 18 sampai 24  bulan
bagi masa bayi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang cepat dan
khas sifatnya.
Selama beberapa tahun masa bayi, keadaan tidak berdaya itu
secara beraangsur-angsur agak menurun. Akan tetapi tidak berarti
bahwa keadaan tidak berdaya secara cepat menghilang dan bayi
menjadi mandiri, melainkan setiap hari, setiap minggu dan setiap
bulan bayi semakin mampu mandiri sehingga pada masa bayi
berakhir pada ulang tahun kedua, ia menjadi seorang manusia yang
berbeda dengan awal masa bayi.
2.1.2 Pengertian Komunikais Terapeutik
Terapeutik berarti segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan.Komunikasi Terapeutik adalah proses dimana perawat
menggunakan pendekatan terencana untuk mempelajari klien,
perawat menggunakan keterampilan interpersonalnya untuk
mengembangkan hubungan dengan klien.

3
2.2 Petunjuk Komunikasi Dengan Bayi
a. Bicara dengan suara yang wajar.Ini merupakan cara yang alami untuk
membantu bayi membedakan berbicara di lingkungan yang tenang dengan
di tempat yang ramai.
b. Bicara saat suasana tenang. Hindari bicara saat anak menangis. Sebaiknya,
ia ditenangkan lebih dahulu.
c. Kurangi suara-suara yang tidak perlu. Misalnya, kecilkan suara musik saat
bicara dengan bayi.
d. Gendonglah bayi. Atau ambil posisi sejajar dengan bayi, kemudian bicara
sambil saling menatap mata.
e. Ekspresi jelas. Berbicaralah dengan ekspresi jelas. Apakah anda sedang
gembira atau mengkhawatirkannya.
f. Kenali sinyal-sinyal dan bahasa tubuh bayi. Apakah ia sudah ingin berhenti
atau masih ingin beraktivitas.
g. Pusatkan perhatian pada respon bayi. Tanggapi pesan-pesan yang
disampaikannya melalui bahasa tubuh atau ekspresi wajahnya.
h. Gunakan komunikasi positif, jelas dan konsisten. Untuk membantu bayi
menyerap suara orang tua. Ini dapat membimbing bayi memahami maksud
orang tua.
i. Jadilah pendengar aktif. Menunjukkan minat dan menghargai lawan bicara
sangatlah penting dalam berkomunikasi. Apakah anda pendengar yang baik
atau bukan, bayi akan meniru apa yang ia lihat. Anda model bagi si kecil
untuk menjadi pendengar aktif.
2.3 Komunikasi pada Masa Bayi
a. Belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata,
sehingga bahasa nonverbal sering digunakan.
b. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan suara yang bisa
diinterpretasikan oleh orang-orang disekitarnya, seperti menangis, yang bisa
jadi menunjukan lapar, sakit, pembatasan gerak, atau kesepian. Adapun
tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan mengusap, berbicara halus,
menggendong, atau dipangku.

4
c. Untuk bayi yang masih muda (usia <6 bulan). Mereka dapat merespon
positif terhadap kontak fisik yang lembut. Perilaku seperti menggerak-
gerakan tangan, kaki, menendang yang merupakan rangsangan untuk
memperoleh perhatian.
d. Untuk bayi yang lebih tua (umur >6 bulan). Cemas dengan orang asing
yang belum dikenalnya, merupakan ciri perilaku yang sering muncul.
Perhatiannya hanya berpusat pada diri dan ibunya. Lakukan komunikasi
terlebih dahulu dengan ibunya dan lakukan komunikasi dengan lembut.
Bayi dalam pengawasan orang tua. Berikan obyek yang aman.
2.4 Bentuk Komunikasi Pra-Bicara pada Bayi
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan
bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah
tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk
komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi prabicara yakni
a. Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu
cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan
dunia luar. Melalui tangisan dia memberitahu kebutuhannya seperti lapar,
dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhanya
segera dipenuhi, bayi hanya akan menangis bila ia mmerasa sakit atau
tertekan.
Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti
tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini. Setelah berusia 2
minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat
tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam
menanggapinya. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun
pada usia 6 bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangisan seharusnya menurun sejalan dengan
meningkatnya kemampuan berbicara.
b. Ocehan dan Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ ocehan “ (cooing) atau “
celoteh “ (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang

5
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini
terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit,
menguap, bersin, menangis, dan mengeluh. Sebagian ocehan akan
berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celotehan
merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang dan sebagian bayi
mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat
antara bulan ke -6 dan ke-8.
Nilai celoteh :
a) Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat
keterampilan berbicara.
b) Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari kelompok
sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi:
a) Mendorong puting susu dari mulut artingya kenyang/tidak lapar
b) Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
c) Menggeliat, meronta, menangis, selama berpakaian dan mandi artinya
tidak suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman
muka.
Contoh:
a) Gembira: mengendurkan badan, mengankat tangan/kaki, tersenyum dan
marah.
b) Marah: menegakkan badan, gerak membanting tangan atau kaki, roman
muka tegang dan menangis.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Bayi
a. Fase prelinguistic/pralinguistik

6
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun
pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa baik
isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya bentuk
bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum berkembang.
Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana. Periode ini disebut
prelinguistik.
Meskipun bayi belum mengerti dan belum bisa mengungkapkan
bentuk bahasa konvensional, mereka mengamati dan memproduksi suara
dengan cara yang unik. Klinisi harus menentukan apakah bayi mengamati
atau bereaksi terhadap suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk
evaluasi fisik dan audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk
membangun lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk
mengamati dan bereaksi terhadap suara.
b. Kata pertama
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa
utama milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada
akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat pertumbuhan
kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya pembetukan kalimat
awal.
Berkembangnya kemampuan kognitif, adanya kontrol, dan
interpretasi emosional di periode ini akan memberi arti pada kata-kata
pertama anak. Arti kata-kata pertama mereka dapat merujuk ke benda,
orang, tempat, dan kejadian-kejadian di seputar lingkungan awal anak.
c. Kalimat pertama
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi
banyak dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan komprehensif dan
produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar umur 18 bulan. Anak
mulai bisa menggabungkan kata benda dengan kata kerja yang kemudian
menghasilkan sintaks.
Melalui interaksinya dengan orang dewasa, anak mulai belajar
mengkonsolidasikan isi, bentuk, dan pemakaian bahasa dalam
percakapannya. Dengan semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman

7
afektif, anak mulai bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam
memorinya. Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi
bentuk kata benda dan kata kerja.
d. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai
meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan
perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir
konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian
bentuk fonem dewasa
2.6 Teknik Berkomuikasi dengan Bayi
1) Verbal
a. Dengan cara menimang-nimang saat tidur dan menyanyikannya
lagu.
b. Dengan cara merespon tangisannya.
c. Mengajak bicara setiap akan melakukan suatu hal
2) Non Verbal
a. Dengan cara sentuhan.
b. Dengan nada suara.
c. Dengan ekspresi.
2.7 Peran Bicara Dalam Komunikasi Bayi
a. Merupakan ungkapan sayang pada bayi.
b. Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat
laun bayi akan menirukannya.
c. Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja syaraf otak dan
pendengaran untuk merangsang syaraf pada indera pengecapan.
d. Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa diabaikan dan
merasa selalu diperhatikan.

8
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Melakukan komunikasi dengan bayi sangat berbeda dengan
melakukan komunikasi pada umumnya, karena bayi masih belum bisa
berbicara atau mengutarakan apa yang diinginkannya atau apa yang tidak
disukainya. Oleh karena itu seorang perawat harus bisa mengetahui cara
berbicara kepada seorang bayi dan mengerti apa yang diinginkannya.
1.2 Saran
Kepada semua perawat sebaiknya harus bisa melakukan teknik
komunikasi terapeutik pada bayi yang baik dan benar, dikarenakan klien yang
akan ditangani salah satunya adalah bayi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati., dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta:


Trans Info Media.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan


Profesional. Yogyakarta: D-Medika.

10
ROLE PLAY

Peran
1. Narator :
2. Perawat 1 :
3. Perawat 2 :
4. Bayi :
5. Ibu :

Pada suatu hari, saat itu malam hari ada pasangan suami istri yang datang
ke rumah sakit membawa anaknya yang baru berusia 5 bulan yang menderita
panas tinggi dan anak tersebut tidak berhenti menangis.
Ibu : “Suster…suster tolong anak saya.”
Kemudian perawat 1 memberikan pertolongan kepada Ibu ... dengan
menggendong bayi ... menuju ruang pemeriksaan.
Perawat 1 : “Mohon tunggu sebentar ya bu anak ibu akan segera diperiksa
oleh dokter.”
Ibu : “Iya sus kasihan anak saya. Cepat ya sus.”
Perawat 1 : “Baik ibu, ibu dimohon bersabar ya bu. Saya akan segera
memanggil dokter.”
Perawat kembali ke ruang pemeriksaan setelah memanggil dokter.
Perawat 1 : “Permisi Bu, siapa nama anak ibu ini?”
Ibu : “... sus.”
Perawat 1 : “Berapa usia anak ibu ini?”
Ibu : “5 bulan.”
Perawat 1 : “Berapa hari anak ibu panas dan rewel seperti ini?”
Ibu : “Sejak tadi siang sus. Sebenarnya dia kenapa sus?”
Perawat 1 : “Silahkan ibu menemui dokter dulu untuk keterangan yang lebih
jelas.”
Keesokan paginya Perawat 2 datang ke kamar bayi.... Saat melihat
perawat yang masuk untuk melakukan pengukuran suhu tubuh bayi tersebut akan

11
tetapi bayi tersebut menangis. Kemudian Perawat 2 mendekatinya untuk
melekukan pengukuran suhu.
Perawat 2 : “Selamat pagi bu, di sini saya akan melakukan pengukuran suhu
tubuh anak ibu.”
Ibu : “Silahkan sus.”
Perawat 2 : “Adik jangan menangis ya. Ini mbak bawakan mainan untuk
kamu.” (sambil memberikan sebuah mainan ke tangan bayi itu).
Bayi : “oek…oek….” (sambil melihat perawat itu)
Perawat 2 : “Cup..cup..cup…jangan nangis ya dek. Mbak mau memasang ini
di ketiak adek, biar mbak tahu berapa suhu kamu. cup…cup…
cup…” (Kemudian bayi itu berhenti menangis.)
Perawat 2 : “Wah pintar sekali kamu dek udah nggak nangis lagi. Anak yang
pintar.”
Ibu : “Berapa suhunya sus?”
Perawat 2 : “Suhunya sudah mulai turun bu saat ini suhunya 37,5°C. Tetapi
setelah ini anak ibu akan diambil darahnya oleh perawat 1 untuk
pemeriksaan lebih lanjut.”
Ibu : “Iya mbak lakukan saja yang terbaik untuk anak saya.”
Perawat 2 : “Baiklah bu saya permisi dulu. Cepat sembuh ya dek.”
Ibu : “Terima kasih sus.”
Perawat 2 : “Iya sama-sama bu.”
Waktu menunjukkan pukul 09.00. Perawat 1 datang ke kamar bayi ...
untuk mengambil darah guna untuk pemeriksaan.
Perawat 1 : “Selamat pagi bu. Disini saya ingin mengambil darah adik ...
untuk pemeriksaan lebih lanjut.”
Ibu : “Iya mbak silahkan.”
Saat perawat sedang mengambil darah bayi itu dengan hati-hati. Namun,
tiba-tiba bayi itu menangis dengan keras karena kesakitan.
Perawat 1 : “Cup….cup..cup…..nggak apa-apa sakit sebentar ya dek, Cup…
cup…cup..”
Ibu : “Cup…cup..cup… Nak jangan menangis.”

12
Hasil laboratorium sudah selesai dan hasilnya ternyata bayi tersebut
menderita Demam Berdarah. Perawat datang ke kamar bayi ..., tiba disana
ternyata bayi ... menangis.
Perawat 2 : “Adek, cup.. cup..cup jangan menangis ya? Ini saya bawain
boneka.”
Perawat 2 : “Bu. Mohon maaf mengganggu saya kesini akan menyampaikan
pemeriksaan laboratorium, anak ibu ... menderita Demam Berdarah.
Saat ini ibu di tunggu oleh Dokter diruangannya yang akan
memberikan penjelasan lengkapnya.”
Ibu : “Baiklah saya akan ke sana, saya minta tolong mbak untuk
menjaga anak saya sebentar karena tidak ada yang menunggunyaa.”
Setelah ibu ... selesai menemui dokter diruangannya, ibu ... kembali ke
kamar anaknya.
Perawat 2 : “Bagaimana bu, sudah selesai konsultasi dengan dokter?”
Ibu : “Sudah bu. Terimaksih sus sudah menjaga anak saya.”
Perawat 2 : “Sama-sama bu, semoga cepat sembuh. Ini anaknya sudah tidur
bu. Saya permisi dulu, nanti jika ibu butuh bantuan bisa
menghubungi saya yang sedang bertugas.”
Ibu : “Baik mbak terima kasih.”
Perawat 2 : “Iya bu sama-sama.”

13

Anda mungkin juga menyukai