Di susun oleh :
Kelompok 1
Tingkat : 2B
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................ 2
KASUS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 10
DAFRAT PUSTAKA ...................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan
1. Memahami maksud dari pengembangan staf;
2. Memahami tujuan dari pengembanagan staf;
3. Menegtahui karateristik pengembangan staf;
4. Mengetahui aspek dalam usah-usaha mengembangkan kompetensi SDM;
5. Mengetahui dan menjelaskan metode-metode pengembangan staf;
6. Mengetahui manfaat yang diperoleh dari pengembangan SDM berkompeten.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. UraianTeoritis
B. Pengertian Pengembangan Staf
D. Karakteristikpengembanganstaf
Ns. Dahliah (25 th) lulus pendidikan S1 Keperawatan langsung bekerja di Rumah Sakit (RS
Segar) tahun pertama bekerja Ns. Dahlia ditempatkan di ruang belimbing, yaitu ruang rawat
inap penyakit dalam dan berperan sebagai perawat pelaksana. Tahun kedua ia menduduki
posisi sebagai ketua TIM di ruangan yang sama. Kemudian pada tahun ke tiga ia menjadi
kepala ruangan di ruangan tersebut. Rumah sakit segar merupakan RSU tipe C dengan
Kapasitas 250 TT, jumlah perawat 200 orang dengan latar belakang pendidikan 60 % SPK,
38% DIII keperwatan dan 2 % S1 keperawatan, BOR saat ini 60 % sejak menjabat sebagai
kepala Ruangan NS. Dahlia banyak mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan,
Misalnya : banyak komentar-komentar tidak sedap tentag dirinya yang ia dengar (ada staf
perawat) yang mengatakan bahwa ia masih muda, belum banyak pengalaman belum senior,
belum mengetahui seluk beluk RS Segar dan Ruang belimbing, tidak mungkin dapat
melakukan sesuatu untuk ruang belimbing). Namun demikian, walaupun banyak yang tidak
mendukung, masih ada
juga beberapa perawat yang mendukung Ns. Dahlia.
BAB IV
PEMBAHASAN
TEORI
A. Pengertian Pengembangan Staf
Pengertian pengembangan menurut Insanno, dkk (2013: 9) ada beberapa
pengertian pengembangan dari beberapa ahli sebagai berikut:
1. R.Wayne Mondy and Robert M Noe
“Development is learning that goes beyond today’s job and has a more long-term focus.”
Pengembangan pembelajaran yang melampaui tugas saat ini dan memiliki
fokus jangka panjang yang lebih.
2. Menurut H.Malayu.S.P Hasibuan:
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau
jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
3. Menurut Andrew F. Sikula
“Development, in reference to staffing and personnel matters, is a long term educational
process utilizing a systematic and organized procedured by which managerial personnel
learn conceptual and theoritical knowledge for general purposes.”
Pengembangan yang mengacu pada masalah staf dan personil adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan
terorganisasi sehingga manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk
tujuan umum.
Pengembangan staf identik dengan pengembangan karyawan.Menurut
Budiman (2012) menyatakan bahwa pengembangan karyawan adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis teoritis, konseptual, dan moral karyawan
sesuai dengnaa kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
Dari beberapa pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan
staf adalah suatu usaha yang sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh perusahaan
untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan untuk dapat memperoleh tujuan umum bersama.
Gambar 1: Bidang Jenjang Karir Perawat dan Pengembangan Karir Perawat Klinik
PK V PM V PP V PR V
PK IV PM IV PP IV PR IV
PK II PM II PP II PR II
PK I PM I PP I PR I
KASUS
Tn. C berusia 40 tahun. Seseorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri
hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah
dan menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, dilakukan
resusitasi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini dilakukan oleh pihak rumah sakit
karena sesuai dengan prosedur dan kebijakan dalam penanganan pasien di rumah sakit
tersebut. Peraturan rumah sakit menyatakan bahwa kehidupan harus disokong.
Namun keluarga menuntut atas tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit tersebut
untuk kepentingan hak meninggal klien. Saat ini klien mengalami koma. Rumah
sakit akhirnya menyerahkan kepada pengadilan untuk kasus hak meninggal klien
tersebut. Tiga orang perawat mendiskusikan kejadian tersebut dengan memperhatikan
antara keinginan/hak meninggal Tn. C dengan moral dan tugas legal untuk
mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit. Perawat A
mendukung dan menghormati keputusan Tn.C yang memilih untuk mati. Perawat B
menyatakan bahwa semua anggota/staf yang berada dirumah sakit tidak mempunyai
hak menjadi seorang pembunuh. Perawat C mengatakan bahwa yang berhak untuk
memutuskan adalah dokter.
Pertanyaan
Pilih strategi penyelesaian konflik eksternal yang sesuai berdasarkan hasil data
dan identifikasi masalah, kemudian susun rencana solusi terhadap keluarga yang
anda tawarkan!
Jawaban
1. Pengkajian
a. Analisa Situasi
Tn. C berusia 40 tahun. Seseorang yang menginginkan untuk dapat mengakhiri
hidupnya (Memilih untuk mati. Tn. C mengalami kebutaan,diabetes yang parah dan
menjalani dialisis). Ketika Tn. C mengalami henti jantung, paramedis akan melakukan
resusitasi untuk menyelamatkan kehidupan Tn. C, tetapi pihak keluarga Tn. C
meminta rumah sakit untuk menghentikan prosedur pengobatan dan meminta tindakan
euthanasia terhadap Tn. C dengan alasan Tn. C berhak untuk bebas dari rasa sakit dan
meninggal dengan tenang. Namun permintaan keluarga tersebut bertentangan dengan
prosedur dan kebijakan rumah sakit serta moral dan tugas legal untuk
mempertahankan kehidupan setiap pasien yang diterapkan dirumah sakit.
c. Tujuan
Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai euthanasia dari segi kesehatan,
agama, hukum dan sosial untuk agar keluarga dapat memeahami dan mengerti jika
tindakan euthanasia diambil apa saja konsekuensi yang harus dihadapi oleh keluarga.
2. Identifikasi
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai euthanasia dari berbagai sudut pandang,
konsekuensi yang dihadapi. Dalam hal ini pihak rumah sakit dan pihak keluarga dapat
bertemu dalam satu forum dengan didampingi para ahli dari berbagai sudut
pengetahuan baik dari kesehatan, agama, hukum dan sosial untuk saling memaparkan
jika tindakan euthanasia diambil apa konsekuensinya dan dalam hal ini membiarkan
keluarga mengambil keputusan.
- Memperlakukan pihak klien dan keluarga sebagai teman dalam penyelesaikan
masalah, bukan sebagai musuh.
- Mendengarkan baik-baik pendapat keluarga mengenai apa yang mereka rasakan serta apa
yang pasien rasakan selama ini dan memperhatikan gerakan tubuhnya
- Menggunakan bahasa komunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tidak
berbelit-belit.
- Mempersiapkan antisipasi apabila terjadi penolakan dari pihak keluarga.
- Tunjukkan keterbukaan dan rasa empati terhadap pendapat yang diajukan oleh pihak
keluarga apabila mereka mau menerima penjelasan dari pihak rumah sakit.
3. Intervensi
Menggunakan negosiasi untuk menyelesaikan konflik yang di alami oleh rumah sakit
tentang keinginan klien untuk melakukan euthanasia terhadap Tn. C dengan cara
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan informasi mengenai masalah yang dialami oleh keluarga dalam merawat
Tn. C serta latar belakang Tn. C dan keluarga ingin melakukan euthanasia.
2. Didalam management sebuah Rumah Sakit tentu ada pelaksanaan Hospital by law dan
medical by law yang berupa peraturan, regulasi dan SOP yang setiap Rumah Sakit bisa
berbeda-beda pola walaupun subtansinya sama. Secara Umum Strutural dan
Fungsional RS pasti ada Bagian yang disebut "Komite Medik" yang langsung
bertanggungjawab kepada Direktur, untuk kasus rekomendasi hal-hal yang berkaitan
dengan tindakan, diagnosa,terapi maupun penentuan prognosanya harus atas
rekomendasi dari komite medik dan rekomendasi inilah yang dipakai oleh
management RS untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.
3. Memberikan pilihan alternatif untuk keluarga apabila tetap ingin melakukan
euthanasia, maka pihak Rumah Sakit dapat dengan tegas memberikan surat penolakan
untuk melakukan authanasia dengan menjadikan dasar penolakan adalah euthanasia
bertentangan dengan etika, standar pelayanan dan
peraturan/hukum yang harus menjadi pegangan dan tidak boleh dilanggar oleh rumah sakit
serta menjelasakan dengan adanya pelanggaran dari ketiga hal tersebut bisa dikatakan
sebagai suatu malpraktek. Kode etik bagi tenaga kesehatan mewajibkan setiap tenaga
kesehatan menghormati hak hidup setiap insan. Sehingga, setiap tenaga kesehatan harus
selalu bekerja agar dapat menyelamatkan jiwa pasien. Dari sudut pandang hukum dalam
KUHP pasal 344 " barang siapa menghilangkan jiwa orang lain,atas permintaan orang itu
sendiri yang disebutkan dengan nyata dan sungguh sungguh dihukum penjara selama
lamanya duabelas tahun". Dari pasal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa euthanasia
merupakan tindakan yang tidak dibenarkan di Indonesia sehingga merupakan tindakan
ilegal yang dapat dijatuhi hukuman bagi pelakunya. Hal ini juga harus dipahami oleh pihak
keluarga. supaya tidak terjadi penuntutan maka harus dikomunikasikan oleh pihak RS,
sejauh mana tindakan yang akan dilakukan oleh pihak RS (sesuai kebijakan dan prosedur
di RS) dan sejauh mana keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan oleh pihak RS,
karena pada dasarnya pelayanan yang dilakukan adalah kesepakatan antara pihak RS
dengan pasien/keluarganya.
4. Pihak rumah sakit dan pihak keluarga dapat bertemu dalam satu forum dengan
didampingi para ahli dari berbagai sudut pengetahuan baik dari kesehatan, agama,
hukum dan sosial untuk saling memaparkan jika tindakan euthanasia diambil apa
konsekuensinya dan dalam hal ini membiarkan keluarga mengambil keputusan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan adalah suatu usaha yang sistematis dan terorganisir yang
dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan
untuk dapat memperoleh tujuan umum bersama.Pelatihan dan pengembangan SDM
memiliki arti penting bagi suatu perusahaan, organisasi, atau instansi. Dengan
adanya pelatihan dan pengembangan SDM tersebut, diharapkan tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien.Hal ini juga akan mempunyai nilai positif
bagi SDM yang bekerja di suatu organisasi atau perusahaan tersebut.Banyak faktor
yang harus di laksanakan dan saling terkait demi tercapainya tujuan dari organisasi
tersebut.pengembangan staf memiliki karateristik tersendiri serta unsur-unsur
pengembangan kompetensi SDM. Selain itu, pengembangan SDM memiiki
keuntungan tersendiri untuk organisasi terhadap SDM yang berkompeten.
B. Saran
Pengembangan staf diharapkan mampu meningkatkan kinerja staf yang ada di
organisasi.Sehingga kualitas kerja yang dimiliki oleh staf sesuai dengan yang
diharapkan. Pengembangan staf dapat dilakukan dengan cara pemberian pelatihan
kepada karyawan. Pengembangan staf memiliki dampak positif bagi perkembangan
kemampuan dan kinerja staf.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Modul Peningkatan Kemampuan Teknis Perawat dalam Sistem Pemberian
Pelayanan Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, Jakarta: Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan Kementrian Kesehatan RI.