PENDAHULUAN
Oleh karena itu, Kami menulis makalah ini guna agar mahasiswa mengetahui hal-
hal mengenai obstruksi usus dan hernia, yang akan dibahas secara lengkap pada
bab berikutnya.
3. Apa penyebab, dan manifestasi klinik dari berbagai macam obstruksi yang
terjadi pada sistem pencernaan?
Agar penulis dan pembaca mengetahui obstruksi yang dapat terjadi pada sistem
pencernaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
c. Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina, 2001).
d. Obstruksi merupakan suatu pasase yang terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
(Reeves, 2001).
2.2 Etiologi
a. Mekanis
1) Adhesi atau perlengketan pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah
pembedahan abdominal sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan
parut bisa melilit pada sebuah segmen dari usus, dan membuat segmen itu kusut
atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen tersebut mengalami supply
darah yang kurang.
2) Tumor atau polip. Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen
usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
1) Ileus paralitik.
2) Lesi medula spinalis. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya kerusakan saraf
pada sakral 4, misal pada penderita spina bifida.
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit
5) Uremia
2.3 Klasifikasi
Suatu keadaan dimana otot-otot usus tak dapat mendorong isi usus ke bawah
(gangguan peristaltik). Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin
atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik
tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara
spontan setelah 2 sampai 3 hari.
2.4 Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik
atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-
mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat
profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam
lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri
sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang
peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang
berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan
yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan
kematian.
1) Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian
epigasterium yang cenderung bertambah sejalan dengan beratnya obstruksi dan
bersifat intermiten (hilang timbul). Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau
letak tinggi dari usus halus (jejunum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri
bersifat konsten atau menetap.
2) Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan
tidak terdapat flatus.
6) Jika obstruksi usus terjadi terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok
hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan manifestasi
klinis takikardi dan hipotensi, suhu tubuh biasanya normal, tapi kadang – kadang
dapat meningkat. Demam menunjukkan obstruksi strangulata.
1) Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi
pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
2) Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada klien
dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu –
satunya selama beberapa hari.
3) Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi
dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.
2.6 Komplikasi
a. Nekrosis usus
b. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen.
c. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen
d. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
a. Pemeriksaan laboratorium
Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan batas antara
air dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk bagaikan tangga, terutama
pada obstruksi bagian distal. Jika terjadi strangulasi dan nekrosis, maka akan
terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang regular dan adanya gas dalam
dinding usus. Udara bebas pada foto thorax tegak menunjukkan adanya perforasi
usus.
c. Pemeriksaan CT scan
Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya strangulasi. CT
scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan pada dinding usus
(obstruksi komplet, abses, keganasan), kelainan mesenterikus, dan peritoneum.
Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus
halus. Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi
letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen.
e. Pemeriksaan USG
f. Pemeriksaan MRI
g. Pemeriksaan angiografi
2.8 Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Penderita dipuasakan.
2) Dekompresi dengan nasogastric tube yang panjang dari proksimal usus ke
area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
b. Medications
c. Surgery
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di perhatikan :
· Bagaimana keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang
ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1%
pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus:
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
Biasanya klien datang dengan keluhan; sakit perut yang hebat, kembung, mual,
muntah dan tidak ada defekasi/BAB yang lama.
b. Sakit perut,kembung?
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Penampilan umum
3) TB, BB.
4) Kesadaran .
b. Pemeriksaan fokus
1) Inspeksi
b) Apakah ada muntah; warna coklat bila obstruksi pada usus halus.
2) Auskultasi
Peristaltik usus menurun/meningkat.
3) Perkusi
7. Kebutuhan Biologis
a. Nutrisi:
1) Pola kebiasaan.
2) Jenis makanan/minuman.
b. Eliminasi
1) Pola.
2) Frekuensi.
c. Istirahat/tidur
Mempunyai masalah/tidak.
d. Aktifitas
1) Apakah terganggu/terbatas.
3) Riwayat pekerjaan.
8. Riwayat Psikososial
Bagaimana pola pemecahan masalah klien terhadap masalahnya, demikian juga
keluarga.
9. Riwayat Sosial
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Intervensi :
1. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor
pemberat/penghilang.
Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual. Membiarkan pasien rentang
ketidaknyamanannya sendiri membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat
dan mengevaluasi keefektifan analgesia.
Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernafasan,
yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda
vitalterus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot. Posisi
tegak meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam
berkemih.
Kriteria hasil :
· Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.
· Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.
Intervensi :
2. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status
membran mukosa.
Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.
Rasional: Indikator langsung dari hidrasi atau perfusi organ dan fungsi.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
5. Observasi atau catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT. tes pH
sesuai indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.
Kriteria hasil :
Intervensi:
Kriteria hasil :
Intervensi :
4. Anjurkan makanan atau cairan yang tidak mengiritasi bila masukan oral
diberikan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional: Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari
adalah karakteristik infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah memahami pembahasan dan mengolah data yang disajikan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
Hernia adalah penonjolan peritoneum parietale yang berisi viskus melalui bagian
yang lemah pada dinding abdomen.
3.2 Saran
Ada beberapa saran yang penulis tuliskan bagi pembaca, yakni sebagai berikut :
Gaya hidup (life style) memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menjaga
kesehatan, maka jika kita ingin mendapatkan kehidupan yang sehat harus dimulai
dari gaya hidup yang sehat pula.
Bagi penderita hernia, disarankan agar jangan terlalu kelelahan dalam beraktifitas
dan bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Inayah, Iin. 2004. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. 1998. Patient care standards : nursing process,
diagnosis, and outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.
http://makalahkeperawatanrustida.blogspot.com/2014/10/obstruksi-intestinal.html