Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

STUNTING

DISUSUN OLEH:
Hainul Mardiah (P00320222015)
Tiana (P00320222048)
Vusfita Wulan Dari (P00320222040)

DOSEN PENGAMPU:
Lina SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam, berkat
hidayah dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para yang
setia hingga hari pembalasan.
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Stunting ditulis untuk memenuhi
tugas dari dosen pembimbing pada mata kuliah. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
tidak sedikit kendala yang penulis hadapi, namun berkat dorongan berbagai pihak, maka
kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan. Segala kekeliruan dan
kesalahan dalam makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langsa, Januari 2024


Penulis
\

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PEMDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Konsep Dasar Stunting.............................................................................................2
1. Pengertian.........................................................................................................2
2. Patofisiologi......................................................................................................2
3. Etiologi..............................................................................................................4
4. Gejala Klinis.....................................................................................................5
5. Komplikasi........................................................................................................5
6. Penatalaksanaan................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Stunting....................................................................6
1. Pengkajian.........................................................................................................6
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................7
3. Perencanaan Keperawatan................................................................................8
4. Impelementasi.................................................................................................10
5. Evaluasi...........................................................................................................11
6. Dokumentasi...................................................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................12


A. Kesimpulan............................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

ii
BAB I
PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting menurut World Health Organization (WHO) (2014) merupakan suatu
gangguan pertumbuhan yang irreversible dan sebagian besar dipengaruhi oleh asupan
nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan
(270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari lahir sampai berusia 2 tahun). Stunting
adalah masalah kurang gizi kronis akibat dari kurangnya asupan gizi dalam waktu yang
cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Seorang anak
dianggap stunting jika mengalami tinggi badan mereka lebih rendah atau pendek
(kerdil) dari standar usianya.
Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir tetapi, kondisi stunting baru terlihat pada usia 2 tahun. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted), yaitu (PB/U) atau (TB/U) pada balita
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO – Multicentre Growth
Reference Study (MGRS). Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
stunting ialah anak balita dengan nilai z – score kurang dari -2SD/standar deviasi
(stunted) dan kurang dari –3SD (severely stunted) (TNP2K, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar stunting?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan stunting?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Stunting


1. Pengertian
Stunting merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang
kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi
badan yang lebih kurang dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan
anak dari WHO (Dewi & Primadewi, 2021).
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat
akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch
up growth) yang memadai. Balita pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi
anak, hasil pengukuran terberat berada pada ambang batas (Z-Score) < -2 SD sampai
dengan -3 SD (pendek/stunted) dan < -3 SD (sangat pendek/ severely stunted)
(Kemenkes RI, 2022).

2. Patofisiologi
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita (Maryunani, 2016).
Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi berulang
menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi, pemberian ASI dan
MP-ASI yang kurang tepat, pendidikan orang tua, serta pelayanan kesehatan yang tidak
memadai akan mempengaruhi pada kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus
berlanjut dan karena kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian
stunting atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan sehingga
tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani, 2016).
Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan
lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi sehingga tubuh

2
memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga
ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan
pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami
peningkatan kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare
(Maryunani, 2016).
Pathway

3
3. Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita diantaranya,
tingkat pengetahuan gizi ibu dan balita, pola asuh, ketersediaan makanan dalam
keluarga, pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan, akses air bersih dan sanitasi
keluarga, tingkat ekonomi keluarga balita, sosial budaya , dan praktek pengasuhan balita
(Supariasa & Purwaningsih, 2019).
a. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Balita
Wawasan pengetahuan ibu tentang gizi ibu balita sangat penting mulai dalam
kandungan hingga usia balita 2 tahun atau disebut dengan istilah 1000 HPK. Ibu
yang tidak paham mengenai perlakuan yang benar terhadap diri dan janin
berpotensi melahirkan bayi dengan PB < 48 cm karena perkembangan bayi tidak
terkontrol dengan optimal dan sikap ibu cenderung tak acuh.
b. Pola Asuh
1) Riwayat Pemberian ASI
ASI merupakan asupan gizi yang akan membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2) Ketepatan MP-ASI
Setelah bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, selanjutnya bayi
perlu diberikan makanan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
c. Ketersediaan Makanan dalam Keluarga
Balita dengan kondisi rumah tangga rawan pangan berisiko lebih besar menderita
stunting dibandingkan dengan balita dengan kondisi rumah tangga tahan pangan
d. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kepada ibu hamil dengan memberikan TTD dan vitamin A saat
melahirkan agar bayi yang disusui tercukupi asupan vitamin A-nya dikarenakan
bayi usia di bawah 6 bulan belum mendapatkan kapsul vitamin A.
e. Akses Air Bersih Dan Sanitasi Keluarga
Akses air bersih dan sanitasi keluarga memiliki peranan penting pada
kesehatan anggota keluarga. Apabila air yang diperoleh kurang bersih maupun
sanitasi yang tidak baik maka akan menyebabkan anggota keluarga di sekitarnya
mudah terserang penyakit.

4
f. Tingkat Ekonomi Keluarga Balita
Penghasilan keluarga yang rendah akan berpengaruh terhadap kemampuan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Penghasilan keluarga yang cukup
akan lebih mampu untuk membeli bahan-bahan makanan yang baik dan bergizi.
Ketidakcukupan konsumsi gizi pada balita inilah yang menyebabkan anak menjadi
stunting.

4. Gejala Klinis
Gejala stunting menurut Kemenkes RI (2018), yaitu:
a. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
b. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
seusianya.
c. Berat badan rendah untuk anak seusianya.
d. Pertumbuhan tulang tertunda.

5. Komplikasi
Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan proses tumbuh
kembang menjadi terhambat, dan memiliki dampak negatif yang akan berlangsung
untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa balita pendek
sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang kurang dan pendapatan yang
rendah sebagai orang dewasa (Astutik, Rahfiludin, & Aruben, 2018).
Dampak yang terjadi akibat stunting dibagi menjadi dampak jangka pendek dan
dampak jangka panjang.
a. Dampak jangka pendek, yaitu :
1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.
2) Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak optimal.
3) Peningkatan biaya kesehatan
b. Dampak jangka panjang, yaitu :
1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila
dibandingkan pada umumnya)
2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya

5
3) Menurunnya kesehatan reproduksi
4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
5) roduktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal

6. Penatalaksanaan
Menurut Khoeroh dan Indriyanti (2017) dalam Wulandari (2021) beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu:
a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu setiap
bulan.
b. Pemberian makanan tambahan pada balita.
c. Pemberian vitamin A.
d. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.
e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun
dengan ditambah asupan MP-ASI.
f. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan
minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat
meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.
g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap guna
yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi kekurangan gizi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Stunting


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan,
mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk mengidentifikasi
data kesehatan seluruh anggota keluarga. Pengkajian keperawatan merupakan suatu
tindakan peninjauan situasi manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan
maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosa masalah klien, penetapan kekuatan, dan
kebutuhan promosi kesehatan klien (Widagdo, 2016).
a. Anamneses
1) Identitas meliputi nama umur jenis kelamin alamat pendidikan pekerjaan
No Register agama tanggal masuk Rs dll
2) keluhan utama Tidak ada nafsu makan dan muntah

6
3) Riwayat penyakit sekarang Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan
kurang kadang disertai muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit (crazy
pavement
4) Riwayat penyakit dahulu Apakah ada riwayat penyakit infeksi anemia dan
diare sebelumnya
5) Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi
buruk
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Mata: agak meninjol
b) Wajah: membulat dan sembab
c) Kepala: rambut mudah rontok dan kemerahan
d) Abdomen : perut terlihat buncit
e) Kulit : adakah crazy pavement dermatosis keadaan turgor kulit odema
2) Palpasi
Pembesaran hati kurang lebih 1 inci Auskultasi Peristaltik usus abnormal
c. Pemeriksaan diagnostik dan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin,protein total
elektrolit serum biakan darah.
2) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine.
3) Uji faal hati
4) EKG
5) X foto paru

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.

7
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien stunting
adalah :
a. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengasorbsi
nutrient
b. Risiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan perubahan status
nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
c. Resiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi
d. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
e. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Perencanaan Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) intervensi merupakan segala bentuk
terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien
individu, keluarga dan komunitas
Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan pada anak Stunting menurut TIM POKJA DPP PPNI
(2017)
Diagnosa
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Intervensi Utama
berhubungan kunjungan sebanyak tiga Manajemen Nutrisi
dengan kali selama 45-60 menit Observasi :
ketidakmampuan diharapkan keluarga 1. Identifikasi status nutrisi
mengasorbsi mampu merawat klien agar 2. Identifikasi makanan yang
nutrient status nutrisi dapat disukai
membaik 3. Monitor asupan makanan
Luaran Utama 4. Monitor berat badan
1) Status Nutrisi membaik Terapeutik
(1) Porsi makanan dari 5. Lakukan oral hygiene sebelum
yang tidak habis menjadi makan, jika perlu
habis 6. Berikan makanan tinggi serat
(2) Kekuatan otot untuk mencegah konstipasi
mengunyah meningkat 7. Berikan makanan tinggi kalori
(3) Nafsu makan meningkat dan tinggi protein
8. Berikan suplemen makan, jika

8
perlu
Edukasi
9. Anjarkan diet yang diprogramkan
2 Risiko gangguan Setelah dilakukan Intervensi Utama
integritas kulit intervensi keperawatan Perawatan Integritas Kulit
dibuktikan 3x24 jam diharapkan Observasi :
dengan keluarga mampu merawat 1. Identifikasi penyebab gangguan
malnutrisi klien agar risiko gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
integritas kulit menurun sirkulasi, perubahan status
Luaran Utama nutrisi, penurunan kelembapan,
1) Integritas kulit dan suhu lingkungan ekstrem,
jaringan meningkat penurunan mobilitas)
(1) Elastisitas meningkat Terapeutik
(2) Hidrasi meningkat 2. Bersihkan perineal dengan air
(3) Tekstur kulit meningkat hangat, terutama selama periode
diare
3. Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada kulit
kering
4. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
5. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
6. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion, serum)
7. Anjurkan minum air yang cukup
8. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
9. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi Utama
dibuktikan intervensi keperawatan Pencegahan Infeksi
dengan 3x24jam diharapkan Observasi :
malnutrisi keluarga mampu merawat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
klien agar risiko infeksi lokal dan sistemik
menurun Edukasi
Luaran Utama 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1) Tingkat Infeksi menurun 3. Ajarkan meningkatkan asupan
(1) Kebersihan tangan nutrisi
meningka

9
(2) Kebersihan badan
meningkat
(3) Nafsu makan meningkat
4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
tumbuh kembang keperawatan ….x…. jam, Observasi
berhubungan diharapkan keluarga 1. Identifikasi pencapaian tugas
dengan mampu memahami tentang perkembangan anak
ketidakmampuan perawatan perkembangan Terapeutik
keluarga anggota keluarga dengan 2. Motivasi anak berinteraksi
mengenal anak stunting dengan anak lain
masalah Luaran Utama 3. Pertahankan kenyaman anak
kesehatan keluarga dapat 4. Fasilitasi anak melatih
berpartisipasi dalam keterampilan pemenuhan
perawatan perkembangan kebutuhan secara mandiri
klien Edukasi
5. Jelaskan orang tua atau pengasuh
tentang milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
6. Anjurkan orang tua berinteraksi
dengan anaknya
Kolaborasi
7. Rujuk untuk konseling, jika perlu
5 Defisit Setelah dilakukan kunjugan Intervensi Utama
pengetahuan sebanyak tiga kali selama Edukasi Kesehatan
berhubungan 45-60 menit diharapkan Observasi :
dengan kurang keluarga mampu mengenal 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar masalah kesehatan klien kemampuan menerima informasi
informasi agar tingkat pengetahuan Terapeutik
membaik 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
Luaran Utama sesuai kesepakatan
1) Tingkat Pengetahuan 3. Berikan kesempatan bertanya
membaik Edukasi
(1) Kemampuan 4. Ajarkan strategi yang dapat
menjelaskan pengetahuan digunakan untuk meningkatkan
tentang suatu topik perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat
(2) Perilaku sesuai dengan
pengetahuan meningkat

4. Impelementasi

10
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Anggraini dan Leniwita, 2019).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada pada klien,
dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Anggraini dan Leniwita, 2019).

6. Dokumentasi
Dokumentasi proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan merupakan
catatan tentang asuhan keperawatan dengan melihat respon klien secara keseluruhan,
yang dilakukan pada bidang tertentu, area perawatan tertentu, dan pada populasi
tertentu. Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang dokumentasi pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan baca dan pelajarilah dengan seksama uraian berikut ini.
Selamat belajar dan semoga sukses (Anggraini dan Leniwita, 2019).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat
akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch
up growth) yang memadai.
Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non
patologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah pada asupan makanan dan
tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak
terhadap proses pertumbuhan balita
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita diantaranya,
tingkat pengetahuan gizi ibu dan balita, pola asuh, ketersediaan makanan dalam
keluarga, pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan, akses 12 air bersih dan sanitasi
keluarga, tingkat ekonomi keluarga balita, sosial budaya , dan praktek pengasuhan balita

B. Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan mahasiswa harus lebih mempelajari dan paham
dalam keperawaratan anak terutama pada penderita stunting, agar dapat memberikan
asuhan keperawatan yang sesuai terhadap penderita.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ani, Maryunani. (2016). Managemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: CV. Trans


Media.
Dewi, Asri, N. L. M., & Primadewi, N. N. H. (2021). Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 12-36 Bulan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(1), 55–60.
Kemenkes RI. (2018), Cegah Stunting Itu Penting. Warta KESMAS. Edisi 02
Kemenkes RI. (2022). Buku Saku Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Jakarta:
Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Hasian, Leniwita, dan Yanti Anggraini, (2019). Modul Dokumentasi Keperawatan.
Universitas Kristen Indonesia.
Supariasa, I. D. N., & Purwaningsih, H. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting Pada Balita Di Kabupaten Malang. Karta Raharja, 1(2), 55–64.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
TNP2K. (2017). Buku Ringkasan Stunting. Jakarta: Secretariat Wakil Presiden Republic
Indonesia.
World Health Organization (WHO). 2014. Global Nutrition Targets 2025 Stunting
Policy Brief. WHO/NMH.NHD/14.3
Wulandari Leksono, A., Kartika Prameswary, D., Sekar Pembajeng, G., Felix, J., Shafa
Ainan Dini, M., Rahmadina, N., Hadayna, S., Roroputri Aprilia, T., Hermawati, E.,
Studi Kesehatan Masyarakat, P., Kesehatan Masyarakat, F., Kesehatan Lingkungan,
D., Kelurahan Muarasari, P., & Bogor Selatan, K. (2021). Risiko Penyebab
Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal Pengabdian Kesehatan Masyarakat:
Pengmaskesmas, 1(2), 34–38.

13
LATAR BELAKANG
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

PENGERTIAN
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

PATOFISIOLOGI
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

ETIOLOGI
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

GEJALA KLINIS
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

KOMPLIKASI
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/585/1/KTI%20SINTA%20TRI
%20WULANDARI.pdf

PENATALAKSANAAN
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

PENGKAJIAN
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2102/1/38_Niken%20Ayu%20Wulandari.pdf

DIAGNOSA KEPERAWATAN
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/585/1/KTI%20SINTA%20TRI
%20WULANDARI.pdf

PERENCANAAN KEPERAWATAN
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/585/1/KTI%20SINTA%20TRI
%20WULANDARI.pdf

14
IMPLEMENTASI, EVALUASI, DOKUMENTASI
http://repository.uki.ac.id/2738/1/MODULDOKUMENTASIKEPERAWATAN.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai