Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.

S DENGAN DIAGNOSIS
DM TIPE 2 DI RUANG MARWA
RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH YOGYAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Studi
Profesi Ners Pada STIKes YPIB Majalengka

PAISAL SALIKO

NIM. 20149012051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB
MAJALENGKA
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN DIAGNOSA


DM TIPE 2 DI RUANG MARWA
RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH YOGYAKARTA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi
Profesi Ners Pada STIKes YPIB Majalengka

PAISAL SALIKO

NIM. 20149012051

Majalengka, Juli 2021

Menyetujui,
Pembimbing

Ivana Eko Rusdiatin, S.Kep., Ners., M.Sc


NIK. 17.02.01.09.084

Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Ners

HENI, S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIK. 17.02.03.05.047

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disetujui dan dipertahankan


Pada Sidang Komprehensif Prodi Profesi Ners STIKes YPIB Majalengka

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S


DENGAN DM TIPE 2 DI RUANG MARWA
RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH YOGYAKARTA

PENYUSUN : PASAL SALIKO

NIM : 20149012051

Penguji I Penguji II

Darmasta Maulana, S.Kep., Ns., M.Kes. Ivana Eko Rusdiatin, S.Kep., Ns., M.Sc.
NIK. 17.02.01.09.084
NIK. 04.281080.09.001

Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Ners
STIKes YPIB Majalengka

Heni, S.Kep., Ners., M.Kep.


NIK. 17.02.03.05.047

iii
KATA PENGANTAR

‫بسم الله الرحمان الرحيم‬


Puji syukur atas kehadirat Allah Subahana wata’ala yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ny. S Dengan DM Tipe 2 Di Ruang Marwa Rumah Sakit Nur
Hidayah Yogyakarta”. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ners dalam bidang keperawatan. Lappran ini tidak
akan selesai jika tidak ada bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua saya yang saya sayangi dan yang saya cintai, terimakasih sudah
mendoakan dan menyemangati saya selama kuliah.
2. Dr. Wawan Kurniawan, SKM., M.Kes selaku Ketua STIKes YPIB Majalengka
3. Ivana Eko Rusdiatin, S.Kep., Ners., M.SC selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan laporan ini;
4. Sahabat-sahabat saya yang saya banggakan dan yang saya cintai karna Allah,
yang dari pertama masuk profesi sampai sudah mau lulus saling menyemangati
5. Ny. S terimakasih karna sudah mau bekerja sama dengan saya dan mengikuti
semua instruksi dari kami tim medis
6. Dan lain-lain.

Akhir kata, saya berharap semoga Allah Subhanahu Wa Ta’alla berkenan membalas
segala kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa
penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan laporan ini.

Majalengka, Juli 2021

Penulis

iv
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DM TIPE 2 DI RUANG MARWA RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH
YOGYAKARTA

ABSTRAK

Diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan kadar gula adarah (hiperglikemi)
akibat kurangnya insulin, menurunnya efek indulin atau bisa keduannya. Setiap tahun prevalensi
diabetes mellitus mengalami peningkatan, seperti yang dicatat IDF pada tahun 2015 tercatat 366
juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mengalami peningkatan menjadi 552 juta jiwa
jika tidak ada tindakan pencegahan. data sample registration survey menunjukan bahwa diabetes
merupakan penyebab kematian terbesar nomor tiga di Indonesia dengan presentase (6,7%),
setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung coroner (12,9%). Yogyakarta merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang prevalensi diabetes tercatat diurutan ke dua (3,1%) setelah DKI
Jakarta (3,4%). Diabetes mellitus tipe 2 akan menimbulkan dampak secara langsung pada
penderita diantaranya pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, niat, dan sosial budaya. Jika
penderita tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darah, akibatnya kadar gula dalam darah
akan selalu tinggi. Peran tenaga medis sangat penting dalam menangani masalah ini, salah
satunya perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah diabetes
melitus secara professional yang diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi keperawatan, dan
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan..
Tujuan dari karya tulis ilmiah untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan mampu melakukan asuhan keperawatan dengan
tepat. Teknik mengumpulkan data dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
serta rekam medis pasien. Diagnosa utama sebelum operasi pada pasien Ny.S adalah
ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d resistensi insulin. Untuk intervensi dari masalah
keperawatan ini adalah dengan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat atau insulin.
Diagnosa yang muncul setelah operasi adalah nyeri akut berhubungan dengan luka ulkus DM.
intervensi yang dilakukan yaitu manajemen nyeri dan perawatan luka.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, asuhan keperawatan pada pasien dengan DM Tipe 2

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN ........................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah....................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ............................................................................................ 3
2.1.1 Pengertian ...................................................................................3
2.1.2 Etiologi ........................................................................................3
2.1.3 Klasifikasi ...................................................................................4
2.1.4 Manifestasi Klinik ......................................................................5
2.1.5 Patofisiologi ................................................................................6
2.1.6 Penatalaksanaan .........................................................................6
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.............................................................9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DM Tipe 2 .... 10
2.2.1 Pengkajian .................................................................................10
2.2.2 Pemeriksaan Fisik.....................................................................12
2.2.3 Pemeriksaan Penunjang...........................................................13
2.2.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................14

vi
2.2.5 Intervensi Keperawatan ...........................................................14
2.2.6 Implementasi ............................................................................18
2.2.7 Evaluasi .....................................................................................18
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus ............................................................................................ 19
3.2 Pembahasan .................................................................................. 37
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan....................................................................................... 39
4.2 Saran ............................................................................................. 39

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan .......................................................... 14

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit tidak menular merupakan satu kelompok penyakit yang berpengaruh
pada kesehatan masyarakat karena keberadaannya yang cukup pravelen, sulit
dikendalikan, tersebar di seluruh dunia, dan menjadi penyebab utama kematian jika
tidak terkontrol (Bustan 2015). Salah satu penyakit tidak menular yang
menyebabkan kematian yaitu diabetes melitus. Menurut Kowalak dkk, (2016)
definisi diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan kadar gulah
darah (hiperglikemia) akibat kurangnya insulin, menurunnya efek insulin atau bisa
keduanya.
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai oleh
semua orang diseluruh dunia karena setiap tahunnya ada peningkatan jumlah
penderita diabetes mellitus. Pada tahun 2015 International Diabetes Federation
mengatakan prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang
sangat besar dimana IDF mencatat sekitar 366 juta orang diseluruh dunia atau 8,3%
dari orang dewasa. Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka tren ini akan
berlanjut sampai diperkirakan pada tahun 2030 dapat mencapai 552 juta orang atau
1 dari 10 orang dewasa terkena diabetes melitus (IDF Atlas, 2015).
Tahun 2014 data sample registration survey menunjukan bahwa diabetes
merupakan penyebab kematian terbesar nomor tiga di Indonesia dengan presentase
(6,7%), setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung coroner (12,9%) (Kemenkes
RI, 2016). Pada tahun 2019 prevalensi penderita diabetes tertinggi didunia Indonesia
menempati peringkat ketujuh dengan presntase (10,7%) sebelum Negara China
(118,4%), India (77,0%), Amertika Serikat (31,0%), Pakistan (19,4%), Brazil
(16,8%) dan mexico (12,8%) (IDF, 2019). Yogyakarta merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang prevalensi diabetes tercatat diurutan ke dua (3,1%)
setelah DKI Jakarta (3,4%) (Kemenkes, 2019).
Diabetes mellitus tipe 2 akan menimbulkan dampak secara langsung pada
penderita diantaranya pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, niat, dan sosial
budaya. Jika penderita tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darah, akibatnya
kadar gula dalam darah akan selalu tinggi (Putro, 2012). Masalah keperawatan yang

1
2

sering muncul pada pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 2 antara lain defisit
nutrisi berhubungan dengan penurunan metabolisme akibat defisiensi insulin, intake
yang tidak adekuat akibat adanya mual mutah, resiko defisit volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik dan poliuria, penurunan aktivitas
atau mobilisasi, gangguan citra tubuh berhubungan dengan ekstremitas gangrene,
resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan, resiko infeksi
berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat penurunan produksi energi, gangguan integritas kulit berhubungan
dengan penurunan sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunan fungsi leukosit,
penurunan anabolisme protein, defisit pengetahuan tentang proses penyakit, diet,
perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
(NANDA, 2015).
Peran tenaga medis sangat penting dalam menangani masalah ini, salah satunya
perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
diabetes melitus secara professional yang diberikan melalui pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan
intervensi, impelementasi keperawatan, dan mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan data di atas penyusun merasa tertarik untuk mengangkat
permasalahan diabetes melitus tipe 2 dan menyusun laporan kasus tentang asuhan
keperawatan pada klien Bp. K dengan diagnosa medis diabetes mellitus tipe 2 di
ruang marzam RSU Nur Hidayah Yogyakarta

1.3 Tujuan
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui bagaimanakah asuhan
keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 mulai dari pengkajian,
diagnosa,intervensi dan evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep

2.1.1 Pengertian
Diabetes melitus adalah kondisi dimana terjadi ketika ada peningkatan
kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh tubuh tidak bisa atau
kurangnya hormon insulin atau menggunakan insulin secara efektif (IDF, 2017).
Sejalan dengan pengertian menurut PERKENI (2015) diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
bisa kedua-duanya.
Diabetes Melitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai
dengan menaiknya kadar gula dalam darah/glukosa darah (hiperglikemi) yang
bisanya diakibatkan karena menurunnya efek insulin atau kurangnya hormon
insulin. (kowalak, dkk. 2016 )..
Hiperglikemi disebabkan oleh berbagaihal, namun paling sering
disebabkan oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus terjadi penumpikan gula
dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel. Kegagalan tersebut terjadi
akibat kurangnya jumlah insulin atau cacat fungsi (WHO 2016). Insulin, yaitu
suatu hormon yang diproduksi oleh pangkreas dan tugas utama insulin yaitu
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya (Brunner & Suddarth, 2002).

2.1.2 Etiologi
Secara umum mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insuline
dan gangguan sekresi insuline pada diabetis tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetic (keurunan) diperkirakan memegang peran dalam proses
terjadinya resistensi insulin, Selain itu terdapat juga faktor-faktor risiko tertentu
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II antara lain:
1. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik.

3
4

2. Usia
Resistensi unsilen cendrung Cenderung meningkat pada usia atas 65
tahun
3. diabetes melitus gaestasional
diabetes mellitus dengan kehamilan (diabetes melitus gaestasional
(DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai dengan peningkatan insulin
resistensi (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan
ini, kondisi diabetes dialami selama masa kehamilan yang bersifat
sementara. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali di
dapat selama kehamilan yang biasanya pada trimester kedua atau ketiga (
Brunner & suddarth, 2015 )

2.1.3 Klasifikasi
1. Diabetes mellitus tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi
dalam dua sub tipe yaitu tipe 1A dan tipe 1B. Diabetes tipe 1A yaitu
diabetes yang diakibatkan proses immunologi (immune mediated
diabetes) sedangkan tipe 1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui
penyebabnya. Diabetes tipe 1 merupakan gangguan katabolisme yang
ditandai oleh kekurangan insulin absolut, peningkatan glukosa darah, dan
pemecahan lemak dan protein tubuh (Damayanti, 2015) .
2. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent
Diabetes (NIDDM) karena penderita DM tipe 2 memiliki jumlah insulin
yang diproduksi oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah
ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total.
Jumlahnya mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan diabetes, dan
banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih
sering terjadi pada individu obesitas. Pada umumnya kasus DM tipe 2
mempunyai latar belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya
resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi karena adanya kerusakan
genetik dan bisa juga dari faktor lingkungan (Damayanti, 2015).
3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)
5

Diabetes kehamilan biasanya terjadi pada kehamilan pertama,


Jumlahnya sekitar 2-4% kehamilan dan biasanya akan mengalami
peningkatan risiko terhadap penyakit diabetes selama 5-10 tahun setelah
melahirkan (Damayanti, 2015).
4. DM tipe lain (Others Specific Types)
Diabetes mellitus merupakan gangguan endokrin yang
menimbulkan hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati
atau penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Sebelumnya DM ini biasa
dikenal dengan istilah diabetes sekunder, diabetes tipe ini
menggambarkan diabetes yang dihubungkan dengan keadaan sindrom
tertentu, misalnya diabetes yang terjadi dengan penyakit pankreas atau
pengangkatan jaringan pankreas dan penyakit endokrin seperti
akromegali, atau syndrome chusing, karena zat kimia atau obat, infeksi
dan endokrinopati (Damayanti, 2015).

2.1.4 Manifestasi Klinik


a. Poliuri
Poliuri terjadi karena adanya Kekurangan insulin untuk
mengangkut glukosa melaluimembrane dalam sel menyebabkan
hiperglikemia sehinggas erum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairanintravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic
b. Polydipsia
Polidipsia terjadi karena meningkatnya difusi cairan dari intrasel
kedalam vaskuler yang menyebabkan penurunan volume intrasel
sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut
menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus
terus dan ingin selalu minum
c. Polyphagia
Poliphagia biasanya ditandai dengn orang yang banyak makan,
hal ini terjadi karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
6

menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan


energi akan menstimulasi rasa lapar.
d. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan karena glukosa tidak dapat di transport
kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan
metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh
jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise
Malaise atau seseorang yang mengalami kelemahan
f. Kesemutan ,Lemas dan Mata kabur. (Brunner & Suddart, 2015

2.1.5 Patofisiologi
DM Tipe II terjadi karena adanya dua masalah utama yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
berkaitan pada reseptor khusus yang meskipun kadar insulin tinggi dalam
darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi
insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin maka harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Namun dengan demikian jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbanginya, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. karena itu,
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetis mellitus tipe II. (Brruner &
suddarth 2015)

2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Berikut adalah komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
7

a. Diet untuk pasien Diabetes Melitus meliputi :


Tujuan Diet Penyakit Diabetes melitus adalah
1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asuhan makanan dengan insulin
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia.
5. meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
Syarat diet antara lain:
1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-
70%
5. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
6. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat dalam sayur dan buah
7. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu
3000mg/hari. Cukup vitamin dan mineral.
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet DM :
1. Sumber karbohidrat kompleks : Seperti nasi, Roti, Kentang, Ubi,
Singkong dan sagu
2. Sumber Protein Redah Lemak : seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
skim, tempe dan kacang-kacangan
3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas. Makanan terutama dengan cara
dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
8

Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita DM :


1. Mengandung banyak gula sederhana seperti : Gula pasir, Gula Jawa,
sirop, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental
manis, minuman botol ringan dan es krim
2. Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji, gorengan-
gorengan
3. Mengandung banyak natrium : seperti ikan asin, makanan yang
diawetkan.
b. Latihan jasmani
Penderita diabetes tipe II yang memiliki BB lebih dari nilai
normal (obesitas), latihan dan penatalaksanaan diet sangat baik untuk
memperbaiki metabolisme glukosa serta meningkatkan penghilang lemak
tubuh. Latihan yang digabung dengan penurunan BB akan memperbaiki
sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan pasien terhadap insulin
atau obat hipoglikemia oral yang pada akhirnya, toleransi glukosa dapat
kembali normal. Penderita DM tipe II yang tidak mengguanakan insuline
mungkin tidak memerlukan makanan ekstra sebelum melakukan latihan.
c. Obat hipoglikemik
1) Sulfonilurea.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
2) Insulin
Berikut indikasi pengobatan dengan insulin:
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
9

diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran


glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin. Dosis pemberian insulin pada pasien
dengan DM:
Jenis kerja obat :
1. Kerja cepat( rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek
1-2 jam, lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro( humalo),
insulin aspart
2. Kerja pendek ( sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4
jam, lama kerja 6-8 jam. 3. Kerja menengah( intermediate acting)
awitan 1,5-4 jam , puncak efek 4-10 jam, lama kerja 8-12
jam),awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa efek, lama kerja
11-24 jam.Contoh obat: lantus dan levemir.Hitung dosis
insulinRumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB
pasien ,Insulin prandial total( IPT) = 60% , Sarapan pagi 1/3 dari
IPT, Makan siang 1/3 dari IPT, Makan mala 1/3 dari IPT
d. Penyuluhan
Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang
optimal dan bisa menyesuaikan keadaan psikologis kualifas hidup yang
lebih baik. (Bare & Suzanne, 2002)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas
130mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah
selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi6,1%
menunjukkan diabetes.
10

3. Tes toleransi glukosa oral


Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75
grgula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang
normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140
mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick
pemeriksaan ini digunakan untuk memantau kadar glukosa dan
pemeriksaan ini dapat dilakukan dirumah

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DM Tipe 2

2.2.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
Yang perlu dikaji pada identitas pasien anatara lain; nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Yang perlu dikaji pada penanggung jawab pasien antara lain; nama, umur,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat kesehatan pasien
1. Keluhan/ Alasan masuk Rumah Sakit
Bisanya pada penderita DM tipe 2 didapatkan keluhan seperti
cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien
mungkin berbau aseton, pernapasan kussmaul, gangguan pada pola
tidur, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit
kepala.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya
penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah penderita
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain
11

yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit


pancreas, penyakit jantung, obesitas, arterosklerosis, bahkan tindakan
medis yang pernah di dapat atau obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dilakukan untuk mengetahui apakah ada
penyakit turunan yang berhubungan dengan masalah pasien yang
menderita diabetes.
5. Riwayat psikososial
Pengkajian psikososian dilakukan untuk mengetahui informasi
mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Menggambarkan aktivitas yang biasa dilakukan pasien setiap hari seperti,
berolahraga, bekerja dan aktivitas lainnya
e. Pola eliminasi
Menjelaskan pola input output cairan seperti karakteristik feses dan urin,
melakuka pengkajian pada fungsi eksresi, kandung kemih dan sulit
kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri,
disuri, dan lain-lain), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
karakteristik urin dan feses.
f. Pola makan
Menanyakan makanan kesukaan pasien, derta menggambarkan pemasukan
nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, diet, fluktuasi BB dalam
6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah dan kebutuhan jumlah zat
gizi,
g. Personal hygiene
Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri seperti, mandi, bab, bak,
dan lain-lain.
12

2.2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat dan melihat tingkat
kesadaran apakah sadar, koma atau disorientasi.
b. Tanda-tanda Vital
Pengkajian tanda-tanda vital dimuali dari Tekanan darah, normal tekanan
darah yaitu 110/70 mmHg dan 120/80 mmHg. Pernapasan atau respiration
rate (RR) normal 16-20 kali/menit, reguler ataukah ireguler, adanya bunyi
napas tambahan, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi normal 60-
100 kali/menit, reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat atau
lemah. Suhu tubuh normal 36,5°C - 37,5°C, meningkat apabila terjadi
infeksi.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala : normal bentuk kepala ada yang bulat, opal, sedikit kotak dan
dilakukan pengkajian apakah ada nyari tekan
2. Rambut : bersih, warna, bentuk rambut lurus, keriting, sedikit
bergelombang dll
3. Mata : simetris antara kiri dan kanan, refleks pupil terhadap cahaya,
terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati
diabetik.
4. Telinga : simetris antara kiri dan kakan melakukan pengkajian fungsi
pendengaran
5. Hidung : melakukan pengkajian adanya sekret, pernapasan cuping
hidung
6. Mulut : melakukan pengkajian mukosa bibir
7. Leher : melihat apakah ada pembengkakan area getah bening

d. Pemeriksaan dada
1) Pernafasan : sesak nafas, batuk tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium
menurun tajam), RR > 24 kali/menit, nafas berbau aseton.
2) Kardiovaskuler : takikardia/nadi kurang dari 60 kali/ menit, perubahan
TD postural, hipertensi.
13

e. Pemeriksaan abdomen
Terdapat nyeri tekan pada bagian pangkreas, distensi abdomen dab bising
usus meningkat.
f. Pemeriksaan reproduksi
Keputihan pada wanita, sulit orgasme pada wanita dan impotensi pada pria.
g. Pemeriksaan intergumen
Pemeriksaan ini biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama
sembuh, kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung
sembuh. Adanya akral dingin, capillarry refill kurang dari 3 detik, adanya
pitting edema.
h. Pemeriksaan Ekstremitas
Pada penderita diabetes biasanya kekuatan otot dan tonus melemah, adanya
luka pada kaki yang sulit sembuh
i. Pemeriksaan Status Mental
Biasanya penderita penderita diabetes akan mengalami stres, menolak
kenyataan, dan keputus asaan.

2.2.3 Pemeriksaan Penunjang


Berikut pemeriksaan penunjang diabetes mellitus menurut
Purwanto, 2016 antara lain:
1. Gula darah meningkat > 200 ml/dl
2. Aseton plasma (aseton) positif secara mencolok
3. Osmolaritas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/lt
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis
metabolik)
5. Alkalosis respiratorik
6. Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis
dan hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap stres atau
infeksi.
7. Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/ normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal
8. Amilase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut.
9. Insulin darah : mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I), normal
14

sampai meningkat (Tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi


insulin.
10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
11. Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin
meningkat
12. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK dan infeksi
luka.

2.2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan tindakan
pembedahan neoplasma (D.0027)
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
(D.0129)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka post op (D.0142)

2.2.5 Intervensi Keperawatan


Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
N Diagnose Tujuan intervensi
o keperawatan
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri menggunakan
agen cedera tindakan keperawatan metode (PQRST)
fisik selama 3 x 24 jam melipui skala, frekuensi
masalah nyeri b/d agen nyeri, dan lain-lain.
cidera fisik teratasi 2. Pertahankan tirah baring
dengan kriteria hasil: dan posisi yang nyaman.
1. Nyeri berkurang 3. Ajarkan teknik relaksasi
2. Skala nyeri napas dalam.
berkurang (0-10) 4. Monitor tanda-tanda
menjadi 1-3. vital.
15

3. Pasien terlihat 5. Kolaborasi untuk


rileks atau pemberian analgetik.
nyaman.
4. Pasien mampu
mengontrol nyeri.
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan pasien
mobilitas fisik tindakan keperawatan dalam mobilisasi setiap
b.d nyeri. selama 3 x 24 jam hari.
masalah gangguan 2. Monitoring tanda-tanda
mobilitas fisik b/d nyeri vital pasien sebelum dan
teratasi dengan kriteria sesudah latihan.
hasil: 3. Bantu pasien dalam
1. Nyeri berkurang pemenuhan ADLs.
atau hilang 4. Latih kemampuan
2. Pergerakan/aktivita pasien dalam
s pasien bertambah pemenuhan kebutuhan
dan tidak terbatasi ADLs secara mandiri
3. Pasien mampu sesuai kemampuan
memenuhi pasien.
kebutuhan secara 5. Kolaborasi dengan
mandiri keluarga pasien untuk
pemenuhan ADLs
pasien.

3 Ketidakstabila Setelah dilakukan 1. Kaji faktor yang menjadi


n kadar tindakan keperawatan penyebab
glukosa dalam selama 1 x 24 jam ketidakstabilan glukosa
darah b.d masalah ketidakstabilan 2. Pantau keton urine
tindakan kadar glukosa dalam 3. Pantau tanda dan gejala
pembedahan darah b.d tindakan terjadinya hipoglikemi
neoplasma pembedahan neoplasma dan hiperglikemi
teratasi dengan kriteria 4. Memberikan pendidikan
16

hasil: kesehatan mengenai


1. Kadar glukosa penyakit ulkus diabetik,
dalam darah diit, obat, resep.
normal (80- 100
mg/dL)

4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien


integritas kulit tindakan keperawatan memakai pakaian yang
b.d agen selama 3 x 24 jam longgar.
pencedera fisik masalah Gangguan 2. Hindari dari kerutan
integritas kulit b.d agen tempat tidur.
pencedera fisik teratasi 3. Jaga kebersihan kulit
dengan kriteria hasil: agar tetap bersih dan
1. Integritas kulit kering.
yang baik dapat 4. Mobilisasi pasien (ubah
dipertahankan. posisi), miring kanan,
2. Luka sembuh miring kiri, setiap 2 jam.
sesuai kriteria. 5. Monitor perkembangan
3. Tidak ada luka kulit pada luka post
atau lesi. debridement setiap hari.
4. Perfusi jaringan 6. Mengobservasi luka :
baik. perkembangan,
5. Menunjukkan tanda tanda infeksi,
proses kemerahan, perdarahan,
penyembuhan jaringan nekrotik,
luka. jaringan granulasi.
7. Lakukan teknik
perawatan luka dengan
prinsip steril.
8. Kolaborasi pemberian
diit kepada penderita
ulkus dm.
17

5 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pertahankan teknik


b.d adanya tindakan keperawatan aseptic
luka post op. selama 3 x 24 jam 2. Cuci tangan sebelum
masalah Resiko infeksi dan sesudah tindakan
b.d adanya luka post op. keperawatan.
teratasi dengan kriteria 3. Monitor tanda dan gejala
hasil: infeksi.
1. Pasien bebas dari 4. Meningkatkan intake
tanda dan gejala nutrisi.
infeksi 5. Berikan perawatan luka
2. Menunjukkan pada area epiderma.
kemampuan untuk 6. Observasi kulit,
mencegah membran mukosa
timbulnya infeksi terhadap kemerahan,
3. Jumlah leukosit panas, drainase.
dalam batas 7. Inspeksi kondisi
normal luka/insisi bedah.
4. Menunjukkan 8. Kolaborasi pemberian
perilaku hidup antibiotik.
sehat
18

2.2.6 Implementasi
Implementasi merupakan tahap dimana semua perencanaan
asuhan keperawata dilakukan oleh perawat dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan

2.2.7 Evaluasi
Evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari
proses keperawatan yang merupakan perbandingan dari tujuan atau
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi Formatif merupakan hasil observasi yang dilakukan
secara langsung atau bisa disebut sebagai analisa perawat terhadap
respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Evaluasi Sumatif SOAP merupakan rekapitulasi atau kesimpulan
dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan.
Ditulis pada catatan perkembangan yang merupakan rekapan akhir
secara paripurna, catatan naratif, penderita boleh pulang atau terapi
lanjut.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS DM TIPE 2 SI RUANG MARWA RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH
YOGYAKARTA

Tgl. Masuk : 21 Desember 2020


Jam : 07.00 WIB
No. RM : 187xxx
Tgl. Pengakjian : 21 Desember 2020

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
PASIEN PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Nama : Ny. S Nama : Tn. K
Umur : 62 tahun Umur : 65 tahun
Agama : Islam Agama : islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Perkerjaan : ibu rumah tangga Perkerjaan : Petani
Status Pernikahan :Menikah Status Pernikahan : menikah
Alamat : Karanggayam RT Alamat : Karanggayam RT
05 Sitimulyo 05 Sitimulyo

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan terdapat luka ditelapak kaki
sebelah kanan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengatakan

19
20

mulai merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala 7 sekitar 2


minggu yang lalu dan tidak bisa berjalan sejak 4 hari yang lalu

b. Kronologis Keluhan
1) Faktor pencetus : luka ditelapak kaki
2) Timbulnya keluhan : ( bertahap )
3) Lamanya serangan : kurang lebih 2 minggu yang lalu
4) Upaya untuk mengatasi : beli obat diwarung

c. Pengkajian nyari:
P = nyeri dirasakan karena luka
Q = nyeri seperti ditusuk-tusuk
R = ditelapak kaki sebelah kanan
S = skala 7
T = pasien terlihat menahan sakit

2. Riwayat Penyakit Masa Lalu


a. Riwayat Alergi : tidak ada riwayat alergi
b. Riwayat Kecelakaan : tidak ada riwayat kecelakaan
c. Riwayat di Rawat di Rumah Sakit
Kapan : tidak pernah dirawat di RS
Alasan : tidak pernah dirawat di RS

3. Riwayat Psikososial dan Spiritual


a. Adakah orang terdekat pasien : suami dan anak ke dua pasien
b. Interaksi dalam keluarga : baik
c. Dampak penyakit pasien bagi keluarga : keluarga harus
meluangkan waktu untuk merawat pasien walaupun ada kesibukan kerja

d. Persepsi pasien terhadap penyakitnya : berharap luka kakinya cepat


kering dan sembuh

e. Sistem nilai kepercayaan


- Adakah nilai-nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan :
tidak ada

- Aktivitas agama yang dilakukan selama sakit : sholat 5 waktu


(kadang dilakukakn)

4. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola Nutrisi
1) Frekuensi Makan : 3x/hari
2) Nafsu Makan
(V ) Baik ( - ) Tidak nafsu makan
21

3) Jenis makanan di rumah : sayur lauk pauk semua dimakan

4) Makanan yang tidak disukai ( alergi / pantangan )


(V ) tidak ada
( - ) ada, sebutkan :
5) Kebiasaan sebelum makan : cuci tangan

b. Pola Eliminasi
1) BAK
- Frekuensi : 8x/hari
- Warna : kuning
- Keluhan : tidak ada keluhan

2) BAB
- Frekuensi : 1x/hari
- Warna : kuning
- Bau : seperti bau feses biasa
- Konsistensi : lembek
- Keluhan : tidak ada keluhan

- Penggunaan lalksatif / pencahar :


- Waktu ( V ) Pagi ( - ) Sore ( - ) Setelah makan
c. Pola Personal Hygene
1) Mandi
- Frekuensi : 2x/hari
- Penggunaan Sabun ( V ) ya ( - ) tidak
2) Oral Hygene
- Frekuensi : 2x/hari
- Penggunaan pasta gigi ( V ) ya ( - ) tidak
Waktu ( V ) Pagi ( V ) Sore ( - ) Setelah makan
3) Cuci Rambut
- Frekuensi : 3x dalam seminggu
- Penggunaan shampoo : ( V ) ya ( - ) tidak

d. Pola Istirahat / Tidur


1) Lama tidur : 5-6 jam/hari
2) Tidur Siang ( V ) ya ( - ) tidak
3) Kebiasaan sebelum tidur / pengantar tidur : tidak kebiasaan
khusus sebelm tidur
4) Keluhan / masalah
( - ) sulit tidur
( - ) sering / mudah terbangun
( - ) merasa tidak puas setelah tidur
22

e. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Merokok ( - ) ya ( V ) tidak
- Frekuensi : pasien tidak merokok
- Jumlah : pasien tidak merokok
- Lama pemakaian : pasien tidak merokok
2) Minuman Keras ( - ) ya ( V ) tidak
- Frekuensi : pasien tidak minum miras
- Jumlah : pasien tidak minum miras
- Lama pemakaian : pasien tidak minum miras
- Alasan / keluhan : pasien tidak minum miras

C. PENGKAJIAN FISIK
Tanda-tanda vital
- Tensi : 160/100 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Respirasi : 22x/menit
- Suhu : 36,6‘C
Kesadaran : GCS : 15
Keadaan Umum : baik, telapak kaki terdapat luka
1. Bentuk tubuh : normal tidak ada kelainan
2. Tinggi Badan : tidak terkaji
3. Berat Badan : tidak terkaji
4. Bentuk Muka : berbentuk opal
5. Mata : simetris tidak ada kemerahan disekitaran mata
6. Telinga : simetris dan pasien memiliki gangguan pendengaran
7. Hidung : simetris tidak ada nyeri tekan
8. Rambut : hitam campur putih lurus sedikit bergelombang
9. Mulut : mukosa bibir lembab
10. Dada : dada antara kiri dan kanan simetris tidak ada kemeraha
dan nyeri tekan
11. Abdomen : perit simetris tidak ada masalah
12. Ekstremitas : akstremitas kaki sebelah kanan terganggu karena
terdapat luka
13. Genetalia : tidak terkaji
D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
Leukosit : 11.02
Neotrofil : 75.4%
Limfosit : 16.3%
Eritrosit : 3.555 10/ul
Hemoglobin : 10.47 g/dl
PLT : 394 10/ul
GDS : 591
23

2. Radiologi : tidak ada


3. USG : tidak ada
4. Lain-lain

E. TERAPI / PENATALAKSANAAN
1. Infus RL 20 tpm/IV
2. Insulin 12 unit/IM
3. Ketorolac 1 mg/ 8 jam IV
4. Ceftriaxone 1 mg/ 8 jam IV

II. ANALISA DATA


Tanggal : 21 Desember 2020

DATA ETIOLOGI MASALAH


S : keluarga pasien Resistensi insulin Ketidakstabilan kadar
mengatakan bahwa pasien glukosa dalam darah
punya riwayat DM 4
tahun yang lalu

O : terlihat luka sebelum


operasi di telapak kaki
sebelah kanan.
TD = 160/90 mmHg
GDS = 451

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


TGL TANGGAL
DIAGNOSA
NO MASALAH MASALAH TTD KET
KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI

1 21-12-2020 Ketidakstabilan kadar 23-12-2020


glukosa dalam darah b.d
tindakan pembedahan
neoplasma
24

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN


DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Ketidakstabilan Setelah 1. Kaji faktor Mengetahuin
kadar glukosa dilakukan yang menjadi penyebab
dalam darah b.d tindakan penyebab ketidakstabilan
resistensi insulin keperawatan ketidakstabil glukosa darah
selama 1 x 24 an glukosa
jam masalah 2. Lakukan TTV terpantau
Ketidakstabilan pemeriksaan
kadar glukosa TTV
dalam darah b.d 3. Cek Nilai GDS
tindakan GDS/jam selalu
pembedahan 4. Kolaborasi terpantau
neoplasma dengan
teratasi dengan dokter dalam
kriteria hasil: peberian obat
1. TTV dalam 5. Memberikan Dilakukan
rentan pendidikan agar pasien
normal kesehatan paham atas
2. GDS dalam mengenai penyakitnya
rentan penyakit
normal ulkus
diabetik
25

V. IMPLEMENTASI
Tanggal : 21 Desember 2020
TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON

1 14.30 Melakukan pemeriksaan TTV O : TD : 144/86 mmHg


N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,6‘C

1 14.35 Melakukan pengkajian faktor S : keluarga pasien


penyebab ketidakstabilan mengatakan sudah 4 tahun
glukosa yang lalu pasien menderita
DM cuman tidak dikontrol
S : pasien dan keluarga
1 14.40 Melakukan pemberian
pendidikan kesehatan mengenai mengerti akan diabetes
penyakit DM sampai ke ulkus mellitus
diabetic

1 15.00 Melakukan pengecekan GDS O : GDS = 491


GDS

1 15.05 Memberikan insulin pada O : insulin masuk 12


pasien unite/IM

1 16.00 Melakukan pengecekan GDS O : GDS = 345


GDS

1 16.05 Memberikan insulin pada O : insulin masuk 12


pasien unite/IM

1 17.00 Melakukan pengecekan GDS O : GDS = 145


GDS

1 17.05 Memberikan insulin pada O : insulin masuk 12


pasien unite/IM

1 17.55 Melakukan pengecekan GDS O : GDS = 113


GDS
26

VI. EVALUASI
DIAGNOSA CACATAN
NO TGL TTD
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1 21/12/2020 Ketidakstabilan kadar S : keluarga pasien
glukosa dalam darah b.d mengatakan sudah 4
resistensi insulin tahun yang lalu pasien
menderita DM cuman
tidak dikontrol
Pasien dan keluarga
mengerti akan diabetes
melitus

O : TD : 144/86 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,6‘C
GDS = 113

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
dan lanjutkan dengan
melakukan kolaborasi
denganan dokter untuk
melakukan tindakan
pembedahan
27

I. ANALISA DATA
Tanggal : 22 Desember 2020
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : pasien mengatakan Luka Ulkus DM Nyeri akut
nyeri pada kaki sebelah
kanan

O : terlihat luka setelah


operasi di telapak kaki
sebelah kanan.
P = nyeri dirasakan
karena luka
Q = nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 5
T = pasien terlihat
menahan sakit
TD = 156/89 mmHg

S : pasien mengatakan Luka post operasi Kerusakan intergritas


terdapat luka di telapak debridement kulit
kaki sebelah kanan

O : terlihat luka setelah


operasi di telapak kaki
kanan
Diameter luka .. cm
dengan kedalaman .. cm
dan luas .. cm

S : pasien mengatakan hiperglikemia Resiko tinggi infeksi


memiliki riwayat penakit
DM sekitar 4 tahun yang
lalu
Kelauarga pasien
mengatakan gula darah
pasien selalu tinggi
pernah mencapai 451

O : terlihat luka setelah


operasi ditelapak kaki
sebalh kanan
GDS =
28

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


TGL TANGGAL
DIAGNOSA
NO MASALAH MASALAH TTD KET
KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI

1 21-12-2020 Nyeri akut berhubungan 23-12-2020


dengan luka ulkus DM

2 22-12-2020 Kerusakan integritas kulit 23-12-2020


berhubungan dengan Luka
post operasi debridement

3 22-12-2020 Resiko tinggi infeksi 23-12-2020


berhubungan dengan
hyperglikemia
29

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut Setelah Observasi Kualitas nyeri
berhubungan dilakukan karakteristik selalu
dengan luka ulkus tindakan nyeri (P, Q, R, terpantau
DM keperawatan S, T) Relaksasi
selama 3 x 24 Ajarkan teknik dapat
jam masalah relaksasi nafas meningkatkan
nyeri akut dalam hormone
berhubungan Instruksiakan endorphin
dnegan luka pasien untuk yang dapat
ulkus DM melakkan menyebabkan
teratasi dengan relaksasi nafas terjadinya
kriteria hasil: dalam jika rasa nyaman
Nyeri berkurang timbul nyeri Analgesic
sampai hilang Cek GDS/jam dapat
Pasien tidak Kolaborasi meredakan
menahan dengan dokter nyeri
kesakitan dalam peberian
TTV dalam obat analgesic
rentan normal

2 Kerusakan Setelah Observasi Mengetahi


integritas kulit dilakukan keadaan pasien keadaan
berhubungan tindakan Bersikan luka pasien setiap
dengan Luka post keperawatan dengan cara saat
operasi selama 2 x 24 preparadi bed Menjadikan
debridement jam masalah luka luka tetap
Kerusakan Informasi bersih agar
integritas kulit kepada pasien terhindar dari
berhubungan untuk menjaga bakteri yang
dengan Luka kebersihan luka dapat
post operasi Instruksikan menyebabkan
debridement pasien untuk luka lama
dapat teratasi menjaga luka sembuh
dengan kriteria tetap kering
hasil: Kolaborasi
Luka membaik dalam
Pasien tidak pemberian obat
mengeluh antibiotik
kesakitan
Menunjukan
proses
penyembuhan
luka
30

3 Resiko tinggi Setelah Monitor tanda Agar gejala


infeksi diakukan dan gejala infeksi dapat
berhubungan tindakan infeksi di hindari
dengan keperawatan Pertahankan lebih awal,
hyperglikemia selama 2 x 24 teknik aseptic mencuci
jam masalah Cuci tangan tangan dapat
Resiko tinggi sebelum dan menghindari
infeksi setelah proses
berhubungan melakukan penularan
dengan tindakan penyakit atau
hyperglikemia keperawatan firus
teratasoi dengan Kolaborasi
kriteria hasil : dalam
Pasien terbebes pemberian obat
dari tanda dan antibiotik
gejala infeksi
31

IV. IMPLEMENTASI
Tanggal : 22 Desember 2020
TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON
1 07.28 Melakukan pemeriksaan TD O : TD = 134/87 mmHg

1 07.30 Melakukan pengkajian O: P = nyeri dirasakan


karakteristik nyeri (P, Q, R, S, karena luka
T) Q = nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 5
1 07.40 T = saat bergerak dan
Melakukan evaluasi tiba-tiba
pemahaman pasien dalam
melakkan relaksasi nafas dalam O : pasien terlihat mampu
1 10.00 jika timbul nyeri melakuakn relaksasi nafas
dalam dengan baik.
Kolaborasi dalam pemberian
1 10.10 obat antibiotik O : Ketorolac masuk 1 g/ IV

1 11.00 Melakukan pengecekan GDS


O : GDS = 154
Melakukan pengkajian
karakteristik S : pasien mengatakan nyeri
nyeri (P, Q, R, S, T) berkurang
O : P = nyeri dirasakan
karena luka
Q = nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 3
T = saat bergerak dan
tiba-tiba
32

TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON

2 07.35 Observasi keadaan pasien S : pasien mengatakan


keadaannya mulai membaik

2 09.00 Bersikan luka dengan cara O : luka terlihat bersih fan


preparadi bed luka tidak ada tanda tanda infeksi

2 09.00 Pertahankan teknik aseptic

2 10.00 Kolaborasi dalam pemberian O : Ketorolac masuk 1 mg


obat antibiotik masuk/ IV

TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON

3 08.50 Melakukan cuci tangan sebelum O : sudah melakukan cuci


membersihkan luka pasien tangan sebelum ke pasie

3 09.50 Monitor tanda dan gejala O : luka terlihat bersih dan


infeksi tidak ada tanda-tanda infeksi

3 09.55 O : sudah melakukan cuci


Melakukan cuci tangan setelah tangan setelah tindakan ke
membersihkan luka pasien pasien
3 10.00
Kolaborasi dalam pemberian O : Ketorolac masuk 1 mg/
obat antibiotik IV
10.05
Informasi kepada pasien untuk
menjaga kebersihan luka

Instruksikan pasien untuk


menjaga luka tetap kering
33

V. EVALUASI
DIAGNOSA CACATAN
NO TGL TTD
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1 22/12/2020 Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan
dengan luka ulkus DM nyeri berkurang
O : P = nyeri
dirasakan karena luka
Q = nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 3
T = saat bergerak dan
tiba-tiba
TD = 134/87 mmHg
GDS = 154
A : masalh teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi

2 22/12/2020 Kerusakan integritas kulit S : pasien mengatakan


berhubungan dengan Luka nyeri berkurang
post operasi debridement kelauarga mengatakan
siap menjaga luka
pasien agar tetap kering
O : luka terlihat bersih
fan tidak ada tanda
tanda infeksi
Luka mongering dengan
baik
A : masalah teratasi
P pertahankan intervensi

3 22/12/2020 Resiko tinggi infeksi S:-


berhubungan dengan
hyperglikemia O : luka terlihat bersih
fan tidak ada tanda
tanda infeksi
Luka mongering dengan
baik

A : masalah teratasi

P : pertahankan
intervensi sampai dokter
mengaakan pasien boleh
pulang
34

I. IMPLEMENTASI
Tanggal : 23 Desember 2020
TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON
1 07.28 Melakukan pemeriksaan TD O : TD 126/79 mmHg

1 07.30 Melakukan pengkajian O: P = nyeri dirasakan


karakteristik nyeri (P, Q, R, S, karena luka
T) Q = nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 5
1 07.40 T = saat bergerak dan
Melakukan evaluasi tiba-tiba
pemahaman pasien dalam
melakkan relaksasi nafas dalam O : pasien terlihat mampu
1 10.00 jika timbul nyeri melakuakn relaksasi nafas
dalam dengan baik.
1 10.10 Melakukan pengecekan GDS
O : GDS = 154
Melakukan pengkajian
karakteristik S : pasien mengatakan nyeri
nyeri (P, Q, R, S, T) berkurang
O : P = nyeri dirasakan
karena luka
Q = nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 3
T = saat bergerak dan
tiba-tiba
35

TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON
2 07.35 Observasi keadaan pasien S : pasien mengatakan
keadaannya mulai membaik

O : luka terlihat bersih fan


2 09.00 Bersikan luka dengan cara tidak ada tanda tanda infeksi
preparadi bed luka

2 09.00 Pertahankan teknik aseptic

2 10.30 Informasi kepada pasien untuk S : kelauarga mengatakan


menjaga kebersihan luka siap menjaga luka pasien
agar tetap kering
Instruksikan pasien untuk
menjaga luka tetap kering

11.00 Pasien pulang

TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON

3 08.50 Melakukan cuci tangan sebelum O : sudah melakukan cuci


membersihkan luka pasien tangan sebelum ke pasie

3 09.30 Monitor tanda dan gejala O : luka terlihat bersih dan


infeksi tidak ada tanda-tanda infeksi

3 09.35 O : sudah melakukan cuci


Melakukan cuci tangan setelah tangan setelah tindakan ke
membersihkan luka pasien pasien
3 10.30
Informasi kepada pasien untuk S : kelauarga mengatakan
menjaga kebersihan luka siap menjaga luka pasien
agar tetap kering
Instruksikan pasien untuk
menjaga luka tetap kering
11.00
Pasien pulang
36

II. EVALUASI
DIAGNOSA CACATAN
NO TGL TTD
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1 23/12/2020 Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan
dengan luka ulkus DM nyeri berkurang
O : P = nyeri
dirasakan karena luka
Q = nyeri seperti
ditusuk-tusuk
R = ditelapak kaki
sebelah kanan
S = skala 1
T = saat bergerak dan
tiba-tiba
TD = 126/79 mmHg
GDS = 154
A : masalah teratasi
P : hentikan intevensi

2 23/12/2020 Kerusakan integritas kulit S : kelauarga


berhubungan dengan Luka mengatakan siap
post operasi debridement menjaga luka pasien
agar tetap kering
O : luka terlihat bersih
fan tidak ada tanda
tanda infeksi
Luka mongering dengan
baik
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Arahakan untuk tetep
melakukan kontrol ganti
balitan luka setiah hari

3 23/12/2020 Resiko tinggi infeksi S:-


berhubungan dengan O : luka terlihat bersih
hyperglikemia fan tidak ada tanda
tanda infeksi
Luka mongering dengan
baik
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Pasien boleh pulang
Mengajarkan pasien
menyuntikan insulin
secara mandiri
37

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pengkajian
Pada saat pengkajian Ny S ditemukan data-data yang telah sesuai
dengan apa yang dijelaskan dalam tinjauan teori sehingga memudahkan
penulis memberikan asuhan keperawataan secara menyeluruh. Manifestasi
klinis yang muncul dari hasil pengkajian yang dijelaskan pada asuhan
keperawatan beberapa hamper sama dengan tinjaun teori.

3.2.2 Diagnosa Keperawtan


Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny S dengan diagnosa
DM Tipe 2, diagnosa yang muncul pada dasarnya sudah hampir sesuai
dengan diagnosa yang ada dalam tinjauan teori dan ada beberapa diagnosa
yang sama tetapi berbeda di etiologinya, adapun diagnosa lainnya yang tidak
ada di tinjaun teori.
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan
resistensi insulin. Implementasi yang dilakukan salah satunya dengan
melakukan pemeriksan GDS 1 jam sekali dan melakukan pemberian insulin
jika hasil GDS lebih dari angka normal (Wulandari, 2018). Pemeriksaan
GDS/ jam dikukan karena pasien akan dilakukan tindakan pembedahan, jadi
sebelum dilakkan tindakan pembedahan perawat melakuakan kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat atau insulin yang dapat menurunkan
glukosa dalam darah.
Setelah dilakukan pembedahan penulis mendapatkan diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan luka ulkus DM. Luka ulkus merupakan salah satu
komplikasi dari penyekit diabetes mellitus yang biasanya disebabkan oleh
seluler dan molekul yang diinduksi (Lotfy dkk, 2016). Maka dari itu penulis
menambahkan intervensi perawatan luka yang tujuannya untuk menjaga luka
tetap bersih dan cepat sembuh.
Melakukan perawatan luka secara rutin dan teratur dapat menjadikan
luka tetap bersih dan tidak terdapat penumpukan bakteri, dengan demikian
luka akan cepat mengecil, kering dan cepat sembuh. Hal ini seperti hasil
penelitian yang dilakukaan oleh Rohmayati dan Handayani (2017)
mendapatkan hasil ada empat hal penting dalam perawatan luka yaitu
38

pemerikasaan luka, jenis balutan modern, cara perawatan luka dan


pengaruhnya terhadap luka. Dalam melakukan pemeriksaan luka Rohmayati
dan Handayani (2017) menggunakan Bates-Jensen Wound, sedangkan jenis
perban yang digunakan adalah hidrogel dan salep luka, dalam perawatan luka
peneliti menggunakan pendekatan manajemen TIME dan perawatan luka
mempengaruhi penurunan ukuran luka, proliferasi dan granulasi luka.
Dari hasil pengkajian, penulis tidak menemukan data- data yang tidak
sesuai dengan tinjauan teori sehingga memudahkan penulis memberikan
asuhan keperawataan selanjutnya kepada pasien.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka penulis
mengambil simpulan diantaranya
1. Pengkajian fokus pada Ny. S meliputi pemeriksaan fisik didapatkan hasil
pada pemeriksaan fokus pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan
dan memiliki riwatyat diabetes sejak 4 tahun yang lalu
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S sebelum dilakukan
tindakan pembedahan adalah Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
b.d resistensi insulin
3. Intervensi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan ketidakstabilan
kadar glukosa dalam darah yaitu melakukan pemeriksaan GDS/ jam dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat atau insulin.
4. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S setelah dilakukan tindakan
pembedahan adalah nyeri akut b/d luka ulkus DM
5. Intervensi utama yang dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut
b/d luka ulkus DM adalah melakukan pengkajian skala nyeri dan
melakukan perawatan luka agar luka tetap terjaga kebersiahannya
6. Implementasi tindakan dikerjakan secara kolaboratif. Dalam implementsai
penulis menemukan tentang pentingnya peran perawat untuk memberikan
pendidikan kesehatan dan motivasi klien.
7. Evaluasi dari setiap tahap untuk semua diagnosa keperawatan teratasi dan
perawatan selanjutnya dilakukan secara mandiri oleh keluarga di rumah.

4.2 Saran
1. Bagi keluarga
Keluarga lebih baik menemani klien dalam memberikan motivasi
karena sangat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatannya.

39
40

2. Bagi perawat
Perawat hendaknya melakukan pengkajian lebih teliti kepada setiap
pasien. Monitoring dan melakukan dokumentasi yang tepat sangatlah
diperlukan.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan instalasi rumah sakit dapat menciptakan kondisi kerja
yang kondusif bagi klien. Diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan
pada klien dapat meningkatkan pegetahuan klien.
4. Bagi Instansi pendidikan
Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi bahan referensi serta
acuan untuk dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2015. ‘Keperawatan Medikal bedah’. Jakarta : EGC.


Damayanti, Sari. 2015. ‘Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan’.
Yogyakarta: Nuha Medika.
International Diabetes Federation (IDF). 2014. ‘Diabetes atlas’.
http://www.eatlas.sdf.org di
International Diabetes Federation (IDF). 2019.
Kementrian Kesehatan RI. 2019. ‘Data Sample Registration Survey tahun 2018’.
Bulletin jendela data dan informasi kesehatan.
Lotfy, M., Adeghate, J., Kalasz, H., Singh, J., & Adeghate, E. 2016. ‘Chronic
complications of diabetes mellitus: A mini review’. Current Diabetes Reviews.
https://doi.org/10.2174/1573399812 666151016101622
Najib Bustan, M. 2015. ‘Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular’. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nanda International. 2015. ‘Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-
2016’. Jakarta: EGC
PERKENI. 2015 ‘Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015’. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Purwanto, Hadi. 2016. ‘Keperawatan Medikal Bedah II’. Jakarta: Pusdik Sdm
Kesehatan
Rohmayanti, ., & Handayani, E. 2017. ‘Modern wound care application in diabetic
wound management. International Journal of Research in Medical Sciences’.
https://doi.org/10.18203/2320- 6012.ijrms20170178
Smeltzer & Bare. 2002. ‘Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8’. Jakarta: EGC
Wulandari, W. 2018. ‘Asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II
di ruang flamboyant RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda’. KTI

Anda mungkin juga menyukai