Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners Pada
NIM. 21149012002
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. A DENGAN DIAGNOSA DM TIPE 2 DI RUANG
MARWA RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH YOGYAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners
Pada Universitas YPIB Majalengka
Menyetujui, Pembimbing
Mengetahui,
Ka. Prodi Profesi Ners
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. A DENGAN DM TIPE 2 DI RUANG MARWA
NIM : 21149012002
Penguji I Penguji II
Darmasta Maulana, S.Kep., Ns., M.Kes. Ivana Eko Rusdiatin, S.Kep., Ns., M.Sc.
Mengetahui,
5. Darmasta Maulana, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan laporan ini;
6. Ny. A terimakasih karna sudah mau bekerja sama dengan saya dan mengikuti
semua instruksi dari kami tim medis
7. Dan lain-lain.
Akhir kata, saya berharap semoga Allah Subhanahu Wa Ta’alla berkenan membalas
segala kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa
penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan laporan ini.
Majalengka, Agustus 2022
Penulis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. A DENGAN DIAGNOSA
MEDIS DM TIPE 2 DI RUANG MARWA RUMAH SAKIT NUR HIDAYAH
YOGYAKARTA
ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan kadar gula adalah (hiperglikemi)
akibat kurangnya insulin, menurunnya efek insulin atau bisa keduannya. Setiap tahun prevalensi
diabetes mellitus mengalami peningkatan, seperti yang dicatat IDF pada tahun 2015 tercatat 366
juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mengalami peningkatan menjadi 552 juta jiwa
jika tidak ada tindakan pencegahan. Data sample registration survey menunjukan bahwa diabetes
merupakan penyebab kematian terbesar nomor tiga di Indonesia dengan presentase (6,7%),
setelah stroke (21,1%) dan penyakit jantung coroner (12,9%). Yogyakarta merupakan salah satu
provinsi di Indonesia yang prevalensi diabetes tercatat di urutan ke dua (3,1%) setelah DKI
Jakarta (3,4%). Diabetes mellitus tipe 2 akan menimbulkan dampak secara langsung pada
penderita diantaranya pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, niat, dan sosial budaya. Jika
penderita tidak mampu mengontrol kadar gula dalam darah, akibatnya kadar gula dalam darah
akan selalu tinggi. Peran tenaga medis sangat penting dalam menangani masalah ini, salah satunya
perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah diabetes melitus
secara professional yang diberikan melalui pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, penetapan diagnosa, pembuatan intervensi, impelementasi keperawatan, dan
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan..
Tujuan dari karya tulis ilmiah untuk mengetahui bagaimanakah asuhan keperawatan pada
pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan mampu melakukan asuhan keperawatan dengan
tepat. Teknik mengumpulkan data dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta
rekam medis pasien. Diagnosa utama sebelum operasi pada pasien Ny.S adalah ketidakstabilan
kadar glukosa dalam darah b.d resistensi insulin. Untuk intervensi dari masalah keperawatan ini
adalah dengan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat atau insulin. Diagnosa yang
muncul setelah operasi adalah nyeri akut berhubungan dengan luka ulkus DM. Intervensi yang
dilakukan yaitu manajemen nyeri dan perawatan luka.
Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, asuhan keperawatan pada pasien dengan DM Tipe 2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................................................... 2
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................................................ 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................ 4
ABSTRAK.......................................................................................................................................................... 5
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... 6
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................................. 8
BAB I .................................................................................................................................................................. 9
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 9
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 9
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 10
C. Tujuan.......................................................................................................... 10
BAB II .............................................................................................................................................................. 11
B. Etiologi
Secara umum mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insuline
dan gangguan sekresi insuline pada diabetis tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetic (keturunan) diperkirakan memegang peran dalam proses terjadinya
resistensi insulin, selain itu terdapat juga faktor-faktor risiko tertentu yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II antara lain:
1. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target di seluruh
tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik.
2. Usia
Resistensi unsulin cendrung meningkat pada usia di atas 65 tahun
3. Diabetes melitus gestasional
Diabetes mellitus dengan kehamilan (diabetes melitus gestasional
(DMG) adalah kehamilan normal yang di sertai dengan peningkatan insulin
resistensi (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan
ini, kondisi diabetes dialami selama masa kehamilan yang bersifat sementara.
Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali di dapat selama
kehamilan yang biasanya pada trimester kedua atau ketiga ( Brunner &
suddarth, 2015 )
C. Klasifikasi
1. Diabetes mellitus tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas, terbagi dalam
dua sub tipe yaitu tipe 1A dan tipe 1B. Diabetes tipe 1A yaitu diabetes yang
diakibatkan proses immunologi (immune mediated diabetes) sedangkan tipe
1B yaitu diabetes idiopatik yang tidak diketahui penyebabnya. Diabetes tipe
1 merupakan gangguan katabolisme yang ditandai oleh kekurangan insulin
absolut, peningkatan glukosa darah, dan pemecahan lemak dan protein tubuh
(Damayanti, 2015) .
2. Diabetes mellitus tipe 2
DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent
Diabetes (NIDDM) karena penderita DM tipe 2 memiliki jumlah insulin
yang diproduksi oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis
tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Jumlahnya
mencapai 90-95% dari seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak dialami
oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi pada
individu obesitas. Pada umumnya kasus DM tipe 2 mempunyai latar
belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin.
Resistensi insulin terjadi karena adanya kerusakan genetik dan bisa juga dari
faktor lingkungan (Damayanti, 2015).
3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional Diabetes)
E. Patofisiologi
DM Tipe II terjadi karena adanya dua masalah utama yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
berkaitan pada reseptor khusus yang meskipun kadar insulin tinggi dalam
darah tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan
kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi
insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin maka harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang disekresikan. Namun dengan demikian jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbanginya, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. karena itu,
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes mellitus tipe II. (Brruner &
suddarth 2015)
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Berikut adalah komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a) Diet untuk pasien Diabetes Melitus meliputi :
Tujuan Diet Penyakit Diabetes melitus adalah
1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia
5. meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal
Syarat diet antara lain:
1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
2. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
3. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-
70%
5. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas
6. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat dalam sayur dan buah
7. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu
3000mg/hari. Cukup vitamin dan mineral
Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet DM :
1. Sumber karbohidrat kompleks : seperti nasi, roti, kentang, ubi,
singkong dan sagu
2. Sumber protein rendah lemak : seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
skim, tempe dan kacang-kacangan
3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas. Makanan terutama dengan cara
dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita DM :
1. Mengandung banyak gula sederhana seperti : gula pasir, gula jawa, sirop,
jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan dan es krim
2. Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji, gorengan-
gorengan
3. Mengandung banyak natrium : seperti ikan asin, makanan yang
diawetkan
b) Latihan jasmani
Penderita diabetes tipe II yang memiliki BB lebih dari nilai normal
(obesitas), latihan dan penatalaksanaan diet sangat baik untuk memperbaiki
metabolisme glukosa serta meningkatkan penghilang lemak tubuh. Latihan
yang digabung dengan penurunan BB akan memperbaiki sensitivitas insulin
dan menurunkan kebutuhan pasien terhadap insulin atau obat hipoglikemia
oral yang pada akhirnya, toleransi glukosa dapat kembali normal. Penderita
DM tipe II yang tidak menggunakan insuline mungkin tidak memerlukan
makanan ekstra sebelum melakukan latihan.
c) Obat hipoglikemik
1) Sulfonilurea.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal
dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
2) Insulin
Berikut indikasi pengobatan dengan insulin:
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosis maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi
sulfonylurea dan insulin. Dosis pemberian insulin pada pasien
dengan DM:
Jenis kerja obat :
1. Kerja cepat (rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1-
2 jam, lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insulin lispro ( humalo),
insulin aspart
2. Kerja pendek (sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4
jam, lama kerja 6-8 jam.
3. Kerja menengah (intermediate acting) awitan 1,5-4 jam , puncak
efek 4-10 jam, lama kerja 8-12 jam), awitan 1-3 jam, efek puncak
hampir tanpa efek, lama kerja 11-24 jam. Contoh obat: lantus dan
levemir. Hitung dosis insulin rumus insulin: insulin harian total =
0,5 unit insulin x BB pasien ,Insulin prandial total( IPT) = 60% ,
sarapan pagi 1/3 dari IPT, makan siang 1/3 dari IPT, makan malam
1/3 dari IPT
d) Penyuluhan
Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal
dan bisa menyesuaikan keadaan psikologis kualitas hidup yang lebih baik.
(Bare & Suzanne, 2002)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka di atas 130mg/dl
mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama
140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral
Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr gula, dan
akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal dua jam setelah
meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick
Pemeriksaan ini digunakan untuk memantau kadar glukosa dan pemeriksaan ini
dapat dilakukan di rumah
H. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DM Tipe 2
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Yang perlu dikaji pada identitas pasien anatara lain; nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, status, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b. Identitas penanggung jawab
Yang perlu dikaji pada penanggung jawab pasien antara lain; nama, umur,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
c. Riwayat kesehatan pasien
1. Keluhan/ Alasan masuk Rumah Sakit
Bisanya pada penderita DM tipe 2 didapatkan keluhan seperti cemas,
lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin
berbau aseton, pernapasan kussmaul, gangguan pada pola tidur, poliuri,
polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan, dan sakit kepala.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya
penyakit serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui apakah penderita
memiliki riwayat penyakit diabetes melitus atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pancreas, penyakit jantung, obesitas, arterosklerosis, bahkan tindakan
medis yang pernah didapat atau obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dilakukan untuk mengetahui apakah ada
penyakit turunan yang berhubungan dengan masalah pasien yang
menderita diabetes.
5. Riwayat psikososial
Pengkajian psikososial dilakukan untuk mengetahui informasi
mengenai perilaku, perasaan, dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
d. Pola aktivitas sehari-hari
Menggambarkan aktivitas yang biasa dilakukan pasien setiap hari seperti,
berolahraga, bekerja dan aktivitas lainnya
e. Pola eliminasi
Menjelaskan pola input output cairan seperti karakteristik feses dan urin,
melakukan pengkajian pada fungsi eksresi, kandung kemih dan sulit
kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri,
disuri, dan lain-lain), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
karakteristik urin dan feses.
f. Pola makan
Menanyakan makanan kesukaan pasien, serta menggambarkan pemasukan
nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, diet, fluktuasi BB dalam
6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual/muntah dan kebutuhan jumlah zat
gizi.
g. Personal hygiene
Menggambarkan kebersihan dalam merawat diri seperti, mandi, bab, bak, dan
lain-lain.
I. Pemeriksan Fisik
1. Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita tampak lemah atau pucat dan melihat tingkat
kesadaran apakah sadar, koma atau disorientasi.
2. Tanda-tanda Vital
Pengkajian tanda-tanda vital dimulai dari tekanan darah, normal tekanan
darah yaitu 110/70 mmHg dan 120/80 mmHg. Pernapasan atau respiration
rate (RR) normal 16-20 kali/menit, reguler ataukah ireguler, adanya bunyi
napas tambahan, pernapasan dalam atau dangkal. Denyut nadi normal 60- 100
kali/menit, reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat atau lemah.
Suhu tubuh normal 36,5°C - 37,5°C, meningkat apabila terjadi infeksi.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Kepala : normal bentuk kepala ada yang bulat, opal, sedikit kotak dan
dilakukan pengkajian apakah ada nyari tekan
b. Rambut : bersih, warna, bentuk rambut lurus, keriting, sedikit
bergelombang, dll
c. Mata : simetris antara kiri dan kanan, refleks pupil terhadap cahaya,
terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati
diabetik.
d. Telinga : simetris antara kiri dan kanan melakukan pengkajian fungsi
pendengaran
e. Hidung : melakukan pengkajian adanya sekret, pernapasan cuping
hidung
f. Mulut : melakukan pengkajian mukosa bibir
g. Leher : melihat apakah ada pembengkakan area getah bening
4. Pemeriksaan dada
1) Pernafasan : sesak nafas, batuk tanpa sputum purulent dan tergantung
ada/tidaknya infeksi, panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium
menurun tajam), RR > 24 kali/menit, nafas berbau aseton.
2) Kardiovaskuler : takikardia/nadi kurang dari 60 kali/ menit, perubahan TD
postural, hipertensi.
5. Pemeriksaan abdomen
Terdapat nyeri tekan pada bagian pangkreas, distensi abdomen dan bising
usus meningkat.
6. Pemeriksaan reproduksi
Keputihan pada wanita, sulit orgasme pada wanita dan impotensi pada pria.
7. Pemeriksaan intergumen
Pemeriksaan ini biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama
sembuh, kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh.
Adanya akral dingin, capillarry refill kurang dari 3 detik, adanya pitting
edema.
8. Pemeriksaan Ekstremitas
Pada penderita diabetes biasanya kekuatan otot dan tonus melemah, adanya
luka pada kaki yang sulit sembuh
9. Pemeriksaan Status Mental
Biasanya penderita penderita diabetes akan mengalami stres, menolak
kenyataan, dan keputus asaan.
J. Pemeriksaan Penunjang
Berikut pemeriksaan penunjang diabetes mellitus menurut
Purwanto, 2016 antara lain:
1. Gula darah meningkat > 200 ml/dl
2. Aseton plasma (aseton) positif secara mencolok
3. Osmolaritas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/lt
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis
metabolik)
5. Alkalosis respiratorik
6. Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap stres atau infeksi.
7. Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/ normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal
8. Amilase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut.
9. Insulin darah : mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I), normal
A. Kasus
B. IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
PASIEN PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Nama : Ny. A Nama : Tn. S
Umur : 62 tahun Umur : 65 tahun
Agama : Islam Agama : islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Perkerjaan : ibu rumah tangga Perkerjaan : Petani
Status Pernikahan :Menikah Status Pernikahan : menikah
Alamat : Karanggayam RT Alamat : Karanggayam RT
05 Sitimulyo 05 Sitimulyo
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama : Pasien mengatakan terdapat luka di telapak kaki
sebelah kanan sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien mengatakan
mulai merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala 7 sekitar 2
minggu yang lalu dan tidak bisa berjalan sejak 4 hari yang lalu
b. Kronologis Keluhan
1) Faktor pencetus : luka di telapak kaki
2) Timbulnya keluhan : ( bertahap )
3) Lamanya serangan : kurang lebih 2 minggu yang lalu
4) Upaya untuk mengatasi : beli obat diwarung
c. Pengkajian nyeri:
P = nyeri dirasakan karena luka Q = nyeri
seperti ditusuk-tusuk R =
ditelapak kaki sebelah kananS =
skala 7
T = pasien terlihat menahan sakit
b. Pola Eliminasi
1) BAK
- Frekuensi : 8x/hari
- Warna : kuning
- Keluhan : tidak ada keluhan
2) BAB
- Frekuensi : 1x/hari
- Warna : kuning
- Bau : seperti bau feses biasa
- Konsistensi : lembek
- Keluhan : tidak ada keluhan
G. ANALISA DATA
Tanggal : 11 Desember 2021
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL TANGGAL
DIAGNOSA
NO MASALAH MASALAH TTD KET
KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI
O : TD : 144/86 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,6‘C
GDS = 113
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
dan lanjutkan dengan
melakukan kolaborasi
denganan dokter untuk
melakukan tindakan
pembedahan
L. ANALISA DATA
Tanggal : 12 Desember 2021
DATA ETIOLOGI MASALAH
S : pasien mengatakan Luka Ulkus DM Nyeri akut
nyeri pada kaki sebelah
kanan
TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
sampai dokter mengaakan
pasien boleh pulang
Q. IMPLEMENTASI
Tanggal : 13 Desember 2021
TINDAKAN
NO JAM TTD
KEPERAWATAN RESPON
1 07.28 Melakukan pemeriksaan TD O : TD 126/79 mmHg
S. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka penulis mengambil simpulan
diantaranya
1. Pengkajian fokus pada Ny. S meliputi pemeriksaan fisik didapatkan
hasil pada pemeriksaan fokus pasien mengatakan nyeri pada kaki
sebelah kanan dan memiliki riwatyat diabetes sejak 4 tahun yang lalu
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S sebelum dilakukan
tindakan pembedahan adalah ketidakstabilan kadar glukosa dalam
darah b.d resistensi insulin