Anda di halaman 1dari 104

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA

BAPAK H KHUSUSNYA IBU S DENGAN PENERAPAN


MENGONSUMSI REBUSAN DAUN SELEDRI UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI DESA CISARUA
2021
TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
YULIF MAULIDIA, S.Kep
NPM. 21.156.03.11.132

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1 & NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2021
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA
BAPAK H KHUSUSNYA IBU S DENGAN PENERAPAN
MENGONSUMSI REBUSAN DAUN SELEDRI UNTUK
MENURUNKAN TEKANAN DARAH DI DESA CISARUA
2021
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH

GELAR PROFESI NERS

Disusun Oleh :

YULIF MAULIDIA

NPM. 21.156.03.11.132

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MEDISTRA INDONESIA

BEKASI

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir ini Telah Diperiksa Oleh Preseptor satu dan Preseptor dua
Dan Disetujui Untuk Melaksanakan Seminar Hasil

Bekasi, Desember 2021

Menyetujui

Penguji 1 Penguji II

Kiki Deniati, S.Kep, Ns., M.Kep Ernauli Meliyana, S.Kep., Ns., M.Kep

NIDN. 0316028302 NID.0020057201

Ketua Program Studi Keperawatan

(S1& Profesi Ners)

Kiki Deniati, S.Kep, Ns., M.Kep


NID. 0316028302

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

i
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Yulif Maulidia, S.Kep
NPM : 20.156.03.11.132
Program Studi : Profesi Ners
Judul Tugas Akhir : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Bapak H
Khususnya Ibu S Dengan Penerapan Mengonsumsi Rebusan Daun Seledri Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Di Desa Cisarua pada Tahun 2021

Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam seminar hasil pada tanggal.

Punguji 1 Penguji II

Kiki Deniati, S.Kep, Ns., M.Kep Ernauli Meliyana, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN. 0316028302 NIDN.0020057201

WK I Bidang Akademik Ketua Program Studi Keperawatan


(S1& Profesi Ners)

Dr. Lenny Irmawanty S, STT., M.Kes Kiki Deniati, S.Kep, Ns., M.Kep
NIDN. 0319017902 NID. 0316028302

Ketua STIKes Medistra Indonesia

Linda K. Telaumbanua, SST, M.Keb


NIDN. 0302028001

LEMBAR PERNYATAAN

ii
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yulif Maulidia, S.Kep
NPM : 20.156.03.11.132
Program Studi : Profesi Ners
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul Analisis Asuhan
Keperawatan Pada Keluarga Bapak H Khususnya Ibu S Dengan Penerapan
Mengonsumsi Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Di Desa
Cisarua pada Tahun 2021, adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan jiplakan maupun mengcopy sebagian dari hasil karya orang lain.

Apabila dikemudian hari diketemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan


ini, saya bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima sanksi, sesuai dengan
ketentuan yang telah dibuat oleh STIKes Medistra Indonesia.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Bekasi, 2021
Yang membuat pernyataan

Yulif Maulidia, S.Kep


NPM. 20.156.03.11.132

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik yang
berjudul ” Analisis Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Bapak H Khususnya Ibu
S Dengan Penerapan Mengonsumsi Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Di Desa Cisarua pada Tahun 2021”. Tugas Akhir merupakan
syarat memperoleh gelar Ners Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra
Indonesia.

Selama penyusunan Tugas Akhir , mendapat bantuan dari berbagai pihak,


untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati mengucapakan terimaksih
sebesar-besarnya kepada semuah pihak yang telah memberikan bantuan moril
maupun material secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
Tugas Akhir ini hingga selesai menyampaikan penghargaan dan terimakasih
kepada:

1. Usman Ompusunggu, SE., selaku Pembina Yayasan Medistra Indonesia

2. Saver Mangandar Ompusunggu, SE., selaku ketua Yayasan Medistra


Indonesia.

3. Linda K Telaumbanua, SST., M.Kes., selaku Ketua STIKes Medistra


Indonesia

4. Dr. Lenny Irmawanty S, STT., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Medistra Indonesia

5. Farida Banjarnahor, S.H., selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan


Umum STIKes Medistra Indonesia

6. Hainun Nisa, SST., M.Kes., selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
dan Alumni STIKes Medistra Indonesia

7. Kiki Deniati, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Dan Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia.
8. Riris Octarina S.Kep., Ns, M.Kep selaku dosen Pemb imbing Akademik
9. Martadinata, S.Kep., Ners selaku Koordinator Mata Kuliah Tugas Akhir (TA)
di STIKes Medistra Indonesia.

10. Kiki Deniati, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku dosen pembingbing TA yang telah
memberikan bimbingan dan masukan yang sangat bermanfaat.

11. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Medistra Indonesia yang turut membantu
memberikan banyak ilmu, masukan dan arahan selama proses pendididkan

iv
12. Kedua Orang Tua tercinta dan adik-adik saya yang telah memberikan banyak
memberikan bantuan dan dorongan dalam bentuk moril maupun materi serta
doa dan semangat yang selalu menyertai penulis dalam penulisan TA ini.

13. Risalatul Lailah, Novika Eriyanti dan Sahabat “19Detik X Alemong” yang
menemani dan memberi semangat setiap saat serta rekan – rekan Profesi Ners
yang telah memberikan banyak bantuan dan dorongan dalam bentuk apapun
serta doa dan semangat.

14. Laki – laki yang saya temui pada tahun 2019 yang menemani dan memberi
semangat setiap saat serta telah memberikan banyak bantuan dan dorongan
dalam bentuk apapun dalam doa dan semangat
Dalam hal ini penulis menyadari, bahwa penyusunan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, maka kepada para pembaca khususnya Mahasiswa
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners jika ada kesalahan dalam
penulisanTugas Akhir ini penulis mohon kesediaannya untuk kritik dan saran,
serta motivasi yang membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
peneliti khususnya dan umumnya kepada para pembaca.

Bekasi, 2021

Yulif Maulidia, S,Kep


NPM: 21.156.03.11.132

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR..........................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

BAB I.......................................................................................................................9

A. LATAR BELAKANG.................................................................................9

B. TUJUAN....................................................................................................13

C. MANFAAT................................................................................................14

BAB II....................................................................................................................16

A. KONSEP KELUARGA ............................................................................16

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA............................24

C. KONSEP MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI...............................29

BAB III..................................................................................................................42

A. PENGKAJIAN...........................................................................................42

B. ANALISA DATA......................................................................................56

C. SCORING..................................................................................................58

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN...............................................................61

E. NURSING CARE PLAN (NCP)...............................................................62

F. CATATAN PERKEMBANGAN..............................................................73

BAB IV..................................................................................................................86

6
A. Pengkajian Keperawatan............................................................................86

B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................87

C. Intervensi Keperawatan..............................................................................89

D. Implementasi Keperawatan........................................................................92

E. Evaluasi......................................................................................................94

BAB V...................................................................................................................97

A. Kesimpulan................................................................................................97

B. Saran...........................................................................................................99

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................100

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1...........................................................................................................102

Lampiran 2...........................................................................................................103

Lampiran 3...........................................................................................................106

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini tren gaya hidup di kalangan masyarakat yaitu menyukai
makanan siap saji yang dimana kandungan dalam makanan tersebut biasanya
mengandung banyak lemak, protein, rendah serat dan tinggi garam. Perubahan
gaya hidup masyarakat Indonesia bukan hanya mereka yang hidup di daerah
perkotaan tetapi yang berada di pedesaan juga. Hal ini akan memicu terjadinya
berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, stroke dan
penyakit ginjal (Hartono, 2019).

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan


masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling
banyak disandang masyarakat tidak hanya negara-negara di benua Eropa tapi juga
di Indonesia (Rokom, 2019).

Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization


(WHO) Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (WHO, 2018). Menurut The American Heart Association sekitar
40,5% dari populasi menderita penyakit kardiovaskuler dan 34% meninggal
karena penyakit tersebut setiap tahun (Alimohammad, 2018). Menurut data
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) 26,4% atau
sekitar 972 juta orang diseluruh dunia mengidap hipertensi dan kemungkinan
tahun 2025 angka ini akan meningkat menjadi 29,2%. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, ada 333 juta berada di negara berkembang, termasuk indonesia. Jumlah
10

penderita hipertensi terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang


membesar, prevalensi dunia mencapai 29,2% pada laki-laki dan 24% pada
perempuan (Rosmin Ilham, Sri A. Ibrahim & Igirisa, 2020).

Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena seseorang yang


menderita mayoritas tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya
menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan
organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada besarnya
peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati. Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan
dirusak oleh hipertensi seperti otak. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara
lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah
arteri perifer (Rokom, 2019).

Dari hasil RISKESDAS yang terbaru pada tahun 2018, prevalensi kejadian
hipertensi sebesar 34,1% (Batlibangkes, 2018). Angka ini meningkat cukup tinggi
dibandingkan hasil RISKESDAS tahun 2013 yang dimana kejadian hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia
18 tahun ke atas adalah 25.8% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Prevalensi
hipertensi mengalami peningkatan yang signifikan pada pasien berusia 60 tahun
keatas (Dreisbach A., 2014).

Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan prevalensi Hipertensi dari


33.0% pada tahun 2017 meningkat menjadi 34.5 % di tahun 2018 (Dinas
Kesehatan, 2018). Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta mencatat prevalensi
kejadian Hipertensi di 40 puskesmas yang ada di Purwakarta sebanyak 236.408
penderita dan di Puskesmas Tegal Waru berjumlah 786 orang (6%) (Dinas
Kesehatan, 2020).

Upaya Pemerintah yang telah dilakukan dalam pencegahan dan


pengendalian Hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan
melalui KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) dalam pengendalian Hipertensi
11

dengan perilaku “CERDIK” dan “PATUH”; meningkatkan pencegahan dan


pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan “Self Awareness” melalui
pengukuran tekanan darah secara rutin; penguatan pelayanan kesehatan khususnya
Hipertensi.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti meningkatkan akses


ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu pelayanan. Salah satu upaya pencegahan komplikasi Hipertensi
khususnya Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di FKTP melalui Pelayanan
Terpadu (PANDU) PTM (Penyakit Tidak Menular), Pemberdayaan masyarakat
dalam deteksi dini dan monitoring faktor risiko hipertensi melalui Posbindu PTM
yang diselenggarakan di masyarakat, di tempat kerja dan institusi (P2PTM, 2018).

Program pemerintah ini belum mencapai hasil maksimal karena


masyarakat belum bisa berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan
pengendalian hipertensi, masyarakat juga cenderung kurang menerapkan Hidup
Sehat yang dimulai dari keluarga, dengan perilaku CERDIK dan mengendalikan
hipertensi dengan perilaku PATUH. Terlihat dari Data Riskesdas 2018 pada
penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data faktor risiko seperti proporsi
masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, proporsi kurang
aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi obesitas sentral 31% dan
proporsi obesitas umum 21,8% (Rokom, 2019).

Dari beberapa pernyataan diatas, penulis tertarik mengangkat kasus


Keluarga Binaan dengan Tipe keluarga Inti (nuclear family) terdiri dari suami dan
istri dengan 2 orang anak. Tahap Perkembangan keluarga dengan Usia Dewasa
dengan salah satu anggota keluarga memiliki masalah kesehatan yaitu Hipertensi.
Anggota keluarga yang mengalami Hipertensi adalah Istri dari Keluarga Bapak H
yang sangat menyukai makanan asin dan tidak pernah berolahraga serta
cenderung memiliki Gaya Hidup kurang gerak karena pekerjaannya sebagai Ibu
Rumah Tangga dan jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar . Keluarga belum
mengenal masalah Hipertensi dan tidak pernah memeriksakan dirinya ke
12

pelayanan kesehatan serta keluarga tidak menjalani perilaku patuh diit yang
disarankan untuk penderita Hipertensi. Keluarga tidak menyadari bahwa salah
satu anggota keluarganya mempunyai Hipertensi.

Keluarga merupakan unit terkecil yang dapat menjadi sangat berpengaruh


dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga
menentukan tentang progran kesehatan yang dapat mereka terima. Rendahnya
kesadaran keluarga untuk memeriksakan tekanan darahnya secara rutin dan
memiliki pola makan yang tidak sehat serta kurangnya olah raga merupakan
pemicu terjadinya peningkatan kasus hipertensi. Keluarga merupakan support
system utama bagi pasien hipertensi dalam mempertahankan kesehatannya,
keluarga memegang peranan penting dalam perawatan maupun pencegahan
(Dewi, K. C. C., Prapti, N. G. P., & Saputra, 2016).

Peran perawat khususnya di keluarga adalah membantu keluarga untuk


menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kemampuan
keluarga melakukan 5 Tugas Kesehatan Keluarga. Adapun peran perawat dalam
membantu keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit hipertensi
antara lain : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga Bapak H terkait
Hipertensi agar dapat mengenal masalah kesehatan dan mampu memutuskan
masalah kesehatan secara mandiri, sebagai advokat peran perawat adalah
mengarahkan keluarga Bapak H memilih tindakan untuk memecahkan masalah
kesehatan keluarga (Zetana, 2018). Sebagai konsultan perawat menjadi
narasumber informasi dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga
Bapak H dan peran perawat sebagai fasilitator pada keluarga Bapak H adalah
membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal. Kendala yang sering di alami keluarga adalah keraguan
didalam menggunakan pelayanan kesehatan, dan mengenal masalah kesehatan
(Widagdo, 2016).

Dalam kesempatan ini penulis memberikan salah satu tindakan perawatan


pada keluarga yang anggotanya menderita Hipertensi dengan menginformasikan
13

pengobatan non-farmakologi yaitu mengkonsumsi air rebusan daun seledri. Daun


seledri (Apium graveolens) memiliki kandungan Apigenin yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot
arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang mengatur aliran darah
sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan
darah. Seledri diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan
tekanan darah yaitu ''apiin'' dan manitol yang berfungsi seperti diuretik. Daun
seledri banyak mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk
menambah jumlah air kencing (Wenny Lazdia,Widia Afdilatul Rahma,Anggi
Sakinah Lubis, 2020).
Kandungan kimia tanaman ini antara lain 1,5-3% minyak terbang (yang
berisi 60-70% limonene, pthalides), flavo–glukoside (apin) apigenin, kolin, lipase,
asparagin, zat pahit, vitamin A, vitamin B, vitamin C, coumarins, furano
coumarins (bergapten), dan flavonoiDATA SUBJEKTIF. Minyak terbang yang
terdapat dalam seledri mempunyai efek yang lembut pada sistem syaraf pusat dan
berfungsi sebagai penurun tekanan darah. Kandungan isinya bersifat sedatif, dan
anticonvulsant action (Kartika Mariyona, 2020).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memberikan Gambaran tentang Analisis Asuhan keperawatan Keluarga


Bapak H khususnya Ibu S dengan penerapan tindakan mengkonsumsi air rebusan
daun seledri untuk menurunkan Hipertensi di Desa Tegal Waru Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat memberikan Gambaran Pengkajian Keperawatan pada Keluarga


Bapak H di Desa Tegal Waru.

b. Dapat memberikan Gambaran Diagnosa Keperawatan pada Keluarga


Bapak H di Desa Tegal Waru.
14

c. Dapat memberikan Gambaran Nursing Care Planning (NCP) atau


Intervensi Keperawatan pada Keluarga Bapak H di Desa Tegal Waru.

d. Dapat melakukan Gambaran hasil Implementasi Keperawatan pada


Keluarga Bapak H di Desa Tegal Waru

e. Dapat memberikan gambaran hasil Evaluasi Keperawatan pada Keluarga


Bapak H di Desa Tegal Waru

f. Dapat menganalisis mengkonsumsi air rebusan daun seledri pada Keluarga


Bapak H di Desa Tegal Waru.

C. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan dan


memperkaya teori khususnya dalam bidang keperawatan serta dapat menjadi
bahan informasi untuk peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Klien dan Keluarga

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan


pendidikan kesehatan mengenai Hipertensi dan cara melakukan
pencegahan, serta tindakan yang bisa menjadi pilihan bagi klien dan
keluarga untuk menjaga kestabilan serta penurunan Tekanan Darah dan
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang Hipertensi.
b. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi


mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir, khususnya bagi yang akan
15

mengangkat tema penulisan tentang Hipertensi dan Pengobatan Non-


Farmakologi Mengkonsumsi Air Rebusan Daun Seledri.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan yang berharga bagi


peneliti, sehingga dapat menerapkan teori yang telah didapatkan dan
menjadi data dasar untuk peneliti selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

KONSEP KELUARGA

1. Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).

Menurut WHO (1969 dalam Widagdo, 2016) keluarga adalah anggota


rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi
atau perkawinan. Menurut Duvall (dalam Harmoko, 2012) Keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial dari tiap anggota.

2. Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga menurut Harmoko, 2012 :

a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)

Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu


suami istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memiliki keluarga baru. (Harmoko, 2012). Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain: Membina hubungan
17

intim yang memuaskan, Menerapkan tujuan bersama, Mendiskusikan


rencana memiliki anak dan Persiapan menjadi orang tua.

b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing


family)

Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut


sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah
salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran
anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem yang
permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem
berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan)
(Friedman, 2010). Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain :
Adaptasi perubahan anggota keluarga, Mempertahankan hubungan
yang memuaskan, Membagi peran dan tanggung jawab, Menata ruang
untuk anak dan Mengatur biaya untuk anak.

c. Tahap III (keluarga dengan anak prasekolah/families with


prescholl)

Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama


berusia 1 / 2 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 3 tahun. Keluarga
saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi
pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putrisaudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan
berbeda (Marilyn M. Friedman, 2010). Tugas perkembangannya
adalah menyesuaikan pada kebutuhan anak pra sekolah antara lain :
Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga, Membantu anak
bersosialisasi, Pembagian waktu untuk anak, dan Menstimulasi
tumbuh kembang anak.

d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)


18

Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas sekolah, masing-masing anak
memiliki aktifitas di sekolah, masing-masing akan memiliki aktifitas
dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas
berbeda dengan anak. (Harmoko, 2012). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah : Membantu sosialisasi anak terhadap
lingkungan luar, Menyediakan aktifitas untuk anak, Mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual dan Memenuhi
kebutuhan anak.

e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau


perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meningglakan keluarga lebih awal atau lebih lama
jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.
Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah.
Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggarkan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi
seorang dewasa muda. (Friedman, 2010). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah : Pengembangan terhadap remaja,
Memelihara komunikasi terbuka, Memelihara hubungan dalam
keluarga dan Mempersiapkan perubahan yang akan terjadi.

f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center


families)

Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.


Lama tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika
19

anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua.


Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga
untuk tetap berperan dalam melepaskan anaknya untuk hidup sendiri.
(Harmoko, 2012). Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya, Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, Menata
kembali keluarga dan Menjadi contoh bagi anak anaknya.

g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan


rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah
usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang
tua. Pada tahap ini semua anak meninggallkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
(Harmoko, 2012). Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
Memulihkan hubungan antara generasi tua muda, Memelihara
hubungan dengan anak dan keluarga, Keakraban dengan pasangan dan
Persiapan masa tua.

h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun


salah satu atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan lainnya. (Friedman, 2010). Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini adalah : Penyesuaian tahap masa pension, Merubah cara
hidup, Menerima kematian pasangan dan Mempersiapkan kematian

3. Struktur Keluarga

Strutur keluarga terdiri dari berbagai macam (Friedman, 2014) seperti:


20

a. Patrilineal

Patrilineal merupakan keluarga sedarah yang mencangkup sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, hubungan ini tersusun
melalui garis bapak.

b. Matrilineal

Matrilineal merupakan keluarga sedarah yang mencangkup sanak


saudara sedarah dalam beberapa generasi, hubungan ini tersusun
melalui garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal merupakan pasangan suami dan istri yang tinggal


bersama dengan keluarga sedarah dari pihak istri.

d. Patrilokal

Patrilokal merupakan pasangan suami dan istri yang tinggal


bersama dengan keluarga sedarah dari pihak suami.

e. Keluarga kawinan

Keluarga kawinan merupakan hubungan suami dan istri sebagai


dasar dalam membina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan
istri.

4. Tipe-Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Widagdo, 2016b :

a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini :


21

1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri


atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda
ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau
tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan
pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda
klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang
tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga
Indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri
di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-
anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang
pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga Non tradisional,
tipe keluarga ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa
tipe sebagai berikut :
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
22

2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar


ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan
suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga Menurut Friedman, 2010 fungsi keluarga ada lima


antara lain berikut ini :

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan


kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi
ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang
utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,
stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara
lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan Penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.


Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
23

Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang


dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah


sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara


ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang


mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual)
merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan
kesehatan.

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.


2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.(Harmoko,
2012)
24

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Asuhan keperawatan keluarga merupakan kegiatan strategis yang
mempunyai daya ungkit besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
Oleh karena pentingnya pelayanan keperawatan ini, pemerintah memberikan
kebijakan dengan dikeluarkannya Kepmenkes 908/Menkes/SK/VII/2010
tentang pedoman penyelenggaraan pembinaan pelayanan keperawatan
keluarga. Upaya ini dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat
melali pemberdayaan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan
dengan pendekatan proses keperawatan yang sistematis melalui proses
interaksi bersama klien dan keluarga. Asuhan keperawatan keluarga
merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan
sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga (Harmoko, 2012)

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,


agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan
metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.

Beberapa hal yang dapat dikaji dalam pengkajian keluarga adalah sebagai
berikut :

a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas
nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan
dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
25

2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau


masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik
kepala keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga
lainnya.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga
inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing, anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga
seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan
saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi
rumah, kamar mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi
rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan
pengaturan atau penataan rumah mereka
26

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Tipe


lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan
rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
3) Mobilitas geografis keluarga ditentukan apakah keluarga tiggal di
daerah ini atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah
tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada.
5) Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat,
sumber dukungan dari anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan
kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik formal/informal
4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
2) Fungsi Sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
3) Fungsi Perawatan Kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
4) Fungsi Reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
27

5) Fungsi Ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan


sandang, pangan dan papan.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
b) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan.
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan
4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,


keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya. Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, 2012) :

a. Diagnosis Aktual : Masalah keperawatan yang sedang dialami


oleh keluarga dan memerlukan waktu yang cepat
b. Diagnosis Resiko Tinggi : Masalah keperawatan yang belum terjadi
tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
c. Diagnosis Potensial : Suatu keadaan sejahtera ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Diagnosa keperawatan keluarga yang bisa muncul :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tidakan kesehatan yang tepat.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
28

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang


dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di
masyarakat guna memelihara kesehatan (Widagdo, 2016b)
3. Perencanaan Keperawatan (Nursing Care Planning)

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang


direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi
masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan keperawatan keluarga
adalah berikut ini:

a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara


menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana keperawatan harus realistik.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi
kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga.
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari


rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Prinsip yang
mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:

a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.


b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah
c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-
sumber pendukung lainnya
d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga dan
menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan
tanggung jawab profesi.
29

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif


(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses
dan evaluasi akhir). Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Evaluasi berjalan (sumatif) Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk


pengisian format catatan perkembangan dengan berorientasi kepada
masalah yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah
format SOAP.
b. Evaluasi akhir (formatif) Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara
membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat
kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam proses
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah
atau rencana yang perlu dimodifikasi.(Muthia and Hasibuan, 2018)

KONSEP MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantun, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Hipertensi menurut Kemenkes RI, 2017 Klasifikasi


Hipertensi berdasarkan penyebabnya :

a. Hipertensi Primer (Esesnsial) : Hipertensi yang penyebabnya tidak


diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor
30

gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.


Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder (Non- esensial) : Hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Pada sekitar 5 - 10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB).

Berdasarkan bentuk Hipertensi : Hipertensi diastolik {diastolic


hypertension}, Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi),
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension).

Jenis-jenis hipertensi lainnya , yaitu :

a. Hipertensi Pulmonal : Suatu penyakit yang ditandai dengan


peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru
yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat
melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal
dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan
toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan.
Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan
usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan
perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1
juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya gejala
penyakit sekitar 2-3 tahun.

Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada


National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis
lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih
dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada
aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung
31

kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak


adanya kelainan paru.

b. Hipertensi Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat


pada saat kehamilan, yaitu:

1) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi


yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain
tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada
air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul
dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan.
2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak
sebelum ibu mengandung janin.
3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan
gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.
4) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat : Penyebab
hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan
pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet,
tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan,
dan lain sebagainya.

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi 2 golongan.


a. Hipertensi Primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui


penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis system renim.
32

Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor – faktor


yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol dan
polisitemia.

b. Hipertensi Sekunder

Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal,


sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari


140 mmHg atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih
besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah


terjadinya perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
33

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

No Kategori Sistolik ( mmHg) Diastolik (mmHg)


1 Optimal <120 <80
2 Normal 120 – 129 80 – 84
3 High Normal 130 – 139 85 – 89
4 Hipertensi
Grade 1 (Ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (Sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (Berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (Sangat Berat) >209 >120

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-18 ganglion melepaskan asetilkolin, yang
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor
(Novia Puspita, 2020)

Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin,


meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah.
34

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,


menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II ,
vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler.
Semua factor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada Hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan


peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidk terukur.

b. Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
35

g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia
- BUN/kreatini : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal
- Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan DM
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu
ginjal, perbaikan ginjal
e. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
7. Komplikasi

Menurut Amin Huda Nurarif, 2015 komplikasi yang terjadi pada


penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Sakit kepala, pegal-pegal perasaan tidak nyaman dari tengkuk,


perasaan berputar seperti orang mau jatuh, detak jantung cepat dan
telinga berdenging
b. Gagal jantung, karena jantung bekerja lebih keras sehingga otot
jantung membesar
36

c. Menumpuk atau berkembangnya plak lemak dalam dinding


pembuluh darah (atherosclerosis) dan plak garam-garaman
(arteriosclerosis)
d. Pecahnya pembuluh darah kapiler di otak yang menyebabkan
perdarahan sehingga sel-selsaraf dapat mati atau tidak berfungsi
atau biasa disebut dengan stroke hemorrhagic dan sering
mennimbulkan kematian mendadak
e. Gagal ginjal akibat pecahnya pembuluh darah ginjal
f. Kebutaan karena pecahnya pembuluh darah retina

8. Rebusan Daun Seledri


a. Daun Seledri

Seledri merupakan herbal tegak, tahunan, dan memiliki tinggi


sekitar 25-100cm. Batan seledri bersegi dan beralur membujur,
dengan bunga berjumlah banyak, kecil, dan berwarna putih atau putih
kehijauan (Arisandi, 2011)

Kandungan kimia tanaman ini antara lain 1,5 – 3% minyak terbang


(yang berisi 60-70% limonene, pthalides), flavo-glukoside (apin)
apigenin, kolin, lipase, asparagin, zat pahit, vitamin A, vitamin B,
vitamin C, coumarins, furano coumarins (bergapten). Dan
flavonoiDATA SUBJEKTIF. Minyak terbang yang terdapat dalam
seledri mempunyai efek yang lembut pada sistem syaraf pusat dan
berfungsi sebagai penurunan tekanan darah. Kandungan isinya
bersifat sedatif, dan anticonvulsant action (Kartika Mariyona, 2020b)

b. Manfaat dan Tujuan Air Rebusan Daun Seledri


1) Manfaat Rebusan Daun Seledri

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam daun seledri memeiliki


banyak manfaat kesehatan yaitu:
37

a) Menurunkan kadar kolesterol tubuh

Salah satu manfaat kesehatan dari seledri adalah membantu


menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Sebuah penelitian
pada tahun 2014 membuktikan bahwa selederi memang dapat
menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL).

Jika kadar LDL terlalu banyak dalam darah, risiko


mengalami penyakit jantung dan strokepun meningkat. Ekstrak
seledri tidak hanya membantu menurunkan kolesterol jahat,
tetapi juga trigliserida dalam darah. Bahkan, mengonsumsi
sayuran yang satu ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol
baik (HDL).

b) Menurunkan tekanan darah

Journal of Medicinal Food memuat sebuah penelitian yang


dilakukan pada tahun 2014 mengenai dampak penggunaan
ekstrak biji seledri pada tekanan darah.

Penelitian tersebut menyatakan bahwa ekstrak biji seledri


ternyata dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2016 menyarankan orang dengan tekanan
darah tinggi untuk mengonsumsi lebih banyak serat.

c) Mencegah peradangan

Seledri memiliki kandungan apigenin yang memiliki sifat


antiinflamasi, antibakteri, antivirus, dan antioksidan yang juga
dapat melakukan perlawanan terhadap radikal bebas penyebab
penyakit kanker.

Sebuah penelitian pada tahun 2015 membuktikan bahwa


apigenin dan makanan yang kaya akan apigenin berpotensi
38

membantu mengurangi inflamasi atau peradangan sekaligus


mengembalikan keseimbangan pada sistem imun yang sempat
melemah.

d) Menjaga kesehatan organ hati

Seledri ternyata juga memiliki manfaat untuk menjaga


kesehatan organ hati. Ekstrak metanol dari biji seledri ternyata
mampu melindungi hati dari kerusakan. Saat organ ini
mengalami kerusakan, pemeriksaan laboratorium dapat
menunjukkan hasil abnormal seperti peningkatan albumin,
SGOT, SGPT, dan total protein. Menurut sebuah penelitian
pada tahun 2015, kandungan antioksidan yang terdapat dalam
seledri memiliki peranan penting dalam pengobatan untuk
berbagai masalah liver.

e) Mencegah dehidrasi

Menurut sebuah penelitian, seledri termasuk salah satu


sayuran yang termasuk salah satu sayuran yang memiliki
kandungan air yang cukup tinggi. Bahkan, menurut penelitian
pada tahun 2011 menyatakan bahwa kandungan air di dalam
seledri berkisar antara 90-99 persen. Tingginya kandungan air
dalam seledri membuat sayuran ini menjadi salah satu makanan
ringan yang pas untuk dikonsumsi saat udara terasa begitu
panas.

c. Tujuan Rebusan Daun Seledri

Daun seledri umunya dapat menurunkan dan mengontrol tekanan darah


antara lain, memberikan efek dilatasi pada pembuluh darah dan
menghambat angiotensin converting enzym (ACE). Penghambat sistem
renin-angiotensin dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam
39

meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah mulai turun sehari setelah


pengobatan yang diiukti dengan membaiknya tidur terasa nyaman, dan
jumlah urin yang dikeluarkan meningkat. Seledri mengandung flevonoid,
saponi, tanin 1% minyak asiri 0,033 %, flavuglukosida (apiin), apigenin,
fitosterol, kolin, lipase, pthalides, asparagine, zat pahit, vitamin (A,B dan
C), apiin minyak menguap, apigenin dan alkaloid.

Kandungan kimia daun seledri secara keseluruhan. Apigenin dalam


daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat
detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran
darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang
(Wenny Lazdia, Widia Afdilatul Rahma, Anggi Sakinah Lubis, 2020)

d. Standar Operasional Prosedur (SOP) Rebusan Daun Seledri

Prosedur pelaksanaan rebusan daun seledri (2017)


40

SOP PROSEDUR PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SELEDRI TERHADAP


PENDERITA HIPERTENSI
Definisi Pemberian air rebusan daun seledri adalah tindakan
pemberian air rebusan daun seledri yang digunakan
untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah
Tujuan Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
Tahapan Persiapan Pasien
Persiapan a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang
prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
d) Selama komunikasi menggunakan bahasa yang
jelas, sistematis serta mudah mengerti
e) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya
umtuk klarifikasi
f) Privacy klien selama komunikasi dihargai
g) Membuat kontrak (waktu, tempat, dan tindakan
yang akan dilakukan)
h) Posisi klien duduk
i) Berikan waktu istirahat selama 5 menit sebelum
diukur tekanan darah
Persiapan Alat dan Bahan
a) Kompor
b) Panci
c) Air bersih 400 ml
d) Daun seledri 100 gr
e) Gelas
Persiapan Lingkungan
Pastikan kenyamanan bagi klien
Tahap Kerja 1) Siapkan peralatan
2) Cuci tangan
3) Sediakan seledri sebanyak 100 gr lalu dicuci bersih
4) Rebus seledri tersebut dengan 400 ml air hingga
menjadi 300 ml
5) Tuangkan kedalam gelas masing-masing 150 ml
6) Minum setiap pagi dan sore
7) Diminum selama 7 hari secara teratur
8) Ukur tekanan darah setiap pagi
Tahap 1) Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
Terminasi dilakukan kegiatan
2) Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3) Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4) Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
Tahap Catat seluruh tindakan yang telah dilakukan
Dokumentas
i
41

e. Hasil Penelitian mengenai Air Rebusan Daun Seledri


Pada salah satu penelitian yang dilakukan oleh Wenny Lazdia,
Widia Afilatul Rahma, Anggi Sakinah Lubis pada tahun 2020 dengan
judul Pengaruh Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Dalam penelitian tersebut peneliti
mengambl tindakan memberikan air rebusan daun seledri, dengan
jumlah sampel yang diambil 10 responden dengan usia > 30 tahun.
Frekuaensi pemebrian rebusan daun selederi dilakukan 3 hari berturut-
turut, guna untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun
seledri terhadap penderitaan hipertensi.
Hasilnya dinilai menggunakan penilaian tekanan darah pre dan
post mengkonsumsi air rebusan daun seledri. Pada penelitian
didapatkan bahwa hasil rata-rata tekanan darah sistolik sesudah
mengonsumsi daun seledri adalah sebesar 136 mmHg, lebih rendah
daripada rata-rata tekanan darah sebelum mengunsumsi rebusan daun
selederi yaitu sebesar 142 mmHg. dan hasil rata-rata tekanan darah
diastolik sesudah mengonsumsi rebusan daun seledri adalah sebesar 87
mmHg, lebih rendah daripada rata-rata tekanan darah diastolik
sebuelum mengonsumsi rebusan daun selederi sebesar 94 mmHg.
Dalam penelitian lain dengan judul Penurunan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi dengan Pemberian Air Rebusan Selederi (Apium
graveolens L) pada tahun 2020 yang dilakukan oleh Kartika Mariyona
menyampaikan bahwa bahwa pengobatan non farmakologis dengan
cara memanfaatkan tumbuhan alami, salah satunya seledri, dimana
seledri memiliki kandungan zat astrigen dan flavanoid yang berperan
sebagai diuretik, sehingga zat senyawa ini dapat menurunkan retensi
natrium ginjal. Pengeluaran natrium akan diikuti dengan pengeluaran
air, sehingga akan meningkatkan produksi urin. Pengeluaran cairan
dalam sirkulasi akan menurunkan tahanan perifer, sehinggan dengan
sendirinya tekanan darah akan turun.
42

Pemberian rebusan daun seledri diberikan sebanyak 200 cc selama


5 hari pada 10 responden yang memiliki riwayat hipertensi. Hasil
penelitian menunjukan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah
pemberian rebusan daun seledri. Sebelum dilakukan pemberian
rebusan daun seledri pada kelompok intervensi yaitu 148/91 mmHg
dan sesudah diberikan rebusan daun seledri yaitu 147/88 mmHg.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN

I. Data Umum
1. Nama KK : Bapak H
2. Usia : 45 tahun
3. Pendidikan : SLTA/Sederajat
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Desa Cisarua RT.01 RW.02
Kec.Tegalwaru Kab.Purwakarta
6. Komposisi Anggota Keluarga

No Nama Jenis Kelamin Hub dgn KK Usia Pendidikan Pekerjaan

1 Ibu S Perempuan Istri 40 tahun SLTP/Sederajat Ibu Rumah Tangga


2 Nn.I Perempuan Anak 18 tahun SLTA/Sederajat Pelajar
3 An.A Laki-laki Anak 11 tahun SD/Sederajat Pelajar

Genogram :
44

Keterangan:

No Simbol Keterangan
1 Laki-laki
2 Perempuan
3 Sudah Meninggal
4 Klien
5 Keluarga binaan

7. Tipe Keluarga : Tipe keluarga Bapak H


adalah Keluarga Inti (Nuclear Family) terdiri dari suami
(Bapak H) dan Istri ( Ibu S) dengan 2 orang anak yaitu Nn.I
dan An.A
8. Suku : Bapak H dan Ibu S adalah
orang dengan suku Jawa. Bahasa sehari-hari yang digunakan
oleh keluarga adalah Bahasa Indonesia. Untuk bahasa Jawa
dalam keluarga tidak digunakan.
9. Agama : Kepercayaan yang dianut
oleh keluarga Bapak H adalah agama islam.
10. Status Sosial Ekonomi :

Pendapatan keluarga satu bulan tidak menentu karena pekejaan


Bapak H sebagai Wiraswasta. Dalam satu bulan maksimal
pendapatan Rp 4.000.000,00 dan terkadang dalam satu bulan
mendapatkan Rp 2.000.000,00. Bapak H mencari nafkah hanya
sendiri, tidak ada penghasilan tambahan dari anggota keluarga
yang lain. Keuangan dikelola oleh Ibu S, keluarga memiliki sepeda
motor 2 buah. Keluarga memiliki pandangan terhadap pendidikan
ingin meningkatkan pendidikan anak-anaknya walau
perekonomian kurang memadai.

11. Aktivitas Rekreasi Keluarga :


45

Keluarga sering berkumpul untuk menonton TV, keluarga


terkadang berkumpul bersama untuk sekedar mengobrol mengisi
waktu senggangnya baik itu siang atau malam hari. Keluarga
berkumpul dengan keluarga besar saat hari-hari besar atau acara
tertentu seperti acara perkawinan dan lainnya. Keluarga memiliki
kebiasaan pergi berlibur atau berekreasi di akhir tahun.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


12. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga Bapak H saat ini merupakan


perkembangan anak Remaja. Anak pertama Bapak H berusia 18
tahun dan masih menduduki bangku sekolah SMA.

13. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah


mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan,
menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya karena Bapak H dan Ibu S terkadang bertengkar
didepan anaknya.

14. Riwayat Keluarga Inti

Saat dilakukan pengkajian Bapak H sebagai kepala keluarga


tidak memiliki keluhan kesehatan, tetapi Ibu S mengatakan
memiliki keluhan sakit kepala yang dirasakan terus menerus
selama ±1 tahun belakangan ini. Ibu S mengatakan memeriksakan
dirinya kepelayanan kesehatan jika sakit kepalanya lebih dari 2 hari
dan sebelum memerisakan kepelayanan kesehatan Ibu S
mengonsumsi obat warung terlebih dahulu (Paramex). Setelah
dilakukan pengkajian pada kunjungan pertama tekanan darah Ibu S
140/100 mmHg, dan pada kunjungan kedua tekanan darah Ibu S
46

150/100 mmHg. Ibu S mengatakan tidak menjaga pantangan


makanannya, Ibu S mengatakan sangat menyukai makanan asin
karena merasa makan akan lebih berselera jika rasa makanan asin.
Ibu S mengatakan keluarga tidak mengingatkan akan pantangannya
karena Bapak H sibuk kerja, Nn.I sedang melakukan pendidikan di
pondok pesantren dan An.A masih belum paham apa saja
pantangan yang harus dihindari Ibu S.

15. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Keluarga dari Bapak H dan Ibu S tidak memiliki riwayat


penyakit apapun yang menurun.

III. Lingkungan
16. Karakterisik Rumah

Luas rumah keluarga Bapak H 8x9 m². rumah Bapak H tipe


permanen, terbuah dari bata merah dan seluruh dinding rumah
sudah disemen. Lantai rumah keseluruhan sudah keramik. Rumah
tersebut merupakan milik pribadi Bapak H. terdapat 4 ruang kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang dapur, 2 kamar mandi. Ventilasi
memadai, jendela kamar dan jendela depan terbuat dari kaca.
Jendela kamar tidak pernah dibuka dan jendela depan jarang
dibuka. Setiap ruangan tertata dengan rapih, penempatan barang-
barang disetiap ruangan rapih. Keluarga memiliki septic tank.
Sumber air minum keluarga dari air galon Aqua. Ibu S mengatakan
sampah dibuang ketempat pembuangan sampah yang disediakan
keluarga didekat dapur nanti setiap minggunya akan selalu diambil
oleh petugas kebersihan. Lingkungan depan rumah dan dalam
rumah tampak bersih dan rapih, Ibu S mengatakan setiap harinya
selalu membersihkan rumah bagian dalam dan luarnya.

Denah rumah :
Teras rumah
47

Kamar
R.Tamu

Kamar R. TV

K.Mandi
Dapur

17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Bapak H dan Ibu S mengatakan sering berinteraksi dengan


tetangga, berinteraksi dengan tetanggan di pagi, siang atau sore
hari. Rata-rata pekerjaan tetangga keluarga adalah karyawan
swasta dan ibu rumah tangga. Disekililing tempat tinggal
merupakan saudara dari Bapak H dan jaraknya berjauhan sekitar
±15 meter. Didalam lingkungan tidak ada peraturan dari aparatur
pemerintah hanya saja ada peraturan dari leluhur sebelumnya yaitu
seperti dilarang keluar rumah jika maghrib dan harus menghormati
orang yang lebih tua.

18. Mobilitas Geografis Keluarga

Bapak H dan Ibu S tinggal di Desa Cisarua ±2tahun ,


sebelumnya pernah tinggal di Jakarta selama ±20 tahun.

19. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Bapak H dan Ibu S sering menyempatkan diri untuk berkumpul


dengan warga saat ada kegiatan rutinitas keagamaan seperti
pengajian, hari raya umat muslim (qurban, isro mi’raj, lebaran idul
fitri)

20. Sistem Pendukung Keluarga

Bapak H dan Ibu S tidak memiliki kartu jaminan kesehatan


seperti BPJS. Keluarga tidak memiliki fasilitaskesehatan seperti
48

kotak P3K dirumah, keluarga jarang kepelayanan kesehatan, jika


ada salah satu anggota keluarga yang sakit hanya diberikan obat
warung. Keluarga mengatakan tidak pernah mengikuti penyuluhan
kesehatan, jarak dari rumah ke pelayanan kesehatan ±500m.

IV. Struktur Keluarga


21. Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga menggunakan bahasa Indonesia untuk


berinteraksi sehari-hari. Pola komunikasi Bapak H dan Ibu S
terjalin baik walaupun kadang suka berbeda pendapat dan
bertengkar. Keluarga mengatakan interaksi dengan kedua anaknya
cenderung kurang karena anaknya lebih sering bermain dengan
teman-temannya.

22. Struktur Kekuatan Keluarga

Pengambilan keputusan pada keluarga Bapak H adalah Ibu S


meskipun demikian Bapak H mendiskusikan terlebih dahulu
dengan Ibu S, umumnya keluarga puas dengan keputusan yang
diambil.

23. Struktur Peran


a. Peran Forma

Bapak H sebagai kepala rumah tangga, berkewajiban dalam


mencari nafkah. Ibu S berperan untuk mengurus rumah,
pendidikan anak-anak. Peran anak-anak sebagai pelaku
psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial
dan spiritual.

b. Peran Informal
49

Peran informal yang dilakukan oleh Bapak H adalah


memberikan masukan, penasihat, pendorong dan terkadang
penghibur kepada istri dan anak-anaknya.

24. Nilai dan Norma Budaya

Nilai dan norma yang dianut keluarga umumnya dilatar


belakangi oleh budaya Jawa, banyak mitos-mitos yang masih
dipercaya oleh keluarga. Namun kepercayaan tersebut tidak sampai
menimbulkan konflik. Nilai dan norma yang dianut digunakan
sebagai pertimbangan dan dasar untuk pengambilan keputusan
khususnya dalam masalah kesehatan. Keluarga belum mengetahui
cara mencuci tangan yang baik dan benar, dan keluarga ingin
mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar.

V. Fungsi Keluarga
25. Fungsi Afektif

Bapak H dan Ibu S saling menyayangi satu dengan yang lain


begitupun kasih saying kepada anak-anak. Terlihat dari pernyataan
Ibu S yang peduli kepada suami dan anak-anaknya. Anak-anak Ibu
S dan Bapak H akrab satu sama lain walau anak pertama Ibu S dan
Bapak H tinggal di pondok pesantren. Setiap masalah yang timbul
dalam keluarga akan diselesaikan dengan cara musyawarah.

26. Fungsi Sosialisasi

Bapak H dan Ibu S sering berinteraksi dengan tetangga


sekitar.nya pada pagi, siang atau sore hari. Anak kedua Bapak H
dan Ibu S sering bermain dengan anak-anak seumurannya dan
terkadang bermain dirumah Bapak H dan Ibu S dengan bermain
Play Station 2.
50

27. Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Mengenal Masalah Kesehatan

Bapak H dan Ibu S belum banyak mengetahui masalah


sehat sakit. Ibu S mengatakan yang sakit kepala yang dirasakan
terus menerus. Ibu S tidak pernah menjaga pantangan
makanannya , Ibu S mengatakan menyukai dan sering makan
makanan yang mengandung garam tinggi atau asin.

b. Memutuskan Masalah

Bapak H dan Ibu S mengatakan apabila ada anggota


keluarga yang sakit tidak langsung membawanya ke pelayanan
kesehatan.

c. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Keluarga mengatakan memberikan obat warung jika ada


anggota keluarga yang sakit. Jika tidak kunjung sembuh
keluarga baru memutuskan untuk pergi ke pelayanan
kesehatan. Ibu S mengatakan jika dirinya sakit keluarga
kurang peduli.

d. Memodifikasi Lingkungan

Halaman depan rumah Bapak H dijadikan taman kecil


sehingga terlihat rapih, dan setiap harinya selalu disirami oleh
Ibu S sedangkan bagian dalam rumah Bapak H sangat tertata
rapih dan bersih karena Ibu S menata barang-barangnya sesuai
ruangan dan selalu dibersihkan.

e. Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan yang Ada


51

Keluarga belum mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan


secara maksimal terlihat dari upaya yang dilakukan oleh
keluarga saat ada keluarga yang sakit jarang membawa anggota
keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.

28. Fungsi Reproduksi

Bapak H dan Ibu S mengatakan sudah jarang berhubungan


badan karena terlalu lelah dalam bekerja. Ibu S memiliki keinginan
untuk menambah anak, dan Ibu S masih mengonsumsi pil KB.

29. Fungsi Ekonomi

Keluarga mengatakan perekonomian sangat pas untuk


memenuhi kebutuhan sehari-hari.

30. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek

Keluarga mengatakan <6 bulan terakhir ini kondisi


kesehatan Ibu S yang sering merasa pusing dan sakit kepala
yang terus muncul, tidur nya terganggu saat malam hari mudah
terbangun tanpa sebab.

b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah

Keluarga selalu berdoa agar keluarga selalu dalam keadaan


sehat.

c. Strategi Koping yang Digunakan

Keluarga mengatakan selalu melakukan musyawarah


berdua jika ada masalah. Tetapi yang menenangkan adalah
Bapak H.
52

d. Strategi Adaptasi Disfungsional

Jika Bapak H atau Ibu S melakukan kesalahan, mereka


akan menegur satu sama lain.
53

31. Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan Bapak H Ibu S Nn.I An.A


1. Tanda-tanda vital - TD : 120/80 mmHg - TD : 150/100 mmHg - TD : 100/70 mmHg - TD : 100/70 mmHg
RR: 18 x/menit - RR: 20 x/menit - RR: 17 x/menit - RR: 18x/menit
- HR :85 x/menit - HR :70 x/menit - HR :80 x/menit
- HR :80 x/menit - S: 37,4 º C - S: 37.0 º C - S: 37,0 º C
- S: 37 º C

2. TB/BB IMT - TB : 170 cm TB : 158 cm TB : 155 cm TB : 155 cm


- BB : 70 Kg BB : 68 kg BB : 55 Kg BB : 48 kg
IMT : 24.2 (Kelebihan berat badan ) IMT : 27.2 (obesitas tingkat 1) IMT : 22.0 (Normal)
3. Kepala/rambut Bentuk kepala : Normochepali. Bentuk kepala: Normochepali. Bentuk kepala : Normochepali. Bentuk kepala : Normochepali.
Rambut dalam kondisi bersih, Rambut dalam kondisi bersih, Rambut dalam kondisi bersih, Rambut dalam kondisi bersih,
simetris, distribusi rambut merata, simetris, distribusi rambut simetris, distribusi rambut simetris, distribusi rambut
berwarna hitam sedikit uban, tidak merata, berwarna hitam merata, berwarna hitam tidak merata, berwarna hitam tidak
ada benjolan, rontok ataupun sedikit uban, tidak ada ada benjolan, rontok ataupun ada benjolan, rontok ataupun
ketombe benjolan, rontok ataupun ketombe ketombe
ketombe
4. Mata Kedua mata simetris, konjungtiva Kedua mata simetris, Kedua mata simetris, Kedua mata simetris,
tidak anemis, fungsi penglihatan konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis, fungsi
sudah mulai berkurang, bagian fungsi penglihatan baik, sclera fungsi penglihatan baik, sclera penglihatan baik, sclera bening,
pinggir sclera sedikit mengalami bening, kelopak mata dalam bening, kelopak mata dalam kelopak mata dalam kondisi
pengapuran, kelopak mata dalam kondisi normal, tidak ada kondisi normal, tidak ada normal, tidak ada benjolan
kondisi normal, tidak ada benjolan benjolan benjolan
5. Hidung Hidung dalam kondisi bersih tidak Hidung dalam kondisi bersih Hidung dalam kondisi bersih Hidung dalam kondisi bersih
ada kotoran, distribusi bulu dalam tidak ada kotoran, distribusi tidak ada kotoran, distribusi tidak ada kotoran, distribusi bulu
batas normal, tidak ada masalah bulu dalam batas normal, bulu dalam batas normal, tidak dalam batas normal, tidak ada
dalam penciuman tidak ada masalah dalam ada masalah dalam penciuman masalah dalam penciuman
penciuman
6 Telinga Telinga simetris, bersih, eritema (-), Telinga simetris, bersih, Telinga simetris, bersih, eritema Telinga simetris, bersih, eritema
54

tidak mengalami fungsi eritema (-), tidak mengalami (-), tidak mengalami fungsi (-), tidak mengalami fungsi
pendengaran fungsi pendengaran pendengaran pendengaran
7. Mulut Bentuk simetris, mulut dalam kondisi Bentuk simetris, mulut dalam Bentuk simetris, mulut dalam Bentuk simetris, mulut dalam
bersih,warna bibir kehitaman, gigi kondisi bersih, gigi masih kondisi bersih, gigi masih kondisi bersih, gigi masih
geraham sudah bolong lengkap lengkap lengkap
8. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar
kelenjar tiroid tiroid tiroid
9. Dada Tidak ada suara nafas tambahan, RR: Tidak ada suara nafas Tidak ada suara nafas Tidak ada suara nafas tambahan,
18 x/menit, tidak ada benjolan, dada tambahan, RR: 20 x/menit, tambahan, RR: 17 x/menit, RR: 16 x/menit, tidak ada
simetris tidak terlihat perubahan tidak ada benjolan, dada tidak ada benjolan, dada benjolan, dada simetris tidak
bentuk dada seperti dada burung simetris tidak terlihat simetris tidak terlihat perubahan terlihat perubahan bentuk dada
ataupun seperti tong. perubahan bentuk dada seperti bentuk dada seperti dada seperti dada burung ataupun
dada burung ataupun seperti burung ataupun seperti tong. seperti tong.
tong.
10 Abdomen Abdomen tidak ada benjolan maupun Abdomen tidak ada benjolan Abdomen tidak ada benjolan Abdomen tidak ada benjolan
tanda gejala pembesaran organ, tidak maupun tanda gejala maupun tanda gejala maupun tanda gejala
ada nyeri tekan, tidak terdapat striae, pembesaran organ, tidak ada pembesaran organ, tidak ada pembesaran organ, tidak ada
bising usus 6 x/menit nyeri tekan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat striae,
striae, bising usus 5x/menit striae, bising usus 5x/menit bising usus 5x/menit
11 Ekstremitas atas Kekuatan otot masih baik, Bapak H Kekuatan otot masih baik, Ibu Ektermitas kanan dan kiri Ektermitas kanan dan kiri
tidak menggunakan alat bantu untuk S tidak menggunakan alat simteris, tidak ada kelainan. simteris, tidak ada kelainan.
melakukan aktifitas sehari-hari bantu untuk melakukan Kekuatan otot : normal tidak Kekuatan otot : normal tidak ada
aktifitas sehari-hari ada bekas luka, perubabhan bekas luka, perubabhan warna
warna atau perubahan bentuk atau perubahan bentuk
12 Ekstremitas Terdapat bekas luka di bagian betis Kekuatan otot berkurang, Ibu Ektermitas kanan dan kiri Ektermitas kanan dan kiri
bawah sinistra Kekuatan otot masih baik, S mudah lelah dan tidak bisa simteris, tidak ada kelainan. simteris, tidak ada kelainan.
Bapak H tidak menggunakan alat berdiri terlalu lama sering Kekuatan otot : normal tidak Kekuatan otot : normal tidak ada
bantu untuk melakukan aktifitas kesemutan ada bekas luka, perubabhan bekas luka, perubabhan warna
sehari-hari warna atau perubahan bentuk atau perubahan bentuk
13 Kulit Turgor kulit baik, elastis, tidak ada Turgor kulit < 3 detik , elastis, Turgor kulit < 3 detik , elastis, Turgor kulit < 3 detik , elastis,
abrasi, tidak ada lebab, bengkak tidak ada abrasi, tidak ada tidak ada abrasi, tidak ada tidak ada abrasi, tidak ada lebab,
ataupun eritema, kulit Bapak H lebab, bengkak ataupun lebab, bengkak ataupun bengkak ataupun eritema, kulit
55

lembab, warna kulit sawo matang eritema, kulit Ibu S lembab, eritema, kulit lembab, warna lembab, warna kulit sawo
warna kulit sawo matang kulit sawo matang matang
14 Lain-lain - BAK 5-8 x/hari tidak - BAK 6-7x/hari tidak - BAK 6-7x/hari tidak - BAK 6-7x/hari tidak
mengalami inkontinensia mengalami mengalami mengalami
urine, saat malam Bapak H inkontinensia urine, inkontinensia urine, inkontinensia urine,
terkadang terbangun karena saat malam Ibu S saat malam saat malam Ibu S
ingin buang air kecil terkadang terbangun - BAB 1x sehari, tidak terkadang terbangun
- BAB 1x sehari, tidak ada karena ingin buang ada keluhan konstipasi karena ingin buang air
keluhan konstipasi air kecil - Capillary refill kecil
- Capillary refill - BAB 1x sehari, tidak < 2 detik dalam batas normal - BAB 1x sehari, tidak
< 2 detik dalam batas normal ada keluhan ada keluhan konstipasi
konstipasi - Capillary refill
- Capillary refill < 2 detik dalam batas normal
< 2 detik dalam batas normal
KESIMPULAN Tidak ada kelainan dan masalah Ibu S mempunyai masalah Tidak ada kelainan dan masalah Tidak ada kelainan dan masalah
kesehatan kesehatan : Hipertensi kesehatan kesehatan
56

32. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan keperawatan Keluarga

Dengan adanya perawat yang datang ke rumahnya keluarga


mengharapkan supaya petugas kesehatan bisa memberikan
pengetahuan yang dapat membantu, menanggulangi dan mengatasi
masalah kesehatan yang selama ini keluarga kurang sadari.
57

B. ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan


1 Data Subjektif :

1. Bapak H dan Ibu S mengatakan apabila ada anggota


keluarga yang sakit tidak langsung membawanya ke
pelayanan kesehatan. Manajemen Kesehatan
2. Ibu S mengatakan memiliki keluhan sakit kepala Keluarga Tidak Efektif
yang dirasakannya terus menerus selama ± 1 tahun berhubungan dengan
terakhir. Ibu S mengatakan tidak langsung kompleksitas program
memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan dan perawatan/pengobatan pada
hanya meminum obat warung (Paramex) jika keluarga Bapak H
kepalanya sakit. khususnya ibu S ( SDKI
3. Ibu S mengatakan tidak menjaga pantangan D.0115)
makanan, Ibu S mengatakan dirinya sangat
menyukai makanan asin karena merasa makan akan
lebih berselera jika rasa makanan asin

4. Bapak H dan Ibu S belum banyak mengetahui


masalah sehat sakit. Ibu S mengatakan sakit kepala
yang dirasakan terus menerus bukan apa-apa.
5. Ibu S mengatakan jika dirinya sakit keluarga kurang
peduli.

Data Objektif :

1. Ibu S menunjukkan obat warung yang


dikonsumsi saat sakit kepala
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Composmentis
4. TD : 150/100 mmHg
5. TB : 158 cm
6. BB : 68 kg

IMT : 27.2 (obesitas tingkat 1)


2 Data Subjektif :
1. Ibu S mengatakan nyeri kepala
P : tekanan darahnya kembali naik
Nyeri Akut berhubungan
Q : tertekan benda berat
dengan agen pencedera
R : Pada daerah kepala dan leher fisiologis pada keluarga
Bapak H khususnya ibu S
S : skala nyeri 5
(SDKI D.0077)
T : hilang timbul
2. Kelurga tidak mampu merawat anggota kelurga
yang sakit
Data Objektif :
Keadaan umum : Baik
58

Kesadaran : Composmentis
TD : 150/100 mmHg
TB : 158 cm
BB : 68 kg
59

C. SCORING

1. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan dengan


kompleksitas program perawatan/pengobatan pada keluarga Bapak H
khususnya ibu S ( SDKI D.0115)
Kriteria dan Skor Bobot Total Pembenaran
Sifat Masalah : 1 3/3x1 Ibu S mengatakan akan
Aktual (tidak/kurang sehat) (3) =1 memeriksakan dirinya
60
Ancaman Kesehatan (2) kepelayanan kesehatan
Krisis yang Dialami (1) jika sakit kepalanya lebih
dari 2 hari dan sebelum
memeriksakannya ibu S
mengonsumsi obat
warung. Setelah dilakukan
pemeriksaan tekanan darah
ibu S : 150/100 mmHg
dimana nilai ini masuk
kedalam kategori
Hipertensi Grade 1.
Kemungkinan masalah dapat diubah: 2 1/2x2 Kemungkinan masalah
Mudah (2) =1 dapat diubah, walapun
Sebagian (1) keluarga sudah terbiasa
Tidak dapat (0) mengkonsumsi obat
warung. Tetapi keluarga
mengatakan akan
mengupayakan untuk
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Potensial masalah untuk dicegah: 1 3/3x1 Ibu S mengatakan keluhan
Tinggi (3) =1 sakit kepala yang
Cukup (2) dirasakannya terus
Rendah (1) menerus selama ±1tahun
terakhir. Ibu S mengatakan
sakit kepalanya
mengganggu aktifitasnya
untuk mengurus rumah,
anak dan suaminya. Ibu S
mengatakan akan rutin
memeriksakan
kesehatannya secara rutin.
Ibu S mengatakan ingin
bisa mengontrol tekanan
darahnya agar tetap stabil
ibu S mengatakan mulai
untuk menjaga asupan
makanannya terutama
61

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada keluarga


Bapak H khususnya ibu S (SDKI D.0077)
Masalah keperawatan Bobot Skor Pembenaran
Sifat Masalah : 1 3/3x1 Masalah nyeri akut pada
Aktual (tidak/kurang sehat) (3) =1 Ibu S dirasakan dan
Ancaman Kesehatan (2) perlu ditindaki
Krisis yang Dialami (1) perawatan
Kemungkinan masalah dapat diubah: 1 2/2x2 Kemungkinan masalah
Mudah (2) =2 dapat diubah jika
Sebagian (1) keluarga mengerti cara
Tidak dapat (0) mengatasinya
Potensial masalah untuk dicegah: 1 3/3x1 Masalah dapat dicegah
Tinggi (3) =1 klien serta kelurga
Cukup (2) berperan aktif untuk
Rendah (1) mencegah terjadinya
masalah.
Menonjolnya masalah: 1 2/2x1 Masalah dirasakan oleh
Membutuhkan perhatian dan =1 Ibu S dan bisa menjadi
segera diatasi (2)
lebih serius bila tidak
Tidak membutuhkan perhatian dan
segera ditanggani
tidak segera diatasi (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Jumlah 5

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Skor
1 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis pada 5
keluarga Bapak H khususnya ibu S (SDKI D.0077)
2 Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif berhubungan 4
62

dengan kompleksitas program perawatan/pengobatan pada


keluarga Bapak H khususnya ibu S (SDKI D.0115)
63

E. NURSING CARE PLAN (NCP)

NURSING CARE PLAN (NCP)

No Kriteria Batasan Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Dx.Kep Kode Hasil Kode Intervensi Kode
Karakteristik
1 Data Subjektif : Nyeri Akut 00132 TUK 1 Keluarga Mengenal TUK 1 Keluarga
Masalah Kesehatan Keluarga Mengenal Masalah
berhubungan
Domain IV : Pengetahuan Kesehatan Keluarga
1. Ibu S mengatakan dengan agen Tentang Kesehatan & Prilaku Domain I : Fisiologis
nyeri kepala Kelas Q : Perilaku Sehat Dasar
pencedera
Outcomes : Kontrol Nyeri 1605 Kelas E : Peningkatan
P : tekanan darahnya fisiologis pada Indikator : Kenyaman Fisik
kembali naik keluarga Bapak H  Mampu mengetahui Intervensi : 1400
faktor-faktor penyebab Manajemen Nyeri
Q : tertekan benda khususnya ibu S dan faktor yang Tindakan :
berat (SDKI D.0077) berkontribusi dari 2  Melakukan
(pengetahuan kurang) pengkajian nyeri
R : Pada daerah menjadi 4 (pengetahuan komprehensif
kepala dan leher baik)  Memberikan
informasi mengenai
S : skala nyeri 5 Domain IV : Pengetahuan nyeri
T : hilang timbul Tentang Kesehatan & Prilaku  Menggali
Kelas Q : Perilaku Sehat 1600 pengetahuan dan
2. Kelurga tidak mampu Outcomes : Perilaku Patuh kepercayaan
merawat anggota Indikator : keluarga mengenai
 Mencari informasi yang nyeri
kelurga yang sakit
dapat dipercaya mengenai  Memberikan
Nyeri meningkat dari 2 tindakan
64

(pengetahuan terbatas) 4 nonfarmakologi


Data Objektif : (pengetahuan baik)

Domain 3 : Perilaku
Keadaan umum : Baik Kelas S : Pendidikan
Kesadaran : Composmentis pasien
Intervensi : 5604
TD : 150/100 mmHg Pengajaran Kelompok
TB : 158 cm Tindakan :
 Libatkan seluruh
BB : 68 kg anggota keluarga
 Tentukan tujuan
melakukan
perubahan perilaku
 Pilih koordinator
dalam keluarga
 Jelaskan pentingnya
perilaku kesehatan

TUK 2 Keluarga mampu TUK 2 Keluarga


memutuskan masalah mampu memutuskan
kesehatan masalah kesehatan
Domain IV : Pengetahuan Domain 3 : Perilaku
Tentang Kesehatan & Kelas R : Bantuan
Perilaku Koping
Kelas S : Pengetahuan tentang Intervensi :
Kesehatan
1601 5250
Dukungan
Outcomes : Pengetahuan pengambilan keputusan
Manajemen Nyeri Tindakan :
Indikator :  Bantu keluarga
1. Mengetahui faktor-faktor untuk menjelaskan
penyebab, tanda dan gejala
65

nyeri dan strategi nilai dan harapan


mengontrol nyeri yang dapat
meningkat dari 2 (jarang diperoleh dari
dilakukan) 4 (sering perilaku sehat
dilakukan)  Bantu keluarga
mengidentifikasi
keutungan dalam
meningkatkan
perilaku sehat
 Pertahankan
komunkasi dengan
keluarga
 Fasilitasi keluarga
terkait perawatan
 Berikan informasi
yang dibutuhkan
keluarga
 Manfaatkan
dukungan keluarga
atau kelompok lain
untuk mengambil
keputusan

TUK 3 Kluarga mampu TUK 3 Keluarga


merawat anggota keluarga mampu merawat
yang sakit anggota keluarga yang
Domain IV : Pengetahuan sakit
Tentang Kesehatan & Domain 5 : Keluarga
Perilaku Kelas X : Perawatan
Kelas R : Kepercayaan Sepanjang hidup
tentang kesehatan 1700 Intervensi : 7110
Outcomes : orientasi Peningkatan
kesehatan keterlibatan keluarga
66

Tindakan :
Indikator : Keluarga mampu  Antisipasi dan
merawat anggota keluarga: fasilitasi kebutuhan
1. Orientasi keluarga perilaku sehat :
Anjurkan keluarga
Meningkat dari 2 (lemah)  4 khususnya Ibu S
(kuat) melakukan Slow
Deep Breathing
 Anjurkan nggota
keluarga untuk
melakukan perilaku
sehat
 Dorong anggota
keluarga untuk
berperilaku asertif
 Monitor struktur
keluarga
 Monitor
keterlibatan
keluarga
 Identifkasi stesor
Fokuskan anggota
keluarga untuk
hasil yang positif

TUK 4 Keluarga
mampu Memodifikasi
lingkungan
Domain 5 : Keluarga
Kelas X : Perawatan
Sepanjang hidup 7130
67

Intervensi :
Pemeliharaan proses
keluarga
Tindakan :
1209  Gali lebih dalam
tentang tipe
keluarga
 Diskusikan
TUK 4 Keluarga mampu
dukungan sosial
Memodifikasi lingkungan
 Jelaskan bahwa
Domain III : Kesehatan
perilaku kesehatan
Psikososial
anggota keluarga
Kelas M : Kesejahteraan
dapat berpengaruh
Psikologis
terhadap anggota
Outcomes : Motivasi
keluarga lainnya
Indikator : Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan:  Identifikasi
1. Motivasi meningkat dari 2 kebutuhan
perawatan yang
(jarang)  4 (sering 1806 diperlukan terkait
dilakukan)
perubahan gaya
hidup

TUK 5 Keluarga
TUK 5 Keluarga mampu mampu Memanfaatkan
Memanfaatkan Fasilitas Fasilitas Kesehatan
Kesehatan Domain 6 : Sistem
Domain IV : Pengetahuan kesehatan
Tentang Kesehatan & Prilaku Kelas Yb : manajemen
Kelas S : Pengetahuan tentang 7910
informasi
kesehatan Intervensi : konsultasi
Outcomes : pengetahuan Tindakan :
sumber-sumber kesehatan  Bina hubungan
Indikator : Keluarga mampu yang terapeutik
memanfaatkan fasilitas
68

dengan keluarga
pelayanan kesehatan: 1803  Dukung keluarga
1. Pengetahuan tentang sumber untuk
kesehatan meningkat dari 2 mengekspresikan
(pengetahuan terbatas) 4 perasaan
(pengetahuan banyak)  Jelaskan bagaimana
perilaku keluarga
dapat
mempengaruhi
anggota yang lain
Domain IV : Pengetahuan
Tentang Kesehatan & Prilaku Domain 3 : Perilaku
Kelas S : Pengetahuan tentang Kelas R : Bantuan
kesehatan Koping
Outcomes : pengetahuan
2605
Intervensi : Konseling
proses penyakit Tindakan :
Indikator :  Fasilitasi dalam
1. Perilaku mencari pelayanan mengidentifkasi
Kesehatan Meningkat dari 2 perilaku berubah
(jarang dilakukan) 4 Sediakan informasi
(sering dilakukan) yang dibutuhkan
Domain VI : Pengetahuan
Tentang Kesehatan & Prilaku
Kelas X : Kesejahteraan
Keluarga
Outcomes : Partisipasi
keluarga dalam perawatan
professional
Indikator :
1. Partisipasi keluarga dalam
perawatan keluarga
meningkat dari 2 (jarang
dilakukan) 4 (sering
dilakukan)
69

2 Data Subjektif : Manajemen 0080 TUK 1 Keluarga mampu TUK 1 Keluarga


mengenal masalah Kesehatan mampu mengenal
Kesehatan
1. Bapak H dan Ibu S Domain VI : Kesehatan masalah Kesehatan
mengatakan apabila ada Keluarga Tidak Keluarga Domain 3 : Perilaku
anggota keluarga yang Kelas X : kesejahteraan Kesehatan
Efektif
sakit tidak langsung Keluarga Kelas S : Pendidikan
membawanya ke berhubungan Outcomes : Pengetahuan pasien
pelayanan kesehatan. Rejimen penanganan 2604 Intervensi : pengajaran 5602
dengan
2. Ibu S mengatakan 1. Pengetahuan Proses proses penyakit
memiliki keluhan sakit kompleksitas penyakit tertentu meningkat Tindakan :
kepala yang dari 2 (pengetahuan kurang) 1. Kaji tingkat
program
dirasakannya terus  4 pengetahuan baik pengetahuan
menerus selama ± 1 perawatan/peng keluarga dengan
tahun terakhir. Ibu S proses penyakit ,
obatan pada
mengatakan tidak tanda dan gejala,
langsung memeriksakan keluarga Bapak faktor penyebab
dirinya ke pelayanan penyakit :
H khususnya ibu
kesehatan dan hanya Hipertensi
meminum obat warung S (SDKI D.0115) 2. Diskusikan
(Paramex) jika kepalanya perubahan gaya
sakit. hidup yang
3. Ibu S mengatakan tidak mungkin
menjaga pantangan diperlukan untuk
makanan, Ibu S mencegah atau
mengatakan dirinya mengontrol proses
sangat menyukai TUK 2 Keluarga mampu penyakit
makanan asin karena memutuskan masalah
merasa makan akan lebih kesehatan TUK 2 Keluarga
berselera jika rasa Domain VI : kesehatan mampu memutuskan
makanan asin keluarga masalah kesehatan
4. Bapak H dan Ibu S Kelas X : Kesejahteraan Domain 5 : keluarga
belum banyak Keluarga 2605 Kelas X : perawatan
mengetahui masalah Outcomes : Partisipasi sepanjang hidup
sehat sakit. IbuS keluarga dalam perawatan Intervensi :
70

mengatakan sakit kepala peningkatan


yang dirasakan terus professional keterlibatan keluarga 7110
menerus bukan apa-apa. Indikator : Tindakan :
5. Ibu S mengatakan jika 1. Berpartisipasi dalam 1. Diskusikan pilihan
dirinya sakit keluarga perencanaan dan perawatan jenis perawatan
kurang peduli. keluarga meningkat dari 2 dirumah seperti
Data Objektif : (jarang dilakukan)  4 menganjurkan
sering dilakukan keluarga untuk
1. Ibu S menunjukkan obat melakukan rebusan
warung yang dikonsumsi daun seledri
saat sakit kepala dirumah
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran :
Composmentis
4. TD : 150/100 mmHg
5. TB : 158 cm
6. BB : 68 kg TUK 3 Keluarga
TUK 3 Keluarga mampu mampu merawat
IMT : 27.2 (obesitas tingkat 1) merawat anggota Keluarga anggota Keluarga yang
yang sakit sakit
Domain VI : kesehatan Domain 4 : Keamanan
Keluarga Kelas V : Manajemen
Kelas X : kesejahteraan Risiko
keluarga 2609 Intervensi : Identifikasi 6610
Outcomes : Risiko
Dukungan Keluarga selama Tindakan:
perawatan 1. Identifkasi risiko
Indicator : terjadinya
1. Anggota keluarga peningkatan
mengungkpakan keinginan tekanan darah pada
untuk mendukung anggota Ibu S
keluarga yang sakit 2. Lakukan
meningkat dari 2 (jarang pengukuran
menunjukkan) menjadi 4 Tekanan Darah
71

( sering menunjukkan) ( terjadi penurunan


atau peningkatan)
3. Anjurkan untuk
melakukan diit
rendah garam
4. Libatkan seluruh
anggota keluarga
untuk memantau
diit atau asupan
garam

Domain 3 : Perilaku
Kelas S : Pendidikan
pasien 5618
Intervensi : Pengajaran
Prosedur / perawatan
Tindakan:
1. Informasikan
kepada keluarga
mengenai tindakan
yang akan
dilakukan :
Rebusan Daun
Seledri
2. Informasikan
kepada keluarga
berapa lama
tindakan
berlangsung :
sebanyak 3 x dalam
seminggu atau
kurang lebih setiap
2 hari sekali
72

TUK 4 Keluarga mampu TUK 4 Keluarga


memodifikasi Lingkungan mampu memodifikasi
Lingkungan
Domain VI : kesehatan Domain 6 : Sistem
keluarga Kesehatan
Kelas X Kesejahteraan 2604 Kelas Y : mediasi 7500
Keluarga system kesehatan
Outcomes : Intervensi : Dukungan
Normalisasi Keluarga : pemeliharaan
Indicator : kehidupan
1. Mengakui potensi Tindakan :
kelemahan untuk 1. Informasikan
mengubah rutinitas kepada keluarga
keluarga meningkat dari 2 ( untuk memodifikasi
jarang menunjukkan) Gaya Hidup :
menjadi 4 (sering mengurangi asupan
menunjukkan) Garam sehari hari
dengan diit ukuran
dalam konsumsi
satu sendok teh atau
6 gram dalam
sehari.
2. Informasikan
kepada keluarga
mengenai klinik
kesehatan atau
puskesmas terdekat
yang bisa dijangkau
secara gratis
73

TUK 5 Keluarga
TUK 5 Keluarga Mampu Mampu memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas fasilitas Kesehatan
Kesehatan Domain 6 : system
kesehatan
Domain IV : pengetahuan Kelas Y : Mediasi
tentang kesehatan dan system kesehatan 7400
perilaku Intervensi : panduan
system pelayanan
Kelas S: pengetahuan 1806 kesehatan
promosi kesehatan
Outcomes : pengetahuan Tindakan :
sumber-sumber kesehatan 1. Bantu keluarga untuk
Indicator : memilih professional
Strategi untuk mengakses perawatan kesehatan
layanan kesehatan meningkat yang tepat
dari 2 (pengetahuan terbatas) 2. Informasikan kepada
menjadi 4 ( pengetahuan keluarga mengenai
banyak. pebedaan berbagai
jenis fasilitas
pelayanan kesehatan
(misalnya klinik,
puskesmas, rumah
sakit umum)
3. Informasikan kepada
keluarga mengenai
biaya dan
memanfaatkan kartu
jaminan social yang
dimilki oleh keluarga
74
75

F. CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
1 Nyeri Akut Kamis, 11 Nove TUK 1: Keluarga mampu mengenal Subjektif :
berhubungan
mber 2021 masalah kesehatan  Keluarga mengatakan bahwa faktor penyebab nyeri
pada Ibu S adalah karena pola makan yang tidak 76
dengan agen Jam 13.00 WIB Dengan menggunakan lembar balik dan terkontrol
pencedera leaflet:  Keluarga menyatakan mulai terbuka pikirannya
1. Melakukan pendidikan kesehatan tentang nyeri setelah mendapatkan penjelasan dari
fisiologis pada
mengenai nyeri perawat
keluarga Bapak H 2. Memberikan informasi kepada keluarga  Keluarga mengatakan ingin mendapatkan
khususnya ibu S bahwa nyeri dapat mengganggu pengetahuan yang lebih banyak lagi tentang
kesehatan mengatasi nyeri
(SDKI D.0077)
3. Memberikan reinforcement positif
terhadap keluarga saat keluarga aktif saat Objektif :
diberikan pendidikan kesehatan  Keluarga memperhatikan saat perawat
mengenai nyeri menyampaikan materi mengenai nyeri
 Keluarga aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan evaluasi
 Terdapat kontak mata selama proses diskusi
 Sesekali menganggukkan kepala saat diberi
penguatan atau penjelasan.

Analisis:
 TUK 1 tercapai, dimana mampu mengenal masalah
nyeri
 Mengetahui faktor penyebab nyeri
 Tanda dan gejala nyeri
 Upaya yang dapat dilakukan

Perencanaan:

Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga


mengambil keputusan
Kamis, 11 Nove TUK : 2 keluarga memutuskan masalah Subjektif:
mber 2021 kesehatan  Keluarga mampu menyebutkan akibat nyeri jika
1. Menjelaskan pada keluarga tentang tidak ditangani
Jam 14.00 WIB akibat lanjut lanjut dari masalah nyeri  Keluarga mampu menyebutkan alternatif
2. Menjelaskan kepada keluarga mengenai pemecahan masalah nyeri yaitu perawatan di
alternatif pemecahan masalah nyeri yang rumah dan kunjungan ke pelayanan kesehatan
dialami oleh Ibu S apabila gejala nyeri bertambah
3. Membantu keluarga menetapkan  Keluarga mampu memilih tindakan perawatan dan
keuntungan dan kerugian masing-masing pencegahan nyeri dengan Slow Deep Breathing dan
alternatif pemecahan masalah. mengkonsumsi rebusan daun seledri
4. Memberikan motivasi/dukungan
keluarga memilih alternatif Objektif:
5. Memberi pujian atas pilihan yang tepat Keluarga tampak mempertimbangkan setiap
77
No Diagnosa Tanda
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan tangan
1. Manajemen Kamis, 18 TUK 3 Subjektif:
Kesehatan
November 2020  Keluarga mengatakan mengingat cara merebus
Keluarga mampu memberikan perawatan daun seledri 78
Keluarga Tidak Jam 13.00 WIB kepada Ibu S dengan Hipertensi  Ibu S mengatakan mengurangi jumlah asupan
Efektif 1. Mengevaluas garam dalam makanannya sehari hari yang
i tekanan darah Ibu S sebelum biasanya bisa tiga sendok makan sehari saat ini
berhubungan melakukan rebusan daun seledri Ibu S mengatakan kurang lebih satu sendok
dengan 2. Mengevaluas makan sehari yang dicampurkan kedalam
i keluarga Khususnya Ibu S tentang masakannya
kompleksitas Rebusan Daun Seledri
3. Mengevaluas  Ibu S mengatakan belum terbiasa dengan
program makanan yang tidak asin karena Ibu S sangat
i keluarga khususnya Ibu S terkait diit
perawatan/pengob Rendah garam dan menu makanan menyukai makanan dengan rasa asin.
atan pada serta Istirahat  Ibu S mengatakan saat waktu senggang di pagi
4. Mengevaluas dan sore hari terkadang melakukan peregangan
keluarga Bapak H i tekanan darah setelah melakukan mengikuti gerakan gerakan yang ada di leaflet
khususnya ibu S rebusan daun seledri yang diberikan oleh perawat.
 Keluarga mengatakan selalu mengingatkan Ibu S
(SDKI D.0115) untuk sesekali melakukan salah satu gerakan
rebusan daun seledri

Objektif:
 Keluarga khususnya ibu S tampak paham cara
melakukan rebusan daun seledri
 Keluarga khususnya ibu S mengikuti arahan
yang di demonstrasikan oleh perawat secara
berulang
 Tekanan Darah :

Sebelum mengkonsumsi rebusan daun seledri :


140/90 mmHg menggunakan
sphygmomanometer dan stetoskop setelah 2jam
mengkonsumsi rebusan daun seledri: 130/ 80
mmHg

Analisis:

Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Ibu


S bila tekanan darahnya tinggi dimana Orientasi
keluarga Meningkat dari 2 (lemah) menjadi 4 (kuat)
serta perilaku patuh: pengobatan yang disarankan
dari 1(tidak pernah menunjukan ) menjadi 4 (sering
menunjukan)

Perencanaan:

Lanjutkan TUK 3 dua hari lagi secara mandiri


79
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda
Keperawatan tangan
1. Manajemen Minggu , 21 TUK 3 Subjektif:
Kesehatan
November 2021  Keluarga mengatakan saat ada waktu senggang
Keluarga mampu memberikan perawatan menonton video music dan membaca leaflet 80
Keluarga Tidak Jam 15.00 WIB kepada Ibu S dengan Hipertensi mengingat cara pembuatan rebusan daun seledri
Efektif 1. Mengevaluasi tekanan darah Ibu S  Keluarga mengatakan mampu membuat rebusan
sebelum mengonsumsi rebusan daun daun seledri tanpa melihat leaflet
berhubungan
seledri  Ibu S mengatakan konsisten mulai mengurangi
dengan 2. Mengevaluasi keluarga Khususnya Ibu S jumlah asupan garam dalam makanannya sehari
kompleksitas tentang cara membuat rebusan daun kurang lebih satu sendok teh yang sebelumnya
seledri satu sendok makan
program
3. Mengevaluasi keluarga khususnya Ibu S  Ibu S mengatakan tidurnya dimalam hari kurang
perawatan/pengob terkait diit Rendah garam dan menu nyenyak walaupun sudah merendamkaki dengan
makanan serta Istirahat air hangat karena sedang ada pikiran
atan pada
4. Mengevaluasi tekanan darah setelah memikirkan cucu nya yang sedang sakit dan
keluarga Bapak H mengonsumsi rebusan daun seledri rumahnya berjauhan.
khususnya ibu S  Ibu S mengatakan memulai waktu tidur diatas
jam 9 malam dan selalu terbangun .
(SDKI D.0115)
Objektif:
 Keluarga khususnya ibu S tampak mengingat
cara pembuatan rebusan daun seledri
 Keluarga melakukan rebusan daun seledri secara
mandiri namun didampingi oleh perawat
 Keluarga tampakk antusias saat diajak untuk
membuat rebusan daun seledri
 Tekanan Darah :

Sebelum rebusan daun seledri : 150/100 mmHg


menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop
Setalah rebusan daun seledri selama 2jam yang
diukur 90 menit setelah melakukan rebusan daun
seledri : 140/ 80 mmHg

Analisis:

Keluarga mampu melakukan perawatan kepada Ibu


S bila tekanan darahnya tinggi dimana Orientasi
keluarga Meningkat dari 2 menjadi 4 serta perilaku
patuh: pengobatan yang disarankan menjadi sering
menunjukan.

Perencanaan:

Pertahankan diit rendah garam dengan satu sendok


teh garam per hari dan menjaga menu makanan.
81
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan  adalah tahap dasar dari seluruh

proses keperawatan dengan tujuan mengumpulkan informasi dan data-data pasien.

Agar dapat mengidentifikasi masalah-masalah, kebutuhan kesehatan

dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Perbandingan

data yang terdapat pada teori dengan data yang ditemukan pada kasus memiliki

beberapa kesamaan seperti Keluarga Bapak H merupakan Keluarga Tradisional

tipe Nuclear Family (Friedman, 2010) karena bapak H tinggal dengan istri dan

dua orang anaknya di rumah miliknya sendiri. Tahap Perkembangan keluarga

Bapak H sesuai teori adalah tahap perkembangan usia Remaja (Friedman, 2010)

karena anak pertama Bapak H masih menduduki bangku Sekolah Menengah

Awal.

Gejala yang dirasakan oleh Ibu S yaitu selalu mengeluhkan sakit kepala dan

pusing dan didukung oleh pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan perawat

yang mendapatkan hasil Tekanan Darah 150/100 mmHg. Berdasarkan teori

Hipertensi Ibu S berada dalam Tingkatan Grade 1 dimana nilai sistoliknya 150

mmHg dan diastoliknya 100 mmHg. Ibu S tidak pernah memeriksakan tekanan

darahnya, Ibu S memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan

mengatakan dirinya tidak menjaga pantangan makanan. Ibu S belum mengalami

komplikasi, jika kondisi tekanan darah yang tinggi terus dibiarkan akan
83

meningkatkan resiko terjadinya komplikasi. Mortalitas pada pasien hipertensi

lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan

komplikasi ke beberapa organ vital (Hardi, 2015). Kebiasaan Ibu S

mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam yang tinggi menjadi salah satu

faktor resiko terjadinya Hipertensi diperkuat oleh teori menurut Kemenkes RI,

2018. Garam menyebabkan penumpukkan cairan didalam tubuh karena menarik

cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga akan terus meningkatkan volume

dan tekanan darah. Selain itu Ibu S jarang melakukan aktivitas fisik seperti

olahraga, menurut (Kemenkes RI, 2018) Olahraga yang teratur dapat membantu

menurunkan tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan.

Dengan melakukan olahraga atau aktivtas fisik yang terartur akan memicu

terjadinya penurunan darah.

Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga pada keluarga Bapak H terdapat

perbedaan Keluarga Bapak H khususnya Ibu S tidak menyadari dirinya Hipertensi

Grade 1 serta tidak memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan hal ini

dikatakan bahwa keluarga belum mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga

dan fungsi perawatan kesehatan belum terpenuhi. (Harmoko, 2012)

B. Diagnosa Keperawatan

Penulis menggunakan sumber dari NANDA (North America Nursing

Diagnosa Association) 2018-2020 , sebab dasar untuk menentukan diagnosa.

Dalam teori disebutkan bahwa ada beberapa masalah keperawatan yang dapat
84

muncul dalam Keperawatan keluarga diantaranya adalah diagnosa yang

ditemukan oleh penulis.

Diagnosa yang diangkat oleh penulis adalah Nyeri Akut pada Keluarga

Bapak H Khususnya Ibu S karena Ibu S mengatakan bahwa 1 tahun belakangan

ini sakit kepalanya sering muncul dan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak

Efektif karena kemampuan keluarga menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga

masih kurang maksimal Khususnya ibu S. Dalam teori nyeri akut dalam teori

adalah pengalaman sensori oleh emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai

kerusakan (Herdman, 2018). Karena pada saat pengkajian penulis menemukan

keluhan dari anggota keluarga yang Hipertensi (Ibu S) mengalami sakit kepala

dan nyeri tungkuk. Adapun pengertian ketidakefektifan manajemen kesehatan

keluarga dalam teori adalah pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses

keluarga, suatu program untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak

memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu dari unit keluarga

(Herdman, 2018). Penulis mengangkat diagnosa tersebut dengan

mempertimbangkan beberapa batasan karakteristik yang ada dalam diagnosa

tersebut salah satunya adalah : kurang perhatian pada penyakit (Herdman, 2018)

baik dari Ibu S ataupun keluarga terlihat dari kasus Ibu S tidak pernah

memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan serta ungkapan dari Ibu S bahwa

keluarga nya jarang peduli jika Ibu S mengeluh sakit.

Adapun pengertian Ketidak efeketifan pemeliharaan kesehatan dalam teori

adalah pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam proses keluarga, suatu


85

program untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk

memenuhi tujuan kesehatan tertentu dari unit keluarga (Herdman, 2018). Penulis

mengangkat diagnosa tersebut dengan mempertimbangkan beberapa batasan

karakteristik yang ada dalam diagnosa tersebut salah satunya adalah : kurang

perhatian pada penyakit (Herdman, 2018) baik dari Ibu S ataupun keluarga terlihat

dari kasus Ibu S tidak pernah memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan serta

ungkapan dari Ibu S bahwa keluarga nya jarang peduli jika Ibu S mengeluh sakit.

C. Intervensi Keperawatan

Dalam teori disebutkan Perencanaan atau Intervensi keperawatan

keluarga adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat

untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan dengan

melibatkan anggota keluarga (Muthia and Hasibuan, 2018). Intervensi

Keperawatan keluarga yang dilakukan dalam kasus keluarga Bapak H

adalah tindakan Keperawatan secara Langsung, observasi dan Pendidikan

kesehatan. Tindakan keperawatan langsung pada keluarga adalah Perawat

melakukan komunikasi terapeutik dengan keluarga , pemeriksaan fisik pada

setiap anggota keluarga dan melakukan pemeriksaan Tekanan darah pada

setiap anggota keluarga khususnya Ibu S. Tindakan Observasi dari perawat

adalah memonitor Tekanan darah, asupan garam harian,Istirahat dan

aktivitas fisik. Edukasi pada keluarga diberikan melalui pendidikan

kesehatan tentang Hipertensi dan Nyeri.


86

Menurut (Friedman, 2010) terdapat 3 macam Intervensi Keluarga yaitu

Intervensi Suplemental (adalah Intervensi dengan rencana pemberian

pelayanan secara langsung kepada keluarga sebagai sasaran), fasilitatif

( intervensi yang diberikan dengan rencana dalam rangka membantu

mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis,

kesejahteraan social dan transportasi) dan Developmental (intervensi yang

diberikan dengan rencana perawat membantu keluarga dalam kapasitasnya

untuk menolong dirinya sendiri (membuat keluarga untuk mandiri) dengan

kekuatan dan sumber pendukung yang ada pada keluarga). Dalam kasus ini

perawat memberikan jenis Suplemental berupa Pendidikan Kesehatan

tentang Hipertensi dan Insomnia, perawat memberikan Tindakan Senam

Hipertensi. Intervensi Fasilitatif yang diberikan adalah pemberian leaflet

Hipertensi, Nyeri, Slow Deep Breathing dan Rebusan Daun Seledri serta

membantu keluarga untuk memanfaatkan akses pelayanan kesehatan

menggunakan kartu jaminan sosial contohnya Kartu Indonesia Sehat (KIS)

yang dimiliki oleh keluarga. Intervensi developmental berupa keluarga

diharapkan mampu memahami proses penyakit Hipertensi , dapat

melakukan Slow Deep Breathing sebagai pilihan untuk aktivitas mengurangi

nyeri , dan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada

dengan sumber dukungan kartu Indonesia sehat (KIS).

Intervensi suplemental : Mengkonsumsi Rebusan Daun Seledri ini

diberikan kepada Keluarga Bapak H khususnya Ibu S tujuan Daun seledri

umunya dapat menurunkan dan mengontrol tekanan darah antara lain,


87

memberikan efek dilatasi pada pembuluh darah dan menghambat

angiotensin converting enzym (ACE) serta penghambat sistem renin-

angiotensin dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam meningkatkan

tekanan darah(Wenny Lazdia, Widia Afdilatul Rahma, Anggi Sakinah

Lubis, 2020). Intervensi ini dilakukan sebanyak 2x sehari dan dilakukan

pengukuran tekanan darah pre dan post mengkonsumsi rebusan daun

seledri oleh perawat, 2x perawat mendampingi dan 1x keluarga mencoba

sendiri. Hal ini mengacu pada salah satu oleh penelitian Kartika Dewi

(2010) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dari etanol seledri

menghasilkan penurunan tekanan darah. Penelitian dilakukan pada populasi

pria umur dewasa dengan usia 18- 23 tahun. Subjek penelitian meminum

ekstrak etanol seledri dalam bentuk kapsul sebanyak sekali sehari selama

satu minggu dengan dosis 1 x 550 mg yang setara 5,5 gram seledri kering.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah

sistolik sebesar 5,7% (6,62 mmHg), sedangkan tekanan darah diastolik

mengalami penurunan sebesar 5,95% (4,59 mmHg). Hal ini membuktikan

bahwa ekstrak etanol seledri dapat berefek menurunkan tekanan darah,

walaupun penurunan tekanan darah diastolik lebih rendah daripada tekanan

darah sistolik.

Selain itu perawat menyusun rencana diit rendah garam : 1 sendok teh

per hari dan Istirahat yang cukup : kurang lebih 7-8 jam perhari. Pada

pasien hipertensi dianjurkan untuk istirahat yang cukup , Istirahat yang

cukup dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot bekerja. Dengan


88

istirahat yang cukup , tidur mampu mengembalikan aliran darah ke otak

(Hardi, 2015). Selain itu penderita Hipertensi juga disarankan untuk

melakukan pencegahan peningkatan tekanan darah secara terus menerus.

Beberapa cara pencegahan atau pengontrolan tekanan darah diantaranya

adalah dengan Olahraga , menjalankan diet Hipertensi, Istirahat yang

cukup, tidak merokok dan minum alcohol (Hardi, 2015).

D. Implementasi Keperawatan

Proses keperawatan dilakukan mulai dari tanggal 11 November 2021

sampai 21 November 2021. Dari beberapa intervensi keperawatan

keluarga , penulis melakukan implementasi diantaranya : Implementasi

secara langsung yang diberikan berupa komunikasi terapeutik dengan

keluarga , pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga dan melakukan

pemeriksaan Tekanan darah pada setiap anggota keluarga khususnya Ibu S,

demonstrasi dan melakukan Slow Deep Breathing serta membuat rebusan

daun seledri bersama keluarga. Impelentasi pendidikan kesehatan tentang

Hipertensi, Nyeri, Slow Deep Breathing dan mengkonsumsi Rebusan daun

Seledri. Perawat melakukan observasi Tekanan darah sebelum dan sesudah

melakukan senam hipertensi, serta pemantauan diit rendah garam pada Ibu

S.

Tindakan mengkonsumsi rebusan daun seledri yang disarankan adalah

sebanyak 2x sehari dan dilakukan pengukuran pre dan post rebusan daun

seledri(2jam setelah mengkonsumsi) (Nurngaini Asmawati, 2015). Maka


89

dari itu penulis melakukan tindakan mengkonsumsi rebusan daun seledri

selama 3x, untuk pelaksanaannya dilakukan pertama di hari Kamis tanggal

11 November 2021, kedua pada hari Sabtu 13 November 2021 dan ketiga

pada hari Senin 15 november 2020. Diperkuat oleh penelitian yang

dilakukan Muzakar dan Nuryanto (2012) dengan memberikan rebusan

seledri pada penderita hipertensi selama 3 hari dua kali sehari. Rata-rata

penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan air rebusan seledri

adalah 20,32 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik

setelah diberikan air rebusan seledri adalah 7,09 mmHg.

Selanjutnya perawat memberikan diit rendah garam dengan program

konsumsi garam satu sendok teh perhari atau setara dengan 6 gram.

(Trisnawan, 2019) serta mempertahankan istirahat tidur yang cukup (7-8

jam perhari) (P2PTM, 2018). Hal ini sejalan dengan program aksi kecil

untuk menurunkan Tekanan darah oleh (P2PTM, 2018) Membatasi

konsumsi garam : Kebanyakan asupan garam akan merusak keseimbangan

natrium dan kalium, sehingga menyulitkan ginjal bekerja dengan baik.

Kondisi ini akan memicu terjadinya retensi (penumpukan) cairan diikuti

dengan naiknya tekanan darah. Aktif Bergerak (olahraga) : olahraga yang

disarankan adalah senam (seperti jalan, jogging, lari), yoga dan meditasi.

Olahraga sebaiknya dilakukakn secara teratur , dengan olahraga peredaran

darah akan lancar. Selain itu olahraga juga mampu membakar lemak

mencegah terjadinya kelebihan berat badan. Selanjutnya Istirahat yang

cukup : Istirahat yang cukup dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan


90

otot bekerja. Dengan istirahat yang cukup , tidur mampu mengembalikan

aliran darah ke otak.

Dalam pelaksanaan implementasi penulis melalui beberapa faktor

penghambat seperti waktu yang digunakan untuk tindakan terlalu singkat

karena hanya 1 minggu pelaksanaan Implementasinya untuk

mengkonsumsi rebusan daun seledri.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan : mengkonsumsi rebusan daun seledri

selama 3x dalam satu minggu dan pengukuran tekanan darah dilakukan pre

dan post mengkonsumsi rebusan daun seledri didapatkan hasil Tekanan

darah pada Ibu S mengalami penurunan pada tekanan darah sistolik

maupun diastolic sekitar 10-20 mmHg. Hasil yang didapatkan dari

Pelaksanaan mengkonsumsi rebusan daun seledri tersebut dilihat dari

diagram garis tekanan darah mengalami penurunan setalah melakukan

mengkonsumsi rebusan daun seledri yang diukur konsisten 2jam setelah

mengkonsumsi rebusan daun seledri. Pertama kali hasil tekanan Darah

sistolik dari 150 mmHg setalah tindakan menjadi 130 mmHg, diastolic dari

100 mmHg menjadi 90 mmHg. Pada kunjungan kedua pelaksanaan

hipentensi hasil : tekanan sistolik dari 130 mmHg menjadi 120 mmHg,

tekanan darah diastolic dari 90 mmHg menjadi 80 mmHg. Kunjungan

ketiga pelaksanaan mengkonsumsi rebusan daun seledri hasil : tekanan

darah sistolik 140 mmHg menjadi 130 mmHg dan tekanan darah diastolic

dari 100 mmHg menjadi 80 mmHg. Hal ini sesuai dengan yang
91

disampaikan oleh Muzakar, Nuryanto 2012 mengatakan bahwa

mengkonsumsi rebusan daun seledri yang dilakukan 2x sehari dengan hasil

rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 20,32 mmHg dan rata-

rata penurunan tekanan darah diastolik adalah 7,09 mmHg.

Penurunan tekanan darah ini didukung juga dengan pembatasan asupan

garam perharinya satu sendok teh/hari (6 gram) karena garam

menyebabkan penumpukkan cairan didalam tubuh karena menarik cairan

diluar sel agar tidak dikeluarkan sehingga akan terus meningkatkan volume

dan tekanan darah. Maka dari itu penderita Hipertensi disarankan untuk

membatasi asupan garam harian (Trisnawan, 2019). Selain itu Ibu S

mempertahankan istirahat tidur 7-8 jam perhari (P2PTM, 2018).

Masalah nyeri teratasi dengan Terapi Slow Deep Breathing yang

dilakukan secara rutin oleh Ibu S setiap malam, namun pada kunjungan

tanggal 13 November 2021 Ibu S mengalami nyeri kembali karena terlalu

banyak mengonsumsi olahan makanan daging sapi. Hal ini menjadi salah

satu pemicu peningkatan tekanan darah karena mayoritas pengolahan

daging sapi menggunakan garam yang cukup banyak. Menambahkan

banyak garam, menggoreng daging dengan minyak lemak jenuh, termasuk

menambahkan santan bisa memicu naiknya tekanan darah. Bagian lemak

jenuh pada daging kambing juga bisa memicu tekanan darah tinggi.

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat menimbulkan resiko hipertensi

karena akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol

tersebut akan melekat pada dinding pembuluh darah yang lama-kelamaan


92

pembuluh darah akan tersumbat diakibatkan adanya plaque dalam darah

yang disebut dengan aterosklerosis.

Didukung oleh Syahrini, Susanto & Udiyono (2012) yang

menyatakan bahwa konsumsi garam, dan kebiasaan konsumsi

makanan berlemak yang merupakan faktor risiko penyakit hipertensi,

maka masyarakat harus memperhatikan hal-hal yang harus segera

dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya hipertensi maupun

komplikasinya.Terdapat persamaan antara kasus dengan teori , pasien

dengan Hipertensi membutuhkan Aktivitas olahraga Rutin, pengaturan diit

rendah garam serta istirahat yang cukup . Penulis memberikan Rencana

tindak lanjut kepada keluarga agar meruntinkan olah raga dan

mengkonsumsi rebusan daun seledri mengingat tujuan rebusan daun seledri

dapat menurunkan tekanan darah dan tetap mempertahankan diit Rendah

garam serta istirahat 7-8 jam perhari dan terapi rendam kaki air hangat jika

perlu.

.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa


hasil “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Bapak H Khususnya Ibu S
Dengan Penerapan Mengonsumsi Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Di Desa Cisarua Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta
2021” yang dilakukan pada tanggal 10 - 21 November 2021. Maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengkajian Keluarga

Bapak H merupakan Keluarga Tradisional tipe Nuclear Family. Ibu S

selalu mengeluhkan sakit kepala dan pusing dilakukan pemeriksaan

tekanan darah oleh perawat : Tekanan Darah 150/100 mmHg (Grade 1)

dimana nilai sistoliknya 150 mmHg dan diastoliknya 100 mmHg. Ibu S

tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya, Ibu S memiliki kebiasaan

mengkonsumsi makanan asin , dan mengatakan dirinya cenderung tidak

menjaga pantangan makanan.

2. Diagnosa yang diangkat oleh

penulis adalah Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga pada

Keluarga Bapak H Khususnya Ibu S dan Insomnia pada Keluarga Bapak H

Khususnya Ibu S.

3. Penulis memberikan Rencana

tindakan atau Intervensi Keperawatan keluarga yang dilakukan dalam

kasus keluarga Bapak H adalah tindakan Keperawatan secara Langsung,


94

observasi dan Pendidikan kesehatan. Intervensi dilakukan secara

suplemental : Rebusan Daun Seledri, Intervensi Fasilitatif : pemberian

leaflet Hipertensi, nyeri, Slow Deep Breathing dan rebusan daun seledri

serta membantu keluarga untuk memanfaatkan akses pelayanan kesehatan

menggunakan kartu jaminan social (KIS) yang dimiliki oleh keluarga.

Intervensi developmental : keluarga diharapkan mampu memahami proses

penyakit Hipertensi , dapat melakukan tindakan rebusan daun seledri

sebagai pilihan untuk pengobatan nonfarmakologis, dan dapat

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada denganumber

dukungan kartu jaminan social (KIS).

4. Implementasi Rebusan daun

seledri dilakukan sebanyak 2x sehari. Dimana setiap kali mengkonsumsi

dilakukan pengukuran Tekanan Darah sebelum dan sesudah

mengkonsumsi rebusan daun seledri. selain itu perawat bekerja sama

dengan keluarga untuk melakukan diit rendah garam(6 gram atau setara

dengan satu sendok teh perhari) dan pertahankan Istirahat yang cukup (7

-8 jam / hari).

5. Evaluasi akhir keluarga mampu

mengenal Hipertensi, merawat anggota keluarga yang Hipertensi,

menerapkan Rebusan daun seledri sebagai salah satu cara menurunkan

tekanan darah. Didapatkan hasil Tekanan Darah Ibu S mengalami

penurunan Sistolik maupun diastolik sebesar 10 – 20 mmHg setelah

Senam, Pengukuran ini dilakukan 2jam setelah mengkonsumsi rebusan


95

daun seledri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tekanan darah dapat

mengalami penurunan dengan menggunakan tindakan Rebusan daun

seledri dalam frekuensi 2x sehari. Selain itu, keluarga khususnya Ibu S

mampu menerapkan diit rendah garam dan istirahat yang cukup. Keluarga

mampu memodifikasi lingkungan dan mempertahankan suasana rumah

yang menguntungkan kesehatan keluarga serta mau memanfaatkan

Fasilitas kesehatan yang ada.

B. Saran

Adapun beberapa rekomendasi dari hasil asuhan keperawatan ini diuraikan

sebagai berikut:

1. Penulis mengalami hambatan kurangnya waktu untuk melihat efek dari

mengkonsumsi rebusan daun seledri karena hanya dilakukan selama 1

minggu. Diharapkan kepada penulis selanjutnya mampu menambahkan

lama nya waktu untuk melihat perkembangan penurunan atau penaikan

tekanan darah lebih tepat lagi.

2. Bagi penulis selanjutnya diharapkan memperbarui metode pengenalan

rebusan daun seledri agar Keluarga khususnya penderita mudah

mengingat dengan baik

3. Penulis selanjutnya diharapkan selain menjalankan diit rendah garam

perlu melihat menu diet Hipertensi lainnya yang sesuai dengan menu diet

DASH (Dietary Approaches to stop hypertension).


96

DAFTAR PUSTAKA

Alimohammad, H. s. l. : (2018). Effek Of Hand and foot surface Sroke massage
on anxiety and vital sign ACS. Komplamentary terapy.

Batlibangkes. (2018). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, K. C. C., Prapti, N. G. P., & Saputra, I. K. (2016). Hubungan dukungan


keluarga dengan tingkat kepatuhan penatalaksanaan diet lansia dengan hipertensi
di lingkungan Kelurahan Tonja. Jurnal Keperawatan Community of Publishing in
Nursing (COPING) Ners.

Dinas Kesehatan. (2018). Laporan Kerja Instansi Pemerintah Tahun 2018. Dinas
Kesehatan Jawa Barat.

Dinas Kesehatan. (2020). Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten


Purwakarta Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta.

Dreisbach A. (2014). Epidemiology of Hypertension: Overview, National


Estimates of Hypertension, Worldwide Estimates of Hypertension. Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/1928%0A048-overview#a2

Hartono, S. H. (2019). Studi: Konsumsi Makanan Siap Saji di Indonesia


Meningkat, 28% Kalori Orang Kota Berasal dari Junk Food. Health.Girid.Id.
https://health.grid.id/read/351930138/studi-%09konsumsi-makanan-siap-saji-di-
indonesia-meningkat-28-kalori-orang-kota-berasal-dari-junk-food

Kartika Mariyona. (2020). Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi dengan


Pemberian Air Rebusan Seledri (Apium graveolens L). Maternal And Neonatal
Health Journal, 4(1), 1–6.

P2PTM, D. (2018). Fakta dan Angka Hipertensi - Direktorat P2PTM.

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


97

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Batlibankes.


http://www.depkes.go.id/resources/download/%0Ageneral/Hasil Riskesdas
2013.pdf

Rokom. (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat - Sehat


Negeriku. Redaksi Sehat Negriku.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20190517/5130282/hipe
%09rtensi-penyakit-paling-banyak-diidap-masyarakat/

Rosmin Ilham, Sri A. Ibrahim, M., & Igirisa, D. P. (2020). Pengaruh Terapi
Reminiscence Terhadap Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
jambura. Journal Of Helalth Science And Research, 2(1).
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjhsr/artic%0Ale/view/4349

Wenny Lazdia,Widia Afdilatul Rahma,Anggi Sakinah Lubis, T. S. (2020).


Pengaruh Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah PAda
Penderita Hipertensi. Empowering Society Journal, 1(1), 26–32.

WHO. (2018). GLOBAL STATUS REPORT on noncommunicable diseases.


https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/148114/978924%091564854_eng
.pdf;jsessionid=6DA6516D2ED56DF73C8B07A88F7A42D%096?sequence=1

Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. KEMENKES RI.


98

Lampiran 1

KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR

TANGGAL KEGIATAN PARAF KETERANGAN

BIMBINGAN
08 November 2021 Bimbingan TA Bimbingan
kelompok via zoom

11 November 2021 Pengajuan Askep Perbaiki di analisa


Keluarga binaan data dx pertamadan
kedua sikronkan
denganhasil
pengkajian
18 November 2021 Pengajuan reviasan Benarkan di DX
askep keluarga binaan pertama
dan pengajuan BAB 1
dan BAB II

23 November 2021 Pengajuan BAB IV Benarkan di data


dan BAB V objektif

11 Desember 2021 Pengajuan BAB IV Acc sidang dan


dan BAB V lanjut persiapan
sidang

Kepala Program Studi Keperawatan (S1&Profesi Ners) Sek. Prodi Profesi Ners
Kiki Deniati, S.Kep, Ns., M.Kep Ns. Martadinata, S.Kep

NIDN. 0316028302 NIK. 122003199618


99

Lampiran 2

SATUAN ACUAN PENYULUHAN


(SAP)
1.1 Satuan Acuan Pembelajaran

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian hipertensi
b. Tanda dan Gejala hipertensi
c. Faktor pemicu penigkatan hipertensi
d. Klasifikasi hipertensi
Sasaran : Keluarga Bapak H
Waktu : Harian
Tanggal : 2021
Tempat Pelaksanaan : Rumah Ibu S

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mendapatkan pelajaran tentang hipertensi, keluarga diharapkan
memahami dan mengerti tentang penyakit diabetes melitus

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mendapatkan pelajaran tentang hipertensi, keluarga Bapak Y dapat :
a. Menjelaskan Pengertian hipertensi
b. Menyebutkan macam-macam hipertensi
c. Menyebutkan Penyebab hipertensi
d. Menyebutkan Tanda dan Gejala hipertensi

III. MATERI PELAJARAN


a. Pengertian hipertensi
b. Tanda dan Gejala hipertensi
100

c. Faktor pemicu penigkatan hipertensi


d. Klasifikasi hipertensi
IV. PESERTA
Keluarga Bapak H

V. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

VI. MEDIA
Leaflet

VII. EVALUASI
a. Keluarga dapat menjelaskan Pengertian Hipertensi
b. Keluarga dapat menyebutkan Penyebab Hipertensi
c. Keluarga dapat menyebutkan Tanda dan Hipertensi
d. Keluarga dapat menyebutakan klasifikasi Hipertensi

VIII. SUSUNAN ACARA


Tahap Kegaitan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode Waktu
Kegiatan
Orientasi 1. Memberikan salam 1. Menjawab salam Ceramah 2
2. Perkenalan 2. Merespon dengan baik menit
3. Tujuan 3. Mendengarkan
Kerja Penyampaian materi 1. Peserta mendengarkan Ceramah 15
1. Pengertian 2. Peserta memperhatika menit
hipertensi 3. Peserta ikut memperhatikan
2. Tanda dan prosedur
Gejala
hipertensi
3. Faktor pemicu
penigkatan
hipertensi
4. Klasifikasi
101

hipertensi
Terminasi 1. Diskusi 1. Aktif bertanya Tanya 5
2. Evaluasi 2. Menjawab jawab menit
3. Kesimpulan 3. Kondisi peserta stabil
4. Salam penutup 4. Menjawab salam
102

Lampiran 3

BIOGRAFI PENULIS

I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Yulif Maulidia
Nama Panggilan : Ulif
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta 08 Juli 1999
Agama : Islam
Hobby : Jalan-Jalan
Email : yulifmaulidia7@gmail.com
Alamat : Perumahan Green Garden Blok B16 No.19 Rorotan, Cilincing

II. PENDIDIKAN FORMAL


2005-2011 : SD NEGERI 10 CAKUNG TIMUR
2011-2014 : SMP NEGERI 256 JAKARTA
2014-2017 : SMK NEGERI 4 JAKARTA
2017-2021 : STIKes MEDISTRA INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai