Untuk Memenuhi Nilai Tugas PKK Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
DISUSUN OLEH:
THYAS AGUSTINA HUTRIANINGRUM
17.156.01.11.038
4A KEPERAWATAN
STIKes MEDISTRA INDONESIA
2021
LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
A. Masalah utama
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan prubahan sesnori oerseosi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan, pengecapan, perbabaan atau pengciuman. Klien merasakan stimulus
yang sebernarnya tidak ada. ( Keliat dan Akemat, 2010).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dannsarngsangan eksternal(dunia uar). Klien
memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau
rangsangan yang nyata. (Farida,2010).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Sesatu penerapam panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Stau penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu. (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi
pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas.(Sunaryo, 2004).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).
Tanda gejala:
a. Bicara, senyum, tertawa semdiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, mengirup
(mencium), dan merasakan suatu yang tidak nyata
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal
h. Menarik diri menghindar dari orang lain
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapih
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah
m. Menyalahkan diri atau orang lain
n. Muka marah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nafas terengah-engah
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat
2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun danm atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang- kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan
(Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase
halusinasinya). Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan
halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.
Halusinasi Karakteristik Perilaku klien
FASE I Klien mengelami perasaan Tersenyum dan tertawa
Comforting seperti ansietas, kesepian, rasa tidak sesuai mengerakan
Ansietas sebagai bersalah dan takut mencoba bibir danpa suara
halusinasi utnuk berfokus pada pikiran menggerkan mata yang
menyenangkan menyenangkan untuk cepat dan respon verbal
merendahkan ansietas yang lambat jika sedang
individu mengenal bahwa asik sendiri meningkat
pikiran-pikiran dan tanda-tanda serta
pengalaman sensor berada otonomi
dalam kondisi keasadraan jika
ansietas dapat dilindungu
psikotik.
FASE II Pengalaman sensasi Ansietas
Complementing menjijikan dan sepertipeningkatan
Ansietas berat menakutkan,klien mulai lepas denyut jantung
halusinasi kendali dan mungkin pernafasan dan tekanan
memberatkan mencoba untuk mengambil darah, rentang perhatian
jaraknya dengan sumber yang menyempit asik dengan
dipersepsikan klien mungkin penglaman sensori dan
mengalami pengamalan kehilangan kemampuan
sensori dan menarik diri dari membedakan halusinasi
orang lain, psikotik ringan. dan realita.
FASE III Klien berhenti menghentikan Kemampuan
Controling perlawanan terhadap dikendalikan halusinasi
Ansietas berat halusinasi dan menyerah pada akan lebih ditakuti,
pengalamn sensorsi halusnasinya menjadi kerusakan berhubungan
menjadi berkuasa menarik, klien mengalami dengan orang lain,
pengalaman kesepian jika rentang perhatian hanya
sensori halusinasinya berhenti beberapa detik / menit
psikotik adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat
berkeringat, tremor,
tidak mampu memahami
peraturan.
FASE IV Pengalaman sensori menjadi Perilaku tremor akibat
Conquering panik mengancam jika klien panik, potensi kuat
Ansietas panik mengikuti perintah halusinasi suicida / nomicide
pengalaman berakhir dari beberapa jam / aktifitas merefleksikan
sensori hari jika intervensi terapeutif halusinasi perilaku isi,
menaklukan psikoti berat. seperti kekerasan, agitas
menarik diri katafonici,
tidak mampu merespon
terhadap pemerintah,
yang komplek tidak
mampu berespon lebih
dari satu orang
4. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain
klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal
menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan
kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus
eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala:
a. Aspek fisik
• Makan dan minum kurang
• Tidur kurang atau terganggu
• Penampilan diri kurang
• Keberanian kurang
b. Aspek emosi
• Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
• Merasa malu, bersalah
• Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
• Duduk menyendiri
• Selalu tunduk
• Tampak melamun
• Tidak peduli lingkungan
• Menghindar dari orang lain
• Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
• Putus asa
• Merasa sendiri, tidak ada sokongan
• Kurang percaya diri
5. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C
suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Tanda dan gejala:
a) Muka merah
b) Pandangan tajam
c) Otot tegang
d) Nada suara tinggi
e) Berdebat
f) Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak
senang
C. Pohon masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat
Core Problem
2. Fase Kerja
Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi
lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya
bapak!”
3. Fese Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini?
b. Evaluasi obyektif
Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami
halusinasi lagi.
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur
serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
d. Kontrak
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat
pagi”
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa
Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya :
Airlangga Universitas Press
Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition.
Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA
Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to
Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama