Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN

PERUBAHAN PERSEPASI SENSORI: HALUSINASI

DISUSUN OLEH:

MILA NURMALA

201560311064

DISUSUN OLEH:

Mila Nurmala

201560311064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA

INDONESIA
BEKASI

2021

LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN


DENGAN PERUBAHAN PERSEPASI SENSORI: HALUSINASI

A. Masalah tama
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
B. Proses terjadinya masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan prubahan sesnori oerseosi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan, pengecapan, perbabaan atau pengciuman. Klien merasakan stimulus
yang sebernarnya tidak ada. ( Keliat dan Akemat, 2010).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dannsarngsangan eksternal(dunia uar). Klien
memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau
rangsangan yang nyata. (Farida,2010).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Sesatu penerapam panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Stau penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu. (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi
pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan
menilai realitas.(Sunaryo, 2004).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007).

Tanda gejala:

a. Bicara, senyum, tertawa semdiri


b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, mengirup
(mencium), dan merasakan suatu yang tidak nyata
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal
h. Menarik diri menghindar dari orang lain
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapih
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah
m. Menyalahkan diri atau orang lain
n. Muka marah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nafas terengah-engah
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat
2. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun danm atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang- kadang terhidu bau
harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Fase halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada intensitasnya dan keparahan
(Stuart membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat fase
halusinasinya). Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan
halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.

Halusinasi Karakteristik Perilaku klien


FASE I Klien mengelami perasaan Tersenyum dan tertawa
Comforting seperti ansietas, kesepian, rasa tidak sesuai mengerakan
Ansietas sebagaibersalah dan takut mencoba bibir danpa suara
halusinasi utnuk berfokus pada pikiran menggerkan mata yang
menyenangkan menyenangkan untuk cepat dan respon verbal
merendahkan ansietas individu yang lambat jika sedang
mengenal bahwa pikiran- asik sendiri meningkat
pikiran dan pengalaman sensor tanda-tanda serta otonomi
berada dalam kondisi
keasadraan jika ansietas dapat
dilindungu psikotik.
FASE II Pengalaman sensasi menjijikan Ansietas
Complementing dan menakutkan,klien mulai sepertipeningkatan
Ansietas berat lepas kendali dan mungkin denyut jantung
halusinasi mencoba untuk mengambil pernafasan dan tekanan
memberatkan jaraknya dengan sumber yang darah, rentang perhatian
dipersepsikan klien mungkin menyempit asik dengan
mengalami pengamalan sensori penglaman sensori dan
dan menarik diri dari orang kehilangan kemampuan
lain, psikotik ringan. membedakan halusinasi
dan realita.
FASE III Klien berhenti menghentikan Kemampuan
Controling perlawanan terhadap halusinasi dikendalikan halusinasi
Ansietas berat dan menyerah pada akan lebih ditakuti,
pengalamn sensorsi halusnasinya menjadi menarik, kerusakan berhubungan
menjadi berkuasa klien mengalami pengalaman dengan orang lain,
kesepian jika sensori rentang perhatian hanya
halusinasinya berhenti psikotik beberapa detik / menit
adanya tanda-tanda fisik
ansietas berat
berkeringat, tremor, tidak
mampu memahami
peraturan.
FASE IV Pengalaman sensori menjadi Perilaku tremor akibat
Conquering panik mengancam jika klien panik, potensi kuat
Ansietas panik mengikuti perintah halusinasi suicida / nomicide
pengalaman sensori berakhir dari beberapa jam / aktifitas merefleksikan
menaklukan hari jika intervensi terapeutif halusinasi perilaku isi,
psikoti berat. seperti kekerasan, agitas
menarik diri katafonici,
tidak mampu merespon
terhadap pemerintah,
yang komplek tidak
mampu berespon lebih
dari satu orang

4. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain
klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal
menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan
kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stumulus
eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.

Tanda dan gejala:

a. Aspek fisik
• Makan dan minum kurang
• Tidur kurang atau terganggu
• Penampilan diri kurang
• Keberanian kurang
b. Aspek emosi
• Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
• Merasa malu, bersalah
• Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
• Duduk menyendiri
• Selalu tunduk
• Tampak melamun
• Tidak peduli lingkungan
• Menghindar dari orang lain
• Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
• Putus asa
• Merasa sendiri, tidak ada sokongan
• Kurang percaya diri
5. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C
suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Tanda dan gejala:
a) Muka merah
b) Pandangan tajam
c) Otot tegang
d) Nada suara tinggi
e) Berdebat
f) Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak
senang
C. Pohon masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Akibat

Core Problem

Menarik diri Penyebab

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jikasedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

 Mata merah, wajah agak merah.


 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

 Klien berbicara dan tertawa sendiri


 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup,
Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang
memperhatikan kebersihan
E. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
F. Rencana keperawatan

Diagnosa Tujuan umum Tujuan khusus


keperawatan
Perubahan sensori klien tidak terjadi Klien dapat membina hubungan
persepsi : halusinasi perubahan sensori saling percaya
persepsi: halusinasi Tindakan :
- Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal
- Perkenalkan diri dengan
sopan
- Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
yang disukai
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
- Berikan perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
Klien dapat mengenal
halusinasinya
Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus
memandang ke kiri/ke
kanan/ kedepan seolah-olah
ada teman bicara
c. Bantu klien mengenal
halusinasinya
- Tanyakan apakah ada suara
yang didengar
- Apa yang dikatakan
halusinasinya
- Katakan perawat percaya
klien mendengar suara itu ,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
- Katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti itu
- Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi
- Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri
kesempatan klien
mengungkapkan
perasaannya
Klien dapat mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien
cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara
yang digunakan klien, jika
bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk
memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi:
- Katakan “ saya tidak
mau dengar”
- Menemui orang lain
- Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
- Meminta
keluarga/teman/pera
wat untuk menyapa
jika klien tampak
bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasinya secara
bertahap
e. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang telah
dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti
TAK, orientasi, realita,
stimulasi persepsi
Klien mendapat dukungan dari
keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk
memberitahu keluarga jika
mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga
(pada saat berkunjung/pada
saat kunjungan rumah):
- Gejala halusinasi
yang dialami klien
- Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
- Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi
dirumah, diberi
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama
- Beri informasi
waktu follow up
atau kenapa perlu
mendapat bantuan :
halusinasi tidak
terkontrol, dan
resiko mencederai
diri atau orang lain
Klien memanfaatkan obat dengan
baik
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien
dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta
sendiri obat pada perawat
dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara
dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti
obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan
obat dengan prinsip 5
benar.
STRATEGI PELAKSANAAN PERUBAHAN PERSEPASI SENSORI:
HALUSINASI

A. Masalah utama: Halusinasi


Kondisi Pasien:
 Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
 Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
 Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan
isinyatidak jelas serta melihat setan-setan.
B. Diagnosa keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C. Tujuan
1. Tujuan umum : Pasien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan
2. Tujuan khusus :
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
D. Strategi Pelaksanaan
SP 1 Pasien :Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrolhalusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
1. Fase orientasi
1) Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak perkenalkan nama saya Mila. Saya biasa
dipanggil ila, saya dinas pagi dari jam 07.00 sampai siang nanti jam
14.00. Kalau boleh kenalan nama Bapak siapa ? Suka dipanggil apa ?
Wah bagus sekali namanya.
2) Evaluasi / Validasi
Sudah berapa lama Bapak B di sini ? Apakah Bapak B masih ingat
siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Bapak B saat ini?
Apa keluhan Bapak B saat ini ?
3) Kontrak
Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini Bapak B dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita
duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit ?
2. Fase kerja
Apakah bapak B mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan
suara itu ? Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan
yang paling sering bapak B dengar suara? Berapa kali sehari bapak B
alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
Apa yang bapak B rasakan pada saat mendengar suara itu?Apa yang bapak
B lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?bapak B, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan
teratur.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi!
Ya bagus bapak B sudah bisa”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan Bapak B setelah latihan tadi ?
b. Evaluasi obyektif
Bapak B tadi sudah melakukan latihan mengontrol halusinasi
dengan cara mengusir suara yang bapak dengar, sekarang coba
Bapak B lakukan latihan lagi saya mau lihat.
c. Rencana tindak lanjut
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebutyang
telah saya ajarkan tadi, atau jika dengan teknik tersebut tidak
berkurang Bapak B bisa memanggil perawat yang ada di sini.
d. Kontrak
bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-
suara dengan cara yang kedua? Jam berapa B?Bagaimana kalau
dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara


keduabercakap-cakap dengan orang lain
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b. Evaluasi / validasi
Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang
telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya ? Bagus !
c. Kontrak
Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

2. Fase Kerja
Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai
mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi
lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya
bapak!”
3. Fese Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini?
b. Evaluasi obyektif
Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-
suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami
halusinasi lagi.
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur
serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
d. Kontrak
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat
pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b. Evaluasi / validasi
Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang
telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus !
c. Kontrak
Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik
kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30
menit? Baiklah.
2. Fase Kerja
Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara?
b. Evaluasi obyetif
Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara.
c. Rencana tidak lanjut
Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
d. Kontrak
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum
obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00
pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


1. Fase Orientasi
a. Salam teraupetik
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?
b. Evaluasi / validasi
Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara
yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ?
Apakah pagi ini sudah minum obat?
c. Kontrak
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak
minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang.
Di sini saja ya bapak?”
2. Fase Kerja:
Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah
suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara
yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam
gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari
jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah
jambu (HLP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan
sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa
minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum,
dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
b. Evaluasi obyektif
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan!
c. Rencana tindak lanjut
Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada
jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat
atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.
d. Kontrak
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang
telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen Keperawatan Jiwa Komunitas Desa
Siaga: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC
Maramis, W.F.(2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi Ketujuh. Surabaya :
Airlangga Universitas Press
Stuart & Laraia. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Eighth Edition.
Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA
Stuart, GW.( 2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Terjemahan dari Pocket Guide to
Psychiatric Nursing Alih bahasa Kapoh. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai