Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Untuk Memenuhi Nilai Tugas PKK Keperawatan Jiwa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

KELOMPOK 4 :
ANINDITA NADYA DEVI 17.156.01.11.046
DIAN RISKA AYU 17.156.01.11.100
IRMA YUNITA 17.156.01.11.104
RENI LUMORA PASARIBU 17.156.01.11.027
SINDI SINTIA DEWI 17.156.01.11.034
SISKA ALMAINDAH 17.156.01.11.035
THYAS AGUSTINA H 17.156.01.11.038
WINA SULISTIA FITRIANI 17.156.01.11.041

STIKes MEDISTRA INDONESIA


BEKASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala taufik, hidayah
serta inayahnya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini
tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai proposal terapi aktivitas kelompok dengan resiko perilaku
kekerasan. Dalam proses penyusunan ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga kesulitan
namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan
dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun lebih sempurnanya hasil makalah
ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar, hasil makalah ini dapat berguna bagi semua
pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Bekasi, 28 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Metode Terapi Aktivitas Kelompok..........................................................4
B. Waktu dan tempat......................................................................................4
C. Peserta TAK..............................................................................................4
D. Setting tempat............................................................................................4
E. Media dan alat ..........................................................................................5
F. Susunan pelaksanaan.................................................................................5
G. Uraian tugas pelaksana..............................................................................5
H. Kriteria peserta TAK.................................................................................6
I. Antisipasi masalah.....................................................................................6
J. Langkah-langkah kegiatan.........................................................................7
K. Tata tertib dan antisipasi masalah..............................................................8
BAB III EVALUASI
A. Lembar kemampuan peserta .....................................................................10
B. Evaluasi ...................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan perubahan
kognitif, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku. Skizofrenia merupakan suatu kondisi
gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku
yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi
dan perhatian yang keliru (Makhruzah, Putri, & Yanti, 2021). Prevalensi yang menderita
skizofrenia atau psikosis sebesar 7 % per 1000 dengan cakupan pengobatan 84, 9 % dan
gangguan prevalensi mental emosional yang di tunjukan pada usia 15 tahun keatas mencapai
9,8 % dari jumlah penduduk (Riskesdas, 2018).
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan hilanngya nyawa
seseorang. Dalam penanganan penyakit ini karena jiwa yang tergangangu maka di butuhkan
adalah terapi, rehabilitasi serta dengan konseling. Upaya terbesar untuk penangan penyakit
gangguan jiwa terletak pada keluarga dan masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik adalah
bentuk dukungan keluarga dalam mencegah kambuhnya penyakit skizofrenia (Pitayanti, &
Hartono, 2020).
Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku
sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki Risiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana
perubahan perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien
skizoprenia sering dikaitkan dengan perilaku kekerasan yang dapat membahayakan diri
sendiri maupun orang lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan sekitarnya, baik secara
fisik, emosional, seksual, dan verbal. Berdasarkan data tahun 2017 dengan Risiko perilaku
kekerasan sekitar 0,8% atau dari 10.000 orang menunjukkan Risiko perilaku kekerasan
sanggatlah tinggi (Pardede, Siregar & Hulu, 2020).
Faktor psikologis yang dapat menyebabkan pasien mengalami Risiko prilaku kekerasan
yaitu : Kepribadian yang tertutup, kehilangan, aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga.
Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain. Adapun
dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku kekerasan yaitu kehilangan
kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga pasien dapat
melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak ditangani dengan baik maka
perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol, risiko kekerasan terhadap diri
sendiri, orang lain serta lingkungan (Sepalanita & Khairani, 2019)
Risiko perilaku kekerasan merupakan gejala dari pasien skizofrenia yang dapat dikontrol
melalui terapi Aktivitas Kelompok.Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama- sama dengan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau arahkan oleh perawat spesialis jiwa atau perawat jiwa yang telah terlatih.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk
memberikan stimulasi bagi Pasien dengan gangguan interpersonal. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan mengontrol perilaku kekerasan
setelah dilakukan Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan
adanya ketertarikan responden terhadap Terapi Aktivitas Kelompok yang dilaksanakan,
sehingga setelah dilaksanannya TAK ini, kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku
kekerasan dapat mengalami peningkatan (Pardede & Laia., 2020). Terapi modalitas yang
tepat untuk mengatasi Risiko prilaku kekerasan yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sensori, untuk memusatkan
perhatian, kesegaran jasmani dan mengespresikan perasaan.Terapi ini dilakukan
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan
untuk mendiskusikan dalam kelompok. Dengan aktifitas kelompok ini, maka akan
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, meningkatkan pengobatan, dan
pemulihan kesehatan (Pratiwi., 2020). Berdasarkan survey yang dilakukan di Yayasan
pemenang jiwa, didapatkan jumlah pasien sebesar 70 pasien, dimana pasien dengan
diagnosa risiko perilaku kekerasan menjadi diagnosa paling lazim di yayasan pemenang
jiwa, sehinggan kelompok tertarik mengangkat diagnosa risiko perilaku kekerasan untuk
dijadikan terapi aktivitas kelompok sebagai stimulasi persepsi pasien.
B. Rumusan masalah
Bagaimana melakukan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini Pasien dapat lebih menerapkan stategi pelaksanaan Risiko
Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
b. Pasien dapat mengetahui cara mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan SP
c. Pasien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan, bersosialisasi,
menebak ekspresi wajah, mempraktikkan SP Risiko Perilaku Kekerasan
d. Pasien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan melatih
kekompakan dalam kelompok.
e. Pasien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
BAB II
PEMBAHASAN

STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI


PERSEPSI
A. Metode Terapi aktifitas kelompok (TAK)
Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok ini adalah metode:
1. Perkenalan diri pada seluruh perawat
2. Menanyakan perasaan Pasien pada saat terapi berjalan

B. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Jumat, 30 April 2021
Jam : 08.00
Tempat : Ruang rafles 1

C. Pasien dan Ruangan Pasien


Pasien yang mengikuti kegiatan berjumlah 4 orang dari RS Jiwa C terdiri dari:
1. Ny. Siska
2. Ny. Thyas
3. Ny. Anin
4. Ny. Reni

D. Setting tempat
1. Terapis dan Pasien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan yang nyaman dan tenang
Leader Co. Leader

P P

Fasilitator
Observer

P P

Keterangan :
P : pasien

E. Media dan Alat


1. Handphone
2. Speaker
3. Music/lagu
4. Buku catatan
5. pulpen
6. Jadwal kegiatan pasien

F. Susunan Pelaksanaan
Yang bertugas dalam TAK kali ini di sesuaikan dengan petugas setiap sesi yang telah
disepakati sebagai berikut :
1. Leader : Ns. Sindi
2. Co.Leader : Ns. Irma
3. Fasilitator : Ns. Dian
4. Observer : Ns. Wina

G. Uraian Tugas Pelaksana


Leader :
1. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok menyiapkan
proposal kegiatan TAK
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib Menetralisir bila
ada masalah yang timbul dalam kelompok
Co.Leader :
1. Mendampingi Leader
2. Menjelaskan aturan permaian
3. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas Pasien
4. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah di buat
5. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses terapi
Fasilitator :
1. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung ikut serta dalam kegiatan kelompok
2. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapi
Observer :
1. Mengobservasi jalannya proses kegitan
2. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama
kegiatanberlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
3. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses , hingga penutupan
4. Memberikan hadiah (reward) bagi pasien yang menang dalam permainan.

H. Kriteria Pasien
1. Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan yang sudah kooperatif
2. Pasien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
3. Pasien bisa tulis dan baca
4. Pasien yang bersedia mengikuti TAK

I. Antisipasi masalah
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi kesempatan kepada setiap peserta
untuk BAB dan BAK
2. Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3. Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi Pasien melarikan diri dari tempat kegiatan

J. Langkah-langkah Kegiatan
Sp 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda
dan gejala yang  dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).
1. Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi ibu-ibu semua. Perkenalkan kami perawat yang
berjaga di ruang raflesia pagi ini. Bagaimana perasaannya saat ini? masih ada perasaan
kesal atau marah? Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang ibu rasakan, Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana
kalau 15 menit. Dimana kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau diruang aula?”
2. Fase Kerja :
“apa yang menyebabkan ibu-ibu semua marah? Apakah sebelumnya ibu-ibu pernah
marah? Terus penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Pada saat penyebab
marah itu ada, seperti rumah yang berantakan, makanan yang tidak tersedia, air tak
tersedia ( misalnya ini penyebab marah klien), apa yang ibu-ibu rasakan? Apakah ibu-
ibu merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal? apa yang ibu lakukan selanjutnya. Apakah dengan ibu
sekalian marah-marah, keadaan jadi lebih baik? Menurut ibu adakah cara lain yang lebih
baik selain marah-marah? maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian? ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari
ini kita belajar satu cara dulu, begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu
berdiri lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan
dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak 5 kali.
Bagus sekali ibu sudah dapat melakukan nya. nah sebaiknya latihan ini ibu-ibu lakukan
secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu-ibu sudah terbiasa
melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan ibu-ibu setelah berbincang-bincang tentang kemarahan ibu? Coba
ibu-ibu sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa yang ibu lakukan
serta akibatnya. Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu.
berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ? Bagus.. Nanti tolong ibu tulis M, bila
ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu dibantu dan T, bila ibu tidak melakukan. baik
Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah dan mengendalikan
marah ibu-ibu Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?
Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 15 menit saja. Saya pamit dulu Ibu…
Assalamu’alaikum.”

SP 2 : Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik


ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan  harian
cara ke dua.
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu-ibu, masih ingat dengan kami. sesuai dengan janji saya
kemarin, sekarang saya datang lagi. Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal
yang menyebabkan ibu marah? Baik, sekarang kita akan belajar cara
mengendalikan perasaan marah dengan     kegiatan fisik untuk cara yang kedua.
mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit? Dimana kita bicara? Bagaimana
kalau di ruang tamu ini ya Bu”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas
dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan memukul
bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu
langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan memukul bantal dan
kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu
melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi      
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba ibu
sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu
mau mempraktikkan memukul kasur/bantal? Bagai mana kalau setiap bangun
tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-
waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita
ketemu ya Bu, kita akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang
baik. Sampai Jumpa!”    Assalamu’alaikum

SP 3 : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara


sosial/verbal
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu-ibu, masih ingat dengan kami” sesuai dengan janji saya 2
jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat jadual
kegiatan hariannya. “Bagus, “Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara
untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana
kalau ditempat yang sama?” “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?
Bagaiman kalau 10 menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara  ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah
sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya
karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta sediakan
makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba ibu
praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu
itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus sekali,
sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu mau latihan
bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok  kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu
dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai nanti ya
Ibu…Assalamu’alaikum

SP 4 : Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual  


(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/
berdoa) 
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu-ibu, masih ingat kami ya” Betul Ibu “Bagaiman bu, latihan
apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?” “Bagaimana kalau sekarang kita
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu ditempat biasa?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”   
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana yang
mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan langsung
tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika
tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu bisa melakukan sholat
secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba sebutkan
caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”“
Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali ibu
sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu  ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum

SP 5 : Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien


minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama
obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal
minum obat secara teratur)
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu-ibu, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,, “sesuai dengan
janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan
latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat tadi?” “Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?”
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang ibu minum?
warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu minum?Bagus”“Obatnya ada 3 macam
bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih
namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini
namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus ibu minum 3x sehari jam
7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti setelah minum obat mulut ibu
terasa kering, untuk membantu mengatasinya ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila
terasa berkunang-kunang, ibu sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan waktu minum
obat kedalam jadwal ya bu”.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita minum
obat yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang ibu minum!
Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengontrol
perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya
dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok
kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh
mana dapat mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”….
Assalamu’alaikum

K. Evaluasi
1. Pasien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
2. Kerja sama Pasien dalam kegiatan
3. Pasien merasa senang selama mengikuti kegiatan

L. Tata tertib dan Antisipasi Masalah


Tata tertib pelaksanaan TAK Risiko Perilaku Kekerasan
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK Risiko Perilaku Kekerasan sampai dengan
selesa
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK Risiko Perilaku Kekerasan dimulai
3. Peserta berpakaian rapi, bersih, dan sudah mandi
4. Peserta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan TAK berlangsung
5. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
6. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari permainan
7. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai
8. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis, sedangkan
permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK
Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAK
1. Penanganan Pasien yang tidak efektif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil Pasien
b. Memberi kesempatan kepada Pasien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau
Pasienyang lain
2. Bila Pasien meninggalkan permainan tanpa pamit:
a. Panggil nama Pasien
b. Tanya alasan Pasien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada Pasien
bahwaPasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu Pasien boleh kembali lagi
3. Bila ada Pasien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada Pasien yang telah dipilih
b. Katakan pada Pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh
Pasien tersebut
c. Jika Pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran
pada permainan tersebut.
BAB III
EVALUASI

Lembar evaluasi kemampuan pasien

No Nama Menyebutka Menyebutkan Menyebut Menyebutkan Menyebutkan


pasien n nama jelas nama kan hoby penyebab tanda gejala
panggilan marah
1 Ny. A
2 Ny. B
3 Ny. C
4 Ny. D

Anda mungkin juga menyukai