Anda di halaman 1dari 69

ASUHANKEPERAWATANTERHADAP Tn.

S
DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DIRUANGKUTILANG
RUMAHSAKITJIWADAERAH PROVINSI LAMPUNG

DISUSUN OLEH :

1. ASEP MASDUKI, S. Kep


2. INDAH PURNAMA SARI, S. Kep
3. M. HARITS JUNAEDI, S. kep
4. RIMADHANA DWI P.S, S. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN NERS

2018

i
HALAMANPENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul “Asuhan KeperawatanTerhadap Tn.S Dengan Masalah


Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung” yang disusun oleh Kelompok telah disetujui sebagai salah satu tugas
Stase Keperawatan Jiwa pada Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung 2018.

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Nuria Mulyani, M. Kep., Sp. Kep., J Ns. Andi Susanto, S. Kep

ii
KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan laporan kasus yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Terhadap Tn.S Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung”, dapat diselesaikan. Laporan kasus
ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas stase
keperawatan jiwa. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Ns. Arena Lestari, M. Kep., Sp. Kep. J. Selaku Ketua STIKes Muhamadiyah
Pringsewu
2. Ns. Rani Ardina, S. Kep., M. Kep., Selaku Kepala Prodi Ners STIKes
Muhamadiyah Pringsewu
3. Ns. Nuria Mulyani, M. Kep., Sp. Kep., J. Selaku Pembimbing Akademik
STIKes Muhamadiyah Pringsewu
4. Ns. Andi Susanto, S. Kep., Selaku Pembimbing Klinik Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, maka dari itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.Tiada hal yang penulis
harapkan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 04 juni 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
C. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 4

BAB II TINJAUN PUSTAKA


A. Kasus/Masalah Utama : Halusinasi ...................................................... 5
B. Proses terjadinya Masalah .................................................................... 11
C. Daftar Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji................. 20
D. Pohon Masalah ..................................................................................... 23
E. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 24
F. Rencana Tindakan Keperawatan .......................................................... 24

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Data ................................................................................... 26
B. Diagnose keperawatan ......................................................................... 39
C. Rencana Tindakan Keperawatan .......................................................... 40
D. Catatan Perkembangan ......................................................................... 46

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Penelitian ........................................................................... 45
B. Tindakan Keperawatan......................................................................... 46
C. Implementasi ........................................................................................ 50
D. Evaluasi ................................................................................................ 55

iv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 59
B. Saran ..................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization menyatakan sehat adalah keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial.Sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit
atau cacat.Seseorang yang tidak berpenyakitpun belum tentu dikatakan
sehat.Seseorang yang dikatakan sehat semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial (Notosoedirdjo 2005).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1996, adalah sesuatu


kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan
orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai makna yang harmonis dan
memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang
lain. Dari perngertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah
suatu kondisi perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang
perasaan mencangkup aspek konsep diri.Indikator mengenai keadaan sehat
mental/jiwa yang minimal adalah individu yang tidak merasa tertekan atau
depresi (Riyadi 2013, h. 1). (Riyadi 2013)

Notosoedirjo dan Latipun (2007), dimasa lalu gangguan jiwa dianggap


sebagai kerasukan setan atau hukuman, karena pelanggaran sosial, agama
atau norma sosial. Oleh sebab itu penderita dianiaya, dihukum, dijauhi atau
diejek masyarakat.Saat ini pandangan tentang gangguan jiwa
berubah.American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan
jiwa sebagai sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting
secara klinis, yang terjadi pada individu, dan sindrom itu dihubungkan
dengan adanya distress (misalnya, gejalanyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi) atau disertai

1
peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau
kehilangan kebebasan (Prabowo 2014, h.7). (Prabowo 2014).

Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya.


Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan
seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita
kenal sebagai gangguan jiwa (Hardianto 2009).Salah satu jenis gangguan jiwa
adalah halusinasi. Halusinasi merupakan persepsi tanpa adanya rangsangan
apapun pada panca indra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar atau
bangun, berupa organik, fungsional, psikotik, atau histerik (Sunaryo 2014, h.
102).

Gangguan jiwa menyebabkan penderita tidak sanggup menilai dengan baik


kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu
orang lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan
asuhan keperawatan jiwa. Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan
profesional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada
manusia sepanjang siklus kehidupan dengan responpsi ko-sosial yang
maladaktif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat.
Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradikma kesehatan yang dibagi
menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan
(Madalise 2015), Riyadi, sujono, 2013 h. 2-3).
World Health Organisasi (WHO) (2013 (Yosep 2013) sekitar 450 juta orang
didunia yang mengalami gangguan jiwa,setidaknya satu dariempat orang
didunia mengalami masalah mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa yang
ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.

2
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-
sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah baik di tingkat Pusat
maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau
burden of disease penyakit jiwa di Tanah Air masih cukup besar. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi
dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 14
juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Depkes RI 2014).
Melihat dari pencatatan rekammedik dirumah sakit jiwa prof. dr. Soerodjo
Magelang. Jumlah pasien gangguan jiwa terus mengalami peningkatan, pada
tahun 2014 didapatkan data pasien gangguan jiwa sebanyak 9.591 orang dan
pada tahun 2015 terhitung sampai bulan November ada 10.591 orang yang
mengalami gangguan jiwa. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
menduduki angka terbanyak yaitu sebanyak 5.389 orang dan menjadi kasus
terbanyak pertama di RSJ. Prof. dr. Soerodjo. Magelang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif
yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada pasien resiko
prilaku kekerasan dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ujian praktek di ruang Kutilang pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran penulis dapat:
a. Menuliskan konsep dan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan benar.
b. Melakukan pengkajian Tn. S dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran secara komprehensif.

3
c. Menuliskan analisa data hasil pengkajian pada Tn. S dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan benar.
d. Menuliskan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan tepat.
e. Menuliskan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang
muncul pada Tn. Sdengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran dengan benar.
f. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. Sdengan benar.
g. Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada Tn. Sdengan benar.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan study kasus ini hanya berfokus pada Tn. S
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tanggal 21 - 23
Mei 2018 di ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mempunyai beberapa manfaat yang
diharapkan antara lain :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai literature untuk menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi: pendengaran .
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran.
3. Bagi institusi
Memberikan wacana dan masukan dalam proses belajar mengajar tentang
asuhan keperawatan jiwa.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KASUS / MASALAH UTAMA : HALUSINASI


1. Pengertian Halusinasi
a. Menurut fontaine, 2009(dalam Satrio KL, dkk ) halusinasi adalah
terjadinya penglihatan, suara, sentuhan , bau maupun rasa tanpa
situmulus ekternal terhadap organ-organ indra.
b. Sedangkan menurut Towsend, 2009(dalamSatrioKL,dkk ), halusinasi
merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalan indra dimna tidak
terdapat sitimulasi terhadap reseptor-reseptor nya,halusinasi merupakan
persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari
menunjukan bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi
halusinasi pendengaran, penglihatan , penciuman, perabaan dan
pengecapan.
c. Menurut Stwar, 2009 (dalamSatrioKL,dkk), halusinasi adalah distorsi
persepsi palsu yang terjadi pada respon neorobiologis yang maladaktif,
klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan merespon nya, namun
dalam halusinasi situmulus internal dan ekternal tidak dapat di
identifikasi.
d. Sedangkan NANDA-I (2009-211)(dalamSatrioKL,dkk), juga
mengatakan bahwa halusinasi merupakan perubahan dalam jumlah dan
pola situmulus yang diterima sertai penurunan berlebih atau distori atau
kerusakan respon beberapa situmulus.
e. Vidbeck (2009)(dalamSatrioKL,dkk) juga menyebutkan bahwa
halusinasi bahwa persepsi sensori yang salah satu pengalaman persepsi
yang tidak trjadi dalam realitas, halusinasi dapat melibatkan panca indra
dan sensasi tubuh.
f. Halusinasi yang paling sering tejadi adlah halusinasi dengar ( Vidbeck
2008).

5
g. Stuwer (2009) juga menytkan bahwa halusinasi dengar merupakan
masalah utama yang paling sering dijumpai.
h. Fontaine (2009) juga menyatakan bahwa halusinasu dengar merupakan
gejala skizofrenia yang sering di jumpai, mencakup 70% dari
keseluruhan halusinasi.
i. Sedangkan Sturat dan laraia (2005;struat 2009) juga mejelaskan bahwa
70% klien skizofernia mengalami halusinasi dengar.persentase diatas
menunjukan bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi yang
mayoritas di jumpai pada klien skizoferenia.

2. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai
pada klien skizoferinia.papolos dan papolos (2002, dalam fokan
bahwa halusinasi ntaine, 2009) menyatkan halusinasi delusi mencapai
90% merupakan masalah utama yang paling sering di jumpai 70%.
Diperkuat oleh stuart dan laria (2005) yang menyatakan bahwa klien
skizoferinia 70% mengalami halusinasi dengar. Senada dengan
pertanyaan diatas (2009) yang juga menyatakan bahwa halusinasi
yang paling sering dikaitkan dengan skizoferenia, skitar 70% klien
skizofrenia mengalami halusinasi dengar.
Pertanyaan diatas menunjukan bahwa perentase halusinasi dengar
merupakan perentase terbesar yang di temukan pada copel ( 2007),
halusinasi pendengaran paling sering terjadi pada skizofrenia, ketika
klen mendengar suara-suara,suara tersebut terpisah dari pikiran klien
sendri. Isi suara-suara tersebut mengancam dan menghina, sering
sekali suara tersebut memerintah klien untuk melakukan tindakan
yang akan melukai klien dan orang lain.
Menurut stuart (2009), pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala
dapat dikateristik dengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk
suara, rentang dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara

6
tersebut membicarakan tentang pasien,sampai percakapan yang
komplet antara dua orang atau lebih seperti orang yang berhalusinasi.

b. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa mencium
aroma atau bau tertentu sperti urine atau feces atau bau yang bersifat
lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak sedap ( cancro dan
lehman, 2000 dalam videbeck, 2008 ).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh struat (2009) pada
halusinasi penciuman, klien dapat mencium busuk,jorok,dan bau
tengik seperti darah,urin, atau tinja, kadang-kadang bau bias
menyenangkan, halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan
stroke,kejang, dan demens.

c. Halusinasi penglihatan
Sedang pada halusinasi penglihatan, isi halusinasi berupa melihat
bayangan yang sebenarnaya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya
atau orang yang telah meninggal atau mungkin sesuatu yang bentuk
nya menakutkan ( cancro & lehman, 2000 dalam videbeck, 2008 ). Isi
halusinasi penglihatan klien adlah klien melihat cahay, bentuk
geometris, kartun atau campuran antara gambaran bayangan yang
komplek, dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien atau juga
sebalik nya mengerikan ( struat & laraia,2005;struat,2009).

d. Halusinasi pengecapan
Sementara itu pada halusnasi pengecapan, isi berupa klien mengecap
rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa
seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau
pahit atau mungkin seperti rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak
sedap dan anyir seperti darah, urine atau feces ( struat& laraia., 2005
;stuart, 2009 ).

7
e. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran
listrik yang menjalar keseluruh tubuh aatu binatang kecil yang
merayap di kulit ( cancro& lehman, 2000 dalam videbeck, 2008).
Klien juga dapat mengalami nyeri atau tidak nyaman tanpa adanya
situmulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi, benda mati
ataupun dan orang lain ( struat& laraia, 2005;struat,2009).

f. Halusinasi chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klien akan merasa pungsi tubuh seperti darah
berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk
urin ( videbeck, 2008; struat, 2009).

g. Halusinasi kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensai tubuh,
gerakan tubuh yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah.
Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergeraak ( videbeck, 2008; struat,
2009 )

3. Fase halusinasi
a. Comporting ( halusinasi menyenangkan,cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang itense seperti cemas,
kesepian, merasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus
pada pikiran yang menyenang kan untuk menghilangkan
kecemasan.seseorang mengenal bahwa pikiran pengalaman sensori
berada dalam kesadaran control jiika kecemasan tersebut
Bias dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tanpak tidak tepat
2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerkan mata yang tepat

8
4) Respon verbal yang lambat seperti asyik
5) Diam dan tanpak asik

b. Comdeming ( halusinasi menjijikan, cemas sedang )


Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi yang mulai merasa kehilangan control dan mungkin
berusaha menjauh diri, sertra merasa malu karna adanya pengalaman
sensori tersebut dan menarik dari diri orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Ditandai dengan peningkatan kerja syisem syraf autonomic yang
menunjukan kecemasan missal nya terdapat peningkatan nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentangperhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realias

c. Controlling ( pengalaman sensori berkuasa, cemas berat )


Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan
pengalaman halusinasinya.Isi halusinasi bisa menjadi menarik/
memikat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
sensori berakhir:
1) Arahan yang disertai halusinasi tidak hanya dijadikan obyek saja
oleh klien tetapi mun gkin diikuti/dituruti
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tanpak tanda kecemasan berat seperti berkeringtat,teremor, tidak
mampu mengikuti perintah.

9
d. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic )
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti
perintah dari halusinasi.halusinasi mungkin berakhir dalam waktu
empat jam atau sehari bila tidak ada itrvensi traupetik.
Perilaku yang dapat di observasi:
1) Perilaku klien tanpak seperti dihantui tremor dan panic
2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3) Aktifitas fisik yang menggambarkan klien menunjukan isi dari
halusinasi misalnya kelien melakukan kekerasan, igatasi, menariik
diri atau katatonia.
4) Klien tidak dapat berespon pada arah kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang

4. Rentang respon neorobiologis


Rentang respon Neorobiologis

RESPON ADAFTIF RESPON MALADAFTIF

1.Pikirn logis 1.kadang proses 1.gangguan


2.persepsi akurat fikir terganggu proses fikir
3.emosi konsisten 2.ilusi (waham)
dengan 3.emosi 2.halusinasi
pengalaman 4.prilaku tidak 3.RPK
4.prilaku sesuai biasa 4.prilaku tidak
5.menarik diri terorganisir
5.isolasi sosial

10
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
Halusinasi sering secara umum diemukan pada klien skizoferinia. Proses
terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia dapa dijelakan berdasarkan model
adaptasi struat dan laraia ( 2005; struart , 2009 ) yaitu faktor predisposisi,
faktor pridoposisi, penilaian stressor, sumber koping dan juga mekanisme
koping.
1. Faktor predisposisi
Menurut stuart dan lansia (2005;stuart 2009), faktor presdisposisi yang
dapat mengakibatkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia meliputi
faktor biologi,psikologi dan juga sosialkultural.
a. faktor biologi
Menurut videback (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan
terjadinya skizofrenia adalah faktor genetic,neurotomi,neurokimia
serta imunovirologi.
1) Genetik
Secara genetic ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisikan individu mengalami skizofrenia (copel, 2007).
Sedangkan Buchanan dan carpeter (2000, dalam dalam stuart dan
laraia,2005;stuart,2009) menyebutkan bahwa kromosom yang
berperan dalam menurunkan skizofrenia adalah
kromosom6.sedangkan kromosom lain yang juga berperan adalah
kromosoni 4, 8, 15, dan 22,cracdock et al (2006 dalam stuart,
2009). Penelitian lain juga menemukan gen GAD 1 yang tanggung
jawab memproduksi GABA, dimana pada klien skizofrenia tidak
dapat meningkat secara normal sesuai perkembangan pada daerah
frontal,dimana bagian ini berfungsi dalam proses berfikir dan
pengambilan keputusan hung et al, (2007 dalam stuart,2009).

Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak


kembar yang menujukan anak kembar identik beresiko mengalami
skizofrenia sebesar 50% sedangkan pada kembar non

11
identik/fraternal beresiko 15% mengalami skizofrenia, angka ini
meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita
skizofrenia n (cancro&lehman,2000;videback,2008;stuart,2009)
semua penelitian ini menunjukan bahwa faktor genetic hanya
sebagian kecil penyebab terjadinya skizofrenia dan ternyata masih
ada faktor lain yang juga berperan sebagai faktor penyebab
terjadinya skixofrenia.

2) Neuroanatomi
Penelitian menunjukan kelainan anatomi,fungsional dan
neurokimia di otak klien skizofrenia hidup dan
postmortem,penelitian menunjukan bahwa kortek prefrontal dan
system limbic tidak sepenuhnya berkembang di otak klien dengan
skizofrenia. Penurunan volume otak mencerminkan penurunan baik
materi putih dan materi abu-abu pada neuron akson (Kuroki et
al,2006;hegigins,2007 dalam stuart,2009).hasil pemekrisaan
computed tomography (CT)dan magnetic resonance imaging
(MRI), memperlihatkan penurunan volume otak pada individu
perkembangan skizofrenia, temuan ini memperlihatkan adanya
keterlambatan perkembangan jaringan otak dan atropi.
Pemeriksaan posistron Emission Termografi (PET)
menunjukan.penurunan aliran darah ke otak pada lobus frontal
selama tugas perkembangan kongnitif pada individu dengan
skizofrenia.penelitian lain juga menunjukan terjadinya penurunan
volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporalis
dan frontal (videback,2008) perubahan pada kedua lobus positif
skizofrenia tersebut belum di ketahui secara pasti penyebabnya.n

Keadaan patologis yang terjuadi pada lobus temporalis dan


frontalis berkorelasi dengan terjadinya tanda-tanda positif negative
dan skizofrenia .copel (2007) menyebutkan bahwa tanda-tanda

12
positif skizofrenia.seperti psikosis disebabkan karena fungsi otak
yang abnormal pada lobus temporalis .sedangkankan tanda-tanda
negatif seperti tidak ada kemauan atau motivasi dan anhedonia
disebabkan oleh fungsi otak yang abnormal pada lobus frontalis.

Hal ini sesuai sadock dan sadock (2007 dalam towsen,2009) yang
menyatakan bahwa fungsi utama lobus frontalis adalah aktivasi
motorik,intelektual,perencanaan konseptual, aspek
kepribadian,aspek produksi bahasa . sehingga apabila terjadinya
gangguan pada lobus frontalis, maka akan terjadi perubahan pada
aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian dan
juga emosi yang tidak stabil.sedangkan fungsi utama dan lobus
temporalis adalah pengaturan bahasa,ingatan dan juga emosi.
Sehingga gangguan yang terjadi pada kortek temporalis dan
nucleus-nukleus limbic yang berhubungan pada lobus temporalis
akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.

3) Neurokimia
penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotesis
disregulasi pada skizorfenia,gangguan terus menerus dalam satu
atau lebih neurotrasmiter dan neuromodulator mekanisme
pengaturan homeostatic menyebabkan neurotransmisi tidak stabil
atau tidak menentu.teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik
overaktif terhadap dopamine,sedangkan apa area prefrontal
mengalami hipoaktif sehingga terjadio keseimbangan antara system
neurotransmitter dopamine dan serotonin serta yang lain
(stuart,2009)pernyataan memberi arti bahwa neurotransmitter
mempunyai peranan yang penting menyebabkan terjadinya
skizofrenia.

13
Beberapa refrensi menunjukan bahwa neurutransmiter yang
berperan menyebabkan skizofrenia adalah dopamine dan
serotonin.satu teori yang terkenal yang memperlihatkan dopamine
sebagai penyebab,ini di buktikan dengan obat-obatan yang
menyekat reseptor dopamine pascasinaptik mengurangi gejala
psikotik dan pada kenyataan semakin efektif obat tersebut dalam
dalam mengurangi gejala skizofrenia. Sedangkan serotonin
berperan sebagai modulasi dopamine,yang membantu mengontrol
kelebihan dopamine,beberapa peneliti yakin bahwa kelebihan
serotonin itu sendiri berperan dalam perkembangan skizofrenia,ini
di buktikan dengan penggunaan obat antipsikotik antipikal seperti
klozapin (clozaril) yang merupakan antagonis dopamine dan
serotonin.penelitian menunjukan bahwa klozapin dapat
menghasilkan penurunan gejalapsikotik secara dramatis dan
mengurangi tanda-tanda negative skizofrenia
(o’connor,1998;marder,2000 dalam videback,2008).

Adanya overload reuptake neuro transmitter dopamine dan


serotonin menyebabkan kerusakan komunikasi antar sel otak,
sehingga jalur penerima dan pengirim informasi terganggu.
Keeadaan inilah yang mengakibatkan informasi tidak dapat
diprosessehingga terjadi kerusakan dalam persepsi yang
berkembang menjai halusinasi dan kesalahan dalam membuat
kesimpulan yang berkembang menjadi delusi.

4) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menerntukan “Virus Skizofrenia” telah
berlangsung (Torrey et al, 2007; Dalman et al, 2008). Bukti
campuran menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap virus
influenza terutama selama trimester pertama, mungkinn menjadi
salah satu faktor penyebab skizofren pada beberapa orang tetapi

14
tidak pada orang lain ( brown et al, 2004). Infeksi virus lebih
sering terjadi pada tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan
awal musim semi dan dapat terjadi inutero atau pada anak usia dini
pada beberapa orang yang rentan (Gallagher et al, 2007;Veling et
al, 2008 dalam Stuart 2009).

b. Faktor Psikologis
Selain faktor biologis diatas, faktor psilkologis juga ikut berperan
mengakibatkan terjadinya skizofren.Awal terjadinya skizofren
difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi
perkembangan ganggian ini, teori awal menunjukkan kurangnya
hubungan antara orang tua dan anak, serta disfungsi system keluarga
sebagai penyebab skizofren (Townsen, 2009). Penerlitian lain
menyebutkan beberapa dengan skizofren menunjukkan selain kelainan
halus yang meliputi perhatian, koordinasi, kemampuan social, fungsin
neuromotor dan respon emosional jauh sebelum mereka menunjukkan
gejala yang jelas dari skizofren (Schiffman et al, 2004 dalam Stuart,
2009). Sinaga (2007) menyebutkan bahwa lingkungan emosional yang
tidak stabil mempunyai resiko yang besar pada perkembangan
skizofren, pada masa kanak disfungsi situasi social seperti trauma masa
kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang
hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan
neurogikal anak sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia di
kemudian hari.

c. Faktor sosial Budaya


Adanya double bind dalam keluarga dan konflik dalam keluarga
Torrey ( 1995, dalam videback,2008). Juga menyebutkan bahwa salah
satu faktor social yang dapat menyebabkan terjadinya skizofren adalah
adanya disfungsi dalam pengasuhan anak maupun dinamika

15
keluarga.Konflik tersebut apabila tidak diatasi dengan baik maka akan
menyebabkan resiko terjadinya skizofren.

Berdasarkan Townsend (2005), faktor social cultural meliputi disungsi


dalam keluarga, konflik keluarga. Komunikasi double bind serta
ketidak mampuan seorang untuk memenuhi tugas perkembangan. Hal
ini didukung oleh Seaward (1997, dalam Videback, 2008)
menyebutkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh faktor interpersonal
yang meliputi komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan yang
berlebihan atua menarik diri dalam hubungan, dan kehilangan control
emosional. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya
seperti pengalaman sosial dapat menjadi faktor penyebab terjadinya
skizofrenia.

Pernyataan diatas didukung oleh penelitian tamer dkk (2002) yang


menunjukan bahwa karakteristik responden skizofrenia yang
mengalami halusinai adalah 216 orang berjenis kelamin laki-laki
(70%) dan berusia rata-rata 27 tahun. Hal berbeda dinyatakan oleh
sinaga, (2007) yang menyatakan bahwa prevalensi skizofrenia sama
antara laki-laki dan perempuan, tetapi berbeda dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia lebbih
awal dibandingkan pada wanita.Penelitian tamer dkk (1998) juga
menunjukan bahwa 76 responden skizofrenia tidak mempunyai
pekerjaan (90%). Pekerjaan sangat erat kaitanya dengan penghasilan
dan ststus ekonomi individu.hal ini di dukung oleh sinaga (2007) yang
menyatakan bahwa stress yang di alami oleh anggota kelompok
kelompok sosial ekonomi rendah berperan dalam perkembangan
skizofrenia.

Masalah keluarga dan pendidikan dapat menjadi pencetus terjadinya


skizofrenia hal ini ditunjukan oleh penelitian Tarrier dkk (1998) yang

16
menemukan bahwa skizofrenia ditemukan pada 24 responden
(33.33%) yang hidup sendiri dan 78 responden tidak mempunyai
pendidikan ataupun keahlian (91%). Hal ini menunjukan bahwa
memang kehidudan perkawinan dapat menjadi pencetus terjadinya
skizofrenia jika terjadi akumulasi masalah yang tidak dapat
diselesaikan (Hawari,2001 dalam Corolina, 2008). Begiu juga
pendidikan, pendidikan dapat menjadi sumber koping individu yang
dapat membantu individu dalam mengatasi stress (Stuart &
Laraia,2005).

2. Faktor presipitasi
Kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam meregulasi
sejumlah informasi.Informasi normal diproses melalui aktifitas neoron.
Situmulus visual dan audiotory dideteksi dan di saring oleh kan pada
kelien skizoferinia terjadi mekanisme yang abnormal dalam memperoses
informasi adalah faktor kesehehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
individu ( struat& laria, 2005; stuart, 2009 ).

Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik diotak yang


mengatur jumlah dan waktu dalam peroses informasi.Stimuli penglihatan
dan pendengaran pada awal nya disaring oleh hipoyalamus dan dikirim
untuk diperoses oleh lobus frontal dan bila informasi yang disampaikan
terllu banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus
frontal mengirimkan pesan operload ke ganglia basal dan diingatkan lagi
hipotalamus untuk memperlambat tranmisi kelobus frontal. Penurunan
fungsi lobus frontal menyebabkan ganguan pada peroses umpan balik
dalam penyampaian informasi yang menghasilkan peroses informasi
overload ( struat& laraia, 2005; struat, 2009). Setersor persipitasi yang lain
adanya abnormal pada pintu mekanisme pada klien skizofrenia, pintu
mekanisme adalah peroses elektrik yang melibatkan elektolit, hal ini
memicu penghambatan saraf dan rangsang aksi dan umpan balik yang

17
terjadi pada sistem saraf. Penurunanj pintu mekanisme/gating proses ini
ditujukan dengan ketidakmampuan individu dalam memilih sitimuli secara
selektif ( Hong et al., 2007 dalam struat 2009).

3. Penilaian terhadap stressor


Penilaiian terhadap stressor merupakan penilaiian individu ketika
menghadapi stressor yang datang. Menurut sinaga ( 2007 ), faktor
biologis,psikososial dan lingkungan saling menentegrasi atau sama lain
saat individu mengalami setres sedangkan individu sendiri memiliki
kerentanan ( diatesis ), yang jika diaktifkan oleh pengaruh stress maka
akan menimbilkan gejala skizofrenia. Model diatesis setres diatas sama
seperti model adaptasi struat dan laria ( 2005 ). Penilaian seseorang
terhadap seteresor terdiri dari dan respon kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu
mengalami suatu stressor maka ia akan merupakan stressor maka ia akan
merespon stressor tersebut dan akan tanpak melalui tanda dan gejala yang
muncul.

4. Sumber Koping
Berdasarkan seteruat dan laraia ( 2005 ), sumber koping merupakan hal
yang penting dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang di
hadapinya. Sumber koping tersebut meliputi aset ekonomi, sosial support,
nilai kemmpuan individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai
sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan
mengatasi stressor yang ada.Keluarga merupakan salah satu sumber
koping yang ditunjukan individu ketuka mengalami streres. Hal tersebut
sesuai dengan videbeck ( 2008 ) yang menyatakan bahwa keluarga
merupakan salah satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan
klien skizofrenia. Psikosis atau skizofrenia adalah penyakit menakutkan
dan sangat menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian yang baik bagi
klien dan keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat

18
fase: (1) disonansi kognitif (psikosis aktif),(2) pencapaian wawasan ,(3)
stabilitas dalam semua aspek kehidupan(ketetapan kognitif), dan (4)
bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan (ordinariness).
Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3 sampai 6 tahun (
Moller,2006, dalam Stuart,2009):
a. Efikasi / kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi
gejala dan menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama
memakan waktu 6 sampai 12 bulan.
b. Awal pengenalan diri / insight sebagaio proses mandiri melakukan
pemeriksaan realitas yang dapat diandalkan.pencapaian keterampilan
ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan bulan dan tergantung pada
keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif
meliputi keteguhan melanjutkan hubungan interpersonal normal dan
reengaging dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan
dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3 tahun.
d. Ordinariness / kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan
kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat
dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan sehari-
hari mencerminkan tujuan prepsychosis fase ini berlangsung selam 2
tahun. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua terhadap
penyakit , keuangan dan keetersediaan energi , dan kemampuan untuk
menyediakan dukungan yang berkelanjutan mempengaruhi jalanya
penyesuaian postpsychotic.
5. Mekanisme Koping
Pada klien skizofrenia , klien berusaha untuk melindungi dirinya dalam
pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya . klien akan melakukan
regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya , melakukan proyeksi
sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan menarik diri yhang
berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan
terhadap pengalaman internal ( Stuart & Laraia,2005;Stuart,2009).

19
C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU
DIKAJI
1. Masalah keperawatan : Diagnosis Keperawatan NANDA-1 rentang
respon neurobiologis, skizofrenia dan gangguan psikotik(Stuart,2009):
a. Anxiety
b. Impaired verbal Communication*
c. Confusion, Acute
d. Compromised family coping
e. Ineffective coping
f. Decisional conflict
g. Hopelessness
h. Impaired memory
i. Noncompliance
j. Disturbed personal identity
k. Ineffective role performance
l. Self care deficit (bathing/hygiene, dressing/grooming)
m. Disturbed sensory perception*
n. Impaired social interaction*
o. Social Interaction
p. Risk of suicide
q. Ineffective therapeutic regiment management
r. Disturbed thought processes*

(*Diagnosis keperawatan primer rentang respon neurobiologis ,


skizofrenia dan gangguan psikotik)

2. Halusinasi
a. Pendengaran
1) Melirik mata ke kanan / ke kiri untuk mencari sumber suara
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang
berbicara/benda mati di dekatnya

20
3) Terlibat pembicaraan dengan benda mati atau orang yang tidak
Nampak
4) Menggerakan mulut seperti mengomel
b. Penglihatan
1) Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda
mati atau stimulus yang tak terlihat
2) Tiba lari ke ruangan lain
c. Pengecapan
1) Meludahkan makanan atau minuman
2) Menolak makanan atau minum obat
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan
d. Penghirup
1) Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tak enak
2) Menghirup bau tubuh
3) Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain
4) Berespon terhadap bau dengan panic
e. Peraba
1) Menampar diri sendiri seakan akan memadamkan api
2) Melompat lompat di lantai seperti menghinidari sesuaatu yang
menyakitkan
f. Sintetik
1) Mengverbalisasi terhadap proses tubuh
2) Menolak menyelesaikan tugas yang mengguanakan bagian tubuh
yang diyakini tidak berfungsi

21
3. Tanda dan Gejala Secara umum
Data Subjektif Data Objektif

Pasien Mengatakan : 1. Bicara atau tertawa sendiri


a) Mendengar suara-suara atau 2. Marah-marah tanpa sebab
kegaduhan 3. Mengarahkan telinga kearah
b) Mendengar suara yang tertentu
mengajak bercakap-cakap 4. Menutup telinga
c) Mendengar suara yang 5. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
menyuruh melakukan sesuatu 6. Ketakuatan pada sesuatu yang
yang berbahaya tidak jelas
d) Melihat bayangan,sinar,bentuk 7. Mencium sesuatu seperti membaui
geometris,bentuk kartun, bau-bauan tertentu
melihat bantu atau monster 8. Menutup hidung
e) Mencium bau-bauan seperti 9. Sering meludah
bau darah,urin atau feses. 10. Muntah
f) Merasa takut atau senang 11. Menggaruk-garuk permukaan
dengan halusinasinya kulit (kemenkes,2012)

22
D. POHON MASALAH

Kerusakan Memori Risiko Prilaku Kekerasan Defisit Perawatan Diri

Kebingungan Kronis Intoleransi Aktivitas

GG. Proses Fikir Gangguan Sensori GG. Pola Tidur


Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

BerdukaA

Ketidakefektifan
Koping Individu Penampilan Peran

Koping Keluarga GG. Identitas Diri

Pohon masalah gangguan persepsi sensori : Halusinasi ( Keliat ,2010)

23
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
2. Diagnosis medis : Skizofrenie

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA SP KLIEN SP KELUARGA
KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi SP 1: SP 1:
Sensori Halusinasi 1. Identifikasi halusinasi 1. Diskusikan masalah
: isi, frekuensi, waktu yang dirasakan dalam
terjadi, situasi merawat pasien
pencetus, perasaan, 2. Jelaskan pengertian,
respon tanda & gejala, dan
2. Jelaskan cara proses terjadinya
mengontrol halusinasi halusinasi
: hardik, obat, 3. Jelaskan cara merawat
bercakap-cakap, halusinasi
melakukan kegiatan 4. Latih cara merawat
3. Latih cara mengontrol halusinasi :hardik
halusinasi dengan 5. Anjurkan membantu
menghardik pasien sesuai jadwal
4. Masukan pada jadwal dan memberi pujian
kegiatan untuk latihan
menghardik
SP 2 : SP 2:
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
menghardik beripujian keluarga dalam
2. Latih cara mengontrol merawat/melatih klien
halusinasi dengan menghardik, beri pujian
obat (jelaskan 6 benar 2. Jadwalkan 6 benar cara
: jenis, guna, dosis, memberikan obat

24
frekuensi, cara, 3. Latih cara
kontinuitas minum memberikan/membimbi
obat) ng minumobat
3. Masukan pada jadwal 4. Anjurkan membantu
kegiatan untuk latihan klien sesuai jadwal dan
menghardik dan memberi pujian
minum obat
SP 3: SP 3:
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
harian menghardik & keluarga dalam
obat, beri pujian merawat/melatih klien
2. Latih cara mengontrol menghardik dan
halusinasi dengan memberikan obat, beri
bercakap-cakap saat pujian
terjadi halusinasi 2. Jelaskan cara bercakap-
3. Masukan pada jadwal cakap dan melakukan
kegiatan untuk latihan kegiatan untuk
menghardik,minum mengontrol halusinasi
obat, dan bercakap- 3. Latih dan sediakan
cakap waktu bercakap-cakap
dengan klien terutama
pada saat halusinasi
4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
SP 4: SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
harian menghardik, keluarga dalam
minumobat & merawat/melatih klien
bercakap-cakap, beri menghardik,
pujian memberikan obat, dan

25
2. Latih cara mengontrol bercakap-cakap, beri
halusinasi dengan pujian
melakukan kegiatan 2. Jelaskan follow up ke
harian (mulai 2 RSJ/PKM, tanda
kegiatan) kambuh dan rujukan
3. Masukan pada jadwal 3. Anjurkan membantu
kegiatan untuk latihan klien sesuai jadwal dan
menghardik,minum memberikan pujian
obat, bercakap-cakap
dan kegiatan harian

26
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Data
1. Identitas Klien
a. Identitas Klien
Inisial : Tn. S
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 116
Bandar Lampung
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Suku / bahasa : Jawa, indonesia
Agama : Islam
Informan : klien
Tanggal masuk : 08 Mei 2018
No Register : 007982

b. Identitas penangung jawab


Nama : Tn. M
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 116
Bandar Lampung
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bahasa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Ayah

2. Alasan Masuk
Berdasarkan data yang didapat dari klien dibawa keluarga melalui UGD
dengan keluhan sering ngelamun, bicara sendiri, mondar-mandir,
ngamuk,marah – marah dengan orang tua menghancurkan barang, sulit

27
tidur, ,koping masalah kelurga kurang karena keluarga tidak mengingatkan
minum obat yang dilakukan keluarga sebelum klien masuk rumah sakit
yaitu membawa ke tempat terapi rukiyah, tidak ada hasildan lalu klien di
bawa kerumah sakit.

3. Faktor Predisposisi
Klien pernah di rawat sebelumnya, pada tahun 2004 dan keluar masuk
sebanyak 4 kali terakhir masuk kembali pada tahun 2018, pada tahun 2015
klien kembali lagi karena putus obat selama 2 bulan hasil pengobatan
sebelumnya selama 2 bulan tidak ada perubahan, klien tidak pernah
mengalami penganiayaan fisik, klien mendapatkan penolakan dari
masyarakat, keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan seperti
yang di derita oleh klien.
Masalah keperawatan :ketidakefektifan koping keluarga

Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami seperti


yang dialaminya saat ini.
Masalah keperawatan : -

4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 86 X/menit
RR : 20 X/menit
TB : 165 cm
BB : 55 Kg

b. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada fisiknya yang di keluhkan saat ini.
Masalah kep : -

28
5. Psikososial
Genogram

Keterangan :
: perempuan : Tinggal serumah
: laki - laki : : Pernikahan
: Klien : keturunan
: Meninggal : Meninggal

Klien mengatakan di dalam keluarganya sering


berkomunikasiPengambilan keputusan didalamkelurga yaitu ayah
klien.dalam berkomunikasi dengan keluarga klien baik, pola asuh orang
tuanya baik, tidak keras dan dari seluruh anggota keluarga hanya klien
yang menderitagangguan jiwa
Masalah keperawatan :-

29
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada yang tidak disukai dari anggota tubuhnya,
klien menyukai semua anggota tubuhnya.
2) Identitas diri
Klien mengatakan mengatakan sebelum dirawat dia bekerja sebagai
pedagang dan klien sangat puasdengan pekerjaannya, klien juga meras
puas terlahir sebagai seorang laki – laki.
Masalah Keperawatan : -
1. Peran
Klien mengatakan perannya adalah sebagai seorang kepala keluarga
dan mempunyai satu anak dan klien dalam kelurga yang bertanggung
jawab dalam mencari nafkah.Untuk saat ini klien beradadirumah sakit
jadi tidak bisa menafkahi kelurganya.
Masalah keperawatan : gangguan peran diri
2. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi orang sukses dan dapat
membahagiakan orang tuanya dan memiliki kehidupan yang cukup
saaat ini klien hanya mengharapkan cepat sembuh dan ingin segera
pulang.Harapan dilingkungan rumah bisa diterima oleh masyarakat
Masalah keperawatan : -
3) Harga diri
Klien mengatakan tidak malu untuk bergaul, klien tidak merasa malu
untuk bersosialisasi dengan tetangganya, termasuk orang yang
terbuka. Klien mengatakan tidak dihargai oleh lingkungan sekitar
klien selalu dihina dan dicacimaki oleh lingkungannya dan klien
mengatakan merasa dirinya tidak berguna dijauhi oleh keluargannya.
Masalah keperawataan : harga diri rendah

30
b. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Klien mengatakan orang terdekat klien di rumah adalah ibunya.
2) Peran serta kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di masyarakat dan tidak
terlibat di kelompok masyarakat.
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam menurutnya penyakit yang diderita
adalah cobaan dari Allah.Klien mengatakan tidak dihargai oleh
lingkungan sekitar klien selalu dihina dan dicacimaki oleh
lingkungannya.
Masalah keperawatan :
2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selalu beribadah saat di RSJ. Dan dirumah juga
klien melakukan ibadah. Klien mengatakan pendapatnya tentang
ibadah itu wajib dan harus dilakukan oleh setiap muslim.

6. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien cukup rapih, rambut klien rapih, klien mengatakan
ganti baju 2x sehari, dan klien mandi 2 x/sehari namun tidak
menggunakan samphoo dan sabun, klien jarang menggosok gigi.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Cara bicara klien lantang keras dan cepat, mudah dimengerti, klien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Klien bila berbicara suka perpindah
pindah dari satu kalimat ke kalimat yang laindan tidak berkaitan.
Masalah Keperawatan : Resiko prilaku kekerasan

31
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, tegang dan gelisah,tetapi klien dapat di suruh duduk
dan di ajak berkomunikasi.
Masalah keperawatan :-
d. Alam perasaan
Berdasarkan pengkajian klien merasa gembira dan tidak merasa sedih
dan khawatir karena dirumah sakit banyak teman.
Masalah keperawatan : -
e. Afek
Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
Masalah keperawatan : -
f. Fase interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, klien tidak menunjukan curiga, klien mau berbicara
dengan perawat, pandangan mata klien tajam, kontak mata positif, mata
klien merah.
Masalah keperawatan : Resiko prilaku kekerasan
g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan, yang isinya bisikan itu
menyuruh klien untuk melakukan zina dan klien menolak untuk
melakukannya.klien mendengar bisikan pada malam hari frekuensinya
selama15 menit saat klien sendiri.tetapi klien mengatakan bisikan-bisikan
atau suara-suara itu sudah tidak ada lagi.klien mengatakan tidak
mendengar bisikan itu lagi selama di RS.
Masalah keperawatan : resiko gangguan presepsi sensori : halusinasi
pendengaran.
h. Proses pikir
Sirkumstansial :Klien pembicaraannya berbelit – belit tapi sampai pada
tujuan pembicara.
Masalah keperawatan : -

32
i. Isi pikir
Obsesi :Klien mengatakan isi pikiran yang selalu muncul walaupun klien
berusaha menghilangkannya.
Masalah keperawatan : -
j. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan tampak bingung dan kacau, klien tahu bahwa dirinya
saat ini sedang berada di RSJ dan sekarang mengalami gangguan
jiwa.klien mengatakan ingin berobat,klien mengertiwaktu dan tempat
serta perawat.
Masalah keperawatan : -
k. Memori
Klien mengatakan dapat mengingat kejadian jangka panjang dari
satubulanyang lalu dan jangka pendek kejadian satu minggu terakhir
Masalah keperawatan : -
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berkonsentrasi dengan baik, klien mampu berhitung dari 1-
20, klien mampu melakukan penjumlahan sederhana, saat diberi
pertanyaan klien dapat menjawab 2+2 = 4, Klien menjawab 4
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana yang berhubungan
dengan kebutuhan sehari-hari seperti memilih mandi terlebih dahulu
sebelum makan.
Masalah keperawatan : -
n. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dirinya menyalahkan hal – hal diluar dirinya
yaitu menyalahkan orang lain yang menyebabkan kondisinya saat ini.
Masalah keperawatan :-
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan dan minum

33
Klien mengatakan makan dan minum 3x sehari tanpa bantuan, klien
menghabiskan porsi makanan yang disediakan, klien mengatakan
menyukai makanan yang diasediakan.
Masalah keperawatan : -

b. BAK / BAB
Klien mengatakan mengguanakan wc untuk BAK dan BAB, klien
mandiri, klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 5-6x dalam sehari,
kien mampu membersihkan wc secara mandiri setelah menggunakannya.
Masalah keperawatan : -
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari kadang 3x pagi dan sore, tidak
menggunakan sabun, klien mengatakan tidak gosok gigi, gigi klien
terlihat kotor.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
d. Berpakaian/berhias
Klien mengatakan tidak pernah berdandan, klien mengatakan tidak
menyisir rambut, klien tampak kurang rapih.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri.
e. Istirahat tidur
Klien mengatakan sering tidur, tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur
siang 4-5 jam, persiapan sebelum tidur klien menyikat gigi cuci kaki dan
berdoa. Kegiatan bangun tidur merapikan tempat tidurmandi cuci muka.
Masalah keperawatan : -
f. Pengguanaan obat
Klien dapat minum obat sendiri, setelah minum obat klien mengatakan
tenang tidurnya enak dan lebih rileks
Masalah keperawatan : -
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan perawatan lanjut akan dilakukan secara rawat jalan di
RS ini dan system pendukung yang dimiliki adalah keluraga.

34
Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan didalam rumahnya klien mampersiapkan makan,
menjaga kerapihan rumah, mencuci pakaian dan mengatur keuangannya
adalah ibunya.
Masalah keperawatan : -

h. Kegiatan di luar rumah


Klien mengatakan belanja untuk keperluan sehari – hari dan dalam
melakukan perjalanan mengguanakan kendaraan pribadi..

8. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Klien mau bicara dengan perawat, dan mampu menyelesaikan masalah
melakukan tehnik relaksasi jika ada masalah dan klien suka berolahraga.
b. Mal adaptif
Reaksi lambat dan pernah menciderai diri sendiri dan orang lain.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif

9. Masalah psikososial dan Lingkungan


a. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok yang ada
dimasyarakat
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan fisik
Masyarakat terganggu jika klien mengamuk.
Masalah keperawatan : perilaku kekerasan
c. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Klien mengatakan berpendidikan hanya SMA
d. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Klien mengatakan pekerjaannya adalah wiraswasta
e. Masalah berhubungan dengan perumahan
Klien mengatakan tinggal dengan anaknya serta orang tua.

35
f. Masalah berhubungan ekonomi
Klien mengatakan ekonomi keluargannya tercukupi
g. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan jika sakit berobat kepuskesmas.

10. Kurang pengetahuan


Klien mengetahui sedang berada dirumah sakit jiwaklien mengatakan
ingin berobat.klien mengatakantidak mengetahui mengenai penyakitnya
saat ini.Faktor yang mempengaruhi dan obat – obatan jika berhenti
mengkonsumsinya.
Masalah keperawatan :kurang pengetahuan

11. Aspek medik


Diagnosa Medis : Schizofrenia
Trihexyphenidile : 2 X 2 Mg
Trifluoperazine : 2 x 5 Mg
Prolepsi : 2 x 150 mg
Risperidone 2 x 3mg

12. Data fokus


a) Data Subjektif :
- Klien mengatakan dulu pernah mendengar bisikan-bisikan saat di
rumah.
- Klien mengatakan bisikan-bisikan itu menyuruhnya untuk
mengamuk dan untuk melakukan hal yang negatif
- Klien mengatakan mendengar bisikan itu lagi selama di RS.
- Klien mengatakan marah dengan orang tuanya.
- Klien mengatakan mengamuk
- Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan marah bila tersinggung.
- Klien mengatakan saat marah – marah membanting barang.

36
- Klien mengatakan mandi terkadang hanya 1 kali.
- klien mengatakan jarang mencuci rambut.
- klien mengatakan jarang menggosok gigi.

b) Data objektif :
- Klien tampak tegang
- Klien tampak gelisah
- Klien suka tertawa tanpa sebab.
- Nada bicara klien tinggi
- Klien tampak bicara sendiri
- Saat dating kerumah sakit klien bertengkar dengan pasien lain.
- Pandangan mata tajam
- Badan klien terlihat kotor
- Rambut klien kotor dan kusam
- Gigi klien kuning dan kotor.

13. Analisa Data


No Data Masalah
1 Ds : Resiko gangguan
- Klien mengatakan dulu pernah mendengar bisikan persepsi sensori
bisikan saat dirumah halusinasi
- Klien mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk
mengamuk dan untuk melakukan hal negatif.
- Klien mengatakan mendengar bisikan selama di RS.

Do :
- Klien suka tertawa tanpa sebab
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak mondar mandir
2 Ds : Resiko perilaku
- Klien mengatakan marah dengan orang tuanya kekerasan
- Klien mengatakan marah bila tersinggung.

37
- Klien mengatakan saat marah-marah membanting
barang
- Klien mengatakan tidak bisa tidur

Do :
- Nada bicara tinggi
- Pandangan mata tajam
- Saat datang ke RS klien bertengkar dengan klien lain
- Tangan mengepal
- Wajah tegang
- Klien terlihat bicara sendiri
3 Ds : Koping keluarga
- Klien dibawa ke RSJ karena dirumah tidak efektif
mengamuk,menghancurkan barang , melamun, bicara
sendiri
- Keluarga klien tidak mengingatkan minum obat
- Klien pernah dibawa ke tempat terapi rukiyah
Do
- Klien dirawat untuk yang ke 4 kalinya
4 Ds Koping individu in
- Klien mengatakan pernah melakukan penganiayaan efektif
kepada keluarganya
- Klien mengatakan putus obat 2 bulan
Do
- Klien putus obat ± 2 bulan

5 Ds Harga Diri Rendah


- Klien mengatakanpernah tidak dihargai oleh
lingkunganya
- Klien mengatakanpernah di hinadan diejek
- Klien pernah merasa tidak berguna
Do
- Klien merasa malu dengan keluarga dan lingkungan

38
6 Ds : Devisit perawatan
- Klien mengatakan mandi terkadang hanya 1kali Diri
- Klien mengatakan jarang mencuci rambut
- Klien mengatakan jarang menggosok gigi dan keramas

Do :
- Badan klien terlihat kotor
- Rambut klien kusam
- Gigi klien terlihat kotor
7 Ds Gangguan Peran
- Klien mengatakan seorang kepala keluarga Diri
- Klien mengatakan yang mencari nafkah
Do
- Klien tidak bisa mencari nafkah kareana berada di RS

8 Ds Resiko menciderai
- Reaksi lamban dank lien mengatakan pernah orang lain dan
menciderai diri dan orang lain lingkungan
- Klien mengatakan pernah berkelahi dengan kakaknya

9 Ds Gangguan
- Klien mengatakan sehari – hari membantu berjualan intoleransi aktivitas
- Klien mengatakan berbelanja untuk keperluan sehari –
hari
Ds
- Klien sekarang berada di RSJ dan tidak bisa membantu
atau melakukan aktivitas seperti biasanya

39
14. Daftar Masalah
a. Gangguan presepsi sensori halusinasi
b. Reiko perilaku kekerasan
c. Defisit perawatan diri
d. Regimen terapi inefektif
e. Koping individu in efektif
f. Harga Diri Rendah
g. Gangguan Peran Diri
h. Resiko menciderai orang lain dan lingkungan
i. Gangguan intoleransi aktivitas

15. Pohon masalah


Defisit perawatan diri
ggn.Intoleransi aktivitas
Resiko Perilaku Kekerasan

GSP : Halusinasi
Ggn pola istirahat tidur

Harga Diri Rendah

Isolasi sosial

Koping indifidu tidak efektif

Koping keluarga tidak efektif

40
B. Diagnosa keperawatan
1. Gsp : halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Defisit perawatan diri

41
C. Rencana Keperawatan
Pertemuan
No Diagnosa Tindakan
1 2 3 4 5
1 Halusinasi Pasien 1. Identifikasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegitan 1. Evaluasi kegitan
halusinasi( isi, menghardik. Beri latihan latihan menghardik latihan kegiatan
frekuensi, waktu pujian. menghardik dan dan obat, serta meghardik, minum
terjadinya, situasi 2. Latih cara obat. Beri pujian bercakp-cakap. Beri obat, bercakap-
pencetus, respon) mengontrol 2. Latih cara pujian cakap- dan
2. Jelaskan cara halusinasi dengan mengontrol obat 2. Latih cara mengontrol kegiatan harian.
mengontrol obat ( jelaskan 6 dengan bercakp- halusinasi dengan Beri pujian
halusinasi : hardik, benar : jenis, guna, cakap saat terjadi melakukan kegiatan 2. Latih kegiatan
obat, bercakap- dosis, frekuensi,cara, halusinasi harian (mulai 2 harian
cakap, melakukan na untuk latihan 3. 3.Masukkan pada kegiatan) 3. Nilai kemampuan
kegiatan. menghardik jadwal kegiatan 3. Masukkan pada jadwal yang telah mandiri
3. Latih cara kontuinitas minum untuk latihan kegiatan untuk latihan 4. Nilai apakah
mengontrol obat) menghardik, menghardik, minum halusinasi
halusinasi dengan 3. Masukkan pada minum obat, dan obat, bercakp-cakap, terkontrol
cara menghardik. jadwal kegiatan bercakap-cakap dan kegiatan harian
4. Masukan pada untuk latihan
jadual kegiatan menghardik dan
untuk latihan minum obat.
menghardik

42
2 Risiko PK Pasien 1. Identifikasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
penyebab, tanda latihan fisik, beri kegiatan latihan latihan fisik, obat dan latihan fisik 1, 2 &
dan gejala PK yang pujian fisik dan obat, verbal, beri pujian obat serta verbal,
dilakukan akibat 2. Latih cara beri pujian 2. Latih cara spiritual dan beri
PK mengontrol PK 2. Latih cara mengontrol spiritual pujian
2. Jelaskan cara dengan obat (6 benar mengontrol PK (2 kegiatan) 2. Nilai kemampuan
mengontrol PK : : jenis, guna, dosis, secara verbal 3. Masukan pada jadwal yang telah mandiri
fisik, obat, verbal, frekuensi, cara, (mengungkapka kegiatan untuk 3. Nilai apakah PK
spiritual kontinuitas minum n, meminta, latihan fisik, minum terkontrol
3. Latihan cara obat) menolak dengan obat verbal dan
mengontrol PK 3. Masukan pada benar) spiritual
secara fisik : tarik jadwal kegiatan 3. Memasukkan
napas dalam dan untuk latihan fisik pada jadwal
pukul kasur dan dan minum obat kegiatan untuk
bantal latihan fisik
4. Masukan pada minum obat dan
jadual kegiatan verbal
untuk latihan fisik

43
Keluarga 1. Diskusikan 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
masalah yang kegiatan keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
dirasakan dalam keluarga dalam merawat/melatih merawat/melatih merawat/melatih
merawat pasien merawat/ pasien fisik dan pasien fisik, pasien fisik,
2. Jelaskan pengertian melatih memberikan obat, memberikan obat, memberikan obat,
tanda dan gejala 2. Jelaskan 6 beri pujian latihan bicara cara bicara yang
serta proses benar cara 2. Latih cara yang baik dan baik dan kegiatan
terjadinya PK memberikan membimbing : cara kegiatan spiritual, spiritual dan
3. Jelaskan cara obat bicara yang baik beri pujian follow up
merawat PK 3. Latih cara 3. Latih cara 2. Jelaskan follow 2. Beri pujian nilai
4. Latih satu cara memberikan/ membimbing up ke RSJ/ PKM, kemampuan
merawat PK membimbing kegiatan spiritual tanda kambuh, keluarga merawat
dengan melakukan minum obat 4. Anjurkan rujuk pasien
kegiatan fisik : 4. Anjurkan membantu pasien 3. Anjurkan 3. Nilai kemampuan
tarik nafas dalam membantu sesuai dengan membantu pasien keluarga
dan pukul kasur pasien sesuai jadwal dan sesuai jadwal dan melakukan kontrol
atau pukul bantal jadwal dan beri memberi pujian memberikan ke RSJ/PKM
5. Anjurkan pujian pujian
membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberi pujian

44
Keluarga 1. Diskusikan masalah 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
yang dirasakan kegiatan keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
dalam merawat keluarga dalam merawat/melatih merawat/ melatih merawat/ melatih
pasien merawat/ pasien menghardik pasien menghardik, pasien menghardik
2. Jelaskan pengertian, melatih pasien dan memberikan memberikan obat dan memberikan
tanda dan gejala, menghardik, obat, beri pujian dan bercakap- obat, bercakap-
serta proses beri pujian 2. Jelaskan cara cakap, beri pujian cakap, melakukan
terjadinya halusinasi 2. Jelaskan 6 bercakap-cakap dan 2. Jelaskan follow up kegiatan harian,
(gunakan booklet) benar cara melakukan kegiatan ke RSK/PKM, follow up dan beri
3. Jelaskan cara memberikan/ untuk mengontrol tanda kambuh, pujian
merawat halusinasi membimbing halusinasi rujukan 2. Nilai kemampuan
4. Latih cara merawat minum obat 3. Latih dan sediakan 3. Anjurkan keluarga merawat
halusinasi : hardik 3. Latih cara waktu bercakap- membantu pasien pasien
5. Anjurkan membantu memberikan/ cakap dengan pasien sesuai jadual dan 3. Nilai kemampuan
pasien sesuai jadual membimbing terutama saat memberikan pujian keluarga melakukan
dan memberi pujian minum obat halusinasi kontrol ke RSJ/PKM
4. Anjurkan 4. Anjurkan membantu
membantu pasien sesuai jadual
pasien sesuai dan memberikan
jadual dan pujian
memberi pujian
3 Defisit Pasien 1. Identifikasi masalah 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan

45
perawatan perawatan diri; kegiatan kebersihan diri dan kebersihan diri, latihan perawatan
diri kebersihan diri, kebersihan diri, berdandan, beri berdanda, makan, diri, kebersihan diri,
berdandan, beri pujian pujian minum dan beri berdandan, makan
makan/minum, 2. Jelaskan cara 2. Jelaskan cara dan pujian dan minum, BAB/
BAK/BAB dan alat untuk alat makan minum 2. Jelaskan cara BAB BAK
2. Jelaskan pentingnya berdandan 3. Masukan pada jadual dan BAK yang 2. Latih kegiatan harian
kebersihan diri 3. Latih cara kegiatan untuk baik 3. Nilai kemampuan
3. Jelaskan cara dan berdandan latihan kebersihan 3. Masukan pada yang telah mandiri
alat kebersihan diri setelah diri, berdandan dan jadual kegiatan 4. Nilai apakah
4. Latih cara menjaga kebersihan diri, makan & minum untuk latihan keperawatan diri
kebersihan diri: rias muka untuk yang baik kebersihan diri, telah baik
mandi dan ganti perempuan, berdandan, makan,
pakaian, sikat gigi, sisiran, cukuran minum dan BAB/
cuci rambut, potong untuk pria BAK
kuku 4. Masukan pada
5. Masukan pada jadual jadual kegiatan
kegiatan untuk untuk
latihan mandi, sikat kebersihan diri
gigi (2 kali per hari), dan berdandan
cuci rambut (2 kali
perminggu), potong
kuku (1 kali per

46
minggu)
Keluarga 1. Diskusikan masalah 1. Evaluasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
yang dirasakan kegiatan keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam
dalam merawat keluarga merawat/melatih merawat/melatih merawat/melatih
pasien dalam pasien kebersihan pasien kebersihan pasien dalam
2. Jelaskan pengertian, merawat/ diri dan berdandan diri, berdandan, perawatan diri :
tanda dan gejala, melatih pasien dan beri pujian makan dan minum kebersihan diri dan
serta proses kebersihan 2. Bimbing keluarga 2. Bimbing keluarga berndandan
terjadinya defisit diri dan merawat kebersihan merawat BAB dan 2. Nilai kemampuan
perawatan diri berikan pujian diri dan berdandan, BAK pasien keluarga merawat
3. Jelaskan cara 2. Latih dua makan, minum 3. Jelaskan follow up pasien
merawat defisit (yang lain) pasien ke RSJ/PKM tanda 3. Nilai kemampuan
perawatan diri cara merawat 3. Anjurkan membantu kambuh, rujukan keluarga melakukan
4. Latih dua cara : makan, pasien sesuai jadual 4. Anjurkan kontrol ke RSJ/PKM
merawat: kebersihan minum, BAB dan berikan pujian membantu sesuai
diri dan berdandan dan BAK jadual dan
5. Anjurkan membantu 3. Anjurkan memberikan pujian
pasien sesuai jadual membantu
dan memberikan pasien sesuai
pujian jadual dan
memberi
pujian

47
D. CATAT PERKRMBANGAN
Nama klien : Tn. S
NO.MR/CM : 007982
Ruang : Kutilang
Dx. Medis : Skizofrenia

Tanggal /
No Implementasi Evaluasi
jam
1 Senin, 21Mei Sp pengkajian. S:
2018 Data : - Klien mengatakan marah-
- Klien mengatakan dulu pernah marah dengan
mendengar bisikan bisikan saat orangtuanya
dirumah. Klien mengatakan - Klien mengatakan bila
bisikan itu menyuruhnya untuk marah-marah
mengamuk dan untuk melakukan menghancurkan barang-
hal negatif. Klien mengatakan barang
mendengar bisikan selama di RS. - Klien mengatakan sulit
Klien suka tertawa tanpa sebab, tidur
Klien tampak gelisah, Klien
tampak mondar mandir. Klien O:
belum mampu mengindentifikasi - Klien suka tertawa tanpa
halusinasi dan menghardik sebab
- - Klien tampak gelisah
Diagnosa keperawatan - Klien tampak mondar
- GSP : Halusinasi pendengaran mandir
A:
Tindakan : - GSP : halusinasi
- Membina hubungan saling pendengaran
percaya
- Mengajarkan klian untuk P:
mengidentifikasi masalah yang Latihan umtuk mengenal
terjadi. masalah yang terjadi.

RTL :
- Identifikasi halusinasi halusinasi(
isi, frekuensi, waktu terjadinya,

48
situasi pencetus, respon)
- Jelaskan cara mengontrol
halusinasi : hardik, obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan. Ttd
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Kelompok
- Masukan pada jadual kegiatan
untuk latihan menghardik
2 Selasa Sp 1 S:
22Mei 2018 Ds: - Klien mengatakan marah-
Data : marah dengan
- Klien mengatakan dulu pernah orangtuanya
mendengar bisikan bisikan saat - Klien mengatakan bila
dirumah. Klien mengatakan marah-marah
bisikan itu menyuruhnya untuk menghancurkan barang-
mengamuk dan untuk melakukan barang
hal negatif. Klien mengatakan - Klien mengatakan sulit
mendengar bisikan selama di RS. tidur
Klien suka tertawa tanpa sebab,
Klien tampak gelisah, Klien O:
tampak mondar mandir. Klien - Klien suka tertawa tanpa
belum mampu mengindentifikasi sebab
halusinasi dan menghardik - Klien tampak gelisah
- Klien tampak mondar
Do : mandir
- Klien suka tertawa tanpa sebab
- Klien tampak gelisah A:
- Klien tampak mondar mandir - GSP : halusinasi
pendengaran (+)
Dx keperawatan :
- GSP : Halusinasi pendengaran P:
- Latihanmenghardik 5x/hari
Tindakan : - Masukkanjadwalkegiatan
- Identifikasi halusinasi halusinasi( harian
isi, frekuensi, waktu terjadinya,
situasi pencetus, respon)
- Jelaskan cara mengontrol

49
halusinasi : hardik, obat, bercakap- Ttd
cakap, melakukan kegiatan.
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Kelompok
- Masukan pada jadual kegiatan
untuk latihan menghardik

RTL :
- Evaluasi kegiatan latihan
menghardik, beri pujian
- Latih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (6 benar : jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)
- Masukan pada jadwal kegiatan
untuk menghardik dan minum obat
3 Rabu, Sp 2 S:
23 Mei 2018 Data : - Klien mengatakan legan
. - Klien mengatakan dulu pernah dengan mengetahui
mendengar bisikan bisikan saat fungsi obat.
dirumah. Klien mengatakan - Klien menjelaskan
bisikan itu menyuruhnya untuk kembali fungsi obat 6
mengamuk dan untuk melakukan benar
hal negatif. Klien mengatakan
mendengar bisikan selama di RS. O:
Klien suka tertawa tanpa sebab, - Klien mampu
Klien tampak gelisah, Klien menyebutkan fungsi obat
tampak mondar mandir. Klien - Klien senang
belum mampu mengindentifikasi
halusinasi, menghardik dan A:
minum obat - GSP : halusinasi
. pendengaran (+)

Do :
- Klien suka tertawa tanpa sebab P:
- Klien tampak gelisah - Latihan menghardik
- Klien tampak mondar mandir 5x/hari

50
- Latihan obat 2x1
Dx keperawatan :
- GSP : Halusinasi pendengaran

Tindakan :
- Mengevaluasi kegiatan latihan
menghardik.
- Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan 6 benar obat
(jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontuinitas minum obat)
- Masukan dalam jadwal kegiatan Ttd
untuk menghardik dan minum
obat. Kelompok
Rtl :
- Evaluasi kegiatan
menghardik dan obat, beri
pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
berbincang - bincang
- Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk menghardik
minum obat dan berbincang
– bincang
4 Kamis Sp 3 S:
24 Mei 2018 Data : - Klien mengtakan lega
- Klien mengatakan dulu pernah dan senang setelah
mendengar bisikan bisikan saat melakukan yang di
dirumah. Klien mengatakan ajarkan
bisikan itu menyuruhnya untuk
mengamuk dan untuk melakukan O:
hal negatif. Klien mengatakan - Klien mamapu
mendengar bisikan selama di RS. melakukan mengontrol
Klien suka tertawa tanpa sebab, halusinasi dengan
Klien tampak gelisah, Klien berbincang - bincang
tampak mondar mandir. Klien

51
belum mampu mengindentifikasi A:
halusinasi, menghardik dan GSP : halusinasi
minum obat dan berbincang - pendengaran
bincang
P:
Do : - Latihan menghardik
- Klien suka tertawa tanpa sebab 5x/hari
- Klien tampak gelisah - Latihan obat 2x1
- Klien tampak mondar mandir - Berbincang - bincang

Dx keperawatan :
- GSP : Halusinasi pendengaran

Tindakan : Ttd
- Mengevaluasi kegiatan latihan
menghardik, minum obat. Kelompok
- Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan berbincang -
bincang
- Masukan dalam jadwal kegiatan
untuk menghardik dan minum
obat dan berbincang-bincang

Rtl :
- Evaluasi kegiatan
menghardik dan obat, beri
pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
berbincang - bincang
- Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk menghardik
minum obat dan berbincang
– bincang
5 Jumat Sp 4 S:
25 Mei 2018 Data : - Klien mengtakan lega
- Klien mengatakan dulu pernah dan senang setelah

52
mendengar bisikan bisikan saat melakukan yang di
dirumah. Klien mengatakan ajarkan
bisikan itu menyuruhnya untuk
mengamuk dan untuk melakukan O:
hal negatif. Klien mengatakan - Klien mamapu
mendengar bisikan selama di RS. melakukan mengontrol
Klien suka tertawa tanpa sebab, halusinasi dengan
Klien tampak gelisah, Klien kegiatan harian.
tampak mondar mandir. Klien
belum mampu mengindentifikasi A:
halusinasi, menghardik dan GSP : Halusinasi
minum obat, berbincang – pendengaran
bincang dan kegiatan harian
P:
Do : - Latihan menghardik
- Klien suka tertawa tanpa sebab 5x/hari
- Klien tampak gelisah - Latihan obat 2x1
- Klien tampak mondar mandir - Berbincang – bincang
- kegiatan harian( 2
Dx keperawatan : kegiatan)
- GSP : Halusinasi pendengaran

Tindakan : Ttd
- Evaluasi kegiatan
menghardik, obat dan Kelompok
berbincang - bincang, beri
pujian
- Latih cara mengontrol
kegiatan harian (2 kegiatan)
- Masukan pada jadwal
kegiatan untuk menghardik,
minum obat, berbincang-
bincang dan kegiatan harian

Rtl :
- Evaluasi kegiatan

53
menghardik, obat dan
berbincang- bincang, beri
pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan kegiatan
harian
- Memasukkan pada jadwal
kegiatan untuk menghardik
minum obat dan berbincang
– bincang dan spritual
- Nilai kemampuan yang
telah mandiri
- Nilai apakah halusinasi
terkontrol

54
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan menjelaskan secara teori tentang kesenjangan antara
BAB II dan BAB III (landasan teori dan tinjauan kasus), yang penulis dapatkan
selama melakukan asuhan keperawatan Pada Tn.S dengan masalah Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran, di ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Lampung pada tanggal 21 – 23 Mei 2017.

Adapun pembahasan pada kasus ini meliputi tahapan pengkajian, diagnosa,


intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial-
spiritual, dengan menekan pada aspek psikologis klien. Dalam pengkajian
penulis berdasarkan dari format pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.

- Berdasarkan definisi halusinasi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah


suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi
terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensori yang
salah yang meliputi salah satu dari penca indera. Berdasarkan teori definisi
halusinasi yang analisis berdasarkan kondisi klien saat pengkajian adalah Klien
mengatakan dulu pernah mendengar bisikan bisikan saat dirumah, Klien
mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk mengamuk dan untuk melakukan
hal negatif. Klien mengatakan mendengar bisikan selama di RS.

Lalu berdasarkan rentang respon neurobiologis menurut (Keliat, 1999 dikutip


oleh Ade Hernan S.D, 2011) klien berada pada rentang respon maladaptif yaitu
perilaku yang menyertai berbicara sendiri, terhadap dorongan untuk marah
tetapi masih terkontrol, berdasarkan kondisi klien saat pengkajian adalah Klien
mengatakan jika klien mendengar bisikan yang klien lakukan adalah isinya

55
menyuruh marah orang lain, klien tampak berbicara sendiri, klien tampak
cemas dan gelisah, afek klien labil, emosi klien berubah-ubah, pandangan mata
klien tajam.

1. Faktor yang perlu dikaji pada klien dengan halusinasi antara lain adalah
faktor predisposisi/penyebab yang terdiri dari faktor biologis, psikologis,
socialbudaya. Data predisposisi Resiko halusinasi pada Tn.S yaitu pada
faktor sosial budaya klien mengatakan kluarga di rumah jarang
berkomunikasidengan klien.

2. Selanjutnya faktor yang perlu dikaji pada klien dengan halusinasi antara
lain adalah faktor presipitasi/pencetus yang terdiri dari Faktor presipitasi
dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri dan yang kurang dapat menjadi penyebab
halusinasi. Dari hasil analisis saat pengkajian pada Tn. S faktor presipitasi
klien mendengar bisikan- bisikan yang menyuruhnya untuk marah dan dan
melakukan hal yang negatif.

3. Sumber Koping
Skizofrenia penyakit yang menakutkan dan sangat menjengkelkan yang
memerlukan penyesuaian baik diri klien maupun keluarga. Ordinarinnes/
kesiapan kembali seperti sebelum sakit dan ditandai dengan kemampuan
untuk secara konsisten dan dapat dilibatkan dalam kegiatan yang sesuai
dengan usia lengkap dari kehidupan sehari-hari mencerminkan tujuan
presicosis. Dan sumber koping pada klien adalah dirinya sendiri dan
keluarga yang memberikan dukungan dan support yang dapat
mempengaruhi jalannya penyesuaian postpsikotic.

56
4. Mekanisme Koping
Pada masaaktif psikosis klien menggunakan beberapa mekanisme
pertahanan diri dalam upaya untuk melindungi diri dari pengalaman yang
menakutkan yang disebabkan oleh penyakit mereka.Klien Tn.S
menggunakan mekanisme koping Marah kesal. Perilaku yang muncul
biasanya disertai bisikan-bisikan akibat konflik perilaku menarik perhatian
orang lain yaitu ketika klien memiliki masalah terkadang klien diam dan
terkadang juga klien mengamuk.

5. Data yang perlu di kaji


Menurut Stuart, 2009 tanda dan gejala klien mendengar suara-
suara/kegaduhan, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,
mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat
bayangan, mencium bau-bauan, merasakan seperti daran/urin, merasa
takut/senang dengan halusinasinya, bicara/tertawa sendiri, marah-marah
tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga,
menunjuk-nunjuk, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas, mencium
sesuatu, menutup hidung, dll.sedangkan tanda gejala yang muncul pada
Tn.S berdasakan teori tersebut adalah klienmendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya,bicara/tertawa sendiri, marah-marah
tanpa sebab.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn.S adalah
1. Gangguan presepsi sensori halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan / perilaku kekerasan
3. Defisit perawatan diri
Diagnosa keperawatan yang tidak ada pada Tn. S tetapi ada pada teori yaitu
isolasi sosial, karena klien tidak bisa berinteraksi dan bersosialisai dengan baik.
Sedangkan diagnose yang muncul pada Tn. S tetapi tidak muncul dalam teori
adalah yaitu regiment terapi tidak efektif karena klien sebelumnya pernah di

57
rawat jalan tetapi tidak sembuh karena di rumah malas minum obat atau habis
obat.

C. Tindakan Keperawatan
Dalam menentukan intervensi yang terdapat pada laporan kasus ini terhadap
Tn. S sesuai dengan intervensi yang terdapat pada teori. Penulis dalam
melakukan hanya berfokus pada tiga diagnosa keperawatan saja, salah satunya
yaitu GSP: Halusinasi. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu. Selain
itu penulis melakukan intervensi juga berdasarkan pada tujuan yang ada dalam
pembuatan tujuan penulis membuat batasan waktu dalam perawatan klien yaitu
selama 3 hari, ini disebabkan juga karena keterbatasan waktu sehingga penulis
menetapkan tujuan dan kriteria hasil diupayakan agar sesuai dengan kondisi
klien. Pada intervensi ini penulis sudah berlandaskan pada teori yang ada yaitu
rencana keperawatan sesuai matrix. SP1 Halusinasi mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, SP2 Halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). SP3 Halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, SP4 Halusinasi
dengan cara kegiatan sehari-hari.

D. Impelementasi
Implementasi yang digunakan berdasarkan aplikasi SP dapat pula dilakukan
intervensi tambahan untuk memaksimalkan hasil terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien dengan GSP: Halusinasi antara lain:

Implementasi yang telah dilakukan pada Tn. S untuk mengatasi halusinasinya


dimulai dengan mengaplikasikan SP 1 yaitu orientasi dan mendiskusikan
tentang halusinasi yang belum diketahui, hasilnya klien mampu mengetahui
dari halusinasi yang telah dilakukan oleh klien dan menyebutkan isi,
frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi
dan klien juga mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik.

58
Kemudian perawat melanjutkan dari SP 2 yaitu dengan latihan cara
mengontrol Halusinasi dengan obat, tetapi klien di sp dua tentang klien agak
kebingungan menyebutkan beberapa obat, hasil nya klien belum sepenuhnya
mengerti dan belum bisa mengulang 6 benar obat meskipun telah
diulangioleh perawat. Dan SP 3 yaitu dengan latihan cara mengontrol
Halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat halusinasi muncul dan klien
mampu melakukannya dengan mengobrol bersama teman nya, dan klien
mampu melakukan SP 3 tersebut dengan cukup baik dan mampu
melakukannya sesuai dengan apa yang pernah perawat ajarkan. Selanjutnya
perawat melanjutkan ke SP 4 yaitu mendiskusikan atau mengevaluasi
kegiatan latihan menghardik, obat, bercakap-cakap, dan hasilnya mampu
menyebutkan beberapa dari beberapa kegiatan yang telah diajarkan oleh
perawat.Dan klien mampu mengontrol Halusinasi dengan kegiatan
harianyang dilakukan klien.

Setelah semua SP diaplikasikan, perawat melanjutkan dengan


mengaplikasikan SP 5 yaitu mengevaluasi seluruh kegiatan dari SP 1sampai 4
dan hasilnya klien mampu mengontrol Halusinasinya. Oleh karena itu selain
implementasi yang digunakan berdasarkan aplikasi SP dapat pula dilakukan
intervensi tambahan untuk memaksimalkan hasil terhadap kasus, antara lain :

1. Terapi Individu Generalis berdasarkan jurnal yang berjudul “Pengaruh


Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan
Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi“.
Dapat disimpulkan bahwa halusinasi pada kelompok yang mendapat
terapi individu generalis menunjukan bahwa terapi individu generalis
denganpendekatan strategi pelaksanaan komunikasi efektif dalam menurunkan
frekuensi halusinasipada pasien halusinasi.
2. Pengaruh Terapi Psikoreligius berdasarkan jurnal yang berjudul
“Pengaruh Terapi Psikoreligius: Dzikir Pada Pasien Halusinasi
Pendengaran di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta”. Dapat disimpulkan
bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa 5 dari 8 respondenmengatakan

59
halusinasi berkurang setelah melakukan dzikir, dan 3 dari 8responden
mengatakan masih mendengar halusinasi setelah melakukan dzikir.Kesimpulan:
Dzikir efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran.
3. Terapi Okupasi berdasarkan jurnal yang berjudul “ Terapi Okupasi
Aktivitas waktu luang terhadap perubahan gejala halusinasi pendengaran
pada pasien skizofrenia”. Dapat disimpulkan bahwa terapi okupasi
aktivitas waktu luang dapat menurunkan gejala halusinasi pendengaran
pada pasien skizofrenia diberbagai tatanan pelayanan kesehatan yang ada.
E. Evaluasi
Klien yang sudah mendapat asuham keperawatan GSP: Halusinasi serta
membuat standar asuhan keperawatan dalam mengontrol halusinasi yang
tepat. Setelah pemberian terapi tetap melaksanakan evaluasi dan follow up
melalui jadwal kegiatan harian terhadap kemampuan pasien mengontrol
halusinasi.

60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari Asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap Tn.S selama 3 hari dan dari
evaluasi serta tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Pendengaran, penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.S penulis
menggunakan metode wawancara, observasi, dan dengan melihat status
klien.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan teori dan pada teori
terdapat empat diagnosa tetapi yang muncul pada Tn. S ada tiga diagnosa.
Dalam merumuskan rencana keperawatan telah disesuai dengan landasan
teori.
3. Berdasarkan analisa data Asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran, semua intervensi telah tercapai
kecuali intervensi pemanfaatan keluarga karena keluarga tidak ada yang
menjenguk atau berkunjung pada Tn. S
4. Pada intervensi rencana keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa klien
yang sudah sesuai dengan teori yaitu matrix.
5. Pada implementasi pada Tn. S selama 3 hari semua intervensi dilakukan
menggunakan sumber-sumber dan kerja sama dengan pasien.
6. Pada dokumentasi penulis mendokumentasikan sesuai dengan data yang
didapatkan pada saat pengkajian.

B. Saran
Berdasarkan dengan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai
evaluasi keperawatan maka penulis memberi saran :
1. Hendaknya dalam pengkajian pada pasien gangguan jiwa menggunakan
metode observasi, dan wawancara harus dilakukan secara terus menerus

61
dengan sikap empati, bina hubungan saling percaya sehingga dapat
merumuskan masalah keperawatan utama secara tepat
2. Dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan, perawat tetap harus
memperhatikan prioritas masalah utama, serta tanda dan gejala yang
muncul.
3. Dalam pembuatan intervensi, perawat tetap harus menyesuaikan dengan
kondisi klien saat ini, menetukan tujuan khusus yang mengacu pada
penyebab.
4. Implementasi hendaknya selalu dilaksanakan secara empati dengan
memperhatikan pemahaman tentang kebutuhan yang diperlukan klien saat
ini.
5. Evaluasi hendaknya dapat didokumentasikan secara sitematik dan sesuai
dengan hasil yang dicapai, sehingga dapat dilakukan intervensi untuk
mengatasi masalah yang belum teratasi.

62
DAFTAR PUSTAKA
 Keliat, B.A., (2011) Model praktik keperawatan professional. Jakarta:
EGC
 Lelono, S.K. (2011). Efectivitas cognitive behaviour therapy (cbt) dan
rational emotive behaviour therapy (rebt) pada perilaku kekerasan,
halusinasi dan harga diri rendah di rumah sakit marzoeki mahdi bogor.
Tesis FIK-UI. Tidak dipublikasikan.
 NANDA. (2009). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2009-
2011. Philadelphia: NANDA International
 Notosoedirdjo. “Hubungan Konsep Diri (Self-concept) dengan
pelaksanaan Activity of Daily Living (ADL) pada Klien Harga Diri
Rendah (HDR) di Rumah Sakit Daerah Amino Gondohutomo Semarang.”
Jurnal Ilmiah, 2005
 Ns. Satrio Kusumo, Dkk. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
 Prabowo, Eko. konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika, 2014.
 Riyadi, Sujono. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013.
 Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2014.
 Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005) Principles and practice of pshyciatrich
nursing, 8 ed. Missouri: Mosby, Inc
 Townsend, M.C (2009). Psychiatrich mental health nursing.Concepts of
care in evidence-based practice. Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company
 Yosep. “Gambaran Sikap dan Dukungan Keluarga Terhadap Penderita
Gangguan Jiwa di Kecamatan Kartasura.” Jurnal Kesehatan, 2013: 1.

63
LEMBAR KONSUL
Tanggal Konsul/Perbaikan Paraf

64

Anda mungkin juga menyukai