Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA

PASIEN TN. M DENGAN HALUSINASI DI RUANG CENDRAWASIH RSJ


Dr. RADJIMAN WEDYODININGRAT LAWANG - MALANG

Disusun Oleh :
Kelompok 2

1. Lilin Nurjanah 19020044


2. Lusiani Rahmawati 19020045

3. Mutiara Dyah Rahmawati 19020055


4. Nanda Indira Meidilasari 19020059
5. Rafli Abdul Latif 19020069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Laporan praktek klinik Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. M dengan diagnosa
Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Cendrawasih, RSJ Dr.
Radjiman Wedyodiningrat Lawang oleh Mahasiswa Program studi Profesi Ners STIKES
dr. Soebandi Jember mulai tanggal 9 Desember 2019 - 28 Desember 2019.

Lawang, 23 Desember 2019

Pembimbing Ruangan, Pembimbing Akademik,

Yasuin Eko Purwanto. S. Kep., Ns. Nurul Maurida. S. Kep., Ns., M. Kep
NIP. 196607011986031002 NIK.

Mengetahui
Kepala Ruang Cendrawasih

Yasuin Eko Purwanto. S. Kep., Ns.


NIP. 196607011986031002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn. M. dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr.
Radjiman Wedyodiningrat Lawang”.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yasuin Eko Purwanto S. Kep Ns. selaku kepala ruangan Cendrawasih
2. Nurul Maurida S. Kep., Ns. M. Kep. selaku pembimbing akademik STIKES dr.
Soebandi jember
3. Bapak ibu perawat diruang Cendrawasih
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran berbagai pihak yang bersifat membangun.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran untuk ilmu kesehatan
khususnya bagi keperawatan jiwa.

Malang, 23 Desember 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. .... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ .... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ....iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ....iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. ..1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... ....1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. ....2
1.3 Tujuan ................................................................................................ ....2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................ ....2
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... ....2
1.4 Manfaat .............................................................................................. ....3
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... ....3
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................... ....3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... ..4
2.1 Definisi Keperawatan Jiwa ................................................................ ....4
2.2 Definisi Halusinasi ............................................................................. ....5
2.3 Macam - Macam Halusinasi ............................................................... ....6
2.4 Tahapan Halusinasi dan Manifestasi Klinik ....................................... ....7
2.5 Faktor Predisposisi ............................................................................. ....9
2.6 Faktor Presipitasi ............................................................................... ....10
2.7 Akibat Yang Di timbulkan ................................................................. ....10
2.8 Strategi Merawat Pasien Halusinasi. .................................................. ....11
2.9 Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi ........................................... ....12
2.10 Pohon Masalah .................................................................................. ....13
BAB 3 TINJAUAN KASUS....................................................... ...................... ..14
3.1 Pengkajian ......................................................................................... ....14
3.2 Analisa Data ....................................................................................... ....27
3.3 Diagnosa Keperawatan Teori ............................................................. ....32
3.4 Perencanaan Tindakan Keperawatan Teori ........................................ ....32
3.5 Rencana Tindakan .............................................................................. ....49
3.6 Dokumentasi Hasil Keperawatan ....................................................... ....53

iv
3.7 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan..................................... ...58
BAB 4 RESUME JURNAL.............................................................................. .65
4.1 Resume Jurnal .................................................................................... ...65
4.2 Evidence Based Nursing. ................................................................... ...67
4.3 TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) .................................................... ...75
BAB 5 PENUTUP....................................................... ...................................... .98
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... ...98
4.2 Saran. .................................................................................................. ...98
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 99

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara – negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidaknyamanan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan
individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2008).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam :cara berfikir, kemauan, dan tindakan.
Dari berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah kumpulan dari
keadaan-keadaan jiwa yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,
maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu
gangguan jiwa (neurosa), dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat berbagai
macam gejala yang terpenting diantaranya adalah : ketegangan(tension), rasa putus asa
dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria,
rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, piiran-pikiran buruk dsb. Banyak
sekali jenis gangguan dalam cara berfikir (cognitive). Gangguan jiwa atau mental
adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan
orang lain, kesulitan tersebut karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya
terhadap dirinya sendiri (Budiman, 2010).
Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang
lain atau merusak atau menyakiti dirinya sendiri (Baihaqi, DKK, 2005). Hanya saja
gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dengan yang ringan seperti rasa cemas,
takut yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gila (Harianto, 2009).
Adapun gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks
antara berbagai faktor somatis, psikologis dan sosial dan menandakan dekompensasi
proses penyesuaian diri. Gejala gangguan jiwa tersebut dapat berupa gangguan pada
penampilan, bahasa, proses pikir, sensorium dan fungsi kognitif:
kewaspadaan/keterjagaan/kesadaran, perhatian dan konsentrasi, ingatan, orientasi,
fungsi luhur, kemampuan abstraksi, afek dan emosi, persepsi, psikomotor,

1
kemauan/dorongan kehendak, kepribadian dan pola hidup (Maramis & Maramis,
2009).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, peraba, pengecap, dan penciuman (Kelliat, 2009). Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada obyek tanpa rangsangan sebagai contoh pasien mengatakan
melihat bayangan putih berambut panjang (Kusumawati, 2010). Halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan (Aziz, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada klien gangguan sensori persepsi :
halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang ?.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui susunan secara nyata
dalam asuhan keperawatan jiwa pada Tn. M dengan gangguan sensori persepsi :
halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada Tn. M dengan gangguan sensori persepsi :
halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang.
2. Menganalisa data dari pengkajian pada Tn. M dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Lawang.
3. Merencanakan implementasi keperawatan pada Tn. M dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Lawang.
4. Melakukan implementasi keperawatan pada Tn. M dengan gangguan sensori
persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Lawang.

2
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn. M dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Lawang.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi di ruang Cendrawasih RSJ Dr. Radjiman
Wedyodiningrat Lawang.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan
asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan sensori persepsi halusinasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan informasi mengenai gangguan sensori persepsi :
halusinasi serta cara mengontrolnya, bagaimana intervensi yang sesuai untuk
halusinasi.
2. Manfaat Bagi Lahan Praktek
Sebagai referensi tentang pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sensori persepsi : halusinasi, serta modifikasi intervensi berupa
evidence based nursing
3. Manfaat Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai referensi serta gambaran untuk profesi keperawatan dalam pemberian
asuhan keperawatan jiwa gangguan sensori persepsi : halusinasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keperawatan Jiwa


Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem
pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau
komunitas. Manusia akan beradaptasi terhadap keseimbangan melalui mekanisme
penanganan yang dipelajari pada masa lampau. Apabila manusia berhasil beradaptasi
dengan masa lampau, berarti ia telah mempelajari aktivitas mekanisme penanganan
yang adekuat untuk beradaptasi terhadap kesulitan yang lebih kompleks dimasa
mendatang dan bisa menyebabkan terjadinya keadaan yang mempunyai pengaruh
buruk terhadap kesehatan jiwa atau gangguan jiwa (Stuart, 2007).
Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain
atau merusak/ menyakiti dirinya sendiri (Yosep, 2009). Gangguan jiwa sesungguhnya
sama dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih
kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat
berupa sakit jiwa (Budiman, 2010).
Penggunaan diri secara terapeutik secara detail sudah dibahas pada mata ajar
ilmu dasar keperawatan pada topik komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
adalah suatu cara dalam berkomunikasi dengan menekankan pengalaman belajar
bersama dengan pasien untuk memperbaiki emosi pasien. Walaupun perawat atau
tenaga kesehatan lain lebih mengerti tentang masalah kesehatan, seseorang yang lebih
mengerti tentang masalah pasien adalah pasien. Oleh karenanya, perawat harus
menciptakan rasa percaya (trust) agar pasien dapat mempercayai perawat sebagai
tempat berkeluh kesah tentang masalah kesehatannya. Perawat mengkaji data secara
verbal dan non verbal sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan untuk
diselesaikan brsama dengan pasien. Dengan demikian, perawat dapat menggunakan
dirinya sebagai seorang penolong (helper).
Kualitas personal, tercermin dari kemamapuan perawat untuk melakukan
menganalisis diri. Apabila perawat mampu melakukan analisis diri perawat diharapkan
dapat menggunakan dirinya secara terapeutik untuk membantu dan mengembangkan
pengalaman bersama pasien dalam menyelesaikan permasalahan pasien. Hubungan

4
saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat
dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan
masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2.2 Definisi Halusinasi


Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal yang terjadi
pada keadaan kesadaran penuh, yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai
realitas (Keliat, 2009). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukanpada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan
Skizofrenia. Dari seluruh klien schizophrenia 70 % di antaranya mengalami halusinasi.
Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah
gangguan manik depresif dan delirium. Halusinasi merupakan penginderaan tanpa
sumber rangsangan eksternal, dimana gangguan persepsi terhadap lima rasa yang
berupa adanya stimulus ekstrem. Suatu penerimaan panca indera tanpa adanya
rangsanan dari luar. Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah atau pengalaman
persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan (Aziz, 2013).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik, dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan
tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003). Halusinasi merupakan perubahan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Persepsi palsu halusinasi adalah
penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seseorang pasien yang
terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, psikotik ataupun
histerik (Maramis, 2010). Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya
rangsangan.Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut
(Izzudin, 2005).
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa halusinasi adalah
perubahan persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada,
stimulus atau rangsangan yang nyata.

5
2.3 Macam – Macam Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi ada 9 yaitu sebagai berikut :
No Jenis Halusinasi Karakteristik
1. Halusinasi pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara dua orangatau lebih
tentang orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar di mana klien mendengar
perkatan bahwa pasien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2 Halusinasi penglihatan Halusinasi dimana seseorang kadang melihat
sesuatu yang menakutkan, Seperti :
- Apa yang dapat dilihat seolah – olah berbentuk :
orang,binatang, barang, atau benda.
- Apa yang dilihat seolah – olah tidak berbentuk :
sinar,kilatan,atau pola cahaya.
- Apa yang dilahat seolah – olah berwarna atau
tidak berwarna .
3 Halusinasi penciuman Halusinasi yang seolah- olah mencium suatu bau
(olfaktori) tertentu.
Membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin atau
feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang atau domensia.
4 Halusinasi pengecapan Halusinasi yang seolah – olah mengecap suatu zat
(guatatorik) atau rasa tentang sesuatu yang dimakan. Merasa
mengecap sesuatu rasa seperti rasa darah, urin atau
feses.
5 Halusinasi perabaan Halusinasi yang seolah – olah merasa di raba –
raba,disentuh,di colek – colek , ditiup,dirambati
ulat,dan disinari. Mengalami nyeri atau

6
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati,
atau orang lain.
6 Halusinasi gerak Halusinasi yang seolah – olah merasa badannya
bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa
anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
Merasakan pergerakan tubuhnya seperti berdiri
tanpa bergerak
7 Halusinasi visceral Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah –
olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh
bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk –
tusuk jarum ).
8 Halusinasi hipnagogik Halusinasi dimana persepsi sensorik bekerja yang
salah yang terdapat pada orang normal,terjadi tepat
sebelum bangun tidur.
9 Halusinasi histerik Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik
karena konflik emosional.

2.4 Tahapan Halusinasi dan Manifestasi Klinik


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia
(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
1. Fase I (comforting) : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan lidah dan bibir tanpa suara, pergerakkan mata
yang cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat. Fikiran dan
pengalaman sesori masih ada dalam control kesadaran non psikotik. Memberi rasa
nyaman tingkat ansietas sedang secara umum, halusinasi merupakan suatu
kesenangan.
2. Fase II (Condemning) : Pengalaman sensori menjijikkan, menakutkan dan
menyalahkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.Selain itu, tingkat kecemasan berat
secara umum halusinasi yang menyebabkan perasaan antipasti, merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori tersebut. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
7
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah), perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap
pengalaman sensori kerja, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III (controling) : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut, klien bisa mengontrol, tingkat kecemasan
berat, pengalaman halusinasi tidak dapat di tolak lagi. Klien menyerah dan
menerima pengalaman sensori (halusinasi), kesepian bila pengalaman sensori
berakhir psikotik, perintah halusinasi ditaati, dan perhatian terhadap lingkungan
berkurang hanya beberapa detik. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang
lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan
berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan
dengan orang lain.
4. Fase IV (Conquering) : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi (klien sudah dikuasai oleh halusinasi). Di sini terjadi
perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah
yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan. Klien panik pengalaman sensori mungkin menakutkan jika
individu tidak mengikuti perintah halusinasi, biar berlangsung dalam beberapa jam
atau hari apabila tidak ada.

Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999):
1. Tahap 1 : halusinasi bersifat menyenangkan
gejala klinis:
a. Menyeringai atau tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerkan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
gejala klinis:
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

8
3. Tahap 3: halusinasi yang bersifat mengendalikan
gejala klinis:
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
gejala klinis:
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

2.5 Faktor Prediposisi


1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan respon neuro
biologi yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian –
penelitian berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menujukkan keterlibatan otak yang lebih luas
dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat ,kimia diotak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah – masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
b. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atrofi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien pada
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian
depan dan atrofi otak kecil (serebelum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh autopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi, realitas, adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.

9
3. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.

2.6 Faktor Presipitasi


Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menganggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

2.7 Akibat yang Ditimbulkan


Pasien yang mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai atau membahayakan diri, orang lain
dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

10
Klien mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sedah
sampai fase ke IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
isi halusinasinya klien bena – benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap
lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain
bahkan merusak lingkungan. Tanda dan gejalanya adalah muka merah, pandangan
tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien
memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

2.8 Strategi Merawat Pasien Halusinasi


Halusinasi, sehingga klien tidak larut dalam halusinasinya. Tindakan yang sudah
lazim yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi adalah dengan cara menghardik
halusinasi jika halusinasi muncul, mengajak ngobrol perawat atau seseorang untuk
diajak ngobrol, menyembunyikan diri dengan kegiatan yang bermanfaat dan yang
terakhir adalah mengkonsumsi obat, dapat pula disebutkan sebagai berikut :
1. Membina hubungan interpersonal, saling percaya
2. Mengkaji gejala halusinasi
3. Fokus pada gejala dan minta individu untuk menguraikan apa yang sedang terjadi.
4. Identifikasi kemungkinan pernah menggunakan obat atau alcohol
5. Jika ditanya, katakana secara singkat bahwa anda tidak sedang mengalami stimulasi
yang sama.
6. Bantu individu untuk menguraikan dan membandingkan halusinasi yang sekarang
dengan terakhir dialaminya.
7. Dorong individu untuk mengamati dan menguraikan pikiran, perasaan dan tindakan
sekarang atau yang lalu berkaitan dengan halusinasi yang dialami.
8. Bantu individu menguraikan kebutuhan yang mungkin tercermin pada pada isi
halusinasinya.
9. Bantu individu mengidentifikasi apakah ada hubungan antara halusinasi dengan
kebutuhan yang mungkin tercermin.
10. Sarankan dan perkuat penggunaan interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan.
11. Identifikasi bagaimana gejala psikologis lain telah mempengaruhi kemampuan.

11
2.9 Penatalaksanaan Pada Pasien Halusinasi
Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri secara terpauti sebagai kiatnya. Halusinasi visual sering terjadi pada
saat klien bangun tidur / saat akan tidur ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan
termenung / melamun. Dalam penatalaksanaan mengenal tuk-tuk proses keperawatan
klien dengan halusinasi yaitu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan bahwa itu
merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya.
3. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik, nonton tv dan melakukan pekerjaan
tertentu yang menyembunyikan.
4. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien, bagaimana
cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.
5. Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis, kegunaan
maupun efek samping

12
2.10 Pohon Masalah

H
Faktor Predisposisi : Mencinderai diri orang lain Resiko Perilaku Kekerasan ----------- Afek
1. Faktor komunikasi dalam dan lingkungan
keluarga
2. Faktor sosial dan budaya
3. Faktor biologis
Koping individu tidak
4. Faktor perkembangan Perubahan Sensori Persepsi
efektif ( menarik diri, ---------- Core Problem
(Halusinasi Pendengaran)
Faktor presipitasi : malas beraktivitas)
1. Stressor sosial budaya
2. Faktor biokimia
3. Stressor biologis dan Perubahan Proses Pikir ------------------- Causa
lingkungan sosial Isolasi sosial
(Waham)
4. Stressor psikologis

Kurang pengetahuan ------------------- Causa Control


Harga Diri Rendah

Berduka Respon trauma

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Tanggal MRS : 04 Desember 2019


Tanggal Dirawat di Ruangan : 06 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 09 Desember 2019
Ruang Rawat : Ruang Cendrawasih
I. Identitas Klien
Nama : Tn. M (L/P)
Umur : 31 Tahun
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Tidak Kawin
Pekerjaan : Buruh
Jenis Kelamain : Laki-laki
No CM : 125xxx
II. Alasan Masuk
a. Data Primer
Ds : Saya dibawa ke RSJ karena saya sering marah-marah dan teriak-teriak dirumah
Do : Klien menceritakan alasan masuk RSJ,

ada riwayat perilaku kekerasan

b. Data Sekunder
Ds : Menurut data rekam medis yang di bacakan oleh perawat alasan pasien masuk
RSJ karena pasien sering teriak dan marah - marah sendiri dirumah
Do : Perawat membacakan data rekam medis
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Ds : Saya sering mendengar suara-suara seseorang dan saya merasa bingung
Do : Kontak mata klien kurang, nada bicara klien pelan

III. Riwayat Penyakit Sekarang (Faktor Presipitasi)


Ds : Saya kambuh lagi ± 1 bulan yang lalu sebab saya tidak minum obat, paling parah 2
minggu sebelum MRS, karena saya suka marah-marah dan teriak - teriak dirumah,
saya sering mendengar suara-suara yang selalu menggangu saya, sehingga saya
dibawa ke RSJ lagi.

14
Do :
1. Klien dapat menceritakan sebab masuk RSJ
2. Klien berbicara dengan lancar, nada bicara pelan saat menceritakan sebab
kekambuhanya

IV. Riwayat Penyakit Dahulu (Faktor Predisposisi)

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?


Ds : Saya sakit sejak 2018 karena ayah saya meninggal, ibu saya sudah tua dan saya
pernah putus cinta dan mendapat tekanan dari pekerjaan yang membuat saya
terpaksa resign dari pekerjaan disamping itu teman-teman banyak yang
menjauhi karena tidak mau membantu saya ketika bekerja pada akhirnya saya
lebih suka menyendiri di kamar dan saya sering mendengarkan suara seseorang
yang tidak ada wujudnya yang menjadikan saya suka teriak-teriak dan marah-
marah dirumah, saya pernah diobatkan ke RSJ dan dirawat selama 1 bulan di
ruang kakak tua tetapi setelah pulang saya jarang minum obat dan kambuh lagi
sehingga saya dibawa ke RSJ lagi.

Do : 1. Sikap sopan ,expresi wajah murung.


2. Klien bicara lancar bisa dimengerti saat cerita riwayat penyakit terdahulunya

2. Faktor Penyebab/Pendukung
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniaya fisik - - - √

2. Aniayaseksual - - - -

3. Penolakan ±25 - √ -

4. Kekerasan dalam kelurga - - - -

5. Tindakan criminal - - - -

Ds :
1. Aniaya fisik : Saya tidak pernah mengalami aniaya fisik, tetapi saya pernah
melihat teman saya memukul adiknya
2. Aniaya seksual : Saya tidak pernah mengalami aniaya seksual
3. Penolakan : Saya pernah mengalami penolakan saat saya berumur ± 25 tahun
ketika saya berpacaran dengan wanita dan saya diputuskan karena saya anak

15
orang biasa sedangkan dia anak orang berada, dan teman-teman kerja menjauhi
saya karena tidak mau saya mintai tolong
4. Kekerasan dalam keluarga : Saya tidak pernah mengalami kekerasan dalam
keluarga
5. Tindakan kriminal : Saya tidak pernah megalami tindakan kriminal
Do : Klien dapat mencerikan kejadian yang pernah dialaminya, nada bicara pelan

Diagnosa Keperawatan : 1. Resiko Perilaku Kekerasan


2. Halusinasi Dengar
3. Respon Pasca Trauma

b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri


Ds : Saya tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri/ hal yang dapat
membahayakan diri saya sendiri
Do : Tidak ada bekas luka pada tubuh dan tidak ada riwayat bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,


kematian, perpisahan )
Ds : Saya pernah ditinggalkan oleh seseorang yang saya cintai sehingga
membuat saya putus ada, teman-teman kerja menjauhi saya karena tidak
mau membantu pekerjaan saya dan tekanan dari bos yang membuat saya
resign, ditambah ayah saya meninggal dan ibu saya sudah tua.
Do : Klien murung, kontak mata fokus , klien dapat menceritakan masa lalu
yang tidak menyenangkan
Diagnosa Keperawatan : Berduka Cita Disfungsional

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


Ds : Saya tidak pernah sakit fisik yang sampai masuk ke RS
Do : Klien dapat menjawab pertanyaan yang di berikan , tidak ada trauma dan
tidak ada penyakit fisik
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Ds : Saya tidak pernah minum-minuman, memakai narkoba ataupun merokok
Do: klien mampu berbicara dengan lancar, tidak ada riwayat memakai napza
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah.keperawatan

16
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Ds : Saya pernah diobatkan ke RSJ dan dirawat selama 1 bulan dan hasilnya saya
sembuh, tetapi setalah saya pulang dari RSJ dapat beberapa bulan saya tidak
pernah minum obat dan akhirnya saya kambuh lagi.
Do : Klien dapat menceritakan hal yang yang terkait kondisinya
Diagnosa Keperawatan : Regiment terapiutik inefektif

4. Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?


Hubungan keluarga : Tidak ada
Gejala : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah

V. Pengkajian Psikososial (Sebelum dan Sesudah Sakit)


1. Genogram:

Keterangan :
: Laki-laki : Punya anak
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
: Menikah
Ds : Saya anak no 2 dari 2 bersaudara, saya dari kecil tinggal bersama kedua orang
tua, tetapi sekarang ayah saya sudah meninggal dan sekarang tinggal bersama
ibu, saya belum menikah. Kedua orang tua saya mengasuh dan merawat saya
dengan sabar, didalam keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan
adalah kakak saya, komunikasi dan hubungan saya dengan keluarga baik.
Do : Klien mampu menceritakan kondisi keluarga
Diagnosa Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Ds : Saya suka dengan seluruh tubuh saya karena kulit saya berwarna sawo
matang, tetapi saya tidak suka karena saya pendek
17
Do : Klien bercerita sambil memperhatikan warna kulitnya
b. Identitas :
Ds : Nama saya Tn. M, saya lebih suka dipanggil M karena itu nama pemberian
dari orang tua saya, saya laki-laki, saya puas menjadi laki-laki, karena dengan
saya menjadi laki-laki saya bisa mencari nafkah, bisa bermain sepak bola,
rumah saya mojokerto, saya tamatan SMA. Dulu saya pernah bekerja di
pabrik sepatu selama ±5 tahun, saya suka dg pekerjaan saya tetapi karena
tuntutan pekerjaan yang sangat tinggi membuat saya tertekan dan saya
memilih resign dari perusahaan yang saja naungi. Saya dirumah sakit sebagai
pasien saya senang karena diperlakukan dg baik.
Do : expresi wajah murung, nada bicara pelan klien menjelaskan identitasnya dg
baik
c. Peran :
Ds : Dirumah saya berperan sebagai anak yang harus membantu orang tua mencari
nafkah karena ibu sudah tua, tetapi sering kali saya membawa hasil yang
kurang sehingga kebutuhan kurang terpenuhi. Dirumah sakit saya berperan
sebagai pasien dan saya diperlakukan dengan baik oleh seluruh petugas
dirumah sakit
Do : klien berbicara lancer, pasien menyebutkan peran dirumah maupun di RSJ
d. Ideal diri :
Ds :
1. Dirumah saya ingin membahagiakan kedua orang
2. Saya tidak ingin putus cinta, saya ingin memiliki banyak teman
3. Saya tidak ingin putus dengan pacar saya
4. Saya tidak ingin teman di kantor mengolok-olok saya
5. Saya ingin bekerja dan memenuhi tuntutan dari perusahaan serta bos
6. Dirumah sakit saya ingin cepat sembuh dan kembali ke rumah
Do : Bicara klien lancar, bicara terarah saat mengungkapkan ideal dirinya
e. Harga diri :
Ds : Saya merasa sedih, kecewa, putus asa, hidup merasa tidak berguna karena
anyak ideal diri saya yg tidak terpenuhi
Do : Ekspresi wajah klien murung, nada bicara klien pelan, kien jarang berinteraksi
dengan orang lain,kurang bersemangat.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri ;harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Ds : Saya sangat dekat dengan kedua orang tua saya, karena mereka yang
merawat saya dari kecil, saya juga dekat dengan kakak saya, karena beliau
adalah saudara saya satu-satumya
Do : Klien murung ketika berbicara tentang keluarganya
18
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Ds : Dirumah masyarakat/ tetangga baik kepada saya, tetapi saya lebih suka
berdiam diri dikamar daripada harus keluar, karena teman-teman saya suka
mengolok olok saya, dirunah sakit saya mengikuti kegiatan senam,ttv setiap
hari jika dibimbing perawat atau mahasiswa.
Do : Klien suka menyendiri, banyak diam, beraktifitas jika dimotivasi,
berinteraksi dengan teman-teman tertentu

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Ds : Saya merasa susah untuk berkumpul dengan orang lain karena banyak
kegagalan dan pengalaman masa lalu yg tidak menyenangkan menjadikan
saya lebih suka menyendirikarena dg menyendiri saya merasa lebih tenang
dan tidak ada teman yang mengolok-ngolok saya
Do : Klien sering diam, klien kurang berinteraksi dengan orang lain, nada bicara
pelan, interaksi dg teman teman tertentu.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Ds : Saya umat muslim dan saya percaya bahwa tuhan saya allah dan saya sadar
yang saya alami adalah cobaan dari allah
Do : Kontak mata klien kurang, klien dapat berbicara dengan lancar
b. Kegiatan ibadah
Ds : Dirumah saya biasanya sholat meskipun tidak 5 waktu, agar hati saya lebih
tenang
Do : Klien mampu berbicara dengan lancar, klien kooperatif saat diajak bicara
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. Pemeriksaaan Fisik

1. Keadaan umum
Postur tubuh klien tegap, berat badan dan tinggi badan seimbang, kulit berwarna sawo
matang dan bersih, rambut hitam pendek dan rapi, kuku tangan dan kaki bersih dan
tidak panjang, cara berpakaian sesuai/ tidak terbalik

2. Kesadaran (Kuantitas)
Compos metis (sadar penuh) GCS : E4V5M6
E4 : pasien mampu membuka mata dengan spontan
V5 : pasien mampu berorientasi dengan baik
M6 : pasien mampu mengikuti perintah
3. Tanda vital:
TD : 110/80 mm/Hg
19
N : 76x/menit
S : 36,5 ºC
P : 22 x/menit
4. Ukur:
BB : 52 Kg
TB : 160 Cm
5. Keluhan fisik: Jelaskan :
Ds : saya tidak sakit kepala atau tidak ada yang sakit
Do : klien terlihat segar
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian,
kebersihan) Jelaskan:
Ds : Dirumah saya mndi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari, Dirumah
sakit mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan ganti baju 1x sehari pakaian
bersih cara berpakaian bersih dan rapi

Do : Wajah segar, rambut rapi, tidak bau badan,gigi bersih, kuku tangan dan kaki
bersih, baju tidak terbalik pada extremitas atas dan bawah tidak terdapat daki
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter)
Ds : Nama saya Tn. M, .....rumah saya mojokerjo, .....saya sakit sejak tahun 2018
Do : Intonasi bicara jelas dan tidak membentak, volume suara kecil/pelan
Arus bicara bloking,
Isi bicara bisa dimengerti
Diagnosa Keperawatan: gangguan komunikasi verbal ;arus bicara
3. Aktifitas motorik/Psikomotor Kelambatan :
Ds : Saya bingung ketika ada suara-suara yang membisiki saya, yang saya lakukan jika
suara itu terdengar saya teriak dan marah-marah kadang saya buat tidur/ berdiam
diri
Do : Klien bingung, sering diam, kurang berinteraksi dengan orang lain, dan aktifitas
motorik meningkat.
Diagnosa Keperawatan : Resiko PK
4. Mood dan Afek
Ds : Saya bingung dan saya sedih sebagai anak saya belum mampu menjadi anak yang
dapat membanggakan orang tua, dan lagi ayah saya sudah meninggal yang
membuat saya merasa kehilangan
Do : Ekspresi wajah klien murung, emosi sedih
Afek sesuai karena saat menyampaikan kesedihanya ex[resi wajahnya murung

20
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Interaksi Selama Wawancara


Ds : Saya merasa bingung menurut saya, saya sudah sembuh dan bisa sembuh
sendiri tanpa harus dibawa ke RSJ lagi
Do : Klien mempertahankan pendapatnya sendiri, klien menyangkal bahwa dirinya
sakit dan sulit diarahkan
Diagnosa Keperawatan : Gangguan interaksi
6. Persepsi Sensorik
Ds: Saya mendengar suara bisikan dari sesorang yang menyuruh saya “M kalau aku
marah kamu harus ikut marah’ danyang lain masih banyak saya lupa , bisikan itu
muncul terutama pada saat sedang tidur dan paling sering pada siang hari, yang
membuat saya suka teriak- teriak ketika suara itu datang
Do : Klien bingung, kontak mata kurang, nada suara pelan, bicara sendiri dan
senyum sendiri,kadang teriak tanpa sebab.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
6. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
Ds : Nama saya Tn. M..... saya suka di panggil M...... karena itu nama pemberian
orang tua saya, ......Rumah saya Mojokerto..... saya dibawa kesini .......karena
suka marah-marah dan teriak-teriak
Do : Klien menjawab sesuai pertanyaan, namun dengan kalimat yang terputus-putus,
arus pikir blocking
b. Isi Pikir
Ds : Saya sangat teringat perlakuan teman-teman yang selalu mengolok-ngolok
saya saat sya minta tolong, saya ingin melupakan masalalu itu tetapi saya
tidak bisa karena teringat saya sering membantu mereka
Do :
1. Klien selalu teringat masalalunya
2. Isi pikir klien obsesif
c. Bentuk pikir :
Ds: Saya mendengar suara bisikan dari seseorang yang membuat saya suka teriak-
teriak dan menyendiri di kamar, suara itu sangat nyata bagi saya meskipun
orang lain tidak mendengarnya
Do :
1. Klien tidak peduli pada pendapat orang lain,
2. Klien belum bisa membedakan antara yang nyata dan tidak nyata,
3. Klien mempertahankan pendapat tentang dirinya
4. Bentuk pikir dereistik/ tidak sesuai dengan kenyataan dan logika umum
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir

21
8. Kesadaran
Ds : Saya mengerti bahwa saya sedang di RSJ, sekarang tanggal 9 Desember
2019, menurut saya saya ini tidak sakit dan bisa sembuh sendiri.suara
suara itu juga hilang sendiri.
Do :
1. Klien bisa orientasi tempat waktu dan orang dg baik
2. Klien tidak bisa bergaul secara wajar dg orang lain
3. Klien mempertahankan pendapatnya sendiri
4. Kesadaran berubah
Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses pikir
9. Memori
Ds : Sekarang tahun 2019, Bulan 12 tetapi saya tidak tanggal berapa
Do: 1. Klien bisa menyebutkan memori jangka panjang dg baik
2. Klien bisa menyebutkan jangka pendek dg baik
3. Klien lupa menyebutkan kejadian yang baru dialami
Diagnosa Keperawatan: Gangguan proses pikir
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Ds : Saya disini dari tanggal 4 masuk IGD, tanggal 6 masuk ruang cendrawasih dan
sekarang berarti saya sudah 5 hari di RSJ
Do : 1. Klien dapat berhitung dg sederhana
2. Klien bisa konsentrasi dg baik.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

11. Kemampuan Penilaian


Ds : Ketika saya mendengarkan suara bisikan saya merasa terganggu dan saya lebih
memilih diam dan menyendiri
Do :
1. Klien senang menyediri
2. Klien sering diam, tidak mau berkomunikasi
3. Gangguan penilaian ringan
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses pikir

12. Daya Tilik Diri


Ds : Saya tidak sakit jiwa, saya tidak perlu dibawa ke kesini saya juga bisa sembuh
sendiri
Do : Klien menyangkal bahwa dirinya sakit
Diagnosa Keperawatan : Gangguan proses piker

VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

22
Ds : Yang memenuhi kebutuhan saya adalah ibu saya dan juga terkaang kakak saya/
kakak ipar
Do : Saat bicara klien kooperatif
2. Kegiatan Hidup Sehari hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Ds : Dirumah saya mandi 2x sehari di RSJ mandi 2x sehari
Do : Klien mandi sendiri tanpa perintah
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Ds : Dirumah saya berpakaian sendiri, ganti pakaian 2x sehari , dan setelah
mandi saya menyisir rambut di RSJ ganti pakaian 1x sehari dan tidak
menyisir rambut.
Do : Klien mampu mengganti menggati pakaian sendiri.
3) Makan
Ds : Di rumah makan 2x sehari di RSJ saya makan 3x sehari dan saya selalu
habis jika makan
Do : Klien mampu makan sendiri
4) Toileting (BAK, BAB)
Ds : Dirumah saya BAB 1x sehari, BAK 5-6 x sehari di RSJ saya BAB saya
BAB 2x sehari, BAK 4-5 x sehari.
Do : Klien mampu BAB 4-5 x sehari
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makan dan frekwensi kudapan dalam sehari :
Ds: Dirumah saya makan masakan yang di sedikan keluarga, kadang 2x sehari
dan porsi habis sedangkan di RSJ saya makan 2x sehari
Do : Klien makan sendiri
Bagiamana nafsu makannya :
Ds : Nafsu makan saya saat dirumah dan dirumah sakit baik
Do : Klien makan 1 porsi habis
Bagaimana berat badannya :
Ds : Saya tidak tahu berat badan saya sekarang berapa
Do : BB klien 50 kg
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah.

c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 12,30 s/d 14.30
Tidur malam, lama : 20.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Bersih-bersih , Mandi

23
Ds : Dirumah saya jarang jarang tidur siang, dan selama di RSJ saya sering tidur
siang
Do : Klien jarang berkumpul dengan orang lain.

2) Gangguan tidur
Ds : Saya tidak mengalami gangguan tidur stelah minum obat.
Do: Klien jarang berkumpul dengan orang lain, klien tidur sendiri tanpa di
perintah.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan lain lain


Mengantisipasi kebutuhan hidup
Ds : Dirumah saya makan ikut ibu angkat saya dan di RSJ amakan di bimbing
perawat dan mahasiwa
Do : Klien makan di bimbing perawat dan mahasiswa
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Ds : Kalau di RSJ di bimbing perawat, kalau tidak di bimbing saya lebih suka
tidur
Do : Klien beraktivitas di bimbing perawat dan mahasiswa
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.
Ds : Di RSJ saya minum obat di bimbing oleh perawat dan mahasiswa, serta lalu
diperiksa ketsetan.
Do : Klien mampu minum obat denagn bimbingan perawat dan mahasiswa
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
4. Sistem Pendukung
Ds : Saya selalu diingatkan oleh perawat untuk minum obat
Do : Klien mematuhinya
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

IX. Mekanisme Koping


Ds : Jika ada masalah saya jarang cerita ke orang lain dan sering memndam sendiri
Do : Klien menyangkal sakit klien sering diam dan menyendiri

X. Masalah Psikososialdan Lingkungan


Masalah dengan dukungan kelompok,
spesifiknya
Ds : Saya merasa semua orang meremehkan saya tidak mamu berinteraksi dengan
saya
Do : klien terlihat murung, kontak mata berkurang

24
Masalah berhubungan dengan lingkungan,
spesifiknya
Ds: Tetangga tidak pernah membicarakan yang jelek- jelek tentang saya namun
mereka menjauh termasuk teman – teman saya
Do: Klien murung, tidak ada kontak mata
Masalah dengan pendidikan,
spesifiknya
Ds: Saya terahir sekolah SMA, saya tidak melanjut sekolah karena tidak ada biaya
Do: klien murung, kontak mata tidak fokus
Masalah dengan pekerjaan,
spesifiknya
Ds : Saya pernah bekerja di pabrik sepatu tetapi karena banyaknya tuntutan dari
perusahaan yang terlalu banyak, dan teman-teman saya tidak ada yang
membantu pekerjaan saya sehingga membuat saya resign dari pekerjaan
saya sebelum masuk RSJ saya hanya bekerja mencri rumput dirumah
Do : klien murung dan kontak mata kurang
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Ds : Saya tinggal dirumah bersama oibu, rumah ibu sewaktu menikah dengan ayah
Do : Nada suara klien pelan
Masalah dengan ekonomi,
spesifiknya
Ds : Saya tidak ada masalah dengan ekonomi , alhamdulillah uang yang saya
didapatkan cukup untuk makan sehari-hari
Do : Kontak mata klien kurang dan nada bicara pelan
Masalah dengan pelayanan kesehatan,
spesifiknya
Ds : Saya pernah di bawa ke RSJ sebelumnya saya di rawat di RSJ ruang kakak tua
selama 1 bulan
Do : Kontak mata berkurang, Klien mampu memceritakan pengalaman masalalunya
Masalah lainnya,
spesifiknya
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah yang terjadi saat ini.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

26
XI. Aspek Pengetahuan
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit / gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya faktor yang memperberat masalah (presipitasi),
obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang
berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb
Ds : Saya pernah mengetahui apa itu penyebabkan gangguan jiwa.
Do : Pasien dapat menjelaskan apa itu gangguan jiwa
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

XII. Aspek Medis


1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F20
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V :

2. Terapi Medis
No Nama obat Indikasi Dosis Cara Efek samping
minum
1. Trifluoparaz Untuk pasien 5 mg Oral Tremor, mengiler,
ine gangguan 1-0-1 sulit menelan,
mental/mood gelisah
2. CPZ Untuk 100 mg Oral Hilang nafsu
(Chlorprom meredakan 0-0-1 makan, sulit tidur,
azine) gelisah sakit kepala.

27
3.2 Analisa Data
NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ds: Gangguan Sensori Persepsi:
- Saya mendengar suara bisikan Halusinasi Pendengaran
dari sesorang yang menyuruh
saya “M kalau aku marah kamu
harus ikut marah’ dan yang lain
masih banyak saya lupa , bisikan
itu muncul terutama pada saat
sedang tidur dan paling sering
pada siang hari, yang membuat
saya suka teriak- teriak ketika
suara itu datang, sehingga saya
suka menyendiri dikamar.
-Saya mengerti bahwa saya
sedang di RSJ, sekarang tanggal 9
Desember 2019, menurut saya
saya ini tidak sakit dan bisa
sembuh sendiri, suara suara itu
juga hilang sendiri.
- Saya mendengar suara bisikan
dari seseorang yang membuat
saya suka teriak-teriak dan
menyendiri di kamar, suara itu
sangat nyata bagi saya meskipun
orang lain tidak mendengarnya
Do :
- Klien bingung, kontak mata
kurang, nada suara pelan, bicara
sendiri dan senyum sendiri,
kadang teriak tanpa sebab, klien
menjawab sesuai pertanyaan,
namun dengan kalimat yang

28
terputus-putus, arus pikir
blocking,
- Klien bisa orientasi tempat waktu
dan orang dg baik,
- Klien tidak bisa bergaul secara
wajar dg orang lain,
- Klien mempertahankan
pendapatnya sendiri,
- Kesadaran berubah

2. Ds : Resiko Perilaku Kekerasan


- Saya dibawa ke RSJ karena
saya sering marah-marah dan
teriak-teriak dirumah
- Saya bingung ketika ada suara-
suara yang membisiki saya, jika
suara itu terdengar saya teriak
dan marah-marah
Do :
- Klien menceritakan alasan
masuk RSJ, ada riwayat
perilaku kekerasan ,bingung,
sering diam, kurang berinteraksi
dengan orang lain, dan aktifitas
motorik meningkat
3. Ds : Isolasi social
- Saya merasa susah untuk
berhubungan atau berkumpul
dengan orang lain karena banyak
kegagalan dan pengalaman masa
lalu yg tidak menyenangkan
- Karena ideal diri yang tidak
terpenuhi menjadikan saya lebih

29
suka menyendiri
- Dirumah saya merasa tenang dan
tidak ada teman yang mengolok-
ngolok saya
Do :
- Klien diam, dan melamun.
- Klien kurang berinteraksi
dengan orang lain, nada bicara
pelan.
- Klien suka menyendiri,
beraktifitas jika dimotivasi,
berinteraksi dengan teman-
teman tertentu
- Klien murung saat bercerita
tentang keluarganya.

4. Ds : Harga Diri Rendah


- Saya merasa sedih, kecewa,
putus asa, hidup merasa tidak
berguna karena banyak ideal
diri saya yg tidak terpenuhi
Do :
- Ekspresi wajah klien murung
- Nada bicara klien pelan
- Klien jarang berinteraksi dengan
orang lain
- Kurang bersemangat.

30
I. Pohon Masalah

H
Faktor Predisposisi : Mencinderai diri orang lain Resiko Perilaku Kekerasan ----------- Afek
1. Faktor komunikasi dalam dan lingkungan
keluarga
2. Faktor sosial dan budaya
3. Faktor biologis
Koping individu tidak
4. Faktor perkembangan Perubahan Sensori Persepsi
efektif ( menarik diri, ---------- Core Problem
(Halusinasi Pendengaran)
Faktor presipitasi : malas beraktivitas)
1. Stressor sosial budaya
2. Faktor biokimia
3. Stressor biologis dan Perubahan Proses Pikir ------------------- Causa
lingkungan sosial Isolasi sosial
(Waham)
4. Stressor psikologis

Kurang pengetahuan ------------------- Causa Control


Harga Diri Rendah

Berduka Respon trauma

31
II. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Isolasi Sosial : menarik diri
4. Harga Diri Rendah

Lawang, 14 Desember 2019

Perawat yang mengkaji

........................................

31
3.3 Diagnosa Keperawatan Teori
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apa yang klien
perlihatkan sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yang penting dari respon
klien terhadap halusinasi. Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pad
aklien dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan
halusinasi
2. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri : Mandi/kebersihan berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam merawat diri
5. Perubahan proses pikir : Waham berhubungan dengan harga diri rendah kronis
Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif berhubungan dengan koping keluarga
tak efektif
6. Kerusakan komunikasi verbal
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
8. Koping individu tidak efektif

3.4 Perencanaan Tindakan Keperawatan Teori


DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAW EVALUASI
ATAN
Gangguan TUM : Klien Setelah 1.1. BHSP dengan menggunakan
persepsi dapat dilakukan........ x prinsip komunikasi
sensori mengontrol interaksi klien terapeutik
halusinasi halusinasi menunjukkan tanda 1. Sapa klien dengan ramah
yang – tanda percaya baik verbal maupun non
dialaminya kepada perawat verba.
TUK 1 : a. Ekspresi wajah 2. Perkenalakan nama, nama
Klien dapat bersahabat panggilan, dan tujuan
membina b. Menunjukkan perawat berkenalan
hubungan rasa senang 3. Tanyakan nama lengkap dan
saling c. Ada kontak mata nama panggilan yang disukai

32
percaya d. Mau berjabat klien
tangan 4. Buat kontrak waktu yang
e. Mau jelas
menunjukkan 5. Tunjukan sikap jujur dan
nama menepati janji setiap kali
f. Mau menjawab interaksi
salam 6. Tunjukan sikap empati dan
g. Mau duduk menerima apa adanya
berdampingan 7. Beri perhatian kepada klien
dengan perawat dan perhatikan kebutuhan
h. Bersedia dasar klien
mengungkapkan 8. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang masalh yang dihadapi klien
dihadapi 9. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : Setelah ...... x 2.1 Adakan kontak sering dan
Klien dapat interaksi klien singkat secara bertahap
mengenal menyebutkan : 2.2 Observasi tingkah laku klien
halusinasi a. Isi terkait dengan halusinasinya
b. Waktu ( dengar/ lihat/ penghidu/
c. Frekuensi raba/ kecap), jika
d. Situasi menemukan klien yang
dan sedang halusinasi :
kondisi 1. Tanyakan apakah klien
menimbul mengalami sesuatu (
kan dengar/ lihat/ penghidu/
halusinasi raba/ kecap).
2. Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
3. Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami

33
hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya
(dengan nada berhsahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi).
4. Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal
yang sama.
5. Katakan bahwan perawat
akan membantu klien jika
klien sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi,
dengan diskusikan dengan
klien:
a. Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, malam atau
sering dan kadang-
kadang.
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi.
2.3 Diskusikan dengan klien apa
yang dirasakan jika terjadi
halusinasi dan beri
kesempatan untuk
mengungkapakn perasaanya
2.4 Diskusikan dengan klien apa
yang dilakuaka untuk
mengatasi perasaan tersebut
2.5 Diskusikan tentang dampak
yang akan dialaminya bila

34
klien menikmati
halusinasinya
TUK 3 : 1. Setelah ........x 3.1 identifikasi bersama klien
Klien dapat intervensi klien cara atau tindakan yang
mengontrol menyebutkan dilakukan jika terjadi
halusinasinya tindakan yang biasa halusinasi ( tidur, marah,
dilakukan untuk menyibukkan diri dll)
mengendalikan 3.2 diskusikan cara yang
halusinasinya digunakan klien
2. Klien 1. jika cara yang digunakan
menyebutkan cara adaptif beri pujian.
baru mengontrol 2. jika cara yang digunakan
halusinasi maladaptif diskusikan cara
3. Klien dapat tersebut
memilih dan 3.1 diskusikan cara baru untuk
memperagakan memutus atau mengontrol
cara mengatasi timbulnya halusinasi :
halusinasi 1. katakan pada diri sendiri
4. Klien bahwa ini tidak nyata (
melaksanakan cara “saya tidak mau dengar/
yang telah dipilih lihat/ penghidu/ raba/
untuk kecap pada saat
mengendalikan halusinasi terjadi)
halusinasi 2. menemui orang lain
5. Klien mengikuti (perawat/ teman/
terapi aktivitas anggota keluarga) untuk
kelompok menceritakan
halusinasinya
3. membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari
yang telah disusun
4. meminta keluarga /

35
teman/ perawat menyapa
jika sedang
berhalusinasi
3.2 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya
3.3 Beri kesempatan untuk
melatih cara yang dipilih
dan dilatih
3.4 Pantau pelaksanaan yang
telah dopilih dan dilatih,
jika berhasil beri pujian
3.5 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktifitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
TUK 4 : 1. Setelah .......x 4.1 Buat kontrak dengan
Klien dapat pertemuan keluarga untuk pertemuan
dukungan keluarga, keluarga (waktu, tempat dan topik)
dari keluarga menyatakan setuju 4.2 Diskusikan dengan keluarga
dalam untuk mengikuti (pada saat pertemuan
mengontrol pertemuan keluarga / kunjungan
halusinasinya denngan perawat rumah)
2. Setelah ........x 1. Pengertian halusinasi
interaksi keluarga 2. Tanda dan gejala
menyebutkan halusinasi
pengertian, tanda 3. Proses terjadinya
dan gejala, proses halusinasi
terjadinya 4. Cara yang dapat
halusinasi dan dilakukan klien dan
tindakan untuk keluarga untuk memutus
mengendalikan halusinasi
halusinasi 5. Obat-obatan halusinasi

36
6. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
dirumah (beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
memantau obat-obatan
dan cara pemberianya
untuk mengatasi
halusinasi)
7. Beri informasi waktu
kontrol ke ruamh sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat
diatasi dirumah
TUK 5 : a. Setelah .......x 5.1 Diskusikan dengan klien
Klien dapat interaksi klien tentang manfaat dan
memanfaatka menyebutkan : kerugaian tidak minum
n obat 1. manfaat minum obat nama, warna, dosis,
dengan baik obat cara, efek terapi dan efek
2. kerugian tidak samping pengunaan obat
minum obat 5.2 Pantau klien saat
3. nama, warna, penggunaan obat
dosis, efek terapi 5.3 Beri pujian jika klien
dan efek samping menggunakan obat dengan
obat benar
b. Setelah ........x 5.4 Diskusikan akibat berhenti
interaksi klien minum obat tanpa
mendemonstrasik konsultasi dengan dokter
an penggunaan 5.5 Anjurkan klien untuk
obat dengan konsultasi pada dokter atau
benar perawat yang diinginkan.

37
c. Setelah.......... x
interaksi, klien
menunjukkan
akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi ke
dokter

a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain berhubungan
dengan halusinasi
Tujuan Umum : Tidak terjadi perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5. Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasinya
Kriteria Evaluasi :
Klien dapat :
1. Mengungkapkan perasaannya dalam keadaan saat ini secara verbal
2. Menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan saat halusinasi, cara memutuskan
halusinasi dan melaksanakan cara yang efektif bagi klien untuk digunakan
3. Menggunakan keluarga untuk mengontrol halusinasi dengan cara sering
berinteraksi dengan keluarga
4. Menggunakan obat dengan benar
Intervensi :
1. Bina Hubungan saling percaya
2. Salam terapeutik
3. Perkenalkan diri
4. Jelaskan tujuan interaksi
5. Ciptakan lingkungan yang tenang
6. Buat kontrak yang jelas
7. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya

38
8. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
9. Adakan kontak secara singkat tetapi sering secara bertahap (waktu disesuaikan
dengan kondisi klien)
10. Observasi tingkah laku : verbal dan non verbal yang berhubungan dengan
halusinasi
11. Jelaskan pada klien tanda-tanda halusinasi dengan menggambarkan tingkah
laku halusinasi
12. Identifikasi bersama klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan
halusinasi, isi, waktu, frekuensi
13. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat alami
halusinasi.
14. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan bila sedang mengalami
halusinasi.
15. Diskusikan cara-cara memutuskan halusinasi
16. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan cara memutuskan halusinasi
yang sesuai dengan klien
17. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok
18. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga ketika mengalami halusinasi
19. Lakukan kunjungan rumah : Diskusikan dengan keluarga tentang :
20. Halusinasi klien
21. Cara memutuskan kelompok
22. Cara merawat anggota keluarga halusinasi
23. Cara memodifikasi lingkungan untuk menurunkan kejadian halusinasi
24. Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pada saat mengalami
halusinasi
25. Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat untuk mengontrol halusinasi
26. Bantu klien menggunakan obat secara benar

b. Perubahan persepsi sensorik : halusinasi berhubungan dengan menarik diri


Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya
2. Klien mampu mengenal prilaku menarik dirinya, misalnya menyebutkan
perilaku menarik diri

39
3. Klien mampu mengadakan hubungan/sosialisasi dengan orang lain : perawat
atau klien lain secara bertahap
4. Klien dapat menggunakan keluarga dalam mengembangkan kemampuan
berhubungan dengan orang lain
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat dan mau berjabat tangan. Dengan perawat mau menyebutkan nama,
mau memanggil nama perawat dan mau duduk bersama
2. Klien dapat menyebutkan penyebab klien menarik diri
3. Klien mau berhubungan dengan orang lain
4. Setelah dilakukan kunjungan rumah klien dapat berhubungan secara bertahap
dengan keluarga.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Buat kontrak dengan klien
3. Lakukan perkenalan
4. Panggil nama kesukaan
5. Ajak klien bercakap-cakap dengan ramah
6. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya serta
beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau
bergaul/menarik diri
7. Jelaskan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta yang
mungkin jadi penyebab
8. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
9. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan
10. Perlahan-lahan serta klien dalam kegiatan ruangan dengan melalui tahap-tahap
yang ditentukan
11. Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai
12. Anjurkan klien mengevaluasi secara mandiri manfaat dari Berhubungan
13. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien mengisi waktunya
14. Motivasi klien dalam mengikuti aktivitas ruangan
15. Beri pujian atas keikutsertaan dalam kegiatan ruangan
16. Lakukan kungjungan rumah, bina hubungan saling percaya dengan keluarga
17. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab dan cara
keluarga menghadapi

40
18. Dorong anggota keluarga untuk berkomunikasi
19. Anjurkan anggota keluarga secara rutin menengok klien minimal sekali
seminggu.

c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan Umum :Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap
Tujuan Khusus :
Klien dapat :
1. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2. Menilai kemampuan diri yang dapat dipergunakan
3. Klien mampu mengevaluasi diri
4. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik untuk dirinya
5. Klien mampu bertanggung jawab dalam tindakan
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat menyebut minimal 2 aspek positip dari segi fisik
2. Klien dapat menyebutkan koping yang dapat digunakan
3. Klien dapat menyebutkan efektifitas koping yang dipergunakan
4. Klien mampu memulai mengevaluasi diri
5. Klien mampu membuat perencanaan yang realistik sesuai dengan kemampuan
yang ada pada dirinya
6. Klien bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang dilakukan sesuai dengan
rencanan.
Intervensi :
1. Dorong klien untuk menyebutkan aspek positip yang ada pada dirinya dari segi
fisik
2. Diskusikan dengan klien tentang harapan-harapannya
3. Diskusikan dengan klien keterampilannya yang menonjol selama di rumah dan
di rumah sakit
4. Berikan pujian
5. Identifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh klien
6. Diskusikan koping yang biasa digunakan oleh klien
7. Diskusikan strategi koping yang efektif bagi klien
8. Bersama klien identifikasi stressor dan bagaimana penialian klien terhadap
stressor

41
9. Jelaskan bahwa keyakinan klien terhadap stressor mempengaruhi pikiran dan
perilakunya
10. Bersama klien identifikasi keyakinan ilustrasikan tujuan yang tidak realistic
11. Bersama klien identifikasi kekuatan dan sumber koping yang dimiliki
12. Tunjukkan konsep sukses dan gagal dengan persepsi yang cocok
13. Diskusikan koping adaptif dan maladaptive
14. Diskusikan kerugian dan akibat respon koping yang maladaptive
15. Bantu klien untuk mengerti bahwa hanya klien yang dapat merubah dirinya
bukan orang lain
16. Dorong klien untuk merumuskan perencanaan/tujuannya sendiri (bukan
perawat)
17. Diskusikan konsekuensi dan realitas dari perencanaan/tujuannya
18. Bantu klien untuk menetpkan secara jelas perubahan yang diharapkan
19. Dorong klien untuk memulai pengalaman baru untuk berkembang sesuai
potensi yang ada pada dirinya
20. Beri kesempatan kepada klien untuk sukses
21. Bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan
22. Libatkan klien dalam kegiatan kelompok
23. Tingkatkan perbedaan diri pada klien didalam keluarga sebagai individu yang
unik
24. Beri waktu yang cukup untuk proses berubah
25. Beri dukungan dan reinforcement positip untuk membantu mempertahankan
kemajuan yang sudah dimiliki klien.

d. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan diri berhubungan dengan ketidak


mampuan dalam merawat diri
Tujuan Umum :
Klien mampu melaksanakan perawatan diri dengan baik sehingga penampilan
diri adekuat
Tujuan Khusus :
Klien mampu :
1. Menjelaskan arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
2. Mengidentifikasi kebersihan dirinya
3. Menjelasakan cara-cara membersihkan dirinya

42
4. Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
5. Melakukan perawatan diri secara mandiri
6. Memberdayakan sistem pendukung untuk meningkatkan perawatan diri.

Kriteria Evaluasi :
Klien mampu :
1. Menyebutkan arti kebersihan diri
2. Menyebutkan tujuan kebersihan diri (untuk memelihara kesehatan tubuh dan
badan terasa segar/nyaman)
3. Menyebutkan tanda-tanda kebersihan diri : kulit tidak ada daki dan tidak
berbau, rambut tidak ada ketombe, kutu, tidak ada bau dan tersisir rapi, kuku
pendek dan bersih, mulut/gigi tidak bau, genitalia tidak gatal dan mata tidak ada
kotoran
4. Menilai keadaan kebersihan dirinya
5. Menyebutkan cara-cara membersihkan diri dari rambut sampai kaki
6. Mendemonstrasikan cara membersihkan diri secara benar dengan bantuan
perawat
7. Melakukan perawatan diri secara mandiri dengan benar dan tersusun jadwal
kegiatan untuk kebersihan diri
8. Keluarga mampu menyebutkan cara meningkatkan kebersihan diri klien dan
keluarga dapat membantu/terlibat aktif dalam memelihara kebersihan diri

Intervensi :
1. Dorong klien untuk menyebutkan arti, tujuan dan tanda-tanda kebersihan diri
2. Diskusikan tentang arti, tujuan, tanda-tanda kebersihan diri
3. Dengarkan keluahan klien dengan penuh perhatian dan empati
4. Berikan pujian apabila klien menyebutkan secara benar
5. Bantu klien menilai kebersihan dirinya
6. Berikan pujian atas kemampuan klien menilai dirinya
7. Dorong klien menyebutkan alat-alat dan cara membersihkan diri
8. Diskusikan tentang alat-alat dan cara membersihkan diri
9. Menjelasakan cara-cara membersihkan diri
10. Melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat
11. Demonstrasikan pada klien cara-cara membersihkan diri

43
12. Bimbing klien mendemonstrasikan kembali cara-cara membersihkan diri
13. Dorong klien membersihkan diri sendiri dengan bantuan
14. Melakukan perawatan diri secara mandiri
15. Berikan kesempatan klien untuk membersihkan diri sendiri secara bertahap
sesuai dengan kemampuan
16. Dorong klien mengungkapkan manfaat yang dirasakan setelah membersihkan
diri
17. Beri penguatan positif atas perawatan klien
18. Bimbing klien membuat jadwal kegiatan untuk membersihkan diri
19. Bimbing klien membersihkan diri sesuai jadwal secara mandiri
20. Monitor kemampuan klien membersihkan diri sesuai jadwal
21. Diskusikan dengan keluarga tentang ketidakmampuan klien dalam merawat diri
22. Diskusikan cara membantu klien membersihkan diri
23. Libatkan keluarga dalam perawatan kebersihan diri klien
24. Menyediakan alat-alat
25. Membantu klien membersihkan diri
26. Memonitor pelaksanaan jadwal
27. Beri pujian

e. Perubahan proses pikir : Waham somatis berhubungan dengan harga diri


rendah kronis
Tujuan Umum :Klien mampu berhubungan dengan orang lain tanpa merasa
rendah diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat memperluas kesadaran diri
2. Klien dapat menyelidiki dirinya
3. Klien dapat mengevaluasi dirinya
4. Klien dapat membuat rencana yang realistis
5. Klien mendapat dukungan keluarga yang meningkatkan harga dirinya
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat menyebutkan kemampuan yang ada pada dirinya setelah 1 kali
pertemuan
2. Klien dapat menyebutkan kelemahan yang dimiliki dan tidak menjadi halangan
untuk mencapai keberhasilan

44
3. Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan yang sesuai dengan
kemampuannya setelah 1 kali pertemuan.
4. Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialami setelah 1 kali
pertemuan
5. Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah dialami setelah 4 kali
pertemuan
6. Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai setelah 1 kali pertemuan
7. Klien dapat membuat keputusan dan mencapai tujuan setelah 1 kali pertemuan
8. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda harga diri rendah :
a. Mengatakan diri tidak berharga
b. Tidak berguna dan tidak mampu
c. Pesimis
d. Menarik diri dari realita
9. Keluarga dapat berespon dan memperlakukan klien dengan harga diri rendah
secara tepat setelah 2 kali pertemuan

Intervensi :
1. Diskusikai dengan klien kelebihan yang dimiliknya
2. Diskusikan kelemahan yang dimilik klien
3. Beritahu klien bahwa manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki
kelebihan dan kekurangan
4. Beritahu klien bahwa kekurangan bisa ditutup dengan kelebihan yang dimiliki
5. Anjurkan klien untuk lebih meningkatkan kelebihan yang dimiliki
6. Beritahukan klien bahwa ada hikmah dibalik kekurangan yang dimiliki
7. Diskusikan dengan klien ideal dirinya : Apa harapan selama di RS, rencana
klien setelah pulang dan apa citacita yang ingin dicapai
8. Beri kesempatan klien untuk berhasil
9. Beri reinforcement positip terhadap keberhasilan yang telah dicapai
10. Bantu klien mengidentifikasikan kegiatan atau keinginan yang berhasil dicapai
11. Kaji bagaimana perasaan klien dengan keberhasilan tersebut
12. Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien dan sebab-sebaba kegagalan
13. Kaji bagaimana respon klien terhadap kegagalan tersebut dan cara mengatasi
14. Jelaskan pada klien bahwa kegagalan yang dialami dapat menjadi pelajaran
untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa yang akan dating

45
15. Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapai
16. Diskusikan dengan klien tujuan yang ingin dicapai dengan kemampuan klien
17. Bantu klien memilih prioritas tujuan yang mungkin dapat dicapainya
18. Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih
19. Tunjukkan keterampilan atau keberhasilan yang telah dicapai klien
20. Ikutsertakan klien dalam kegiatan aktivitas kelompok
21. Beri reinforcement postif bila klien mau mengikuti kegiatan kelompok
22. Diskusikan dengan keluarga tanda-tanda harga diri rendah
23. Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan
tiap anggota keluarga
24. Diskusikan dengan keluarga cara berespons terhadap klien dengan harga diri
rendah seperti menghargai klien, tidak mengejek, tidak menjauhi
25. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan kesempatan berhasil pada klien
26. Anjurkan keluarga untuk menerima klien apa adanya
27. Anjurkan keluarga untuk melibatkan klien dalam setiap pertemuan keluarga

f. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan ketidak


mampuan keluarga merawat klien
Tujuan Umum :Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Tujuan Khusus :
1. Keluarga dapat mengetahui masalah yang ditemukan dalam merawat klien di
rumah dengan cara mengungkapkan perasaannya
2. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan
dalam merawat klien dengan mengidentifikasikan sumbersumber koping yang
dimiliki
3. Keluarga dapat menggunakan koping yang telah dipilih dalam merawat anggota
keluarga yang sakit
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat dalam merawat
klien di rumah
5. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat
Kriteria Evaluasi :
1. Keluarga mengungkapkan perasaannya secara verbal
2. Keluarga mengidentifikasi sumber-sumber koping yang ada

46
3. Keluarga mengungkapkan secara verbal koping apa yang akan dipilih
4. Keluarga mengidentifikasi lingkungan yang sehat dalam merawat klien
5. Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga dan anggota keluarga yang lain:
2. Terima anggota keluarg apa adanya
3. Dengarkan keluhan keluarga dengan empati
4. Hindari respon mengkritik/menyalahkan saat keluarga mengekspresikan
perasaannya
5. Buat kontrak dengan keluarga untuk bertemu (home visite) yaitu :
a. Jelaskan tujuan kunjungan
b. Jelaskan identitas perawat
6. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya dalam merawat klien
7. Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan/koping yang selama ini telah
digunakan oleh keluarga
8. Beri reinforcement positip bila keluarga mengemukakan tindakan positip dan
berhasil
9. Diskusikan dengan keluarga tentang alternatif koping adaptif/sumber
pendukung dalam menangani masalah perawatan klien
10. Diskusikan dengan anggota keluarga cara yang selama ini yang dilakukan
dalam merawat klien
11. Berikan reinforcement positip setiap anggota keluarga mengemukakan tindakan
yang benar dan berhasil
12. Jelaskan pada keluarga tentang berbagai cara yang adaptif dalam merawat klien
seperti :
a. Bersikap asertif
b. Komunikasi terbuka
c. Tidak bermusuhan/mengkritik
13. Memenuhi kebutuhan klien yang masih dapat ditoleransi seperti : pakaian, alat-
alat kebersihan diri
14. Libatkan klien dalam kegiatan keluarga
15. Motivasi keluarga untuk menerima klien apa adanya dengan cara :
a. Tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek dan merendahkan
b. Membantu klien dalam diskusi keluarga

47
c. Menghargai klien dan memuji setiap usaha yang adaptif
16. Diskusikan dengan keluarga untuk menyediakan perlengkapan yang diperlukan
klien sehari-hari seperti :
a. Peralatan kebersihan diri
b. Alat-alat makan
17. Usahakan tidak membedakan barang milik klien dengan anggota keluarga yang
lain
18. Diskusikan dengan keluarga untuk melatih kemampuan klien dalam
menyelesaikan masalah mulai dari yang sederhana sampai masalah kompleks
19. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dan
sejauh mana keluarga telah memanfaatkannya
20. Jelaskan pada keluarga tentang kegunaan dan efek samping obat serta
pentingnya keteraturan minum obat.

g. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan menarik diri


Tujuan Umum :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal
dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang
tepat
Tujuan Khusus :
1. Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topic
2. Pasien dapat menggunakan ketepatan kata
3. Pasien dapat melakukan kontak mata intermitten selama 5 menit dengan
perawat dalam waktu 1 minggu
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara mendapat dimengerti orang lain
2. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya
3. Pasien dapat mengetahui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi
verbal terjadi pada saat adanya peningkatan ansietas melakukan kontak kepada
pasien untuk memutuskan proses.

48
Intervensi :
1. Gunakan tehnik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien
2. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
3. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang dapat mengancam bagaimana prilaku
dan pembicaraannya diterimia dan mungkin juga dihindari oleh orang lain
4. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang
memuaskan kembali

3.5 Rencana Tindakan


Klien Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

Nama Pasien : Tn. M


Dx Medis : Skizofrenia Hebefrenik
No. Cm : 125xxx
Ruangan : Cendrawasih
T DX PERENCANAAN
G KEPERA
TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
L WATAN
TUM Pasien menunjukkan Bina hubungan saling percaya
Pasien tanda-tanda percaya dengan menggunakan prinsip
dapat pada perawat dengan komunikasi terapeutik :
mengontrol kritera hasil : a. Sapa pasien dengan ramah
halusinasi a. Ekspresi wajah baik verbal maupun nonverbal
Gangguan
bersahabat b. Perkenalkan diri dengan
Sensori
TUK 1 b. Menunjukkan sopan, nama panggilan dan
Persepsi :
Pasien rasa senang sampaikan tujuan perkenalan
Halusinasi
dapat c. Ada kontak mata c. Tanyakan nama lengkap, dan
Pendengar
membina d. Mau berjabat nama yang disukai pasien
an
hubungan tangan d. Sampaikan tujuan pertemuan
saling e. Menyebutkan dan tanyakan kesediaan
percaya nama panggilan pasien
f. Duduk e. Kontrak waktu dan tempat
berdampingan sesuai dengan keinginan

49
dengan perawat pasien
g. Bersedia f. Tunjukkan sikap empaty dan
mengungkapkan menerima apa adanya
masalah yang g. Beri perhatian kepada pasien
dialami dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
h. Dengarkan dengan penuh
perhatian, ekspresi perasaan
pasien
TUK 2 1. Pasien mampu a. Adakan kontak sering dan
Pasien menyebutkan isi, singkat secara bertahap,
dapat waktu, frekuensi, b. Observasi tingkah laku pasien
mengenal situasi, dan terkait dengan halusinasinya.
halusinasiny kondisi yang Jika menemukan pasien yang
a dapat sedang halusinasi
menimbulkan a. Tanyakan apakah pasien
halusinasi mengalami sesuatu
b. Jika pasien menjawab
“ya”. Tanyakan apa yang
sedang dialami
c. Katakan bahwa perawat
percaya pasien mengalami
hal tersebut, namun pasien
sendiri tidak
mengalaminya
d. Katakan bahwa ada pasien
lain yang mengalami hal
yang sama
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu pasien.
c. Jika pasien tidak
berhalusinasi, klarifikasi
terkait adanya pengalaman

50
halusinasi, diskusikan dengan
pasien isi, waktu, dan
frekuensi terjadinya
halusinasi serta situasi dan
kondisi yang menimbulkan
halusinasi.

2. Pasien mampu 1. Diskusikan dengan pasien apa


menyatakan yang dirasakan jika tejadi
perasaan dan halusinasi dan beri
responnya saat kesempatan untuk
mengalami mengungkap perasaannya
halusinasi 2. Diskusikan dengan pasien apa
(marah/takut/sedi yang dilakukan untuk
h/senang/cemas/j mengatasi perasaan tersebut.
engkel) 3. Diskusikan terkait dampak
yang dialaminya ketika pasien
menikmati halusinasi yang
dialaminya.
TUK 3 Pasien mampu 1. Identifikasi bersama pasien
Pasien menyebutkan cara/tindakan yang dilakukan
dapat tindakan yang biasa untuk mengendalikan
mengontrol dilakukan untuk halusinasinya
halusinasiny mengendalikan 2. Diskusikan cara yang
a halusinasinya serta dilakukan pasien (adaptif atau
memperagakannya. maladaptif)
3. Diskusikan cara mengontrol
atau memutus timbulnya
halusinasi bersama klien
4. Beri kesempatan pasien untuk
memilih cara yang telah
dianjurkan dan latih pasien

51
untuk mencobanya
5. Anjurkan pasien untuk
mengikuti terapi aktivitas
kelompok : Orientasi realita,
stimulus persepsi
TUK 4 1. Pasien dapat 1. Diskusikan dengan pasien
Pasien menyebutkan terkait manfaat minum obat,
dapat manfaat minum kerugian jika tidak minum
memanfaatk obat, kerugian obat, nama, warna, dosis, efek
an obat jika tidak minum terapi dan efek samping obat
dengan baik obat, nama, 2. Pantau pasien saat minum
warna, dosis, obat
efek terapi dan 3. Beri pujian apabila pasien
efek samping meminum obat dengan benar
obat serta 4. Diskusikan akibat berhenti
mendemonstrasi minum obat tanpa
kan penggunaan berkonsultasi dengan dokter
obat 5. Anjurkan pasien untuk
berkonsultasi dengan dokter
atau perawat apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.

52
3.6 Dokumentasi Hasil Asuhan Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

N Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi


o dan jam
1. 14 Subjektif : Subjektif :
Desember Mbak ini siapa ? saya belum Pagi mbk, nama saya A. M.
2019 pernah bertemu mbak sebelumnya Saya suka dipanggil M. Alamat
? saya di malang, saya belum
Objektif : menikah, saya tinggal dengan
 Klien belum pernah ibu saya. Saya berkerja mencari
mengenal perawat rumput.
 Klien belum pernah Objektif :
bertemu dengan perawat 1. Klien mampu
Diagnosa Keperawatan : memperkenalkan dirinya
Gangguan Persepsi Sensori : 2. Klien mampu menyebutkan
Pendengaran alamatnya
TUK 1 3. Klien mampu menyebutkan
a. Membina hubungan saling nama perawat yang dikenali
percaya dengan menggunakan Analisis :
prinsip komunikasi terapeutik Kognitif : klien
b. Tindakan keperawatan : memperkenalkan diri dengan
Selamat pagi bapak? Perkenalkan baik
nama saya Nanda Indira, bisa Afek : klien tampak masih
dipanggil Nanda, saya mahasiswa bingung
STIKES dr. Soebandi Jember. Psikomotor : kontak mata
Saya praktik di sini dari tanggal 9 kurang, klien mampu berjabat
Desember 2019 – 28 Desember tangan, klien mau duduk
2019. berdampingan dengan perawat
Saya anak kedua dari tiga Planning :
bersaudara, saya disini bertugas Klien : anjurkan klien untuk
membantu bapak sekaligus ingin berkenalan dengan teman –

53
mengenal bapak lebih dekat lagi. teman yang lain
Saya harap bapak mau bekerja Perawat : ajarkan perawat untuk
sama untuk bertukar informasi mengenal halusinasi
dan bertukar pengalaman ya
bapak. Sekarang giliran bapak
yang memperkenalkan diri ya.
Tadi nama bapak siapa ya, suka
dipanggil siapa?
Alamat bapak dimana?, apakah
bapak sudah menikah?, sebelum
kesini bapak bekerja sebagai apa,
dimana?
Terimakasih bapak sudah mau
berkenalan dengan saya, jika
selama dirawat disini butuh
bantuan bilang kesaya nanti, akan
saya sampaikan ke perawat
ruangan.
Subjektif : Subjektif:
Saya masih ingat nama mbak, Yang saya ingat halusinasi
namanya mbak nanda kan ? adalah mendengar suara bisikan
kemarin bilang mbak nanda yang atau juga bisa melihat byangan
mau berbincang-bincang dengan yang tidak nyata, sedangkan
saya tentang halusinasi yang saya alami adalah
Objektif : mendengar suara bisikan yang
 Klien menyapa perawat tidak ada wujudnya, tetapi ada
 Klien masih ingat nama suaranya juga.
perawat Objektif :
 Klien masih ingat tema 1. klien mampu menyebutkan
diskusi hari ini pengertian halusinasi
Diagnosa Keperawatan : 2. klien mampu menyebutkan
Gangguan Presepsi Sensori : halusinasi yang dialaminya
Halusinasi Pendengaran 3. klien kooperatif

54
TUK 2 Analisis :
a. Klien dapat mengenal Kognitif : klien mampu
halusinasi menyebutkan halusinasi
b. Tindakan keperawatan : Afek : klien takut kalau
Pak, kemarin kita kita sudah halusinasinya muncul
berkenalan kan ya? Masih Psikomotor : klien mondar
ingat saya kan? Apakah bapak mandir keluar masuk kamar
sudah berkenalan dengan Planning :
teman – teman yang lain, Klien : ajarkan klien mengingat
sebelum kita diskusi saya akan pengertian, penyebab, tanda dan
bertanya terlebih dahulu, gejala, cara menangani
kepada bapak. Mau tau tidak halusinasi
apa itu halusinasi, apa Perawat : Ajarkan klien tentang
penyebabnya? Apakah bapak acra mengontrol halusinasi
mau tau tanda gejalanya?, lalu
bagaimana cara
mengatasinya?. Baik bapak
supaya lebih paham apa itu
halusinasi, saya akan
menjelaskan apa itu
halusinasi.
Halusinasi adalah mendengar
suara bisikan atau bisa melihat
bayangan yang tidak ada
wujudnya, penyebabnya
karena seseorang tidak mampu
membedakan antara nyata dan
tidak nyata, tanda gejalanya
bicara sendiri, tertawa sendiri,
tidak bergaul dengan orang
lain, bicara ngelantur, kadang
marah – marah sendiri dan
masih bnyak lagi. Apakah

55
bapak sudah mengerti?, kalau
sudah faham saya akan
bertanya pada bapak terkait
dengan apa yang bapak alami,
suara apa yang bapak dengar,
berapa kali suara itu terdengar,
kapan munculnya, bagaimana
perasaan bapak saat itu
terdengar, apa yang bapak
lakukan jika suara itu
terdengar?

a. Subjektif : Subjektif :
Yang saya ingat halusinasi adalah Saya sudah tau cara mengontrol
mendengar suara bisikan atau bisa halusinasi yang saya alami.
juga melihat bayangan yang tidak Yang saya ingat ada lima cara
nyata, sedangkan yang saya alami untuk mengontrol halusinasi
adalah mendengar suara-suara yaitu menghardik, berbincang –
bisikan yang tidak ada wujudnya, bincang dengan orang lain,
tetapi ada suaranya jelas beraktivitas, minum obat, dan
Objektif : beribadah.
 Klien mampu Objektif :
menyebutkan pengertian 1. Klien mampu menyebutkan
halusinasi cara mengontrol halusinasi
 Klien mampu 2. Kontak verbal terarah
menyebutkan halusinasi 3. Klien kooperatif
yang dialaminya 4. Klien mampu menjawab
 Klien Kooperatif semua pertanyaan dari
Diagnosa Keperawatan : perawat
Gangguan Analisis :
Presepsi Sesori : Haluinasi Kognitif : klien mampu
Pendengaran menyebutkan cara mengontrol
halusinasi

56
TUK 3 Afek : klien tampak tenang
a. Klien dapat mengontrol Psikomotor : klien
halusinasi dengan cara mempraktekkan cara
menghardik menghardik halusinasi
b. Tindakan keperawatan : Planning :
Baik bapak, tadi kan bapak Klien : ajarkan klien untuk
sudah menyebutkan apa itu selalu menerapkan cara
halusinasi, juga sudah mengontrol halusinasi
menyebutkan tanda dan Perawat : bimbing klien untuk
gejalanya, bagus sekali kalau mengontrol halusinasi
bapak msih ingat? Dan bisa Anjurkan klien cara mengontrol
menyebutkan hal tersebut halusinasi dengan berbincang –
dengan baik. Namun masih ada bincang dengan orang lain.
yang belum bapak sebutkan
yaitu sebab munculnya
halusinasi. Nah sekarang, saya
akan menjelaskan sebab
munculnya halusinasimohon
dengarkan dan diingat ya bapak.
Penyebab munculnya halusinasi
yaitu dimana seseorang tidak
mampu membedakan antara
yang nyata dan tidak nyata,
seperti suara – suara terdengar di
telinga dan ada yang berbicara
tetapi tidak terlihat.
Bagaimana bapak apakah sudah
mengerti? Sebelumnya saya
lanjutkan, saya mau bertanya
pada bapak, apa yang bapak
lakukan apabila halusinasi
muncul?
Ketika halusinasi itu muncul ada

57
5 cara untuk mengontrol
halusinasi. Yang pertama dengan
cara menghardik. Katakan pada
diri bapak, hai suara – suara
palsu! Pergi kamu jangan
ganggu. Cara yang kedua yaitu
dengan berbincang bincang
dengan orang lain untuk
menceritakan halusinasi. Yang
ke tiga melakukan kativitas yang
sudah di jadwalkan. Yang
keempat dengan minum obat
seacra teratur

58
3.7 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. SPTK Pertemuan ke 1 pada hari senin tgl 9 Desember 2019

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Ds: pasien mengatakan “saya sering mendengar suara-suara yang aneh”
Do:
 pasien terlihat diam dan malu
 kontak mata tidak fokus
 intonasi bicara pelan
 sering melamun, lebih banyak diam
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan Khusus(TUK)
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya,dengan kriteria sebagai berikut
1. Ekspresi wajah bersahabat
2. Menunjukan rasa senang
3. Klien bersedia diajak jabat tangan
4. Klien bersedia menyebutkan namanya
5. Ada kontak mata
6. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
4. Tindakan keperawatan
a. Bina berhubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapiutik
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai klien
4. Bertanya sambil menatap /memperhatikan klien
5. Duduk bersama klien sambil berbincang-bincang

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik

59
“assalamualaikum pak mustofa” apa kabar hari ini ? saya Nanda Indira
Mahasiswa yang sedang praktek disini ,apakah bapak bersedia ngobrol dengan
saya?
2. Evaluasi /validasi
Klien mampu menjawab salam dari perawat dan juga menjawab “kabar baik “
saat klien di Tanya “apa kabar” oleh perawat.
3. Kontrak
Topik : “ Bapak? Besok kita berbincang-bincang lagi ya? Tentang apa itu
halusinasi
Waktu : waktunya tidak lama ,kita hanya berbincang-bincang 15 menit saja
Tempat : Pak Mustofa ingin berbincang-bincang dimana? Di halaman depan
saja ya? Supaya lebih enak”
b. Fase Kerja
“ Baiklah mas, saya akan mengulangi perkenalan kita, nama saya nanda indira,
saya suka dipanggil nanda, usia saya 22 tahun, saya dari stikes dr, seobandi
jember, saya anak ke 2 dari 3 bersaudara, saya disini praktek di ruangan ini selama
3 minggu dan kebutulan saya bertugas membantu bapak. Sekaligus ingin mengenal
bapak lebih dekat lagi, saya harap bapak mau bekerjasama untuk saling bertukar
informasi dan tukar pengalaman, ya pak ? “
“ Sekarang giliran mas yang memperkanalkan diri ya ? tadi nama bapak siapa ya,
suka di panggil siapa ? alamatnya dimana ? apakah bapak sudah menikah ? tinggal
sama siapa dirumah ? mas tamatan apa sekolahnya ?, sebelum kesini mas bekerja
sebagai apa, dan dimana ? “
“ Teriamaksih mas sudah berkenalan dengan saya, jika selama dirawat disini butuh
bantuan mas bisa minta tolong ke saya nanti akan saya sampaikan ke perawat
ruangan “
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
“Bagaimana perasaan bapak ,setelah kita belajar latihan yang tadi kita lakukan
pak ?
“Pasien mengatakan bahwa setelah diajarkan cara menghardik / menolak
halusinasi pasien merasa sudah paham dan mengerti bagaimana cara
melakukanya?

60
Evaluasi obyektif (perawat)
Setelah kita ngobrol tadi panjang lebar, sekarang coba mas ulangi pembicaraan
kita yang tadi
2. Rencana Tindakan Lanjut
“ Ini sudah 10 menit kita berbincang-bincang, saya kira cukup sampai disini
dulu percakapan kita. Jangan lupa nanti perkenalannya di praktikkan ke teman-
teman yang lain ya mas ? besok saya akan menemui mas untuk menanyakan
berapa teman yang sudah mas kenal dan kita akan berdiskusi tentang
halusinasinya “.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bapak kita akan bertemu lagi ya mas ? Untuk berdiskusi tentang
halusinasi”
Waktu : “Besok kita bertemu jam 08.00 ya pak? Kita belajar 15 menit saja.”
Tempat : “untuk tempatnya ,di halaman depan saja ya? Biar tidak bosan.”

61
2. SPTK Pertemuan ke 2 pada hari selasa tgl 10 Desember 2019

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Ds: Nama saya Tn. M suka dipanggil M, saya tinggal di mojokerto, saya anak
kedua dari 2 bersaudara, saya sekolah sampai SMA, saya belum menikah. Saya
tinggal dirumah dengan ibu. Nama mbak tadi nanda dari jember, praktik 3
minggu diruang cendrawasih
Do:
 klien mampu memperkenalkan dirinya
 klien mampu menyebutkan alamat, usia, dan pendidikan
 klien mampu menyebutkan nam perawat yang dikenali
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus(TUK)
Klien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah di lakukan
4. Tindakan keperawatan
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain ( kegiatan yang biasa di lakukan pasien )

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
“assalamualaikum pak mustofa” apa kabar har i ini ? masih ingat dengan saya
pak? Ayo siapa nama saya ? benar sekali bapak, kenapa bapak kok sendirian ?
bagaimana kalau kita bercakap-cakap
2. Evaluasi /validasi
Bagaimana bapak ? masih ingat apa yang kita pelajari kemarin ? apaka suara-
suara itu masih muncul ? apakah sudah mencoba cara yang telah kita latih
3. Kontrak
Topik : “ sesuai janji kita kemarin kita akan latihan cara yang kedua untuk
mengontrol halusinasi ya? Dengan bercakap-cakap.”
Waktu : kita akan latihan 15 menit saja
Tempat : tempatnya di tempat halaman depan ya? Bagaimana bapak ?

62
B. Fase Kerja
“ Bapak kemrin kita sudah berkenalan ya, masih ingat saya kan ? apakah bapak
juga berkenalan dengan teman-teman yang lain ? baik bapak sebelum kita diskusi
saya akan bertanya terlebih dahulu kepada bapak masih ingat nama saya ? bapak
masih ingat tidak halusinasi apa penyebabnya ? tanda gejalanya lalu bagaimana
cara mengatasinya ? baik bapak, supaya lebih paham apa itu yang dimaksud
halusinasi akan saya jelaskan”.
“ Halusinasi adalah mendengar suara bisikan atau bisa juga melihat bayangan yang
tidak ada wujudnya, penyebabnya karena tidak mampu membedakan antara nyata
dan tidak nyata, bicara sendiri, tertawa sendiri, tidak mau bergaul dengan orang
lain, kadang-kadang marah sendiri dan masih banyak lagi, apakah bapak sudah
mengerti ? kalau bapak sudah paham saya akan bertanya pada bapak terkait dengan
apa yang bapak alami, suara apak yang apak dengar, berapa kali suara itu terdengar
? kapan munculnya ? malam atau siang ? bagaimana perasaan bapak saat
mendengar ?”
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
“bagaimana perasaan Bapak Mustofa setelah latihan ini ?
Evaluasi obyektif (perawat)
“Coba Pak Mustofa ulangi lagi apa yang sudah kita bicarakan , jadi ada berapa
cara untuk mengontrol halusinasi”
2. Rencana Tindakan Lanjut
Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian Pak Mustofa / mau
berapa jam latihan bercakap-cakap ? Nah… nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul , Besok lagi kita lanjutkan cara yang ketiga ya
pak?
3. Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana kalu kita besok latihan cara mengontrol halusinasi ?
Waktu: “waktunya 15 menit saja.”
Tempat : “Bapak ingin latihanya di lakukan dimana? Baik, besok kita lakukan
di ruang makan di dalam ruangan? Sampai jumpa Assalamualaikum.

63
3. SPTK Pertemuan ke 3 pada hari rabu tgl 11 Desember 2019

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :
Ds: Yang saya ingat halusinasai adalah mendengar suara bisikan atau bisa juga
melihat bayangan yang tidak nyata, sedangkan yang saya alami adalah
mendengar suara-suara bisikan yang tidak ada wujudnya tetapi ada suaranya
Do: klien tenang dan kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus(TUK)
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan
klien secara terjadwal
4. Tindakan keperawatan
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan membuat kegiatan- kegiatan klien
secara terjadwal

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“assalamualaikum pak mustofa” apa kabar hari ini ? Pak Mustofa masih ingat
dengan saya ? Benar sekali pak ? Bapak pagi ini sudah melakukan apa saja?”
2. Evaluasi /validasi
Apakah suara-suara itu masih ada ? apakah sudah di coba cara kita yang sudah
kita latih kemarin ? berkurangkan suaranya? Bagus sekali.
3. Kontrak
Topik : “ sesuai jam kemarin kita akan belajar cara mengontrol halusinasi yang
kegita yaitu membuat jadwal kegiatan bapak setiap hari.
Waktu : “ kita akan membuat secara bersama-sama selama15 menit
Tempat :” Tempatnya di ruang makan, bagaimana apa bapak siap?”
b. Fase Kerja
“ Baik mas tadi kan sudah menyebutkan apa itu halusinasi, juga sudah
menyebutkan tanda dan gejala, bagus sekali kalau bapak masih ingat dan bisa
menyebutkan hal tersebut dengan baik. Namun masih ada yang belum bapak
sebutkan yaitu sebab munculnya halusinasi. Nah.. sekarang, saya akan

64
menjelaskan sebab munculya halusinasi, mohon didengarkan dan di ingat ya bapak
?”
“Penyebab munculya halusinasi yaitu dimana seseorang tidak mampu
membedakan antara yang nyata dan tidak nyata, seperti misalnya suara-suara
terdengar ditelinga, namun siapa yang bicara tidak terlihat. Bagaimana mas,
apakah sudah mengerti ? sebelumnya saya lanjutkan saya mau bertanya pada mas
apa yang mas lakukan ketika halusinasi muncul ? dengan cara seperti itu halusinasi
tambah muncul atau hilang ? bagus sekali kalau bisa hilang tapi saya punya 5 cara
untuk mengontrol halusinasi. Yang pertama dengan cara menghardik halusinasi.
Katakan pada diri mas, “hai suara-suara.! Pergi kamu jangan ganggu saya !. cara
yang kedua yaitu dengan berbincang-bincang dengan orang lain untuk
menceritakan halusinasi, cara ketiga yaitu melakukan aktifitas yang sudah
dijadwalkan. Yang keempat dengan minum obat secara teratur. Dan yang kelima
yaitu dengan kegiatan yang sudah ada. Sekarang mas sudah tau kan cara-cara
mengontrol halusinasi, sekarang coba mas praktikkan cara mengontrol halusinasi
yang pertama dulu ya ? yaitu dengan cara menghardik halusinasi. Bagus ! seperti
itu pak ? , mas sudah mengerti dan paham kan ? tentang apa yang saya jelaskan
tadi. Yang perlu diingat dalam menghardik halusinasi cukup meghardiknya
didalam hati saja atau dengan suara pelan saja.”
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
Bagaimana perasaan Pak Mustofa ,setelah kita buat jadwal kegiatan Bapak
hari ini?”
Evaluasi obyektif (perawat)
Cara ketiga untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu apa pak?
Bagus bapak bisa menyebutkannya ,dengan melakukan kegiatan-kegiatan
harinya yang telah kita buat tadi, berate tidak ada waktu untuk ,elamun/
merenung sendiri.”
2. Rencana Tindakan Lanjut
“ Tolong nanti mas praktikkan cara mengontrol halusinasi seperti yang sudah
diajarkan tadi ?”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Bapak kita akan becakap-cakap tentang mengontrol halusinasi ya pak ?

65
Waktu:” waktu yang kita butuhkan 10 menit.”
Tempat : “kita bercakap –cakap dimana pak? Tetap disini saja? Baik kalau
begitu ,sampai bertemu besok , assalamualaikum.

66
BAB 4
RESUME JURNAL

4.1 Resume Jurnal

1. Nama Peneliti:
Erna Irawan
2. Tujuan Penelitian:
Untuk melakukan analisa terhadap kasus kelolaan pada klien gangguan sensori
persepsi: halusinasi dengan inovasi intervensi terapi penerimaan dan komitmen
(Acceptance and Commitment Therapy) pada pebdi Ruang Cendrawasih RSJ Dr.
Radjima Wedyodiningrat Lawang
3. Metode Penelitian:
Menggunakan metode quasy experimental .
4. Tempat dan Waktu Penelitian:
2 September 2018 di RSJ Jawa barat
5. Populasi dan Sampel:
Populasi dalam penelitian ini yaitu 1535 pasien dan sampel dalam penelitian ini
menggunakan 26 pasien halusinasi.
6. Intervensi :
Acceptance and Commitment Therapy (ACT) merupakan salah satu psikoterapi baru
yang dikembangkan oleh Hayes (1999) digunakan dalam membantu klien gangguan
jiwa dimana menggunakan prinsip penerimaan dan komitmen dalam memperbaiki
perilaku
7. Hasil Penelitian
Hasilnya pada postest intervensi ditambah dengan ACT rata-rata hasil Pre test adalah
81.115 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi dengan tambahan ACT rata-rata
hasil Post test 78.3. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang lebih
baik sebanyak 34%. Hasilnya pada postest intervensi ditambah dengan ACT rata-rata
hasil Pre test BPRS adalah 81.115 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi dengan
tambahan ACT rata-rata hasil Post test 78.3. Dari hasil ini menunjukan adanya
perubahan kearah yang lebih baik sebanyak 34%.

67
8. Saran Penelitian
Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan pembahasan lebih lanjut
mengenai keefektifan terapi penerimaan dan komitmen (Acceptance and Commitment
Therapy) terhadap tanda dan gejala pada klien gangguan sensori persepsi: halusinasi.
Hal ini tentu saja akan menjadi landasan ilmu pengetahuan bagi perawat untuk bisa
menerapkan tindakan keperawatan tersebut saat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien. Diharapkan dapat melakukan dan memberikan intervensi inovasi
lainnya dalam tanda dan gejala pada klien gangguan sensori persepsi: halusinasi.

68
4.2 Evidence Based Nursing

A. Pendahuluan
Acceptance and Commitment Therapy (ACT) merupakan salah satu psikoterapi
baru yang dikembangkan oleh Hayes (1999) digunakan dalam membantu klien
gangguan jiwa dimana menggunakan prinsip penerimaan dan komitmen dalam
memperbaiki perilaku. ACT membantu seseorang dalam mengurangi penderitaan
yang dialami dengan meningkatkan kesadaran dan kemampuan seseorang tersebut
terhadap apa yang diinginkannya dalam hidup ini. Prinsip dasar ACT dijadikan dasar
penanganan penerimaan diri, kesadaran diri dan efikasi diri pada psikoterapi
transpersonal. ACT adalah salah satu cabang CBT yang secara empiris telah
digunakan pada intervensi psikologis dengan menggunakan penerimaan dan strategis
mindfullnes secara bersama – sama dengan komitmen. Strategi perubahan perilaku
ditujukan untuk meningkatkan flexibilitas psikologis.
Dalam ACT, observasi diri merupakan bagian dari diri yang dapat diamati pada
fisik dan jiwa atau lebih singkat dikatakan sebagai “kesiagaan”. Kesiagaan dalam
segala hal termasuk berfikir merasakan, melihat , mendengar, meraba, mengecap,
membau dan melakukan sesuatu. ACT lebih mempunyai pendekatan keilmuan yang
modern dalam psikologi perilaku manusia. ACT dianggap sebagai terapi yang sesuai
untuk menyelesaikan masalah depresi dan meningkatkan kesehatan mental karena
ACT membuat seseorang mampu menerima setiap pengalaman dan peristiwa yang
telah terjadi dan kembali berfungsi dengan normal dalam menjalani kehidupan sehari-
hari sesuai dengan tujuan hidupnya. Pada umumnya individu datang ke terapi untuk
melakukan kontrol emosional. Mereka ingin menghilangkan perasaan depresi,
kecemasan, memori traumatik, ketakuatan akan penolakan, perasaan marah, berduka
dan lain-lain.
Di dalam penerapan ACT tidak ada usaha percobaan untuk mengurangi,
mengubah, menghindari atau mengontrol pengalaman pribadi tetapi dengan
mengajarkan teknik penerimaan dan komitmen terhadap pengalaman dan perasaan
mereka. Acceptance Commitment Theraphy (ACT) merupakan generasi baru dari
terapi perilaku itu, setelah menerima dukungan empiris dalam berbagai gangguan
yang ditandai dengan pengalaman penghindaran, juga menawarkan pengobatan baru
yang menjanjikan untuk psikosis. Berbeda dengan pengobatan tradisional, di mana
kedua obat antipsikotik dan terapi kognitif-perilaku fokus untuk mengurangi gejala,
69
ACT mengusulkan penerimaan aktif dan pada orientasi waktu yang sama dari orang
ke arah pencapaian tujuan yang berharga untuk hidupnya meskipun gejala, seperti
halusinasi pendengaran. Dalam hal ini, laki-laki 30 tahun didiagnosis dengan
skizofrenia menunjukkan logika dan efektivitas ACT serta penerapannya sebagai
bagian dari kegiatan rutin seorang psikolog klinis di sebuah pusat perawatan
kesehatan mental yang umum.

B. Aplikasi pada kasus presentasi

Pada kasus diatas yang menjadi alasan klien masukadalah klien kambuh lagi
karena tidak teratur minum obat , klien suka marah-marah, sering teriak-teriak,
berbicara sendiri, dan seminggu sebelum masuk rumah sakit klien parah sering
marah-marah, menyendiri dan taidak mau berinterkasi dengan orang lain. Data
keluhan utama masuk Rumah Sakit sudah sesuai dengan teori tentang Halusinasi.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal dan rangsangan eksternal, klien memberi 5 pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata, misalnya klien mengatakan mendengar
suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).

Tn. M merupakan klien lama yang pernah menjalani perawatan di RSJ


Radjiman Wedyodiningrat, dan melakukan pengobatan psikiatri. Klien tidak pernah
mengalami aniaya fisik dan seksual, penolakan dan kekerasan. Di dalam keluarga
tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. Klien mengatakan pengalaman yang
tidak menyenangkan pada dirinya pada saat klien putus hubungan pacarnya, klien
juga mendapat tekanan dari teman-teman di lingkungan kerjanya, klien merasa
dikucilkan, klien juga merasa kehilangan karena orangtuanya meninggal, klien merasa
terpukul atas masalah tersebut, klien merasa dirinya tidak berguna lagi.

Menurut Erlinafsiah (2010), faktor predisposisi yang menjadi penyebab


halusinasi ada tiga, salah satunya faktor psikologis. Pada faktor psikologis dijelaskan
bahwa pengalaman, frustasi, kegagalan, dan keberhasilan yang dialami seseorang
akan mewarnai sikap, kebiasaan, dan sifatnya kemudian hari. Faktor predisposisi
gangguan halusinasi dapat muncul sebagai proses panjang yang berhubungan dengan
kepribadian seseorang, karena itu halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis
seseorang (Sunardi, 2005).

70
C. Pembahasan
Pelaksanaan tindakan keperawatan inovasi memberikan terapi penerimaan dan
comitment (acceptance and commitment therapy) pada Tn. M, yang dilakukan mulai
tangggal 16 desember 2019 sampai 20 desember 2019 di RSJ Radjiman
Wedyodiningrat dengan keluhan mendengar suara-suara bisikan yang selalu
mengganggu saya dan suara itu muncul saat siang dan malam hari, klien sering
marah-marah, teriak-teriak dirumah. Tujuan dilakukan terapi penerimaan dan
komitment (acceptance and commitment therapy) pada Tn. M untuk membantu
pasien dalam mencapai dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna tanpa harus
menghilangkan pikiran-pikiran kurang menyenangkan yang terjadi dan melatih
pasien untuk komitmen dan berperilaku dalam hidupnya berdasarkan nilai yang
dipilih oleh pasien sendiri. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode
quasy experimental terhadap klien dan perawat yang merawatnya, observasi
langsung terhadap penampilan dan perilaku klien.
Menurut Waber dan Kelley (Nanda,2012). Pengkajian individu terdiri atas
riwayat kesehatan (data subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif). Adapun
data yang diperoleh setelah melakukan pengkajian pada klien Tn.M yang berupa
data subjektif antara lain klien mengatakan mendengar suara-suara bisikan dan suara
itu muncul saat siang dan malam hari, klien berteriak, marah-marah, takut serta
cemas saat mendengar suara-suara bisikan dan data objektifnya adalah klien
berbicara sendiri, gelisah, bingung dan afek labil, klien terkadang mondar-mandir,
dan kontak mata kurang. Tanda dan gejala yang muncul pada halusinasi adalah
konsentrasi kurang, selalu berubah respon dari rangsangan, kegelisahan, perubahan
sensori akut, mudah tersinggung, disorientasi waktu, tempat, dan orang, perubahan
kemampuan pemecahan masalah, perubahan pola perilaku. Bicara dan tertawa
sendiri, mengatakan melihat dan mendengar sesuatu padahal objek sebenarnya tidak
ada, menarik diri, mondar-mandir, dan mengganggu lingkungan juga sering ditemui
pada pasien dengan halusinasi (NANDA, 2010).
Pada saat pengkajian klien tampak gelisah, untuk disorientasi waktu, tempat
dan orang klien tidak mengalami hal tersebut karena klien mempunyai ingatan yang
cukup baik, misalnya makanan yang dimakan klien dapat menyebutkannya, selain
klien juga dapat mengingat memori jangka panjang, misalnya klien dapat mengingat
kejadian sebelumnya. Klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti saat
diberi pilihan oleh perawat mau berinteraksi dulu atau mau tidur, klien
71
mengungkapkan apa yang diinginkan oleh klien. Intervensi yang dilakukan pada
masalah keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi pada penelitian ini
menggunakan intervensi strategi pelaksanaan (SP) dan ditambah dengan intervensi
inovasi terapi penerimaan dan komitment (acceptance and commitment therapy).
Strategi pelaksanaan (SP) pada intervensi masalah keperawatan gangguan sensori
persepsi: halusinasi dapat diimplementasikan secara keseluruhan kepada Tn.M
selama 4 hari, hal ini didukung oleh klien telah kooperatif dalam menerima
masukan/ intervensi yang diberikan oleh penulis. Begitu juga intervensi inovasi
terapi penerimaan dan komitment (acceptance and commitment therapy) dapat
diaplikasikan kepada klien salama 4 hari.
Intervensi inovasi dapat dilakukan sesuai SOP yang telah dibuat. Evaluasi
pada masalah keperawatan gangguan sensori persepsi: halusinasi dari tindakan yang
penulis lakukan dapat disimpulkan pada hari pertama, kedua, ketiga, dan keempat
dari gangguan sensori persepsi: halusinasi teratasi karena klien mengatakan
halusinasinya sudah bisa terkontrol, perubahan perilaku pada klien gangguan sensori
persepsi: halusinasi setelah melakukan terapi penerimaan dan komitment
(acceptance and commitment therapy) klien mengatakan kondisinya semakin
membaik, klien kooperatif, komunikasi koherent dan pasien tenang.

D. Implikasi Keperawatan
Penelitiaan ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu, pratik dalam
keperawatan jiwa, meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang sesuai dengan
masalah yang ada. Pada jurnal ini dapat melakukan analisa terhadap kasus kelolaan
pada klien gangguan sensori persepsi: halusinasi dengan inovasi intervensi terapi
penerimaan dan komitmen (acceptance and commitment therapy) pada pasin di
ruang cendrawasih rsj dr. Radjiman wedyodiningrat lawing.

72
E. Implementasi

JURNAL (PROBLEM) (INTERVENTION) (IMPLEMENTASI) (EVALUASI)


Pengaruh Pengertian : Kriteria inklusi agar memenuhi 1. Klien diminta untuk S:
Acceptance Halusinasi merupakan syarat untuk berpartisipasi pasien menutup mata dan - 3 pasien mengatakan
and terganggunya persepsi sensori harus memenuhi kedua syarat membayangkan bahwa sudah menerima
Commitment seseorang, dimana tidak berikut : tentang pengalaman pengalaman yang tidak
Therapy terdapat stimulus. Pasien yang 1. Pasien mengalami tanda dan yang tidak menyenangkan dan
(ACT) mengalami halusinasi gejala yang sama menyenangkan merasa iklas. Sehingga
terhadap disebabkan karena 2. Keberadaan pasien selama 2. Klien menceritakan skor BPRS yang baik
klien dengan ketidakmampuan pasien minimal 3 minggu pengalamannya - 3 pasien menerima
halusinasi dalam menghadapi 3. Klien di minta untuk kenyataan tetapi masih
pendengaran stressor dan kurangnya Pelaksanaan tindakan keperawatan menerima belum bisa melupakan
kemampuan dalam inovasi memberikan terapi pengalaman tersebut, pengalaman tersebut.
mengontrol halusinasi. penerimaan dan comitment karena jika tidak Sehingga skornya BPRS
(acceptance and commitment menerima atau ikhlas cukup tetapi perlu
Tujuan : therapy) pada Tn. M, yang pasti akan tetap dilakukan pengulangan
Untuk melakukan analisa dilakukan mulai tangggal 16 menggerutu, marah intervensi
terhadap kasus kelolaan pada desember 2019 sampai 20 karena tidak bisa - 4 pasien tidak bisa
klien gangguan sensori desember 2019 di RSJ Radjiman menerima kenyataan menerima kenyataan
persepsi: halusinasi dengan Wedyodiningrat. Klien mengisi atau realita sehingga ada yang marah
inovasi intervensi terapi lembar BPRS (Brief Psychiatric 4. Kemudian waktu pada diri sendiri dan
penerimaan dan komitmen Rating Scale). yang dibutuhkan kecewa, sehingga
(Acceptance and Commitment selama 10 menit dari skornya kurang.
Therapy) di Ruang Klien belajar bagaimana menerima awal membayangkan
Cendrawasih RSJ Dr. Radjima pikiran dan perasaan mereka yang – menceritakan
Wedyodiningrat Lawang. mungkin dicoba untuk ditolak. pengalamannya O:
Menganalisis pengaruh ACT Selain penerimaan, komitmen 5. Setelah klien merasa - 8 Klien kooperatif
dalam menurunkan nilai BPRS untuk bertindak juga sangat dapat menerima, saat dilakukan
pada pasien dengan gangguan penting. Komitmen melibatkan klien diminta untuk intervensi

73
sensori persepsi : halusinasi. membuat keputusan secara sadar belajar melupakan - 2 Klien tidak
tentang apa yang penting dalam tentang kooperatif
Kelebihan terapi ACT: hidup dan apa yang bersedia pengalamannya yang A:
Terapi ini mudah untuk dilakukan agar hidupnya dihargai. tidak menyenangkan Untuk pasien dengan
dilakukan bagi pasien ACT memanfaatkan pekerjaan 6. Membuat memori skor yang cukup dan
halusinasi, waktu yang rumah dan latihan perilaku sebagai baru bahwa setiap kurang perlu dilakuakn
dibutuhkan relatif singkat, akan cara untuk menciptakan pola-pola orang memiliki intervensi lanjutkan,
tetapi perlu pengulangan dari yang lebih besar dari tindakan kesempatan untuk karena skor BPRS nya
intervensi efektif yang akan membantu klien berubah menjadi belum mengalami
hidup dengan nilai-nilai mereka. lebih baik, dengan penurunan
Kekurangan terapi ACT: Focus dari ACT adalah tidak mengingat –
Terapi ini akan berhasil jika memungkinkan pengalaman untuk ingat pengalaman P:
dilakukan selama 4 kali datang dan pergi sambil mengejar yang tidak Melanjutkan intervensi
pertemuan, dan pasien yang kehidupan yang bermakna menyenangkan sampai pasien
dipilih harus sesuai dengan 1. Klien diminta untuk menutup sehingga menunjukkan penurunan
kriteria inklusi. mata dan membayangkan menyebabkan skor BPRS
tentang pengalaman yang tidak halusinasi
Saran : menyenangkan 7. Setelah itu klien
Bagi peneliti selanjutnya perlu 2. Klien menceritakan diminta benar – benar
untuk mengkombinasikan pengalamannya merelakan
terapi ACT dengan terapi 3. Klien di minta untuk menerima pengalaman tersebut
halusinasi yang lain misalnya pengalaman tersebut, karena dan berdamai dengan
CBT jika tidak menerima atau ikhlas dirinya sendiri
pasti akan tetap menggerutu, 8. Kemudian klien di
marah karena tidak bisa tanyai tentang lembar
menerima kenyataan atau realita BPRS, apakah masih
4. Kemudian waktu yang mengalami tanda dan
dibutuhkan selama 10 menit dari gejala di point – point
awal membayangkan – lembar tersebut
menceritakan pengalamannya 9. Kemudian skornya
5. Setelah klien merasa dapat dihitung apakah hal
menerima, klien diminta untuk tersebut efektif pada

74
belajar melupakan tentang klien tersebut,
pengalamannya yang tidak kemudian
menyenangkan dibandingkan
6. Membuat memori baru bahwa hasilnya sebelum dan
setiap orang memiliki sesudah di berikan
kesempatan untuk berubah pertanyaan tentang
menjadi lebih baik, dengan tidak point BPRS.
mengingat – ingat pengalaman
yang tidak menyenangkan
sehingga menyebabkan
halusinasi
7. Setelah itu klien diminta benar –
benar merelakan pengalaman
tersebut dan berdamai dengan
dirinya sendiri
8. Kemudian klien di tanyai
tentang lembar BPRS, apakah
masih mengalami tanda dan
gejala di point – point lembar
tersebut
9. Kemudian skornya dihitung
apakah hal tersebut efektif pada
klien tersebut, kemudian
dibandingkan hasilnya sebelum
dan sesudah di berikan
pertanyaan tentang point BPRS.

75
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Stimulasi Persepsi Halusinasi

Disusun oleh :

1. Lilin Nurjanah 19020044


2. Lusiani Rahmawati 19020045
3. Mutiara dyah Rahmawati 19020055
4. Nanda Indira 19020059
5. Rafli Abdul Latief 19020069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Dr.SOEBANDI JEMBER YAYASAN
PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2019

76
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul” Terapi
Aktivitas Kelompok “stimulasi persepsi halusinasi” tepat pada waktunya. Tak lupa
sholawat serta salam senantiasa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga dapat berada di zaman terang benderang ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Terimakasih kepada pembimbing kami dalam menulis proposal ini dengan
sabar. Kami berharap proposal ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
pembaca.Kami menyadarai bahwa proposal ini tidak luput dari kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
demi penyempurnaan dan perbaikan proposal.

77
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan
keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek
psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi modalitas
yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapis.
Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi
dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaftif.
Pengertian yang lain menurut Budi Anna Keliat dan Akemat (2005) TAK
stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus
dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternative penyelesaian masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi ?
2. Apa saja yang terkandung dalam terapi aktivitas kelompok persepsi
halusinasi ?
3. Bagaimana proses keperawatan terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi?

78
C. Tujuan
1. Supaya mahasiswa mengerti dan memahani terapi aktivitas kelompok
persepsi halusinasi
2. Supaya mahasiswa mengerti dan memahami Apa saja yang terkandung
dalam terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
3. Supaya mahasiwa mengerti dan memahami proses keperawatan terapi
aktivitas kelompok persepsi halusinasi
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Agar mendapatkan pengetahuan tentang terapi aktivitas kelompok persepsi
halusinasi Bagi Pembaca
2. Agar dapat mengetahui pentingnya memahami tentang terapi aktivitas
kelompok persepsi halusinasi untuk lebih menambah wawasan
3. Bagi Instituti
Makalah memahami tentang terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
dengan menambah referensi bagi Stikes dr. Soeband

79
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi


1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa
suara, penglihaan, pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus
nyata. (Budi Anna Keliat, 2011)
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan
seperrti melihat bayangan atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indra, dimana orang
tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organic atau histerik. (Wijayaningsih, 2015)
2. Tujuan
Tujuan Umum
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
Tujuan khusus:
a. Pasien dapat mengenal halusinasi
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
d. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal.
e. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan meminum obat.

3. Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Senin, 20 Februari 2017
Jam : 09.00 wib

80
Tempat : R. Cendrawasih V RS. Jiwa Sehat
4. Metode
Diskusi dalam Kelompok
5. Media dan Alat
a. Papan nama sejumlah pasien dan terapis dalam TAK.
b. Whiteboard
c. Spidol
d. Botol atau bola
6. Setting Tempat

OP

Keterangan Gambar
L : Leader OP : Operator
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien

81
7. Pembagian Tugas
a. Peran Leader
1) Memimpin jalannya kegiatan
2) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
3) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
4) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
5) Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
6) Memberi reinforcement positif pada klien
7) Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2011)
b. Peran Co-Leader
1) Membantu tugas leader
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
3) Mengingatkan leader tentang kegiatan
4) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
c. Peran Observer
1) Mengobservasi jalannya acara
2) Mencatat jumlah klien yang hadir
3) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
4) Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
5) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
6) Membuat laporan hasil kegiatan
d. Peran Fasilitator
1) Memfasilitasi jalannya kegiatan
2) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
3) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok

82
8. Peran Pasien
Kriteria Pasien:
a. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi
b. Klien dengan gangguan stimulasi persepsi: halusinasi sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
c. Klien yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas
d. Klien tidak membahayakan diri dan orang lain
e. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya.
f. Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik (Lilik, 2011).

83
9. Proses Keperawatan

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI

SESI I : Mengenal Halusinasi

A. Tujuan
1. Klien mengenal halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perassan bila mengalami halusinasi
B. Setting
1. Kelompok berada diruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system
2. Spidol atau Bulpoint
3. Bola
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
E. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan
sensori persepsi; halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini

84
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a) masing masing klien memperkenalkan diri nama, nama
panggilan
b) jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
c) lama kegiatan 45 menit
d) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapis memutarkan lagu searah jarum jam dari sebelah kiri
fasilitator, kemudian fasilitator memberikan bola kepada pasien dan
mengintruksikan pasien untuk bergoyang saat musik berputar
sambil menyalurkan bola kepada temennya. Ketika musik berhenti
maka pasien harus bisa memperkenalkan diri (nama dan nama
panggilan).
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
masing-masing klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang
mereka alami dengan menceritakan :
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuensi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.
c. Klien diminta menceritakan halusinasi yang dialami.
d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman hausinasi, setelah
cerita selesai terapis mempersilakan klien lain untuk bertanya
sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (a) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. Setiap kali klien bisa menceritakan halusinasinya, terapis
memberikan pujian.

85
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota
kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami
halusinasi segera menghubungi perawat atau teman lain .
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK
berikutnya yaitu belajar mengontrol halusinasi.
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat
TAK berikutnya.
F. Evaluasi dan dokumentasi

no Aspek yang dinilai Nama peserta TAK

1 Menyebutkan isi halusinasi


2 Menyebutkan waktu halusinasi

3 Menyebutkan frekuensi
Halusinasi
4 Menyebutkan perasaan bila
halusinasi timbul

Petunjuk dilakukan = 1 tidak dilakukan = 0

86
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
SESI I I: Mengontrol Halusinasi: menghardik

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan mangatasi
halusinansi .
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi .
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar .
2. Kelompok di tempat yang tenang.
C. Alat
1. Sound system
2. Bulpoint
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab.
3. Stimulasi.
E. Langkah langkah kegiatan
1. Persiapan
a. mempersiapkan alat
b. mempersiapkan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam .
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
87
2) Terapis menjelaskan atusan main:
3. Kerja
a. Lama kegiatan 45 menit.
b. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.
c. Jika akan meninggalkan kelompok ,klien harus meminta izin.
a. Setiap selesai klien menceritakan pengalamanya,terapis
memberikan pujian dan mengajak peserta lain memberikan tepuk
tangan .
b. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul .
c. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
d. Terapis meminta masing masing klien memperagakan menghardik
halusinasi dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan
searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan giliran
e. Terapis memberikan pujian dan megajak semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik
halusinasi
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah
dipelajari jika halusinasi muncul
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya
yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan cara lain

88
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
F. Evaluasi dan Dokumentasi

NO Aspek yang Dinilai Nama peserta TAK

1. Menyebutkan cara yang


selama ini digunakan
mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan efektifitas
Cara
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi dengan
Menghardik
4. Memperagakan menghardik
Halusinasi

89
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI

SESI V: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai
mengalami halusinasi
B. Setting
1. Tempat TAK di ruangan yang tenang dan nyeman.
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Spidol
2. White board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam; terapi mengucapkan salam ke klien
b. Evalusi/validasi;
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini;
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menerapkan 3 cara lainya
c. Kontrak
1) Terpi menjelaskan tujuan TAK
2) Terapi menjelaskan waktu kegiatan
3) Terapi menjelaskan aturan maen
90
3. Kerja
a. Terapi menjelaskan pentingnya berbincang dengan orang lain untuk
mengatasi halusinasi.
b. Terapi meminta kepada klien setiasi yang sering dialami sehingga
mengalami halusinasi. Klien secara bergantian bercerita
c. Terapi memperagakan becakap cakap dangan orang lain jika ada
tanda halusinasi muncul
d. Klien meminta memperagakan hal yang sama secara bergantian.
e. Terapi memberikan pujian kepada klien setiap selesai
memperagakan
4. Terminasi
a. Evalusi;
1) Terapi menyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK
2) Terapi memberikan pujian atas kebersihan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap cakap
dengan orang lain bila mulai mengalami halusinasi
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap cakap bila ada klien
lain yang mulai mengalami halusinasi
c. Kontrak yang akan datang;
1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2) Terapi menyapakati tempat dan waktu TAK berikutnya.

91
F. Evaluasi dan dokumentasi

No Aspek yang Nama peserta TAK


dinilai
1 Menyebutkan
pentingnya
bercakap-
cakap ketika
halusinasi
muncul
2 Menyebutkan
cara bercakap-
cakap
3 Memperagakan
saat mulai
percakapan

92
Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita

Sesi I : Stimulasi Persepsi Sensori

Mengenal Halusinasi

1) Susunan perawat pelaksana TAK :


a Leader : Rafli Abdoel Latif
b Co Leader : Lilin Nurjannah
c Observer : Nanda Indira Meidilasari
d Fasilitator 1 : Lusiani Rahmawati
e Fasilitator 2 : Mutiara Dyah Rahmawati
2) Waktu dan tempat
Hari, tanggal : Sabtu, 21 desember 2019
Jam : 10.00 - 11.45 WIB
Tempat : Halaman depan ruang Cendrawasih
Lama Pelaksana : 45 menit
3) Nama pasien
a. Tn. S
b. Tn.I
c. Tn.H
d. Tn. S
e. Tn. A

NO Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5


1 Menyebutkan isi halusinasi √ √ √ √ √
2 Menyebutkan waktu terjadi halusinasi √ √ √ √ √
3 Menyebutkan situasi halusinasi √ √ - - -
4 Menyebutkan perasaan saat berhalusinasi √ √ - - -

93
4) Kesimpulan
Pada kegiatan TAK sesi 1 dapat disimpulkan bahwa ada 2 pasien yang bisa menyebutkan
isi halusinasi, menyebutkan waktu terjadi halusinasi, menyebutkan situasi saat halusinasi
muncul, menyebutkan perasaan saat berhalusinasi sedangkan 3 pasien tidak dapat
menyebutkan situasi saat halusinasi muncul dan menyebutkan perasaan saat berhalusinasi

94
Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita

Sesi II : Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)

Kemampuan Menghardik

1) Susunan perawat pelaksana TAK :


f Leader : Rafli Abdoel Latif
g Co Leader : Lilin Nurjannah
h Observer : Nanda Indira Meidilasari
i Fasilitator 1 : Lusiani Rahmawati
j Fasilitator 2 : Mutiara Dyah Rahmawati
2) Waktu dan tempat
Hari, tanggal : Selasa, 24 desember 2019
Jam : 10.00 - 11.45 WIB
Tempat : Halaman depan ruang Cendrawasih
Lama Pelaksana : 45 menit

3) Nama pasien

f. Tn. S
g. Tn.I
h. Tn.H
i. Tn. S
j. Tn. A

NO Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5


1 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi yang √ √ √ √ √
digunakan selama ini

95
2 Menyebutkan efektivitas cara yang digunakan √ √ √ √ √
dalam mengatasi halusinasi
3 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan √ √ - - -
menghardik
4 Memperagakan menghardik halusinasi √ √ - - -

5) Kesimpulan
Pada kegiatan TAK sesi II dapat disimpulkan bahwa ada 3 pasien yang bisa menyebutkan
cara mengatasi halusinasi yang digunakan selama ini, menyebutkan cara mengatasi
halusinasi dengan cara menghardik, memperagakan cara menghardik, tetapi 2 pasien yang
belum bisa menyebutkan cara mengatasi halusinasi, menyebutkan cara mengatasi
halusinasi dengan cara menghardik, memperagakan cara menghardik.

96
97
98
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan sensori perepsi. Dimana pasien
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan
tanpa stimulus yang nyata. Hal ini dialami oleh seseorang yang mengalami gangguan
kejiwaan. Untuk itu dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya peneliti mampu
melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal secara efektif, komunikatif dan
terapeutik. Sehingga dapat terjalin hubungan saling percaya antara perawatn dengan
pasien. Terbangun thrust yang baik yang dapat digunakan untuk memberikan intervensi
dan melaksanakan implementasi pada pasien dengan gangguan jiiwa khususnya pasien
dengan halusinasi.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada psien dengan
halusinasi, sebagai tenaga kesehatan kita dituntut untuk tidak mengesampingkan
suppor system atau dukungan keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti
keadaan dan permasalahan pasien
2. Tenaga kesehatan melakukan pendekatan secara bertahap dan terus menerus
sehingga terbangun thrust yang baik dari pasien kepada tenaga kesehatan.

98
DAFTAR PUSTAKA

Christenseen, P & Kenney, J. (2009). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual.


Edisi 4. Jakarta: EGC
Dewi, Anastasia Dewai (2015) Pengaruh Acceptance and Commitment Therapy (ACT)
dalam. Meningkatkan Harga Diri.Tesis.Universitas Katolik Soegijapranata
Sanford, B. T. & Hayes, S. C. (2010). Acceptance and Commitment Therapy in healthcare.
Chapter to appear in G. DeIsabella & G. Majani (Eds), Psicologia in medicina:
Perche’ conviene. Milan: FrancoAngeli
Irawan, E. (2016). Jurnal Pengaruh Terapi Penerimaan Dan Komitmen (Acceptance and
Commitment Therapy) Pada Penurunan Nilai BPRS Pada Pasien Dengan Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi, Universitas BSI: Jakarta
Keliat, B.A, dkk. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

99

Anda mungkin juga menyukai