M DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN
DAN PENDENGARAN MENGUNAKAN TERAPI GENERALIS
DI RUANG MELATI RSJ DR. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
Disusun Oleh :
Kepala Ruang
Ruang Melati
RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Ny. M dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Penglihatan dan Pendengaran di ruang Melati RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat
Lawang”.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik materi, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Budi Winarni, SST selaku kepala ruangan Melati
2. Ibu Muyassaroh, S.Kep. Ns selaku pembimbing lahan ruangan Melati
3. Bapak Elyas Arif Budiman, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing akademik
STIKES dr. Soebandi jember
4. Ibu perawat diruang Melati
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran dan Masukan dari berbagai pihak
yang bersifat membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembang
pembelajaran untuk ilmu kesehatan khususnya bagi keperawatan jiwa.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
1.3.Tujuan ..................................................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan khusus ................................................................................... 3
1.4.Manfaat................................................................................................................... 4
1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 4
1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................. 4
BAB II TIJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Konsep Dasar Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi .................................. 5
2.1.1. Definsi Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi ............................... 5
2.1.2. Jenis-Jenis Halusinasi ....................................................................... 5
2.1.3. Fase-Fase dalam Halusinasi .............................................................. 6
2.1.4. Etiologi .............................................................................................. 6
2.1.5. Rentang Respon ................................................................................ 7
2.1.6. Proses Terjadinya Masalah ............................................................... 9
2.1.7. Tanda Dan Gejala ............................................................................ 10
2.1.8. Akibat Yang Ditimbulkan ............................................................... 10
2.1.9. Mekanisme Koping ......................................................................... 10
2.1.10. Penatalaksanaan .............................................................................. 11
2.1.11. Pohon masalah ................................................................................ 12
2.2. Konsep Perubahan ............................................................................................. 13
2.2.1. Definsi ............................................................................................. 13
iii
2.2.2. Kemampuan Mengontrol Halusinasi Menggunakan General Therapy
Halusinasi....................................................................................................... 13
2.2.3. Komunikasi Terapeutik ................................................................... 14
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa ................................................................. 15
2.3.1. Pengkaijan keperawatan .................................................................. 15
2.3.2. Halusinasi menurut data subyek dan obyek .................................... 16
2.3.4. Pohon masalah ................................................................................ 17
2.3.5. Diagnosa keperawatan .................................................................... 17
2.3.6. Intervensi Keperawatan ................................................................... 18
2.3.7. Implementasi Keperawatan ............................................................. 18
2.3.8. Tindakan keperawatan pada pasien ................................................. 19
2.3.9. Evaluasi keperawatan ...................................................................... 19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 20
3.1. PENGKAJIAN ................................................................................................... 20
3.2. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ............................................... 40
3.3. SPTK .................................................................................................................. 44
3.4. ANALISA PROSES INTERAKSI .................................................................. 65
BAB IV ANALISIS JURNAL ............................................................................ 71
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 78
BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 80
6.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 80
6.2. SARAN ............................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologis atau mental seseorang
kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam fungsi sehari-hari.
Gangguan ini juga sering disebut gangguan psikiatri atau gangguan mental dan
dalam masyarakat umum kadang disebut sebagai gangguan saraf. Gangguan jiwa
yang dimiliki oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam gejala, baik yang
tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya. Mulai dari perilaku
menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan atau berbicara dengan orang
lain dan tidak mau makan hingga yang mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas.
Mulai dari diam saja hingga yang berbicara dengan tidak jelas. Ada pula yang
dapat diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama sekali dengan
lingkungannya (Lestari, 2016)
Kasus halusinasi pada bulan Januari-Juni tahun 2018 di RSJ dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang, dalam catatan rekam medis diagnosa keperawatan
halusinasi masuk peringkat 1 yaitu 63,9% dari diagnosa keperawatan lainnya.
1
Halusinasi berada pada nomor satu dengan jumlah 4.223 orang pasien. Selain itu,
diagnosa keperawatan halusinasi pada bulan Oktober tahun 2018 dengan jumlah
terbanyak yaitu sejumlah 752 (73%) dari 1.030 orang pasien. Dari data rekam
medis bulan Oktober tahun 2018 tersebut maka diagnosa keperawatan halusinasi
menjadi diagnosa keperawatan yang paling banyak ditemukan di 24 ruang rawat
inap dan jika dirata-rata di setiap ruangan kurang lebih 31 orang pasienyang
mengalami halusinasi(Catatan rekam medis RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat,
2018; dalam KTI Yulela, 2018).
Dampak yang dirasakan klien dengan halusinasi adalah risiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Direja, 2011). Dampak ini tidak hanya terjadi
pada diri sendiri namun juga kepada keluarga. Peningkatan beban keluarga klien
disebabkan karena klien dengan halusinasi tidak dapat bekerjadan bergantung
kepada keluarga. Dampak psikologis keluarga terutama stres, kehilangan waktu
produktif yang mengakibatkan keadaan membahayakan seperti beresiko
menimbulkan perilaku kekerasan. Untuk mengatasi halusinasi dan mengurangi
frekuensi halusinasi yang timbul pada pasien halusinasi ini ada dua jenis terapi
yaitu terapi medis dan terpai modalitas. Untuk terapi medis berupa pengobatan
misalnya Chlorpromazine yang diberikan secara IM, untuk terapi oral obat yang
diberikan pada psikosis adalah Triflouperazine (Stelazine) dan haloperidol.
Sedangkan terapi modalitas yaitu terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif
menjadi perilaku adaptif. Tindakan terapi modalitas yang meliputi, terapi
keluarga, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok, terapi perilaku dan
terapi generalis individu (Keliat, 2012).
Terapi generalis individu merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan
secara individu oleh perawat kepada pasien secara tatap muka perawat–pasien
2
dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai (Akemat, 2014) . Pendekatan terapi generalis individu yang sering
digunakan adalah pendekatan strategi pelaksanaan komunikasi diantaranya
membina hubungan saling percaya perawat–pasien, membantu mengenal
halusinasi, dilakukan dengan berdiskusi tentang isi halusinasi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi dan situasi penyebab halusinasi serta respons pasien saat itu,
melatih mengontrol halusinasi menggunakan cara menghardik halusinasi,
bercakap – cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas terjadwal, mendapat
dukungan dari keluarga, menggunakan obat dengan prisip 6 benar (Keliat, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Bayu (2018) bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi yaitu sikap respon
klien terhadap halusinasi, kejujuran memberikan informasi kepribadian klien dan
kemampuan klien mengingat. Selain itu, cara mengontrol halusinasi juga
dipengaruhi oleh lamanya responden menderita skizofrenia, ditambah lagi
perbedaan kemampuan cara mengontrol halusinasi dan pendidikan terakhir pasien
yang rendah. Dibutuhkan teknik mengontrol halusinasi agar kepercayaan pasien
menjadi kuat dan kemampuan mengontrol halusinasi akan meningkat.
Berdasarkan data dan permasalahan diatas terlihat bahwa kelompok kami tertarik
untuk melakukan Asuhan keperawatan jiwa pada pasien gangguan persepsi
sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran menggunakan terapi generalis di
ruang Melati RSJ dr. Radjiman Widiodiningrat Lawang.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan kesehatan jiwa pada pasien gangguan
persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran diruang melati RSJ dr.
Radjiman Widiodiningrat Lawang?
1.3.Tujuan
3
3. Merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang
Melati RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.
4. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. M dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang
Melati RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatn pada Ny. M dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran di ruang
Melati RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan dan pendengaran di
ruang Melati RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.4.Manfaat
4
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
5
d. Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik): Gangguan stimulus yang ditandai
dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh:
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatorik): Gangguan stimulus yang ditandai dengan
merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik: Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan
fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine.
2.1.4. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Faktor Presdiposisi
Menurut Prabowo (2014), faktor presdiposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah:
1) Faktor Perkembangan Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan
lebih rentan terhadap stress.
6
2) Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima
lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan
tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivitasnya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung
jawab mudah terjerumus pada penyelahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwa anak
sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung mengalami
skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Prabowo (2014), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
1) Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untiuk
diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber Koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stress.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.Respon
adaptif :
7
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon psikosossial Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusia dalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
c. Respon maladaptive
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun
respon maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negative mengancam (Damaiyanti, 2012).
8
Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:
9
2.1.7. Tanda Dan Gejala
Menurut Azizah (2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d. Disorientasi
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasif.
f. Cepat berubah pikirang.
g. Alur pikiran kacauh.
h. Respon yang tidak sesuai.
i. Menarik diri
j. Sering melamun
10
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
2.1.10. Penatalaksanaan
Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat
mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah
mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat pasien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum
obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita skizofrenia yang
menahun, hasilnya lebih banyak jika muali diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen 75-600 mg
(Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225
11
pasien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang
kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi Musik Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi.
Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai pasien
b) Terapi Seni Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai
pekerjaan seni.
c) Terapi Menari Fokus pada : ekpresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi Relaksasi Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku maladaptif/deskriptif, meningkatkan
partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Sosial Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
3) Terapi Kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi :
Sesi 1 : Mengenal halusinasi
Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4) Terapi Lingkungan Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam
keluarga (home like atmosphere)
12
2.2. Konsep Perubahan
2.2.1. Definsi
Teori perubahan menurut Kurt Lewin (1952) dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ricky (2014) mengemukakan tiga tahapan model dalam berubah
yaitu : unfreezing, change dan refreezing. Unfreezing adalah proses menemukan
metode baru untuk mengubah cara-cara lama yang tidak berhasil atau mem
berikan hasil. Tahapan ini diperlukan untuk mengurangi tahanan dari individu
atau kelompok untuk berubah. Tahapan ini dapat dicapai dengan menggunakan
tiga metode yaitu meningkatkan driving force, mengurangi restraining force dan
kombinasi dari dua metode tersebut. Change atau movement adalah proses
perubahan pikiran, perasaan dan perilaku menjadi lebih produktif atau berhasil.
Refreezing adalah menetapkan perubahan sebagai kebiasaan baru sehingga tidak
kembali ke perilaku yang lama.
13
7. Berikan pujian pada pasien saat mampu mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi.
3. Refreezing
Menetapkan perubahan sebagai kebiasaan baru sehingga tidak kembali ke
perilaku yang lama perlu dilakukan evaluasi kembali setelah general therapy
halusinasi dilakukan untuk melihat perubahan kemampuan pasien mengontrol
halusinasi.
14
c. Tahap Kerja
Tahap ini merupakan tahap dimana kerja sama terapeutik antara perawat dank
lien paling banyak dilakukan. Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yaitu tentang keadaan pasien dan keluhan-keluhan pasien.
Selain itu, hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal
dengan sering berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien
serta memberikan anjuran kepada pasien untuk makan, minum obat yang
teratur dan istirahat teratur dengan tujuan penyembuhan. Selain itu, perawat
juga berperan dalam menghilangkan atau mengurangi tingkat kecemasan pada
klien, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri,
serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan
perilaku yang adaptif menunjukan bahwa tujuan pada tahap ini telah tercapai.
d. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir
dari pertemuan antara perawat dengan pasien. Ini merupakan tahap yang sulit
namun sangat penting. Tahap ini merupakan waktu untuk mengubah perasaan
dan mengevaluasi kemajuan klien. Terminasi terbagi menjadi dua yaitu :
1) Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan
pasien dan sifatnya sementara karena perawat akan menemui pasien lagi,
apakah satu atau dua jam atau mungkin besok akan klembali melakukan
interaksi.
2) Terminasi menetap merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan
keluar atau pulang dari rumah sakit, sehingga perawat tidak akan bertemu
lagi dengan klien.
15
(Yusuf, 2015). Menurut Trimeilia (2011), pengkajian halusinasi terdiri dari 2
faktor, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
b. Faktor Perkembangan Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan individu tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress adalah merupakan
salah satu tugas perkembangan yang terganggu.
c. Faktor Sosial Kultural Individu yang merasa tidak diterima di
lingkungannya akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
d. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytransferase (DMP).
e. Faktor Psikologis Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung
jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu
yang pencemas, overprotektif, dingin, tidak sensitif, koping tidak adekuat
juga berpengaruh pada ketidakmampuan individu dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk masa depannya.
f. Faktor Genetik Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang
maladaptive termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan adanya abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Pemicu Gejala
Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode baru suatu
penyakit yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan prilaku
individu.
16
d. Pasien mengatakan mendengar bisikan paada situasi yang tidak menentu.
2. Data Obyektif
a. Pasien terlihat berbicara sendiri.
b. Pasien terlihat tertawa sendiri.
c. Pasien terlihat gelisah.
d. Pasien terlihat mondar-mandir.
Effect
Core Problem
Causa
17
2.3.6. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut Dermawan (2012) adalah suatu proses
didalam pemecahan suatu masalah yang merupakan keputusan awal tentang
sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan dan
siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. Intervensi keperawatan
merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya
berdasarkan dengan diagnosa keperawatan. Tahap perencanaan ini memberikan
kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga pasien dan orang terdekat pasien
untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang
dialami oleh pasien (Asmadi, 2012).
Untuk membuat rencana tindakan pada pasien gangguan jiwa, mahasiswa
perawat disarakan membuat Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan
(LPSP) yang berisi tentang prosses keperawatan dan strategi pelaksanaan tindakan
yang direncanakan (Yusuf, 2015).
18
2.3.8. Tindakan keperawatan pada pasien
1. Tujuan Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: Pasien dapat
mengenali halusinasi yang dialaminya, pasien dapat megontrol
halusinasinya dan pasien mengikuti program pengobatan secara optiamal
(Keliat, 2014).
2. Tindakan Keperawatan SP 1 Pasien Halusinasi: Bantu pasien mengenali
halusinasinya dengan cara diskusi dengan pasien tentang halusinasinya,
waktu terjadi halusinasi muncul, frekuesi terjadinya halusinasi, situasi
yang menyebabkan halusinasi muncul, respon pasien saat halusinasi
muncul dan ajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara
pertama yaitu dengan menghardik halusinasinya. Pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memperdulikan halusinasinya.
SP 2 Pasien Halusinasi: Ajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya
dengan cara kedua yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika
pasien bercakap-cakap deengan orang lain, maka akan terjadi pengalihan
perhatian, focus perhatian pasien akan teralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
SP 3 Pasien Halusinasi: Ajarkan pasien untuk mengontrol halusinasinya
dengan aktivitas terjadwal. Dengan melakukan aktivitas secara terjadwal,
pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali
mencetuskan halusinasi.
SP 4 Pasien Halusinasi: Berikan pasien pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur. Untuk mengontrol halusinasi, pasien harus
dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Tanggal MRS : 3 Maret 2021
Tanggal Dirawat di Ruangan : 10 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2021
Ruang Rawat : Melati
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 40 Tahun
Alamat : Malang
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Status : Janda
Pekerjaan : IRT
Jenis Kel. : Perempuan
No. RM : 126xxx
20
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Sehari sebelum MRS klien ada permasalahan dengan kakak iparnya. Klien
mengatakan masakan yang dimasak kakaknya sudah basi. Lalu pasien marah-
marah dan merusak kaca dirumahnya. Klien juga sering berbicara sendiri.
Akhirnya klien dibawa kakaknya ke RSJ dan klien mengatakan berada
diruang paviliun selama seminggu lalu dipindahkan keruang melati.
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan - -
dalam keluarga 40
5. Tindakan - - - -
kriminal
Jelaskan:
Klien mengakatan ada konflik dengan kakaknya kemudian marah-
marah dan memecahkan kaca.
Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan
21
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Klien mengatakan pernah ingin bunuh diri dengan pisau dapur, tetapi
tidak jadi karena tidak menemukan pisau.
Saat ditanya apakah saat ini klien ada keingin untuk bunuh diri?
Klien mengatakan sudah tidak ada keingin untuk bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yg tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,
kematian, perpisahan)
Klien mengatakan pernah mengalami kegagalan dalam berumah
tangga sebanyak 2x.
Diagnosa Keperawatan : Respon pasca trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
□ Ya
Tidak
Jika ya, Jelaskan :
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik
Diagnosa Keperawatan : -
e. Riwayat Penggunaan NAPZA
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan NAPZA
Diagnosa Keperawatan : -
3) Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya :
Jelaskan :
Klien langsung dibawa ke RSJ oleh keluarganya.
Daignosa Keperawatan : -
4) Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
□ Ada
Tidak
Kalau ada : -
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
22
Riwayat pengobatan : -
Diagnosa Keperawatan : -
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
. : Perempuan : Perceraian
: Klien
: Garis keturunan
:Garis pernikahan
Jelaskan : Klien tinggal di rumah orang tua bersama ibu dan kakaknya,
klien mengatakan anak ke 5 dari 6 bersaudara. Klien mengakatan sudah
menikah dan berpisah sebanyak 2x. Klien memiliki seorang anak laki-laki
dan diasuh oleh mantan suaminya. Klien mengatakan sering ada konflik
dengan kakaknya.
Diagnosa Keperawatan : Disfungsi Proses Keluarga
2. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.
23
2) Identitas
Klien mengatakan jika ia seorang perempuan, seorang ibu juga seorang
anak dirumah.
3) Peran
Dirumah klien berperan sebagai anak yang membantu pekerjaan rumah
tangga. Dirumah sakit pasien berperan sebagai pasien
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang dari RSJ.
5) Harga diri
Klien mengatakan merasa baik-baik saja dan tidak merasa malu
ataupun minder.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti :
Klien mengatakan orang yang berarti dan terdekat dengan klien adalah
mamanya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan biasanya mengikuti kelompok pengajian yang ada
di lingkungan rumahnya.
3) Hambatan dlm berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain. Tetapi klien mengatakan bahwa dia lebih suka menyendiri
dan berdiam diri dirumah daripada berkomunikasi dengan orang lain.
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial
4. Spiritual
1) Agama :
Klien mengatakan beragama islam, melakukan sholat 5 waktu jika
tidak capek dan klien sering beristighfar.
2) Pandangan terhadap gangguan jiwa
Klien mengatakan terdapat gangguan pada pikiran dan jiwanya.
Diagnosa Keperawatan : -
24
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum :
Cukup baik, klien tampak bicara sendiri dan menatap ke satu arah.
Akral hangat
CRT < 2 detik.
Integument
- Inspeksi : terdapat lesi
- Palpasi : terasa kasar dan kering
2) Kesadaran :
Composmestis
E=4 V=5 M=6
3) Tanda vital :
TD : 146/100 mm/Hg
N : 121 x/mnt
S : 36,2°C
P : 19 x/mnt
4) Ukur :
BB 52 kg
TB 145 cm
5) Keluhan Fisik
Klien mengatakan terasa gatal diseluruh tubuhnya.
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan Integritas Kulit
VII. STATUS MENTAL
1) Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan) :
Jelaskan :
- Penampilan rapi
- Kebersihan klien : rambut ada ketombe, klien memotong kuku
secara mandiri.
- klien berpenampilan sesuai usianya, klien selalu menyisir rambut
setelah mandi secara mandiri, baju tidak terbalik.
Diagnosa Keperawatan : -
25
2) Pembicaraan (Frekuensi, volume, jumlah, karakter) :
Frekuensi : berbicara cepat
Volume : klien berbicara dengan nada keras
Jumlah : banyak bicara tetapi susah untuk dimengerti
Karakter : ketika diajak bicara klien bicara terus menerus
Diagnosa Keperawatan : -
3) Aktivitas motorik / Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia, hipoaktivitas
Katalepsi
Sub strupor katatonik
Fleksibilitaserea
Jelaskan : klien tidak memiliki keterbatasan aktivitas motorik/psikomotor
ketika dilakukan pengkajian.
Peningkatan :
□ Hyperkinesia, □ Grimace
hiperaktivitas
□ Stereotipi □ Otomatisma
□ Gaduh gelisah katatonik □ Negativisme
□ Mannerism □ Reaksi konversi
□ Katapleksi Tremor
□ Tik □ Verbigerasi
□ Ekhopraxia Berjalan kaku/rigid
□ Command automatism □ Kompulsif : sebutkan
...
Jelaskan :
Saat pengkajian jari tangan sebelah kiri klien tampak sedikit gemetar dan
pasien berjalan lambat seperti robot.
Diagnosa Keperawatan : -
4) Mood dan Afek
a. Mood
Depresi
26
Ketakutan
Euforia
Khawatir
Anhedonia
√ Kesepian
Lain-lain
Jelaskan : Klien tampak gembira berlebihan
b. Afek
Sesuai
Tumpul/dangkal/datar
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan :
Afek sesuai dengan cerita yang diceritakan ketika diajak bicara yang
menyenangkan expresi wajah klien tampak senang.
Diagnosa Keperawatan : -
5) Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata kurang
Defensif
Curiga
Jelaskan :
Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif tetapi mudah tersinggung .
Diagnosa Keperawatan : -
6) Persepsi sensori
a. Halusinasi :
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
27
Penciuman
b. Ilusi
Ada
Tidak ada
Jelaskan : Klien mengatakan mendengar suara yang memanggil
namanya. Klien juga mengatakan melihat seseorang yang berpawakan
menakutkan dengan satu kaki. Klien mengatakan bayangan dan bisikan
tersebut jarang muncul. Klien mengatakan bayangan tersebut datang
selama ± 5 detik dan datang ketika klien sendirian.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi
penglihatan dan halusinasi pendengaran
7) Proses Pikir
a. Arus Pikir
Koheren Inkoheren
Sirkumtansial Asosiasilonggar
Tangensial Flight of Idea
Blocking Perseverasi
Logorhoe Neologisme
Clang Association Main kata-kata
Lain-lain . . .
Jelaskan : Klien berbicara berputar – putar sehingga apa yang
dimaksud tidak langsung sampai pada sasaran.
b. Isi Pikir
Obsesif Fobia, sebutkan….
Ekstasi Waham
Fantasi Agama
Alienasi Somatic/hipokondria
Pikiran bunuh diri Kebesaran
Preokupasi Kejar/curiga
Pikiran isolasi social Nihilistic
Ide yang terkait Dosa
28
Pikiran rendah diri Sisip pikir
Pesimisme Siar pikir
Pikiran magis Kontrol pikir
Pikiran curiga Lain-lain :
Jelaskan : Klien tampak mudah tersinggung jika ditanya
sesuatu (misal : “rambutnya bagus, siapa yang memotong rambut
ibu?” , klien tampak tersinggung dan marah). Klien juga
menunjukkan kecurigaan kepada temannya karena pasien
beranggapan bahwa baju yang dipakai merupakan bekas temannya.
c. Bentuk pikir :
Realistic
Non realistic
Dereistik
Otistik
Jelaskan : klien mengatakan melihat seseorang berperawakan
menakutkan dan berkaki satu.
8) Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang )
Jelaskan :
Waktu : klien mengetahui pagi hari saat dilakukan pengkajian
Tempat : klien mengetahui jika berada di RSJRW ruang melati
Orang : klien mengetahui beberapa nama teman dan perawat yang ada
di ruang melati.
Meninggi
Menurun
Kesadaran berubah
Hipokinesia
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan : Klien mengatakan mendengar suara memanggil namanya dan
melihat seseorang berperawakan menakutkan. Klien juga tidak suka
29
berhubungan dengan orang karena klien mudah tersinggung jika diajak
bicara.
Diagnosa Keperawatan : -
9) Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka pendek ( 24 jam - ≤ I bulan )
Gangguan daya ingat saat ini ( kurun waktu 10 detik sampai 15 menit )
Jelaskan :
Klien tidak mengalami gangguan memori. Saat klien ditanya usia saat ini
ia menjawab dengar benar, saat di tanya daya ingat jangka pendek klien
dapat menjelaskan bahwa dia sudah pernah diajak ngobrol dengan
perawat, dan pada daya ingat saat ini klien dapat menjelaskan menu
makanan yang dimakan.
Diangnosa Keperawatan : -
10) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan : Saat pengkajian kontak mata klien mudah beralih dari satu
objek ke objek lain.
b. Berhitung
Jelaskan : klien mampu berhitung secara urut dengan membuktikan
hitungan angka 1-10
Diagnosa Keperawatan : -
11) Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Saat ditanya lebih dulu mengepel atau menyapu?
Klien mengatakan menyapu terlebih dulu.
Diagnosa Keperawatan : -
30
12) Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan dirinya baik-baik saja dan tidak sedang
sakit.
Diagnosa Keperawatan : -
31
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi mkudapan dalam sehari.
Klien makan 3x sehari dengan porsi sedikit karena merasa sudah
kenyang. Setiap pukul 09.00 pasien diberi kudapan dari RSJ seperti
kacang ijo dan roti.
Bagaimana nafsu makannya.
Nafsu makan klien normal.
Bagaimana berat badannya.
Klien tampak sedikit gemuk. Saat dikaji berat badan klien 52kg
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 1 s/d 2 jam
Tidur malam, lama: 8 s/d 9 jam
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : klien mengatakan diam saja
ditempat tidur sampai tertidur dengan sendirinya.
Jelaskan : Klien mengatakan jarang tertidur pada siang hari
2) Gangguan Tidur
Insomnia
√
√ Hypersomnia
√ Parasomnia
√ Lain – lain
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada gangguan dengan tidurnya
Diagnosa keperawatan : -
3. Kemampuan lain – lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Klien masih belum bisa memenuhi kebutuhan karena klien tidak
bekerja
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Klien belum mampu membuat keputusan berdasarkan
keinginannya
32
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan
sendiri.
Klien minum obat diatur oleh perawat pada waktu pagi dan malam
hari dan klien mengatakan jika dirumah yang bertanggung jawab
mengatur penggunaan obat klien adalah orang tua serta kakak klien
Diagnosa Keperawatan : -
4. Sistem pendukung
Ya Tidak
Keluarga √
Terapis √√
Teman sejawat √
Kelompok social √ √
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa keluarga sangat mendukung dan keluarga yang
membawa klien ke RSJRW.
Diagnosa Keperawatan : -
33
Masalah berhubungan dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : klien mengatakan terakhir bekerja sebagai buruh pabrik
Masalah berhubungan dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan : klien mengatakan hubungan dengan lingkungan perumahannya
baik-baik saja
Masalah berhubungan dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : klien mengatakan tidak memiliki uang karena klien tidak
bekerja.
Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : klien mengatakan jarak fasilitas kesehatan dari rumahnya tidak
terlalu jauh.
Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan : klien tidak memiliki masalah lainnya
Diagnosa Keperawatan : -
34
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F20.1-Hebephrenic schizophrenia
Axis II :-
Axis III : 203.8 – Observation for other suspected diseases and
conditions
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Axis V : 20 - 11
2. Terapi medis :
- Tab. Haloperidol 5mg 1-0-1
- Tab. Klorpromazin 100mg 0-0-1/2
- Tab. Becom-C (vitamin C) 1dd1
- Tab. Azitromisin 1 x 500mg (d-3)
- Tab. Asetilsistein 3 x 200mg
- Ue. Scabimit Zalf dioles malam.
35
XIII. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS :
- Klien mengatakan mendengar suara yang
memanggil namanya.
- Klien mengatakan melihat seseorang
berperawakan menakutkan dan berkaki satu. Gangguan persepsi sensori
- Klien mengatakan masakan yang baru dimasak :
kakaknya sudah basi Halusinasi penglihatan dan
DO : pendengaran
- Kontak mata baik
- Klien tampak berbicara sendiri
- Klien tampak sering melamun dan melihat ke suatu
sudut
2. DS : Klien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ klien
marah-marah dan memecahkan kaca dirumah.
DO :
- Kontak mata baik
- Klien berbicara dengan nada keras Resiko Perilaku Kekerasan
36
4. DS:
- Klien mengatakan seluruh badannya terasa sangat
gatal
DO : Kerusakan Integritas Kulit
- Terdapat lesi di ekstremitas bawah dan atas
- Klien tampak sering menggaruk-garuk tangan dan
kakinya
5. DS :
- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya, klien juga mengatakan tidak
mengerti kenapa keluarganya membawanya ke
RSJRW.
Defisit Pengetahuan
DO :
- Kontak mata baik
- Klien tampak bingung saat diberi pertanyaan oleh
perawat
6. DS :
- Klien mengatakan telah menikah dan bercerai 2x
- Klien mengatakan tidak suka berkomunikasi
dengan tetangga dan lebih suka menyendiri Respon Pasca Trauma
dirumah.
DO :
- Klien tampak menyendiri
7. DS :
- Klien mengatakan sering terjadi konflik dengan
kakaknya.
- Klien mengatakan kakaknya selalu merendahkan
Disfungsi Proses Keluarga
klien.
DO :
- Klien tampak marah dan tidak suka saat ditanya
tentang kakaknya.
37
8. DS :
- Klien mengatakan jika ada masalah klien marah-
marah dan merusak barang disekitarnya
- Klien mengatakan sering memendam masalahnya Koping Individu Inefektif
DO :
- Klien tampak menyendiri
38
XV. POHON MASALAH
RPK
Menciderai diri sendiri dan orang lain Effect
lain
Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Core Problem
Koping Individu
Inefektif Causa
Respon Pasca
Trauma
39
3.2 Rencana Keperawatan
Dx Perencanaan
Tgl.
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
15 Gangguan TUM : Klien dapat Setelah dilakukan interaksi klien TUK 1 :
Maret Sensori mengontrol halusinasi yang menunjukkan tanda – tanda percaya 1. Bina hubungan saling percaya dengan
2021 Persepsi : dialaminya kepada perawat : ekspresi wajah menggunakan prinsip komunikasi terapi
Halusinasi TUK 1 : Klien dapat bersahabat, menunjukkan rasa terapeutik.
membina hubungan saling senang, ada kontak mata, mau 2. Sapa klien dengan ramah baik verbal
percaya menyebutkan nama, mau menjawab maupun non verbal.
salam, mau menjabat tangan, mau 3. Perkenalkan nama, nama panggilan dan
berkenalan, bersedia menceritakan tujuan perawat berkenalan.
perasaan, bersedia mengungkapkan 4. Tanyakan nama lengkap dan nama
masalahnya panggialan yang disukai klien.
5. Jelaskan tujuan pertemuan.
6. Jujur dan menepati janji setiap kali
40
Dx Perencanaan
Tgl.
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
interaksi.
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa
adanya.
8. Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaanya.
9. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
dan empati.
2. TUK 2 : Klien dapat Setelah dilakukan interaksi klien TUK 2 :
mengenal halusinasi menyebutkan isi, waktu, frekuensi, 1. Adakan kontak sering dan singkat secara
situasi dan kondisi yang bertahap
menimbukan halusinasi 2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya (dengar, liat, pengciuman,
raba, kecap) jika menemukan klien yang
sedang halusinasi.
3. Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
(halusinasi dengar, lihat, penciuman, raba,
kecap)
4. Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang
sedang dialaminya.
41
Dx Perencanaan
Tgl.
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
5. Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menudu atau menghakimi)
6. Diskusikan dengan klien : Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang,
sore, malam/ sering dan kadang – kadang ).
Situasi dan kondisi yang menimbulkan
halusinasi.
7. Diskusikan dengan klien faktor predisposisi
terjadinya halusinasi.
42
Dx Perencanaan
Tgl.
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
dengan melawan suara dan 3. Dorong klien menyebutkan kembali cara
menutup mata dengan memutuskan halusinasinya.
mengatakan “tidak mau 4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan
mendengar” dan “pergi-pergi klien menyebutkan kembali cara
kamu tidak nyata” memutuskan halusinasinya.
Lakukan kegiatan :
Menyapu, mengepel, minum
obat secara teratur.
TUK 4 : Klien dapat 1. Klien mau minum obat secara 1. Diskusikan dengan klien 6 benar cara
memanfaatkan obat dalam teratur dan mengetahui 6 benar minum obat untuk mengontrol
mengontrol halusinasinya cara meminum obat. halusinasinya.
TUK 5 : Klien mendapat system pendukung 1. Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan
Klien mendapat system keluarga yang dilakukan dalam merawat klien bila
halusinasinya timbul.
pendukung keluarga dalam
2. Diskusikan dengan keluarga cara merawat
mengontrol halusinasinya klien yaitu jangan biarkan klien
menyendiri, selalu berinteraksi dengan
klien, anjurkan kepada klien untuk rajin
minum obat, setelah pulang kontrol 1x
dalam sebulan.
43
3.3 SPTK
FORMAT
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang memanggil namanya dan melihat
seseorang berperawakan menyeramkan dan berkaki satu.
2. Diagnosa keperawatan: Halusinasi
3. Tujuan khusus (TUK):
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Klien dapat mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan dan respon saat terjadi)
c. Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi jenis halusinasi
c. Mengidentifikasi isi, waktu, dan frekuensi halusinasi
d. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
e. Mengajarkan teknik menghardik halusinasi
f. Memasukkan cara menghardik halusinasi ke jadwal harian klien
44
b. FASE KERJA
“ apakah ibu melihat atau mendengar sesuatu? Apa yang ibu lihat atau ibu dengar?
Apakah terlihat atau terdengar terus-menerus atau sewaktu-waktu? Pada waktu apa
ibu biasanya mendengar atau melihat? Apa yang ibu rasakan saat mengalami hal
tersebut? Ketika melihat atau mendengar apa yang ibu lakukan? “
“ Bagaimana jika sekarang kita belajar cara menghardik halusinasi yang ibu alami?
Pertama – tama saat bayangan itu muncul tutup mata ibu dan katakan “ pergi-pergi,
kamu tidak nyata “ . Jika ibu mendengar bisikan – bisikan tutup telinga dan katakan “
pergi, saya tidak mau mendengar “ . Cara tersebut dilakukan berulang – ulang sampai
bayangan atau bisikan tersebut hilang.”
“ Selain dengan menghardik, cara mengontrol halusinasi ada 3 yaitu dengan minum
obat, berbincang-bincang, terakhir dengan melakukan kegiatan sehari-hari. “
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Coba ibu ulangi bagaimana cara menghardik halusinasi? “
2. Rencana tindak lanjut
“ Jika bayangan atau bisikan itu muncul kembali ibu bisa mempraktikkan cara
menghardik halusinasi yang sudah kita pelajari barusan. “
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Bu bagaimana jika besok kita lanjutkan berbincang-bincang untuk
membahas pentingnya minum obat secara teratur? “
Waktu : “ Besok ibu mau berbincang-bincang pukul berapa? Bagaimana kalau
kita berbincang-bincang jam 08.30? “
Tempat : “ Untuk tempatnya besok disini saja atau ingin ditempat lain? “
45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P:
- Ulang bina hubungan saling
percaya dengan komunikasi
terapeutik
- Ulangi untuk menanyakan
isi, waktu dan frekuensi
halusinasi.
- Ulangi untuk menanyakan
perasaan klien
- Ulangi mengajarkan cara
menghardik
- Ulangi memasukka kegiatan
kedalam jadwal harian klien
46
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Selasa Tanggal 16 Maret 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan melihat seseorang berperawakan menakutkan dan berkaki satu. Klien
mengatakan juga mendengar bisikan-bisikan memanggil namanya.
2. Diagnosa keperawatan: Halusinasi
3. Tujuan khusus:
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Klien dapat mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan dan respon saat terjadi)
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi jenis halusinasi
c. Mengidentifikasi isi, waktu, dan frekuensi halusinasi
d. Mengidentidikasi respon klien terhadap halusinasi
e. Mengajarkan teknik menghardik halusinasi
f. Memasukkan cara menghardik halusinasi ke jadwal harian klien
47
b. FASE KERJA
“ Apakah ibu melihat atau mendengar sesuatu? Apa yang ibu lihat atau ibu dengar?
Apakah terlihat atau terdengar terus-menerus atau sewaktu-waktu? Pada waktu apa ibu
biasanya mendengar atau melihat? Apa yang ibu rasakan saat mengalami hal tersebut?
Ketika melihat atau mendengar apa yang ibu lakukan? “
“ Bagaimana jika sekarang kita belajar cara menghardik halusinasi yang ibu alami?
Pertama – tama saat bayangan itu muncul tutup mata ibu dan katakan “ pergi-pergi,
kamu tidak nyata “ . Jika ibu mendengar bisikan – bisikan tutup telinga dan katakan “
pergi, saya tidak mau mendengar “ . Cara tersebut dilakukan berulang – ulang sampai
bayangan atau bisikan tersebut hilang.”
“ Selain dengan menghardik, cara mengontrol halusinasi ada 3 yaitu dengan minum
obat, berbincang-bincang, terakhir dengan melakukan kegiatan sehari-hari. “
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Apakah ibu bisa mengulangi apa yang saya ajarkan barusan? “
2. Rencana tindak lanjut
“ Jika bayangan atau bisikan tersebut muncul kembali. Ibu bisa mempraktikkan
cara menghardik yang sudah saya ajarkan. “
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Bagaimana jika besok kita lanjutkan berbincang-bincang untuk
membahas pentingnya minum obat secara teratur? “
Waktu : “ Besok ibu mau untuk berbincang-bincang pukul berapa? Bagaimana
jika pukul 09.00? “
Tempat : “ Besok ibu mau berbincang-bincang dimana? Disini saja atau ditempat
lain ? “
48
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P:
- Ulang cara menghardik
halusinasi
- Ulang membantu
memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
klien
49
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Rabu Tanggal 17 Maret 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan melihat seseorang berperawakan menakutkan berkaki satu dan
mendengar bisikan memanggil namanya.
2. Diagnosa keperawatan: Halusinasi
3. Tujuan khusus:
a. Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan:
a. Mengajarkan teknik menghardik halusinasi
b. Memasukkan cara menghardik ke jadwal harian klien
50
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Coba ibu ulangi apa yang sudah ajarkan barusan.”
2. Rencana tindak lanjut
“ Jika ibu melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata ibu bisa
mempraktikkan cara yang sudah saya ajarkan barusan.”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang tentang pentingnya
minum obat secara teratur? “
Waktu : “ Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang pukul 09.00 seperti
sekarang? Apakah ibu setuju? “
Tempat : “ Besok ibu mau berbincang-bincang dimana? Disini saja atau ditempat
lain? “
51
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A:
- Klien mampu menghardik
halusinasi
- Klien mampu memasukkan
cara menghardik ke dalam
jadwal harian klien
P:
Lanjut pentingnya minum obat
secara teratur (SP2)
52
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Kamis Tanggal 18 Maret 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang memanggil namanya dan melihat
seseorang berperawakan menakutkan berkaki satu.
53
b. FASE KERJA
“ Apakah ibu melakukan jadwal kegiatan harian secara teratur? Apakah ibu latihan
dengan cara yang sudah saya ajarkan? “
“ Obat yang ibu minum ada 5 macam. Pertama haloperidol berwarna putih untuk
mengontrol bisikan-bisikan dan bayangan yang ibu lihat. Obat ini diminum 2x sehari
pada siang dan malam hari. Kedua klorpromazin 100mg berwarna orange diminum 1 x
½ sehari, fungsinya agar ibu menjadi lebih tenang. Ketiga vitamin c untuk
mempercepat penyembuhan diminum 1x sehari. Keempat azitromisin 500mg diminum
1x sehari untuk infeksi kulit. Selanjutnya asetilsistein 200mg diminum 3x sehari untuk
mengencerkan dahak. Terakhir scabimite digunakan dengan cara dioles ke kulit
sebelum tidur pada malam hari untuk mengobati infeksi kulit scabies. Bila ibu merasa
mata berkunang-kunang sebaiknya ibu beristirahat dan jangan beraktivitas. Sekarang
ibu bisa memasukkan waktu minum obat ke jadwal harian ibu. “
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Apakah ibu mengerti dengan yang saya jelaskan barusan? Coba ibu jelaskan
kembali apa yang sudah saya sampaikan.“
2. Rencana tindak lanjut
“ karena ibu sudah paham dengan yang saya jelaskan, jangan lupa jika mengalami
halusinasi lakukan apa yang sudah saya ajarkan kepada ibu yaitu 4 cara mengontrol
halusinasi. “
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Selanjutnya kita akan berbincang-bincang cara mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap. “
Waktu : “ Bagaimana jika besok pukul 09.00? Apakah ibu setuju? “
Tempat : “ Tempatnya ibu mau disini atau ditempat lain? “
54
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
A:
- Klien mampu melakukan
kegiatan harian
- Klien mampu minum obat
secara teratur
- Klien mampu memasukkan
jadwal kegiatan harian
P:
Lanjut cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap SP3
55
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Jum’at Tanggal 19 Maret 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang memanggil namanya dan melihat
seseorang berperawakan menakutkan berkaki satu.
56
“ Baik sekarang mari kita lakukan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain ya. Ibu bisa mengajak teman sekamar ibu untuk bercakap-cakap
disini, jika dirumah ibu bisa mengajak keluarga untuk bercakap-cakap. Contoh : saat
ini kita sedang melakukan kegiatan bercakap-cakap. Sekarang kita masukkan ke jadwal
kegiatan harian ibu yang sudah saya ajarkan barusan. ”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Apakah ibu mengerti dengan yang saya jelaskan barusan? Coba ibu jelaskan
kembali apa yang sudah saya sampaikan.“
2. Rencana tindak lanjut
“ Hari ini pembicaraan kita sudah cukup, jadi saya sudah mengajarkan 3 cara
mengontrol halusinasi ibu. Pertama dengan menghardik, kedua minum obat dengan
teratur, dan terakhir dengan bercakap-cakap. Jadi bila ibu mengalami halusinasi
lakukan apa yang sudah saya sampaikan. "
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Selanjutnya kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas yang ibu mampu lakukan“
Waktu : “ Bagaimana jika besok pukul 09.00? Apakah ibu setuju? “
Tempat : “ Tempatnya ibu mau dimana? Disini atau ditempat lain? “
57
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P:
- Ulangi mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
- Ulangi memasukkan
kegiatan ke dalam jadwal
harian
58
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Sabtu Tanggal 20 Maret 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang memanggil namanya dan melihat
seseorang berperawakan menakutkan berkaki satu.
59
b. FASE KERJA
“ Apakah ibu minum obat secara teratur? Apakah ibu sudah mempraktikkan cara
menghardik halusinasi?”
“ Baik sekarang mari kita lakukan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain ya. Ibu bisa mengajak teman sekamar ibu untuk bercakap-cakap disini,
jika dirumah ibu bisa mengajak keluarga untuk bercakap-cakap. Contoh : saat ini kita
sedang melakukan kegiatan bercakap-cakap. Sekarang kita masukkan ke jadwal kegiatan
harian ibu yang sudah saya ajarkan barusan. ”
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Apakah ibu mengerti dengan yang saya jelaskan barusan? Coba ibu jelaskan
kembali apa yang sudah saya sampaikan.“
2. Rencana tindak lanjut
“ Hari ini pembicaraan kita sudah cukup, jadi saya sudah mengajarkan 3 cara
mengontrol halusinasi ibu. Pertama dengan menghardik, kedua minum obat dengan
teratur, dan terakhir dengan bercakap-cakap. Jadi bila ibu mengalami halusinasi
lakukan apa yang sudah saya sampaikan. "
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Selanjutnya kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas yang ibu mampu lakukan“
Waktu : “ Bagaimana jika besok pukul 09.00? Apakah ibu setuju? “
Tempat : “ Tempatnya ibu mau dimana? Disini atau ditempat lain? “
60
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
P:
Lanjut melakukan kegiatan
yang klien sukai SP4
61
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Senin Tanggal 21 Maret 2021
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang memanggil namanya dan melihat
seseorang berperawakan menakutkan berkaki satu.
62
“ Kegiatan apa yang ibu biasa lakukan disini? Jika menyapu apakah ibu bisa? Nah
sekarang coba kita lakukan kegiatan menyapu. Bagus sekali ibu menyapunya bersih ya.
Jika seperti ini nyaman atau tidak bu? Nah maka dari itu jika halusinasi ibu datang ibu
bisa melakukan kegiatan menyapu. Selain halusinasi yang ibu rasakan teralihkan
lantainya juga jadi bersih dan nyaman kan. Sekarang saya bantu ya bu untuk
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian ibu.
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subyektif (Klien)
“ Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang? “
Evaluasi Objektif (Perawat)
“ Apa saja cara mengontrol halusinasi yang sudah saya ajarkan dan jelaskan? Bagus
sekali ibu masih ingat. Sekarang coba ibu lakukan kegiatan lagi kegiatan yang ibu
sukai dan bisa ibu lakukan disini.”
2. Rencana tindak lanjut
“ Ibu sudah bisa melakukan kegiatan yang saya ajarkan dan jelaskan. Obatnya jangan
lupa diminum terus secara teratur ya bu. Jika halusinasi ibu datang kembali ibu bisa
memilih salah satu cara yang sudah saya ajarkan.”
3. Kontrak yang akan datang
Topik :
Waktu :
Tempat :
63
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
64
3.4. Analisa Proses Interaksi
ANALISA
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL
VERBAL VERBAL PADA PADA KLIEN
PERAWAT
P: Assalammualaikum, ibu P: (memandang pasien dan Perawat mengawali Pasien terlihat tampak Salam merupakan
duduk berhadapan dengan percakapan dengan sikap bersedia berinteraksi, wajah salah satu cara
K: Selamat pagi bu klien) yang sopan dan terburu- tampak datar tatapan memberi perhatian ke
K: (melihat kearah perawat buru kosong pasien
dengan tatapan kosong)
65
P: “Perkenalkan , saya P: (perawat (Perawat menjaga posisi Klien merespon positif Perkenalkan adalah
merinda. Saya mahasiswa mempertahankan kontak tubuh dan berkomunikasi dengan salam yang perawat cara untuk membina
praktek selama 3 minggu mata dan posisi tubuh saat sesuai komunikasi ucapkan hubungan saling
disini bu, ibu namanya berkomunikasi) terapeutik) percaya
siapa? Biasanya dipanggil K: (pasien menatap
siapa?” perawat)
P: “Ibu maukah berbincang- P: (memandang klien Perawat mencoba unuk Pasien tetap duduk dengan Validasi sangat
bincang dengan saya? dengan tatapan hangat kontrak waktu, topik, dan posisi semula tetapi penting untuk
Bagaimana perasaan ibu karena menggunakan tempat dengan pasien pandangan kosong dan mengetahui
hari ini? Apa ada yang mau masker) terlihat bingung permasalahan dan
diceritakan?” keluhan pasien
K: (Kontak suara dengan
K: “Mau bu, perasaan hari pasien terlihat kosong)
ini saya bingung dan
gelisah”
P: “Baiklah bu, kalau begitu P: (Menatap dengan hangat Perawat kontrak tempat dan Pasien mendengarkan Kontrak awal sangat
bagaimana kalau kita memperlihatkan sikap yang waktu guna memberi hak penjelasan dan berusaha penting guna
berbincang-bincang? 15 terbuka) kepada pasien menjawab membangun hubungan
menit cukup ibu? Ibu mau saling percaya dengan
dimana tempatnya?” K: (Wajah pasien terlihat pasien
mulai ada kontak mata
K: “Iya bu, disini aja“ dengan perawat)
66
P: “Ibu mengatakan P: (mempertahankan kontak Perawat menanyakan umtuk Pasien menjawab dengan Untuk memastikan apakah
mendengar ada yang mata dengan pasien) mengetahui perasaan pasien ragu dan tidak fokus dengan benar pasien mendengar ada
memanggil namanya ibu?” yang tanyakan suara yang memanggil
K: Pasien bercerita dengan namanya
K: “Iya bu, saya mendengar jelas dan tatapan ke perawat
seperti ada yang memanngil
nama saya”
P: Apakah ibu mengetahui P: (Perawatmempertahankan Perawat berharap pasien P: (Perawat Perawat memfokuskan
suara siapa yang sering kontak mata dan akan terus kooperatif saat mempertahankan kontak pembicaraan guna
memanggil nama ibu? mempertahankan posisi diajak komunikasi mata dan mempertahankan mendapatkan masalah pasien
terapeutik dan memegagang posisi terapeutik dan
K: “Saya tidak tahu suara bahu klien) memegang bahu klien)
siapa yang memanggil nama
saya bu, saya juga sering K: Pasien sangat kooperatif K: Pasien sangat kooperatif
mendengar suara kakak ipar dan menjawab pertanyaan dan menjawab pertanyaan
saya sedang menjelek- namun terkadang tidak namun terkadang tidak
jelekan saya” mempertahankan kontak mempertahankan kontak
mata, pandangan pasien mata, pandangan kurang
P: “Bagaimana perasaan ibu kurang fokus fokus
ketika mendengar suara
tersebut?”
67
P: ”Apa yang ibu lakukan P: Mempertahankan kontak Perawat mempertahankan P: (Mempertahankan kontak Menggunakan teknik
ketika mendengar suara mata komunikasi terapeutik dan mata) eksplarasi untuk mengetahui
tersebut?” pertanyaan terbuka koping pasien saat halusinasi
K: Pasien terbuka dengan K: Pasien terbuka dengan dating
K: “Saya membaca Istifar perawat untuk bercerita perawat untuk bercerita
dan mencari kesibukan untuk
menghilangkan suara itu”
P: “Ibu ada 4 cara untuk P: Memberikan kata-kata Perawat menjekaskan cara Pasien menyetujui tawaran Menawarkan kegiatan untuk
menghilangkan suara salah untuk memberikan menghilangkan suara perawat memndapatkan respon lebih
satunya menghardik, apa ibu keyakinan ke pasien lanjut
mau latihan menghardik?
K: (Tersenyum dan
K: “ iya saya mau bu” menerimanya)
P: “Ibu saya akan mengajari P: Mempraktikan sambil Perawat mencontohkan Pasien sangat kooperatif Mempraktikan langsung
cara menghardik jika ibu menutup telinga dan kepada pasien dan berharap meskipun terlihat bingung untuk memberikan pasien
mendengar suara seperti ada menyentuh dada supaya pasien akan kooperatif dan pandangan mata kosong daya ingat yang baik untuk
yang memanggil ibu “pergi pasien mengerti menghardik
pergi kamu tidak nyata”. Jika
ibu melihat sesuatu yang K: Pasien mencontohkan
tidak nayata ibu langsung yang perawat ajarkan
menutup mata ibu yaa.
sekarang coba bu”
68
P: “Bagus sekali bu” P: Memuji pasien dengan Memberikan pujian dengan Pasien tampak senang dan Memberi pujian untuk pasien
memberikan reward tepuk tangan dan menghardik agar merasa berarti
K: “Iya bu” mempertahankan posisi
K: (Tersenyum dengan terapeutik
menatap wajah perawat)
P: Tidak terasa ya bu kita P: Memandang pasien Perawat mengkaji aspek Pasien tampak tenang setelah Kontrak waktu pertemuan
sudah mengobrol 15 menit, dengan senyuman meskipum positif mengobrol dengan perawat selanjutnya berguna bahwa
bagaimana kalau besok kita menggunakan APD hari ini bukan akhir dari
bertemu lagi? Ibu mau pertemuan
ketemu dimana dan jam K: Mengangguk dan
berapa? tersenyum
69
P: “Bagaimana jika jam 10? P: Meyakinkan pasien Perawat meninggalkan Pasien menunggu pertemuan Pernyataan terhadap pasien
Kita akan berbincang- pertemuan besok hari pasien dengan sopan perawat kemampuan sangat
bincang tentang cara membantu untuk pertemuan
selanjutnya
berinteraksi dengan orang
lain K: (Pasien mengangguk dan
tersenyum)
70
BAB IV
ANALISIS JURNAL
JURNAL P I C O T
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPRE) (OUTCOME) (TIME)
Peningkatan Gangguan jiwa Intervensi : Dalam jurnal ini tidak Hasil : Penelitian
kemampuan merupakan keadaan Responden di ajarkan ada jurnal Hasil dari penelitian ini
mengontrol halusinasi dimana seseorang mengonrol halusinasi pembanding antara menunjukan bahwa dilakukan
melalui terapi merasa dirinya tidak dengan cara jurnal satu dengan sebelum diberikan pada bulan
generalis halusinasi. diterima mengahardik, jurnal lainnya dan terapi generalis januari
dilingkungannya, meminum obat, hanya ada satu jurnal mayoritas responden 2020
Author : tidak dapat bercakap-cakap serta saja, dan tidak ada memiliki tingkat
Livana PH, Rihadini, mengontrol emosinya, dengan melakukan tindakan pembanding kemampuan sedang
Kandar, Titik Seurni, dan dapat membuat aktivitas terjadwal. yang dilakukan. (46%) dan sesudah
Sujarwo, Anita Maya, seseorang terganggu Terapi ini dilakukan diberikan terapi
Arief Nugroho serta terancam dan selama pasien berada generalis memiliki
dapat mengunah dirumah sakit dan tingkat kemampuan
Tahun : 2020 prilaku yang ditandai pasien mampu baik (90%), Maka
dengan adanya mengikuti semua Sp terdapat pengaruh
Tujuan : halusinasi, ilusi, yaitu Sp1-Sp4. tingkat kemampuan
Untuk mengetahui waham, gangguan pasien halusinasi
peningkatan proses fikir, serta sebelum dan sesudah
kemampuan tingkah laku yang diberikan terapi
mengontrol halusinasi aneh. Gangguan jiwa generalis.
melalui terapi berat disebut psikos,
generalis halusinasi salah satu contoh
psikos adalah
skizofrenia. Seseorang
degan skizofrenia
71
Metode : mengalami halusinasi,
Desain penelitian sebagian besar klien
menggunakan skizofrenia di rumah
quasi experiment sakit jiwa mengalami
dengan pendekatan halusinasi
one group pretest pendengaran.
-postest.
Sampel Penelitian :
Berjumlah 39
responden.
72
Pengaruh General Skizofrenia Intervensi : Dalam penelitian ini Hasil : Time :
Therapy Halusinasi merupakan gangguan Responden di ajarkan tidak ada tindakan Hasil penelitian ini Penelitian
Pasien Skizofrenia di jiwa berat yang mengonrol halusinasi pembanding yang menunjukan adanya ini
ditandai dengan dengan cara dilakukan dan tidak pengaruh yang dilakukan
Rumah Sakit Naimata
perubahan proses mengahardik, ada kelompok signifikan antara pada bulan
Kupang. pikir, persepsi, prilaku meminum obat, kontrol. pemberian general 6 juli-8
serta penurunan fungsi bercakap-cakap serta therapy halusinasi agustus
Author : sosial. Gejala positif dengan melakukan dalam peningkatan 2020
Maria Inviolata dari skizofrenia yang aktivitas terjadwal. kemampuan
Esperanca Ferreira menggambarkan Pada hari pertama mengontrol halusinasi
penyimpangan fungsi peneliti melakukan pasien skizofrenia
normal yaitu bina hubungan saling dengan P value<0,05
Tahun : 2020
halusinasi, percaya dengan pasien yaitu 0,000.
penyimpangan dengan serta melakukan
Tujuan : halusinasi mengalami pretest kemampuan
Untuk mengetahui kehilangan mengontrol halusinasi
pengaruh general kemampuan untuk dan melakukan Sp1
Therapy halusinasi membedakan serta Sp2, kemudian
terhadap kemampuan rangsangan internal dihari kedua peneliti
dan rangsangan melakukan evaluasi
mengontrol halusinasi
eksternal sehingga Sp1 dan Sp2 serta
pasien skizofrenia di memberikan persepsi menerapkan Sp3 dan
Rumah Sakit Jiwa atau pendapat tentang Sp4, dihari ketiga
Naimata Kupang lingkungan tanpa peneliti melakukan
adanya objek atau evaluasi Sp3 dan Sp4
Metode : rangsangan yang serta melakukan
nyata. postets kemampuan
Metode dalam
Halusinasi mengntrol halusinasi
penelitian ini dengan pada responden.
73
desain Pra- Rentan waktu yang
eksperimental One dilakukan untuk
group pre and post- menerapkan terhapy
general ini sekitar 10-
test
15 menit.
Penelitian ini
Sampel Penelitian : dilakukan selama 1
Sampel dalam bulan 2 hari dengan
penelitian ini setiap minggu peneliti
berjumlah 45 melakukan
responden. pengumpulan data
kepada 6-10
responden.
Efektivitas Penerapan Skizofrenia Intervensi : Hasil : Penelitian
Standar Asuhan merupakan bentuk Memberikan terapi Hasil penelitian ini ini
Keperawatan Jiwa psikis yang simulasi persepsi adalah analisis dilakukan
Generalis pada Pasien didalamnya terdapat dalam megontrol menunjukan bahwa pada
Skizofrenia dalam gangguan pada proses halusinasi yang terdiri intervensi tanggal 25
Menurunkan Gejala pikir yang tidak dari 4 sesi yaitu : keperawatan secara maret 2019
Halusinasi. seimbang antara 1. Mengardik dengan generalis sangat
proses pikir, cara menutup telinga efektif diberikan pada
Author : pikir, bahasa, dan atau mengajak pasien dengan
Satria fajrullah Said prilaku. Gejala klien untuk gangguan persepsi
Aldam, Ice Yulia negatife dari konsetrasi dan sensori halusinasi
Wardania skizofrenia yaitu yakin dalam hati pendengaran yang
kehilangan motivasi bahwa dirinya ditandai dengan
Tahun : 2019 atau apatis, depresi mampu unutk penurunan tanda dan
yang tidak ingin menghilangkan gejala halusinasi pada
ditolong, sedangkan halusinasi klien setelah
74
Tujuan : gejala positifnya yaitu 2. Mengontrol diberikan tindakan
Untuk menganalisis meliputi waham, halusinasi dengan keperawatan
mengenai standar delusi dan halusinasi. patuh minum obat generalis.
asuhan keperawatan 3. Mengajak klien
generalis pada pasien untuk mengobrol
generalis dalam dengan orang lain.
menurunkan gejala 4. Mengajak klien
halusinasi. untuk melakukan
aktivitas yang
Metode : paling disukai
Penelitian ini
menggunkan metode
analisis terhadap
pelaksanaan asuhan
keperawatan pada
pasien halusinasi
dengan skizofrenia.
Sampel Penelitian :
Sampel dalam
penelitian ini
berjumlah 1
responden.
Aplikasi Asuhan Halusinasi merupakan Intervensi : Dalam penelitian ini Hasil : Penelitian
keprawatan Generalis distrori persepsi palsu Memberikan terapi tidak ada tindakan Hasil dari penelitian ini
dan Psikoreligius yang terjadi pada keperawatan pada pembanding yang ini menunjukan dilakukan
pada Klien Gangguan respons neurologis penderita halusinasi dilakukan dan tidak bahwa Mengontrol pada
Sensori Persepsi : mal adaptif. antara lain: ada kelompok halusinasi dengan tanggal 2
Halusinasi Halusinasi biasanya 1. Membantu kontrol. cara menghardik pada mei sampai
75
Pengelihatan dan muncul pada pasien penderita mengenal Nn. S dirasa lebih tanggal 11
Pendengaran. gangguan jiwa karena halusinasi yakni efektif bila mei 2018
terjadinya perubahan isi, waktu terjadi, dikombinasi dengan
Author : orientasi realita, frekuensi menutup telinga dan
Irma Erviana dan pasien merasakan terjadinya, situasi didalam hati
Giur Hargiana stimulus yang yang memunculkan beristigfar serta
sebetulnya tidak ada. halusinasi, serta berdzikir mengingat
Tahun : 2018 respons pasien saat Allah SWT, cara ini
terjadi halusinasi, efektif bagi klien dan
Tujuan : 2. Melatih penderita terlihat adanya
asuhan keperawatan agar mampu penurunan tanda serta
pada penderita mengontrol gejala halusinasi.
halusinasi bertujuan halusinasi.
membantu penderita Tindakan yang
meningkatkan dapat dilakukan
kesadaran akan antara lain:
tanda-tanda menghardik
halusinasi sehingga halusinasi dan
penderita mampu bercakap-cakap,
membedakan antara 3. Membuat pasien
dunia gangguan jiwa mengikuti program
dengan kehidupan pengobatan secara
nyata optimal
Metode Penelitian :
Penelitian ini
menggunakan metode
analisis perhadap
pelaksanaan asuhan
76
keperawatan pada
klien
halusinasidengan
early psikosis yang
dilaksanakan diruang
Abimanyu.
Sampel Penelitian :
Sampel dalam
penelitian ini
berjumlah 1
responden.
77
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
78
halusinasi yang ada pada diri pasien. Keberhasilan pemberian terapi generalis
dengan pendakatan strategi pelaksanaan yang dilakukan perawat tergantung
bagaimana perawat mampu memotivasi pasien agar dapat mengungkapkan
perasaanya, dan mengungkapkan perilaku yang diperankannya serta menilainya
sesuai dengan kondisi realitas.
Menurut kelompok kami intervensi terapi generalis dengan pendekatan
strategi pelaksanaan ini dapat dilakukan pada pasien halusinasi asalkan terapi ini
dilakukan dengan tepat. Terapi generalis ini biasa dilakukan oleh perawat sebagai
bagian dari asuhan keperawatan jiwa.
79
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan
sesuatu melalui panca indra tanpa ada stimulus eksternal. Hal ini dialami oleh
sesorang yang mengalami gangguan jiwa. Terapi generalis ini dapat dilakukan
untuk mengatasi gangguan persepsi sensori: halusinasi dengan melakukan
komunikasi yang baik verbal maupun non verbal secara efektif. Keberhasilan
pemberian terapi generalis dengan pendakatan strategi pelaksanaan yang
dilakukan perawat tergantung bagaimana perawat mampu memotivasi pasien agar
dapat mengungkapkan perasaanya, dan mengungkapkan perilaku yang
diperankannya serta menilainya sesuai dengan kondisi realitas. Essensi dari terapi
individu mencakup seluruh aspek kehidupan yang menjadi beban psikisnya. Hal
ini memungkinkan dalam proses terapi individu masalah yang terjadi pada pasien
akan dieksplorasi oleh perawat sampai pada titik permasalahan yang krusial dan
didiskusikan sesuai dengan situasi, kondisi, serta kemampuan yang dimiliki
pasien.
6.2. SARAN
1. Tenaga kesehatan hendaknya melakukan pendekatan secara bertahap dan
secara terus-menerus sehingga terbangun hibungan saling percaya antara
pasien dan tenaga kesehatan
2. Hedaknya terapy general ini digunakan perawat untuk mkemberikan terapy
pada pasien halusinasi secara rutin atau setiap hari mulai dari Sp1 sampai
dengan Sp4 sesuai dengan prosedur kepada pasien skizofrenia yang tidak
mampu mengontrol halusinasi.
80
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. (2013). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD DR. Amino
Gonohutomo.
Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Shelia. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (psychiatric mental health nursing).
Jakarta: EGC.
Pengertian Kemampuan mengontrol halusinasi adalah suatu upaya pasien untuk dapat
mengenali halusinasinya misalnya isi halusinasi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi dan perasaan pasien saat muncul sehingga pasien dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, teratur minum obat,
bercakap-cakap serta melakukan kegiatan secara teratur.
Tujuan 1. Membantu pasien mengidentifikasi halusinasinya
2. Melatih pasien mengontrol halusinasinya dengan cara mengahdik
3. Melatih pasien minum obat secara teratur
4. Melatih pasien mengalihkan halusinasinya dengan bercakap-cakap
5. Melatih pasien mengalihkan halusinasinya dengan melakukan
kegiatan secara teratur
Persiapan 1. Klien dan terapis duduk bersama dengan berhadapan
2. Kontak mata
3. Tempat yang nyaman dan tenag
Prosedur 1. Fase prainteraksi
a. Mengumpulkan ata tentang pasien
2. Fase orientasi
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
c. Menanyakan kabar dan keluhan pasien
d. Kontrak waktu, tempat dan topic
3. Fase kerja
a. Sp1 : mengenal halusinasi dan mengontrol halusinasi
1) Membantu pasien mengidentifikasi isi halusinasi
2) Membantu pasien mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
3) Membantu pasien mengidentifikasi frekuensi terjadinya halusinasi
4) Membantu pasien mengidentifikasi situasi yang menyebabkan
halusinasi dan respon pasien saat halusinasi muncul
5) Melatih pasien melawan halusinasi degan menghardik
b. Sp2 :melatih pasien minum obat secara teratur
c. Sp3 :melatih pasien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap
d. Sp4: melatih pasien mengalihkan halusinasi dengan melakukan
kegiatan secara teratur