Disusun Oleh:
Kelompok 3
Hari :
Tanggal :
Yang Mengesahkan,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Lumajang, 2021
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................5
1.1 Latar Belakang .........................................................................................5
1.2 Tujuan.......................................................................................................7
1.3 Manfaat ....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI .........................................................................
2.1 Landasan Teori ..........................................................................................
2.1.1 Pengertian Pneumonia .....................................................................
2.1.2 Klasifikasi Pneumonia .....................................................................
2.1.3 Etiologi Pneumonia..........................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinis Pneumonia .........................................................
2.1.5 Patofisiologis Pneumonia ................................................................
2.1.6 Pemerikasaan Penunjang .................................................................
2.2 Konsep Madu .............................................................................................
2.2.1 Pengertian ........................................................................................
2.2.2 Kandungan Madu ………...................................................
2.2.3 Efektivitas Penggunaan Madu .........................................................
2.2.4 Kontraindikasi Penggunaan Madu ...................................................
2.2.5 Komplikasi Penggunaan Madu ........................................................
2.2.5.1 Menyebabkan Perut Jadi Tidak Nyaman ......................................
2.2.5.2 Meningkatkan kadar gula darah dengan cepat ..............................
2.2.5.3 Kenaikan berat dan obesitas .........................................................
2.2.5.4 Pengeroposan gigi .........................................................................
2.2.5.5 Bereaksi dengan obat tertentu .......................................................
2.2.6 Langkah-langkah pemberian madu adalah sebagai berikut ...........
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................49
DOKUMENTASI........................................................................................51
LAMPIRAN................................................................................................52
BAB I
PENDAHULUAN
balita pneumonia.
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa
dalam penanganan pneomunia pada anak.
1.3.2 Institusi
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang
keperawatan khususnya terapi non farmakologi Reminiscence untuk
dimanfaatkan sebagai sumber belajar dan diharapkan diterapkan
intervensi non farmakologi lainnya atau dengan variabel yang berbeda.
1.3.3 RSUD dr. Haryoto
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan
untuk anak pada pneomonia.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2010 Pneumonia diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Pneumonia berat
2) Pneumonia ringan
3) Bukan Pneumonia (penyakit paru lain)
Sedangkan pada Panduan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2015)
Pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a) Pneumonia komuniti
b) Pneumonia nasokomial
c) Pneumonia asipirasi
d) Pneumonia pada penderita imunocompromised pembagian ini
penting untuk memudahkan dalam penatalaksanaan
2) Berdasarkan bakteri penyebab
a) Pneumonia bacteria/ Typical. Dapat terjadi pada semua usia.
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang
peka, misalnya Klepsiella pada penderita alkoholik, staphylococcus
pada penderita pasca infeksi influenza.
b) Pneumonia atipikal, disebabkan mecoplasma, legionella dan
chlamydia
c) Pneumonia virus d) Pneumonia jamur sering merupakan infeksi
sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan
tubuh lemah
3) Berdasarkan predileksi infeksi
a) Pneumonia lobaris, sering pada pneumonia bacterial, jarang pada
bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau
sekmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi
bronkus misalnya: pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b) Bronkopneumonia, ditandai dengan bercak-bercak infiltra pda
lapang paru dapat disebabkan oleh bacterial maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua.
c) Pneumonia interstisial.
2.1.3 Etiologi
2.1.5 Patofisiologi
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit
yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan napas. Saluran napas
bagian bawah yang normal adalah steril, walaupun berseblahan dengan
sejumlah besar mikroorganisme yang menempati orofaring dan terpajam
oleh mikroorganisme dari lingkungan di dalam udara yang dihirup. Sterilitas
saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme penyaringan dan
pembersihan yang efektif. Saat terjadi inhalasi-bakteri mikroorganisme
penyebab pneumonia ataupun akibat dari penyebaran secara hematogen dari
tubuh dan aspirasi melalui orofaring tubuh pertama kali akan melakukan
mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respon radang.
Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan eritrosit dan beberapa
leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut aliran darah menurun,
alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit. Kuman
pneumococcus difagosit oleh leukoasit dan sewaktu resolusi berlangsung
makrofag masuk ke dalam alveoli dan menelan leukosit beserta kuman. Paru
masuk ke dalam tahap hepatitis abu-abu dan tampak berwarna abu-abu.
Kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin
dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna. Paru kembali menjadi
normal tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas (Mamik, 2015).
2.2.1 Pengertian
Fisioterapi dada merupakan salah satu tindakan untuk membantu
mengeluarkan dahak di paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Fisioterapi dada merupakan salah satu terapi penting dalam
pengobatan pada penyakit pernapasan untuk anak-anak yang menderita
penyakit pernapasan (Purnamiasih, 2020). Fisioterapi dada merupakan
kelompok terapi non farmakologis yang digunakan dengan kombinasi untuk
mobilisasi sekresipulmonal (Yanwar, 2016).
Tahun : 2018
No Kriteria Pembenaran
Judul Jurnal 2 : Pengaruh fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas pada
anak usia 1- 5 tahun yang mengalami gangguan bersihan jalan
nafas di puskesmas moch. Ramdhan bandung
Tahun : 2014
No Kriteria Pembenaran
(Comparation)
Tahun : 2015
No Kriteria Pembenaran
.
2. I
(Intervensi)
Jurnal 1
Judul Penelitian :
Kombinasi nebulisasi dan fisioterapi dada meningkatkan status
pernapasan pada anakanak dengan pneumonia
Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
fisioterapi dada dan nebulisasi terhadap status pernapasan anak-anak
tersebut.
Metode Dan Prosedur Penelitian :
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu dengan pra dan
post mencakup dua kelompok. Responden dipilih dengan
menggunakan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian ini
adalah kelompok kontrol dan 17 responden pada kelompok intervensi.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah observasi saturasi diukur selama dua puluh menit
sebelum perlakuan diberikan. Responden baru saja menerima diikuti
dengan nebulisasi satu kali (berdasarkan standar karakteristik obat
pada kedua kelompok asisten studi (fisioterapis) adalah orang yang
melakukan fisioterapi dada. Fisioterapi dada diberikan selama tiga
puluh menit di ruang perawatan. Fisioterapi dada diberikan sebelum
makan atau 1 hingga 1,5 jam setelah makan untuk mengurangi asisten
mencatat status pernapasan pada pengamatan kejenuhan. Pengukuran
dilakukan setelah 20 menit perawatan. Studi ini disetujui oleh Etika
dan multivariat menggunakan uji-t independen.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan perbedaan
sebelum pengobatan di denyut jantung dan saturasi oksigen antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p > 0,05) dan tidak ada
perbedaan frekuensi pernapasan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi (p < 0,05). Meskipun tidak ada perbedaan yang
ditemukan pada denyut jantung setelah pengobatan kejenuhan antara
kelompok kontrol dan kelompok intervens (P = 0,05). dalam status
pernapasan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi; tingkat
pernapasan kelompok intervensi lebih tinggi daripada kelompok
kontrol.
Kesimpulan penelitian:
Kombinasi nebulisasi dan fisioterapi dada lebih efektif daripada
nebulisasi saja. Penting untuk mempertimbangkan kembali kombinasi
nebulisasi dan fisioterapi dada untuk mengatasi masalah obstruksi
jalan napas.
Rekomendasi penelitian
Peneliti ini merekomendasikan kepada petugas kesehatan untuk
melakukan kombinasi nebulisasi dan fisioterapi dada lebih efektif
daripada nebulisasi saja. Penting untuk mempertimbangkan kembali
kombinasi nebulisasi dan fisioterapi dada untuk mengatasi masalah
obstruksi jalan napas..
Jurnal 2
Judul Penelitian :
Fisioterapi dada dibandingkan dengan tanpa fisioterapi dada untuk
pneumonia
Tujuan Penelitian :
Untuk menentukan efektivitas dan penerimaan fisioterapi dada
dibandingkan tanpa pengobatan atau batuk spontan saja untuk
meningkatkan pembersihan lendir pada pneumoni.
Metode Dan Prosedur Penelitian :
Kami mencari Daftar Percobaan Kelompok Fibrosis Kistik dan
Gangguan Genetik Cochrane yang terdiri dari referensi yang
diidentifikasi dari pencarian basis data elektronik komprehensif dan
pencarian tangan dari jurnal yang relevan dan buku abstrak dari
prosiding konferensi. Studi klinis acak atau kuasi-acak di mana bentuk
fisioterapi dada (teknik pembersihan jalan napas) dipertimbangkan
pada orang dengan fibrosis kistik dibandingkan dengan tanpa
pengobatan fisioterapi atau batuk spontan saja.
Hasil Penelitian :
Dari hasil penelitian Pencarian mengidentifikasi 157 studi, dimana
delapan studi cross-over (data dari 96 peserta) memenuhi kriteria
inklusi. Ada perbedaan antara studi dalam cara intervensi
disampaikan, dengan beberapa kelompok intervensi menggabungkan
lebih dari satu modalitas pengobatan. Satu studi termasuk melihat
drainase autogenik, enam dianggap fisioterapi dada konvensional, tiga
dianggap tekanan ekspirasi positif berosilasi, tujuh dianggap tekanan
ekspirasi positif dan satu dianggap tekanan tinggi tekanan ekspirasi
positif. Dari delapan studi, enam adalah studi pengobatan tunggal dan
dua, intervensi pengobatan dilakukan selama dua hari berturut-turut
(sekali sehari dalam satu, dua kali sehari di hari lain). Heterogenitas
yang sangat besar dalam intervensi pengobatan ini mencegah
dilakukannya meta-analisis.
Kesimpulan penelitian:
Hasil tinjauan ini menunjukkan bahwa teknik pembersihan jalan napas
memiliki efek jangka pendek dalam hal meningkatkan transportasi
lendir. Tidak ada bukti yang ditemukan untuk menarik kesimpulan
mengenai efek jangka panjang.
Rekomendasi penelitian :
Kesimpulan dan hasil tinjauan ini merekomendasikan bahwa teknik
pembersihan jalan napas memiliki efek jangka pendek dalam hal
meningkatkan transportasi lendir. Tidak ada bukti yang ditemukan
untuk menarik kesimpulan mengenai efek jangka panjang.
Jurnal 3
Judul :
Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada
Anak Usia 1- 5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan
Nafas Di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung
Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian jurnal ini untuk menguji pengaruh fisioterapi dada
terhadap bersihan jalan nafas pada anak usia 1-5 tahun yang
mengalami gangguan pernafasan di Puskesmas Moch.Ramdhan.
Metode Dan Prosedur Penelitian :
Metode penelitia dai jurnal ini menggunakan analisis bivariat ini
untuk melihat Pengaruh kedua variabel dengan menggunakan uji
nonparametrik Wilcoxon Signed Rank test. Sedangkan untuk
mengetahui uji beda proporsi bersihan jalan nafas sebelum dan
sesudah dilakukan fisioterapi menggunakan uji Chi-Square. Analisis
bivariat ini menggunakan program statistik perangkat lunak (SPSS 17)
komputer dengan taraf kepercayaan 95% (p<0,05). Instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
: 1). Lembar observasi untuk mengevaluasi efektivitas pemberian
fisioterapi yaitu, Respirasi Rate (RR) pasien, PCH dan Retraksi
Interkostal 2). Sop Fisioterapi dada yang dibuat oleh peneliti.
Selanjutnya peneliti melakukan uji content validitas dengan cara
melakukan uji ekspert dengan ahli anak dan tim dokter anak. Setelah
data penelitian terkumpul, maka peneliti melakukan Analisis univariat
yaitu analisis yang dilakukan terhadap variabelvariabel dari hasil
penelitian dengan melihat Karakteristik responden berupa Rerpirasi
rate (RR), pernafasan cuping hidung (PCH), Retraksi interkostal
(RIC).
Hasil Penelitian :
Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan dimana paru atau trache
terbebas dari penumpukan secret baik sepenuhnya atau sebagian
dimana frekwensi nafas dalam batas norma 0.05. Hasil penelitian ini
menunjukan proporsi bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah
fisioterapi dada tidak ada perbedaan
Kesimpulan penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan frekwensi nafas sebelum dan
sesudah dilakukan fisioterapi dada pada anak yang mengalami
bersihan jalan nafas. dimana dapat diketahui dari hasil penelitian
dengan hasil perhitungan p = 0.00 (p=<0.05), hal ini berarti bahwa
fisioterapi dada dapat membantu perbaikan frekuensi nafas pada anak
yang mengalami gangguan bersiha jalan nafas. Sedangkan untuk uji
beda proporsi (pernafasan cuping hdung dan retraksi interkostal) tidak
terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah fisioterapi dada
dengan hasil perhitungan p = 0.225, artinya fisioterapi dada tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap pernafasan cuping hidung
dan retraksi interkostal.
Rekomendasi penelitian :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk melakukan
penelitian selanjutnya, selain itu diperlukan evaluasi akhir secara lebih
ketat antara sebelum dan sesudah fisioterapi dada
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.2. Pembahasan
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari jurnal yang didapat menunjukkan adanya perbedaan
bersihan jalan napas sebelum dan sesudah diberikan fisioterapi dada dan
nebulizer. Sehingga Ha diterima dan membuktikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada terapi fisioterapi dada dab nebukizer terhadap bersihan jalan napas
anak.
6.2. Saran
a. Bagi peneliti
Peneliti sebagai ilmu pengetahuan baru mengenai kolaborasi fisioterapi
dada dan nebulizer untuk mengatasi bersihan jalan napas pada anak. Bagi
peneliti selanjutnya diharapkan melakukan peneliti dengan menggunakan
sampel yang lebih besar.
b. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literature
mahasiswa terkait penatalaksanaan fisioterapi dada dan nebulizer pada
pasien yang mengalami bersihan jalan napas tidak efektif
c. Bagi profesi keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
keterampilanperawat sebagai tenaga kesehatan untuk memberikan terapi
alternative mengenai fisioterapi dada dan nebulizer yang dapat digunakan
pada pasien bersihan jalan napas tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA