Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

IBU HAMIL DENGAN ANEMIA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu : Maria Magdalena Saragi R, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1) Almida Karina Purba


2) Elfrida Sidabutar
3) Hasny Br.Tarigan
4) Nur Eka Sitorus
5) Ruth Kania Friscilla Duha
6) Sri Wahyuni
7) Wiwik Parlina
8) Yessy Girsang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ibu hamil
dengan anemia dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai penyakit yang biasa bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari
hari khususnya pada ibu hamil yaitu penyakit anemia serta membahas tentang
penyebab,proses perjalanan penyakit tersebut serta cara mengurangi resiko dari anemia
tersebut khususnya pada ibu hamil
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat membantu
menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca. Penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang sempurna.

Medan, Januari 2022


DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................... i


Kata Pengantar...................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 4
B. Tujuan.............................................................................................. 5
C. Manfaat.............................................................................................5
BAB II KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL
A. Definisi.............................................................................................. 6
B. Etiologi ............................................................................................ 6
C. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan……………………………7
D. Tanda dan Gejala..............................................................................9
E. Patofisiologi........................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang……………………………......................10
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………...11
H. Penatalaksanaan Keperawatan…………………………………..12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA
A. Pengkajian…………………………………………………………14
B. Diagnosa keperawatan……………………………………………16
C. Intervensi Keperawatan……………………………………………17
D. Evaluasi......................................................................................……26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang
maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini
pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja
secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak
nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa
mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah
merah di dalam darah daripada biasanya.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang setiap
daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada
masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki
insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan
nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan
jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia
melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia
tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia
herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia
sel sabit dan talasemia.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara mengatasi ibu hamil dengan kasus anemia selama
kehamilan sehingga dapat menekan terjadinya komplikasi lebih lanjut
b. Tujuan Khusus
· Mengetahui apa itu anemia dalam kehamilan
· Mengetahui tanda dan gejala anemia dalam kehamilan
· Mengetahui epidemiologi anemia dalam kehamilan
· Mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan
· Mengetahui patofisiologi anemia dalam kehamilan
· Mengetahui klasifikasi anemi dalam kehamilan
· Mengetahui penatalaksanaan anemia dalam kehamilan

C. MANFAAT
· Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
· Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
BAB II
KONSEP ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Sabagai akibat,ada penurunan trasportasi oksigan dari paru-paru ke
jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh
difesiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebalumnya atau asupan besi yang tidak a
jarang dekuat.
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Anemia diindikasikan bila hemoglobin ( Hb) kurang dari 12 g/dl pada wanita yang
tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil.

B. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah
pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau
Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/
bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam
folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua
(Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000
mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat
yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil
anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan
keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu
trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah
baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi
lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah
berulang dapat membantu penderita ini.

D. GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL


Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
• Ibu mengeluh cepat lelah,
• Sering pusing,
• Mata berkunang-kunang,
• Malaise,
• Lidah luka,
• Nafsu makan turun (anoreksia),
• Konsentrasi hilang,
• Nafas pendek (pada anemia parah); dan
• Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

E. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi)
pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati
dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit
akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau
kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan
dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan
kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN


1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit
hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas
(AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x
200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN A. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat


pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-
6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga

B. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.


1. Morfologi
a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan hipovolemia.
Waspada dehidrasi dan preklamsi
b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal dan
sehat.
c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah, namun
masih normal.
d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti
Slow-Fe setiap hari
e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3 kali/hari.
f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c) Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f) Hitung trombosit
(g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien keturunan
Afika-Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu
kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada
poin IVPenatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya (singkirkan
kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan
tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat
(DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis.
Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih
seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya
(DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas
(DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi
dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional
o Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
Melaporkan peningkatan 1. Kaji 1. Mempengaruhi
toleransi
berhubungan dengan kemampuan pasien pilihan
aktivitas(termasuk
ketidakseimbangan aktivitas sehari-hari. untuk melakukan intervensi/bantua
antara suplai dan
untuk melakukan n
kebutuhan oksigen.
tugas/AKS normal. 2. Menunjukkan
2. Kaji perubahan
kehilangan/ganggua n neurologi karena
keseimbangan gaya defesiensi vitamin
jalan, kelemahan otot. B12
3. Awasi tekanan mempengaruhi
darah, nadi, keamanan
pernapasan selama pasien/resiko
dan sesudah cedera.
aktivitas. 3. Manifestasi
4. Berikan kardiopulmonal dari
lingkungan tenang. upaya jantung dan
5. Ubah posisi paru untuk membawa
pasien dengan perlahan jumlah oksigen
dan pantau terhadap adekuat ke jaringan.
pusing. 4. Meningkatkan
6. Anjurkan istirahat untuk
pasien menurunkan
untuk menghentikan
kebutuhan oksigen
aktivitas bila palpitasi.
tubuh dan
menurunkan
regangan jantung
dan paru.
5. Hipotensi
postural atau
hipoksia serebral
dapat menyebabkan
pusing, berdenyut
dan peningkatan
resiko cedera.
6.
Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres
dapat menimbulkan
kegagalan.

2. Ketidakseimbanga n Menunjukkan 1. Kaji riwayat 1.


nutrisi: kurang dari peningkatan berat badan
nutrisi, termasuk Mengidentifikasi
kebutuhan tubuh atau berat badan stabil
berhubungan dengan dengan nilai laboratorium makanan yang disukai. defisiensi,
ketidakmampuan normal.
2. Observasi dan menduga
untuk mencerna
makanan. catat masukan kemungkinan
makanan pasien. intervensi.
3. Timbang berat 2. Mengawasi
badan tiap hari. masukan kalori

4. Berikan makan atau kualitas

sedikit dan kekurangan

frekuensi sering konsumsi

dan/atau makan makanan.

diantara waktu 3. Mengawasi

makan. penurunan berat

5. Observasi dan badan atau

catat kejadian efektivitas intervensi

mual/muntah, nutrisi.

flatus dan gejala 4. Makan


sedikit
lain yang
dapat menurunkan
berhubungan. kelemahan dan
6. Berikan dan
bantu hygiene mulut meningkatkan
yang baik sebelum dan pemasukan juga
sesudah makan, mencegah distensi
gunakan sikat gigi gaster.
halus untuk penyikatan 5. Gejala GI
yang lembut. Berikan dapat
menunjukkan efek
pencuci mulut yang
anemia (hipoksia)
diencerkan bila
mukosa oral luka. pada organ.
6. Meningkatkan
7. Kolaborasi :
nafsu makan dan
1.Berikan obat sesuai
pemasukan oral,
indikasi, mis.Vitamin
menurunkan
dan suplemen mineral,
pertumbuhan
seperti sianokobalamin
bakteri,
(vitamin B12), asam
meminimalkan
folat (Flovite); asam
kemungkinan
askorbat (vitamin C),
infeksi. Teknik
2.Besi dextran
perawatan mulut
(IM/IV.)
khusus mungkin
diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perda
rahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :
1. Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan/atau
adanya masukan oral
yang buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2. Diberikan
sampai defisit
diperkirakan
teratasi dan
disimpan untuk
yang tak dapat
diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau
bila kehilangan
darah terlalu cepat
untuk penggantian
oral menjadi
efektif.

3. Resiko infeksi Mngidentifikasi 1. Tingkatkan cuci 1. Mencegah


berhubungan dengan perilaku untuk
tangan yang baik kontaminasi silang.
pertahanan tubuh mencegah/menurunka n
sekunder yang tidak resiko infeksi. oleh oemberi 2. Menurunkan
adekuat (mis:
penurunan perawatan dan resiko infeksi
hemoglobin, pasien. bakteri.
eukopenia,
supresi/penurunan 2. Pertahankan 3. Membantu
respon inflamasi). teknik aseptic ketat dalam
pada prosedur/ pengenceran
perawatan luka. secret
3. Tingkatkan pernafasan
masukan cairan untuk
adekuat. mempermudah

4. Pantau suhu, pengeluaran dan

catat adanya mencegah statis

menggigil dan cairan tubuh.


takikardia dengan 4. Adnya
proses
atau tanpa demam inflamasi/infeksi
5. Kolaborasi:
berikan antiseptic

topical, antibiotic membutuhkan


sistemik.
evaluasi/pengobat
an.
5. Mungkin
digunakan secara
propilaktik untuk
menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local.

4. Konstipasi Membuat/kembali pola 1. Observasi 1. Membantu


berhubungan dengan normal dari fungsi usus.
warna feses, mengidentifik
perubahan pada pola
makan. konsistensi, asi penyebab/
frekuensi, dan factor
jumlah. pemberat dan
2. Auskultas intervensi
bunyi usus yang tepat.
3. Awasi masukan 2. Bunyi
dan haluaran usus secara
dengan perhatian umum
khusus pada meningkat
makanan/cairan. pada diare
4. Kaji kondisi dan menurun
kulit pada
perianal dengan sering. konstipasi.
5. Kolaborasi: 3. Dapat
berikan obat anti diare, mengidentifik
misalnya: asi dehidrasi,
difenoxsilat kehilangan
hidroklorida. berlebihan
atau alat
dalam
mengidentifik
asi defisiensi
diet.
4. Mencega
h ekskoriasi
kulit dan
kerusakan
kulit.
5. Menurunkan
multilitas usus bila
diare terjadi.

D. EVALUASI
1. Terjadi penurunan tanda fisiologis intoleransi, mis, nadi, pernapasan, dan TD masih
dalamrentang normal pasien.
2. Tidak ada tanda terjadinya malnutrisi. Klien menunjukan perilaku, perubahan pola hidup
untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
3. Perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi dapat diidentifikasi.
4. Fungsi usus mulai kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bobak dkk. 2005. Buku Ajar Keperawtan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

2. Prawirahardjo,Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

3. Saifudin,A.B.2002. Buku Acuan Pelyanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP-SP.

4. Doenges, M.E ( 2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan &
Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC

5. Manjoer,Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI:Media Aekulatius

6. Winkyosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP

7. http://library.usu.ac.id/download/fk/fk-arlinda%20sari2.pdf.

8. http://www.motherandchildhealth.com/Prenatal/postpartum_anemia.html

9. http://usph.wordpress.com/2007/08/15/asupan-90-tablet-besi-dan-anemia-ibu-hamil/

Anda mungkin juga menyukai