DIRI DAN
SOSIALDisusun oleh
YESY STEFANY GIRSANG
Pengertian
Secara harfiah, istilah “kepekaan” berasal
dari kata peka yang berarti mudah merasa
atau mudah terangsang.
Apabila dikaitan dengan kondisi sosial
maka kepekaan sosial adalah kemampuan
untuk mengamati reaksi-reaksi atau
perubahan orang lain yang ditunjukkanya
baik secara verbal maupun non verbal.
Seseorang yang memiliki kepekaan
sosial yang tinggi akan mudah
memahami atau menyadari
adanya reaksi reaksi tertentu dari
orang lain, entah reaksi tersebut
positif atau negatif. Adanya
kepekaan sosial akan membuat
seseorang dapat bersikap secara
tepat terhadap orang lain yang ada
di sekitarnya. Jadi, orang yang
memiliki kepekaan sosial pastinya
akan mudah dan asyik dalam
bergaul. Akan banyak yang suka
dan merasa nyaman kepadanya.
Rasa peka dapat diwujudkan dengan 2 cara yaitu secara
lisan dan perilaku.
Peka secara lisan adalah bagian dari rasa kepedulian
yang diungkapkan langsung secara lisan terhadap
suatu keadaan atau kejadian tertentu sehingga
merasakan apa yang dilihat (visual), didengar (audio)
dan dilihat & dengar (audiovisual).
Peka secara perilaku merupakan perwujudan
kepedulian sosial secara spontanitas atau terorganisir
yang dilakukan dalam bentuk sikap dan perilaku yang
konkret terhadap suatu keadaan atau kejadian
tertentu baik secara visual, audio dan audiovisual.
Montessori menyebut
kepekaan ini sebagai periode
sensitive yang di alami oleh
seseorang. Montessori
mengatakan “selama periode
tertentu anak memiliki
kepekaan (sensitifitas)
terhadap unsur tertentu yang
memaksa dia untuk
memfokuskan perhatiannya
pada aspek tertentu di
lingkungannya”.
Montessori mengklasifikasikan periode
sensitif ini ke dalam enam kategori, yaitu: