Anda di halaman 1dari 149

EMPATI

By. ELLY YUSIANA,S.Kep.Ns.


 BAB I PERILAKU EMPATI
PENGERTIAN EMPATI
 Dalam kehidupan ini banyak peristiwa yang lepas dari
pandangan kita yang sejatinya bisa memberikan
banyak pelajaran bagi hidup kita.
 Peristiwa yang mengharukan maupun membahagiakan
tetap memiliki arti.
 Kemampuan kita untuk memahami dan mengalami
suatu perasaan positif dan negatif akan membantu
kita memahamim makna kehidupan yang sebenarnya.
Kemampuan ini sering disebut sebagai atribut empati.
 Empati merupakan bagian penting social competency
(kemampuan sosial).
 Empati juga merupakan salah satu dari unsur-unsur
kecerdasan sosial.
NEX...
 Ia terinci dan berhubungan erat dengan komponen-
komponen lain, seperti empati dasar,
penyelarasan, ketepatan empatik dan pengertian
sosial.
 Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan
orang lain atau merasakan isyarat-isyarat emosi
non verbal.
 Penyelarasan yakni mendengarkan dengan penuh
reseptivitas, menyelaraskan diri pada seseorang.
Ketepatan empatik yakni memahami pikiran,
perasaan dan maksud orang lain dan pengertian
sosial yakni mengetahui bagiamana dunia sosial
bekerja.
NEX...
 Sementara itu, secara sederhana menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati
adalah keadaan mental yang membuat
seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya
dalam keadaan perasaan atau pikiran yang
sama dengan orang atau kelompok lain.
 Empati adalah kemampuan seseorang dalam
ikut merasakan atau menghayati perasaan dan
pengalaman orang lain.
 Seseorang tersebut tidak hanyut dalam suasana
orang lain, tetapi memahami apa yang
dirasakan orang lain itu.
NEX...
 Secara lebih luas empati diartikan sebagai
ketrampilan sosial tidak sekedar ikut
merasakan pengalaman orang lain (vicarious
affect response), tetapi juga mampu
melakukan respon kepedulian (concern)
terhadap perasaan dan perilaku orang
tersebut.
 Tidak heran jika latihan memberikan sesuatu
atau bersedekah, selain merupakan sarana
beribadah, juga bisa melatih empati anak
pada orang lain yang memunculkan sifat
berderma (filantropi).
NEX...
 Dengan demikian penekanan empati tersebut
menyatakan bahwa kemampuan menyelami
perasaan orang lain tersebut tidak membuat kita
tenggalam dan larut dalam situasi perasaannya
tetapi kita mampu memahami perasaan negatif
atau positif seolah-olah emosi itu kita alami sendiri
(resonansi perasaan).
 Kemampuan berempati akan mampu menjadi kunci
dalam keberhasilan bergaul dan bersosialisasi di
masyarakat.
 Dalam kehidupan berkelompok kita pasti
mendapati orang dalam watak yang beraneka
ragam.
NEX...
 Oleh karena itu, tidak mungkin kita
memaksakan pendapat, pikiran atau perasaan
kepada orang lain.
 Di sinilah, empati sangat berperan penting.
Individu dapat diterima oleh orang lain jika ia
mampu memahami kondisi (perasaan) orang
lain dan memberikan perlakuan yang
semestinya sesuai dengan harapan orang
tersebut.
 Kemampuan empati perlu diasah setiap orang
agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya.
NEX...
 Empati akan membantu kita bisa cepat memisahkan
antara masalah dengan orangnya.
 Kemampuan empati akan mendorong kita mampu
melihat permasalahan dengan lebih jernih dan
menempatkan objektifitas dalam memecahkan
masalah.
 Banyak alternatif yang memungkinkan dapat diambil
manakala kita dapat berempati dengan orang lain
dalam menghadapi masalah.
 Tanpa adanya empati sulit rasanya kita tahu apa
yang sedang dihadapi seseorang karena kita tidak
dapat memasuki perasaannya dan memahami
kondisi yang sedang dialami.
NEX...
 Penelitian Rosenthal membuktikan bahwa anak
yang mampu membaca perasaan orang lain melalui
isyarat non verbal lebih pandai menyesuaikan diri
secara emosional, lebih populer, lebih mudah
bergaul dan lebih peka.
 Kemampuan membaca pesan non verbal akan
membantu seseorang melihat apa yang sebenarnya
sedang terjadi yang tidak dapat disampaikan
secara verbal.
 Pesan non verbal memberikan banyak peluang kita
memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam diri
seseorang karena pesan tersebut sulit untuk
direkayasa.
NEX...
 Begitu pula dengan nada bicara, ekspresi
wajah dan gerak-gerika tubuhnya. Seseorang
yang mampu membaca pesan ini akan
menjadi mudah untuk memahami perasaan
orang lain
BEBERAPA FAKTOR, BAIK PSIKOLOGIS MAUPUN
SOSIOLOGIS YANG MEMPENGARUHI PROSES
EMPATI SEBAGAI BERIKUT, ANTARA LAIN :
 1. Sosialisasi
 2. Perkembangan kognitif
 3. Mood dan Feeling
 4. Situasi dan tempat
 5. Komunikasi
1. SOSIALISASI
 Dengan adanya sosialisasi memungkinkan
seseorang dapat mengalami sejumlah emosi,
mengarahkan seseorang untuk melihat
keadaan orang lain dan berpikir tentang
orang lain.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
 Empati dapat berkembang seiring dengan
perkembangan kognitif yang bisa dikatakan
kematangan kognitif, sehingga dapat melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain
(berbeda).
3. MOOD & FEELING
 Situasi perasaan seseorang ketika
berinteraksi dengan lingkungannya akan
mempengaruhi cara seseorang dalam
memberikan respon terhadap perasaan dan
perilaku orang lain.
4. SITUASI & TEMPAT
 Situasi dan tempat tertentu dapat
memberikan pengaruh terhadap proses
empati seseorang.
 Pada situasi tertentu seseorang dapat
berempati lebih baik dibanding situasi yang
lain.
5. KOMUNIKASI
 Pengungkapan empati dipengaruhi oleh
komunikasi (bahasa) yang digunakan
seseorang.
 Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman
tentang komunikasi yang terjadi akan
menjadi hambatan pada proses empati
TEKNIK-TEKNIK MENGASAH
EMPATI
 Kemampuan empati harus selalu dilatih atau diasah
sejak dini.
 Bahkan, meskipun usia seseorang telah beranjak
dewasa, harus tetap melatih empati.
 Kemudian ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan agar kemampuan empati kita terbentuk,
antara lain :
 1. Rekam semua emosi pribadi
 2. Perhatikan lingkungan luar (orang lain)
 3. Dengarkan curhat orang lain
 4. Bayangkan apa yang sedang dirasakan orang lain dan
akibatnya untuk diri kita.
 5. Lakukan bantuan secepatnya.
1. REKAM SEMUA EMOSI PRIBADI
 Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun
negatif, misalnya sedih, senang, bahagia, marah, kecewa
dan lain sebagainya.
 Pengalaman- pengalaman tersebut apabila kita catat atau
rekam akan membantu kita memahami perasaan yang
sama saat kondisi tertentu menjumpai kita kembali.
 Disampingitu ketika kita mengetahui perasaan tersebut
sedang dialami oleh seseorang, kita dapat memahami
kondisi tersebut sehingga kita dapat memperlakukannya
sesuai dengan apa yang diharapkannya.
 Cara mencatat atau merekamnya dapat berupa tulisan di
buku harian atau sekedar mengingat-ingat dalam alam
sadar kita.
NEX...
 Untuk menyempurnakan langkah di atas, ada
baiknya memperhatikan cara lebih spesifik,
sebagai berikut :
 a. Membangkitkan kesadaran dan
perbendaharaan ungkapan emosi.
 b. Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan
orang lain.
 c. Membantu memahami perspektif orang lain
selain dari sudut pandangnya sendiri.
2. PERHATIKAN LINGKUNGAN
LUAR (ORANG LAIN)
 Memperhatikan lingkungan luar atau orang
lain akan memberikan banyak informasi
tentang kondisi orang di sekitar kita.
 Informasi ini sangat penting untuk dijadikan
panduan dalam mengambil pilihan perilaku
tertentu.
 Informasi ini juga dapat dijadikan pembanding
dengan diri kita tentang apa yang sedang
terjadi, sehingga kita dapat mengatahui
apakah perasaan dan perilaku kita sudah
sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
NEX...
 Memperhatikan orang lain merupakan
ketrampilan tersendiri yang tidak semua
orang menyukainya.
 Memperhatikan tidak sekedar melihat orang
per orang tetapi juga mencoba
menghilangkan perasaan-perasaan subyektif
kita saat memperhatikan, sehingga akan
muncul keinginan untuk mendalami perasaan
orang yang sedang kita lihat tersebut.
3. DENGARKAN CURHAT ORANG
LAIN
 Mendengarkan adalah sebuah kemampuan
penting yang sering dibutuhkan untuk
memahami masalah atau mendapatkan
pemahaman yang lebih jelas terhadap
permasalahan yang sedang dihadapi orang
lain.
 Kemampuan mendengarkan juga harus latih
agar memberikan dampak yang positif dalam
interaksi sosial kita.
NEX...
 Syarat yang dibutuhkan untuk dapat
mendengarkan adalah menghilangkan atau
meminimalkan perasaan negatif atau prasangka
terhadap obyek yang menjadi sasaran dengar.
 Disamping itu juga perlu adanya kemauan untuk
membuka diri kita untuk orang lain, khususnya
dengan memberikan kesempatan orang lain
untuk berbicara yang dia inginkan tanpa kita
potong sebelum selesai pembicaraannya.
 Mendengar keluh kesah atau cerita gembira
orang lain akan mampu memberikan
pengalaman lain dalam suasana hati kita.
NEX...
 Mendengarkan cerita sedih akan mampu
membawa kita kedalam suasana hati orang lain
yang sedang bersedih dan dapat
membangkitkan keinginan untuk memahami
masalah atau perasaan orang tersebut.
 Begitu pula perasaan yang lain.
 Semakin banyak cerita, masalah dan ungkapan
perasaan yang kita dengarkan akan membuat
kita semakin kaya dengan pengalaman tersebut
dan pada akhirnya semakin mengetahui
bagaimana cara memahami orang lain atau
perasaannya.
4. BAYANGKAN APA YANG SEDANG
DIRASAKAN ORANG LAIN DAN AKIBATNYA
UNTUK DIRI KITA.
 Membayangkan sebuah kejadian yang dialami
orang lain akan menarik diri kita ke dalam
sebuah situasi yang hampir sama dengan
yang dialami orang tersebut.
 Refleksi keadaan orang lain dapat membuat
kita merasakan apa yang sedang dialami
orang tersebut dan mampu membangkitkan
suasana emosional.
NEX...
 Membayangkan sebuah kondisi tersebut dapat
lebih mudah manakala kita pernah mengalami
perasaan atau kondisi yang sama.
 Seseorang yang sering membayangkan apa
yang dialami atau dirasakan orang lain dan
akibat yang akan ditimbulkan manakala hal
tersebut terjadi pada diri kita saat kejadian
atau setelah kejadian akan memudahkan kita
merasakan suasana emosi seseorang manakala
melihat kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan situasi penuh dengan emosi-emosi
tertentu.
5. LAKUKAN BANTUAN
SECEPATNYA.
 Memberikan bantuan atau pertolongan kepada
orang-orang yang membutuhkan dapat
membangkitkan kemampuan empati.
 Respon yang cepat terhadap situasi di
lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan
akan melatih kemampuan kita untuk empati.
 Bantuan yang kita berikan tidak perlu
menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita
berusaha memberikan segenap kemampuan
kita saat melihat atau menyaksikan orang-
orang yang membutuhkan.
NEX...
 Pertolongan yang kita berikan akan
menstimulus keadaan emosi kita untuk
melihat lebih jauh perasaan orang yang kita
beri pertolongan dan semakin sering kita
memberikan respon dengan cepat akan
semakin mudah kita mengembangkan
kemampuan empati kepada orang lain
MANFAAT-MANFAAT EMPATI
 Ada beberapa manfaat yang dapat kita
temukan dalam kehidupan pribadi dan sosial
manakala kita mempunyai kemampuan
berempati, diantaranya :
 1. Menghilangkan sikap egois
 2. Menghilangkan kesombongan
 3. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan
kontrol diri
1. MENGHILANGKAN SIKAP
EGOIS
 Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan
empati dapat menghilangkan sikap egois
(mementingkan diri sendiri).
 Ketika kita dapat merasakan apa yang sedang dialami
orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan
memahami perilaku orang tersebut, maka kita tidak
akan berbicara dan berperilaku hanya untuk
kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha
berbicara, berpikir dan berperilaku yang dapat
diterima juga oleh orang lain serta akan mudah
memberikan pertolongan kepada orang lain.
 Kita akan berhati-hati dalam mengembangkan sikap
dan perilaku kita sehari-hari, khususnya jika berada
pada kondisi yang membutuhkan pertolongan kita
2. MENGHILANGKAN
KESOMBONGAN
 Salah satu cara mengembangkan empati adalah
membayangkan apa yang terjadi pada diri orang lain
akan terjadi pula pada diri kita.
 Manakala kita membayangkan kondisi ini maka kita akan
terhindar dari kesombongan atau tinggi hati karena
apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Tuhan
berkehendak.
 Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita
telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang
sebenarnya terjadi, sehingga orang yang mempunyai
kemampuan empati akan cenderung memiliki jiwa
rendah hati dan senantiasa memahami kehidupan ini
dengan baik.
 RODA SENANTIASA BERPUTAR, ITULAH KEHIDUPAN.
3. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
EVALUASI DAN KONTROL DIRI
 Pada dasarnya empati adalah salah satu usaha kita
untuk melakukan evaluasi diri sekaligus
mengembangkan kontrol diri yang positif.
 Kemampuan melihat diri orang lain baik perasaan,
pikiran maupun perilakunya merupakan bagian dari
bagaimana kita akan merefleksikan keadaan
tersebut dalam diri kita.
 Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka
kita telah dapat mengembangkan kemampuan
evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat
melakukan kontrol diri yang baik artinya kita akan
senantiasa berhati-hati dalam melakukan perbuatan
atau memahami lingkungan
AKHIRNYA, ANDA AKAN BISA DIKATAKAN SEBAGAI
MEMILIKI KARAKTERISTIK KEMAMPUAN EMPATI,
JIKA MENGIKUTI BEBERAPA SYARAT BERIKUT :
 1. Melibatkan proses pikir secara utuh, dengan
segala macam risiko perbedaan pendapat, rasa,
bahkan kemungkinan konflik. Melalui
pengolahan terus-menerus maka individu bisa
mengenal “status” perasaannya, lalu kuat
berempati dan kemudian memanfaatkan
emosinya dalam kehidupan kerja.
 2. Muncul dalam tindakan-tindakan, yaitu :
 a. Mampu menerima sudut pandang orang lain
 b. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
 c. Mampu mendengarkan orang lain
NEX...
 a. Mampu menerima sudut pandang orang
lain
 Individu mampu membedakan antara apa yang
dikatakan atau dilakukan orang lain dengan
reaksi dan penilaian individu itu sendiri.
 Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang,
kemampuan untuk menerima sudut pandang
orang lain dan pemahaman terhadap perasaan
orang lain akan lebih lengkap dan akurat
sehingga ia akan mampu memberikan perlakuan
dengan cara yang tepat
NEX...
 b. Memiliki kepekaan terhadap perasaan
orang lain
 Individu mampu mengidentifikasi perasaan-
perasaan orang lain dan peka terhadap hadirnya
emosi dalam diri orang lain melalui pesan non
verbal yang ditampakkan, misalnya nada bicara,
gerak-gerik dan ekspresi wajah.
 Kepekaan yang sering diasah akan dapat
membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi
orang lain, bukan sekedar pengakuan saja
 c. Mampu mendengarkan orang lain
 Mendengarkan merupakan sebuah ketrampilan
yang perlu dimiliki untuk mengasah kemampuan
empati.
 Sikap mau mendengar memberikan pemahaman
yang lebih baik terhadap perasaan orang lain dan
mampu membangkitkan penerimaan terhadap
perbedaan yang terjadi.
 BAB II KONSEP DIRI
PENGERTIAN KONSEP DIRI
 Konsep diri ( self – concept ) merupakan
bagian dari masalaha kebutuhan psikososial
yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi
dapat dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman seseorang terhadap dirinya.
 Konsep diri ini berkembang secara bertahap
sesuai dengan tahap perkembangan
psikososial seseorang.
NEX...
 Secara umum, konsep diri adalah semua
tanda, keyakinan, dan pendirian yang
merupakan suatu pengetahuan individu
tentang dirinya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain, termasuk
karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan.
KOMPONEN KONSEP DIRI
 1. Gambaran ( Citra ) Diri
 2. Harga diri
 3. Peran
 4. Identitas Diri
1. GAMBARAN ( CITRA ) DIRI
 Gambaran atau citra diri ( body image ) mencakup
sikap individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk
penampilan fisik, struktur, dan fungsinya.
 Perasaan mengenai citra diri meliputi hal-hal yang
terkait dengan seksualitas, feminitas dan
maskulinitas, keremajaan, kesehatan, dan
kekuatan.
 Citra mental tersebut tidak selalu konsisten dengan
struktur atau penampilan fifik yang sesungguhnya.
 Beberapa kelainan citra diri memiliki akar psikologi
yang dalam, misalnya kelainan pola makan seperti
anoreksia.
NEX...
 Citra diri di pengaruhi oleh pertumbuhan kognitif
dan perkembangan fisik.
 Perubahan perkembangan yang normal seperti
pubertas dan penuaan terlihat lebih jelas
terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-
aspek konsep diri lainnya.
 Selain itu, citra diri juga di pengaruhi oleh nilai
social budaya.Budaya dan masyarakat menentukan
norma-norma yang diterima luas mengenai citra
diri dan dapat mempengaruhi sikap sesorang,
misalnya berat tubuh yang ideal, warna kulit,
tindik tubuh serta tato, dan sebagainya
2. HARGA DIRI
 Harga diri ( self-esteem ) adalah penilaian
individu tentang dirinya dengan menganalisis
kesesuaian antara perilaku dan ideal diri
yang lain.
 Harga diri dapat diperoleh melalui
penghargaan dari diri sendiri maupun dari
orang lain.
 Perkembangan harga diri juga ditentukan
oleh perasaan di terima, di cintai, di hormati
oleh orang lain, serta keberhasilan yang
pernah di capai individu dalam hidupnya.
3. PERAN
 Peran adalah serangkain perilaku yang diharapkan
oleh massyarakat yang sesuai dengan fungsi yang
ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap,
perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat,
misalnya sebagai orang tua, atasan, teman dekat,
dan sebagainya.
 Setiap peran berhubungan dengan pemenuhan
harapan-harapan tertentu.
 Apabila harapan tersebut dapat terpenuhi, rasa
percaya diri seseorang akan meningkat.
 Sebaliknya, harga diri atau terganggunya konsep
diri seseorang.
4. IDENTITAS DIRI
 Identitas diri adalah penilaian individu
tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang
utuh.
 Identitas mencakup konsistensi seseorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan serta menyiratkan perbedaan atau
keunikan dibandingkan dengan orang lain.
 Identitas sering kali didapat melalui
pengamatan sendiri dan dari apa yang di
dengar seseorang dari orang lain mengenai
dirinya.
NEX...
 Pembentukkan identitas sangat diperlukan
demi hubungan yang intim karena identitas
seseorang dinyatakan dalam hubungannya
dengan orang lain.
 Seksualitas merupakan bagiandari identitas.
 Identitas seksual merupakan konseptualitas
seseorang atas dirinya sebagai pria atau
wanita dan mencakup orientasi seksual.
TAHAP PERKEMBANGAN KONSEP
DIRI
 Menurut teori psikososial, perkembangan
konsep diri dapat dibagi ke dalam beberapa
tahap yaitu :
 a. 1-1 th
 b. 3-3 th
 c. 3-6 th
 d. 6-12 th
 e. 12-20 th
 f. 20-40 th
 g. 40-60 th
 h. Di atas 60 th
A. 1 BLN-1 TH
 Menumbuhkan rasa percaya diri konsistensi
dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua
atau orang lain
 Membedakan dirinya dari lingkungan
B. 1-3 TH
 Mulai menyatakan apa yang disukai dan yang
tidak disukai
 Meningkatnya kemandirian dlam berpikir dan
bertindak
 Menghargai penampilan dan fungsi tubuh
 Mengembangkan diri dengan mencontoh
orang yang dikagumi, meniru, dan
bersosialisasi
C. 3-6 TH
 Memiliki inisiatif
 Mengenali jenis kelamin
 Meningkatkan kesadaran diri
 Meningkatnya keterampilan berbahasa,
termasuk pengenalan akan perasaan seperti
senang, kecewa, dan sebagainya
 Sensitif terhadap umpan balik dari keluarga
D. 6-12 TH
 Menggabungkan umpan balik dari teman
sebaya dan guru, keluarga tidak lagi dominan
 Meningkatnya harga diri dengan penguasaan
keterampilan baru ( misalnya membaca,
matematika, olah raga, music )
 Menguatnya identitas seksual
 Menyadari kekuatan dan kelemahan
E. 12-20 TH
 Menerima perubahan tubuh/kedewasaan
 Belajar tentang sikap, nilai, dan keyakinan,
menentukan tujuan massa depan
 Merasa posistif atas berkembangnya konsep
diri
 Berinteraksi dengan orang-orang yang
menurutnya menarik secara seksual atau
intelektual
F. 20-40 TH
 Memiliki hubungan yang intim dengan
keluarga dan orang-orang lain
 Memiliki perasaan yang stabil dan positif
mengenai diri
 Mengalami keberhasilan transisi peran dan
meningkatnya tanggung jawab
G. 40-60 TH
 Dapat menerima perubahan penampilan dan
ketahanan fisik
 Mengevaluasi ulang tujuan hidup
 Merasa nyaman dengan proses penuaan
H. DI ATAS 60 TH
 Merasa positif mengenai hidup dan makna
kehidupan
 Berkeinginan untuk meninggalkan warisan
bagi generasi berikutnya
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
 a. Lingkungan
 b. Pengalaman masa lalu
 c. Tingkat tumbuh kembang
A. LINGKUNGAN
 Lingkungan yang dimaksud di sini adalah
lingkungan fisik dan lingkungan
psikologis.Lingkungan fisik adalah segala
sarana yang dapat menunjang perkembangan
konsep diri, sedangkan lingkungan psikologis
adalah segala lingkungan yang dapat
menunjang kenyamanan dan perbaikan
psikologis yang dapat mempengaruhi
perkembangan konsep diri.
B. PENGALAMAN MASA LALU
 Adanya umpan balik dari orang-orang,
penting, situasi stressor sebelumnya,
penghargaan diri dan pengalaman sukses
atau gagal sebelumnya, pengalaman penting
dalam hidup, atau factor yang berkaitan
dengan masalah stressor, usia, sakit yang
diderita, atau trauma, semuanya dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri
C. TINGKAT TUMBUH KEMBANG
 Adanya dukungan mental yang cukup akan
membentuk konsep diri yang cukup baik.
 Sebaliknya, kegagalan selama masa tumbuh
kembang akan membentuk konsep diri yang
kurang memadai.
 BAB III KEHILANGAN,
KESEDIHAN, KEMATIAN
( Lost & Greeving )
 Kehilangan dan berduka merupakan istilah
yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan.
 Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini
lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.
KEHILANGAN
 Kehilangan adalah suatu kondisi yang
terputus atau terpisah atau memulai sesuatu
tanpa hal yang berarti sejak kejadian
tersebut.
 Kehilangan adalah suatu keadaan individu
yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
TIPE KEHILANGAN
 Aktual atau nyata
 Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
misalnya amputasi, kematian orang yang sangat
berarti/ di cintai
 Persepsi
 Hanyadialami oleh seseorang dan sulit untuk
dapat dibuktikan, misalnya : seseorang yang
berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun
KATEGORI KEHILANGAN
 1. Kehilangan objek eksternal
 2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
 3. Kehilangan orang terdekat
 4. Kehilangan aspek diri
 5. Kehilangan hidup
1. KEHILANGAN OBJEK
EKSTERNAL
 Mencakup segala kepemilikan yang telah
menjadi using berpindah tempat, dicuri,
rusak karena bencana.
 Kedalaman bergantung pada nilai yang
dimiliki orang tersebut terhadap benda yang
dimiliki.
2. KEHILANGAN LINGKUNGAN
YANG TELAH DIKENAL
 Mencakup meninggalkan lingkungan yang
telah dikenal selama periode
tertentu/kepindahan secara permanen.
3. KEHILANGAN ORANG
TERDEKAT
 Mencakup ortu, anak-anak, saudara kandung,
guru, ustad, teman, tetangga, dan rekan
kerja.
4. KEHILANGAN ASPEK DIRI
 Mencakup bagian tubuh ( anggota gerak,
mata, gigi, dll ),
 Fungsi fisiologis ( kehilangan control kandung
kemih, usus, dll )
 Psikologis ( kehilangan ingatan, harga diri,
percaya diri, dll )
5. KEHILANGAN HIDUP
 Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan
dan orang lain disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya.
 Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian
KEHILANGAN KARENA KEMATIAN
 Suatu keadaan pikiran, perasaan dan aktivitas yang
mengikuti kehilangan, mencakup : duka cita &
berkabung.
 Duka cita : proses mengalami reaksi psikologis,
social dan fisik terhadap kehilangan yang
dipersepsikan ( Rando, 1991 ) mencakup
keputusasaan, kesepian, ketidakberdayaan,
kesedihan, rasa bersalah.
 Berkabung : proses yang mengikuti suatu kehilangan
dan mencakup upaya untuk melewati duka cita.
 Proses dukacita dan berkabung bersifat mendalam,
internal, menyedihkan, dan berkepanjangan.
ORANG YANG MENGALAMI DUKACITA MENCOBA
BERBAGAI STRATEGI UNTUK MENGAHDAPINYA,
( WORDEN, 1982 & HARPER 1987 )
 4 tugas dukacita :
 1. Menerima realitas dari kehilangan.
 2. Mengalami kepedihan akibat kehilangan
 3. Menyesuaikan lingkungan
 4. Memberdayakan kembali energy emosional kedalam
hubungan yang baru

Tugas ners membantu klien & keluarga dalam


memahami & berupaya melewati tugas tersebut.
DAMPAK KEHILANGAN
 1. Masa anak-anak
 2. Remaja dan dewasa muda
 3. Dewasa tua
1. MASA ANAK-ANAK
 Mengancam kemampuan anak untuk
berkembang
 Kadang-kadang regresi
 Merasa takut ditinggalkan/dibiarkan kesepian
2. REMAJA DAN DEWASA MUDA
 Diintegrasikan dalam keluarga
 Kematian pada orang tua ˃˃ wajar
 Merasa bagian dari generasi terdahulu : layak
untuk mati.
3. DEWASA TUA
 Kematian pasangan : pukulan
 Masalah-masalah kesehatan meningkat.
FAKTOR – FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEHILANGAN
 Patofisiologis : berhubungan dengan hilangnya
fungsi atau kemandirian sekunder ( neurologis,
sensorik )
 Tindakan yang berhubungan dengan kehilangan
( dialysis, masstektomi )
 Situasional ( nyeri kronis, penyakit terminal )
 Kehilangan sesuatu diluar diri ( kehilangan uang,
binatang kesyangan )
 Perpisahan dari lingkungan yang familier
( perpishan dengan anak : karena pergi belajar )
 Kehilangan orang yang dicintai ( keluarga, teman
dekat, dll )
 BAB IV BERDUKA
NEX...
 Reaksi emosi terhadap kehilangan, biasanya
akibat perpisahan
 Berkabung periode penerimaan
terhadap kehilangan dan berduka yang
terjadi selama individu dalam masa
kehilangan sering dipengaruhi
kebudayaan & kebiasaan
TAHAP – TAHAP DUKA
 Kubler Ross,1969
 1. Menyangkal
 2. Marah
 3. Tawar menawar
 4. Depresi
 5. Penerimaan
NEX...
 Engel, 1964
 1. Shock & ketidak percayaan
 2. Perkembangan kewaspadaan
 3. Mengenali & resusitasi
NEX...
 Sander,s, 1998
 1. Shock
 2. Tidak peduli terhadap kehilangan/acuh tak
acuh
 3. Menarik diri
 4. Memulihkan diri
 5. Pembahasan
NEX...
 Martocchio, 1985
 1. Shock & tidak percaya
 2. Rindu & tidak menerima
 3. Kesedihan yang mendalam tidak teratur dan
putus asa
 4. Identifikassi kehilangan
 5. Mengatur kembali & pemulihan
NEX...
 FASE BERDUKA CITA ( Rando, 1993 )
 1. Penginderaan
 Terjadi syok, menyangkal dan ketidakpercayaan
 2. Konfrontasi
 3. Terjadi lupaan emosi yang sangat tinggi ketika
klien secara berulang melawan kehilangan
 4. Akomodasi
 5. Secara bertahap penurunan kadukaan akut dan
mulai mamasuki kembali secara emosional dan
social
REAKSI BERDUKA
 1. Menolak dan isolai, respon :
 2. Marah
 3. Tawar-menawar ( bargaining )
 4. Depresi
 5. Penerimaan
1. MENOLAK DAN ISOLAI,
RESPON :
 Tidak percaya terhadap hal tersebut
 Tidak siap menghadapi masalah
 Memperhatikan kegembiraan yang dibuat-
buat
2. MARAH
 Marah terhadap orang lain :
irritable/sensitive
 Bantu klien memahami bahwa rasa marah tsb
adalah normal
 Cepat terjadinya depresi atau pembalasan
rasa marah
 Cari kebutuhan yang lain disaat reaksi
kemarahan
 Anjurkan untuk menguasai/mengendalikan
kehidupannya
3. TAWAR MENAWAR
(BERGAINING)
 Mulai tawar-menawar terhadap kehilangan
 Mengekspresikan rasa bersalah, takut,
punishment terhadap rasa berdosanya, baik
nyata ataupun imajinasi
 Dengarkan dengan penuh perhatian dan
anjurkan klien untuk mengekspresikan
perasaan
 Jika memungkinkan berikan support spiritual
4. DEPRESI
 Rasa berduka terhadap apa yang terjadi
 Kadang bicara bebas dan menarik diri
 Bantu klien mengkekspresikan kesedihan
 Support secara non verbal
5. PENERIMAAN
 Penurunan interes terhadap lingkungan
sekitar & support
 Berkeinginan untuk membuat rencana-
rencana
 Bantu keluarga & teman-teman untuk
memahami penurunan keinginan klien untuk
bersosialisasi & hanya mau bertemu untuk
waktu yang singkat
 Anjurkan klien untuk berpartisipasi
semampunya
TEORI BERDUKA ( ENGEL,
1964 )
 Menyangkal realitas kehilangan
menarik diri, duduk tidak bergerak,
menerawang tanpa tujuan reaksi fisik
: pingsan, berkeringat, mual, diare frekuensi
jantung cepat, gelisah, imsomnia, & keletihan.
 Individu mulai merasa kehilangan secara tiba-
tiba & mungkin putus asa marah,
rasa bersalah, frustasi, depresi, & kehampaan
reaksi fisik : menangis
 Realitas kehilangan berkembang
kesadaran diri
MANIFESTASI DARI DUKA
 NORMAL :
 menangis, g3 tidur, kehilangan selera makan,
sulit konsentrasi
 DISFUNGSI :
 depresi, penolakan terus menerus, pikiran bunuh
diri
TANDA & GEJALA KLINIK
KEDUKAAN
Distres somatik
yg berulang Rasa sesak

Mulut &
tenggorokan
Nafas
kering pendek

Perut
kembung Tremor

Gangguan Kehilangan
tidur nafsu makan
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESPON KEHILANGAN & DUKA

Usia

Keluarga

Faktor Sosial Ekonomi

Pengaruh kultural

Agama

Penyebab kematian
1. USIA
 Lahir – 2 th
 2 – 5 th
 5 – 8 th
 8 -12 th
 Remaja
NEX...
 Lahir – 2 th
 Tidakmempunyai konsep kematian
 Dapat mengalami rasa kehilangan dukacita
NEX...
 2 – 5 th
 Menyangkal kematian sebagai suatu proses yang
normal
 Melihat kematian sebagai sesuatu yang dpat
hidup kembali
 Mempunyai kepercayaan tidak terbatas dalam
kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi
 Dapat bereaksi dengan marah/menunjukkan
kemarahan
 Memberikan respon bahwa mungkin akan ada
sedikit perbedaan jika di bandingkan dengan ortu
mereka
NEX...
 5 – 8 th
 Melihat kematian sebagai akhir :
 Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan
 Mencari untuk menemukan apa penyebab
kematian & apa arti dari kematian
 Merasakan kerentanan yang menyertai kematian
 Dapat mengambil “peran lebih “dari seperti org
dewasa” dalam memberikan perawatan dalam
keluarga atau “ mengandalkan diri “
NEX...
 8 – 12 th
 Memandang kematian sebagai akhir & tidak dapat
dihindari
 Mungkin tidak mampu menerima sifat akhir dari kehilangan
 Menyadari kemungkinan kematiannya sendiri : dapat
mengalami rasa takut tentang kematiannya sendiri
 Mengembangkan respon adaptif terhadap kematian, ada
pertahanan diri untuk mengatasi perasaannya sendiri
(menyangkal, menghindar )
 Mungkin menciptakan cerita atau lelucon tentang
kematian untuk menyembunyikan rasa takut
 Mengalami egosentris & pikiran magis
 Menyadari tentang apa makna kematian ini bagi dirinya di
masa mendatang
NEX...
 Remaja
 Memahami kematian ( ex : ortu, saudara )
 Menunjukkan perilaku beresiko
 Dengan serius mencari makna tentang hidup
 Lebih sadar tentang masa depan
2. KELUARGA
 Keluarga mempengaruhi respond an ekspresi
kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan
sikap sedih secara terbuka
3. FAKTOR SOSIAL EKONOMI
 Apabila yang meninggal merupakan
penanggung jawab ekonomi keluiarga,
berarti kehilangan orangbyang di cintai
sekaligus kehilangan secara ekonomi. Dan hal
ini bisa mengganggu kelangsungan hidup.
4. PENGARUH KULTURAL
 Kultur mempengaruhi manifestasi fisik &
emosi. Kultur “ barat “ menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya
pribadi sehingga hanya di utarakan pada
keluarga, kesedihan tidak di tujukan pada
orang lain.
 Kultur ini menganggap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan
berteriak & menangis keras-keras
5. AGAMA
 Dengan agama bisa menghibur dan
menimbulkan rasa aman pada tahapan
kehilangan
 Menyadarkan bahwa kematian sudah ada di
konsep dasar agama.
 Tetapi ada juga yang menyalahkan tuhan
akan kematian
6. PENYEBAB KEMATIAN
 Seseorang yang di tinggal anggota keluarga
dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock &
tahapan kehilangan yang lebih lama.
 Ada yang menganggap bahwa kematian
akibat kecelakaan diasosiasikan dengan
kesialan.
JENIS – JENIS KEHILANGAN
 Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu :
 1. Kehilangan objek Eksternal
 2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
 3. Kehilangan orang terdekat
 4. Kehilangan aspek diri
 5. kekuatan atau fungsi sensoris
 6. Kehilangan hidup
1. KEHILANGAN OBJEK
EKSTERNAL
 Kehilangan benda eksternal mencakup segala
kepemilikan yang telah menjadi using, berpindah
tempat, di curi, atau rusak karena bencana alam.
 Bagi seorang anak benda tersebut mungkin berupa
boneka atau selimut, bagi seorang dewasa
mungkin berupa perhiasan atau aksesori pakaian.
 Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai
yang dimiliki orang tersebut terhadap benda yang
dimilikinya,& kegunaan dari benda tersebut.
2. KEHILANGAN LINGKUNGAN
YANG TELAH DIKENAL
 Kehilangan yang berkaitan dengan dikenal dari
lingkungan yang telah mencakup meninggalkan
lingkungan yang telah dikenal selama periode
tertentu atau kepindahan secara permanen.
 Contohnya termasuk ke kota baru, atau perawatan
di rumah sakit. Kehilangan melalui perpisahan dari
lingkungan yang telah dikenal, misalnya ketika
seorang lansia dapat terjadi melalui situasi
maturasional, misalnya ketika seorang lansia
pindah keruang perawatan, atau situasi
situasional, contohnya kehilangan rumah akibat
bencana alam atau mengalami cedera atau
penyakit.
3. KEHILANGAN ORANG
TERDEKAT
 Orang terdekat mencakup orang tua,
pasangan, anak-anak, saudara sekandung
guru, pendeta, teman, tetangga, & rekan
kerja.Artis atau atlet yang terkenal mungkin
menjadi orang terdekat bagi orang muda.
 Riset telah menunjukkan bahwa banyak
orang menganggap heqwan peliharaan
sebagai orang terdekat.
 Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan,
indah, melarikan diri, promosi di tempat
kerja & kematian
4. KEHILANGAN ASPEK DIRI
 Kehilangan aspek diri dapat mencakup bagian
tubuh, fungsi fisiologi atau psikologis.
 Kehilangan bagian tubuh dapt mencakup
anggota gerak mata, rambut, gigi, payudara.
 Kehilangan fungsi fisiologi mencakup
kehilangan control kandung kemih atau usus,
mobilitass
5. KEKUATAN ATAU FUNGSI
SENSORIS
 Kehilangan fungsi psikologis termasuk
kehilangan ingatan, rasa humor, harga diri,
percaya diri, kekuatan, respek atau cinta,
perkembangan atau situasi.
 Kehilangan seperti ini dapat menurunkan
kesejahteraan individu.Orang tersebut tidak
hanya mengalami kedukaan akibat
kehilangan, tetapi jg dapat mengalami
perubahan permanen dalam citra tubuh dan
konsep diri.
6. KEHILANGAN HIDUP
 Doka ( 1993 ) menggambarkan respon terhadap
penyakit yang mengancam hidup ke dalam 4 fase.
 Fase Prediagnostik terjadi ketika di ketahui ada
gejala klien atau factor resiko penyakit.
 Fase akut berpusat pada krisis diagnosis.
 Klien di hadapkan pada serangfkaian keputusan,
termassuk medis interpersonal, psikologis seperti
halnya cara menghadapi awal krisis penyakit.
 Dalam fase kronis klien bertempur dengan
penyakit & pengobatannya, yang sering
melibatkan serangkaian krisis yang di
akibatkannya.
NEX...
 Akhirnya terjadi pemulihan atau fase
terminal.Kadang dalam fase akut atau kronis
seseorang dapat mengalami pemulihan.
 Klien yang mengalami fase terminal ketika
kematian bukan lagi halnya kemungkinan,
tetapi itu sudah pasti terjadi.
 Pada setiap hal dari pen yakit ini klien &
keluarga di hadapkan dengan kehilangan
yang beragam dan terus berubah
RENTANG RESPON KEHILANGAN
 Denial anger
bargaining depresi
acceptance
FASE DENIAL ( MENYANGKAL )
 Menyangkal adalah respon segera terhadap
kehilangan baru/kehilangan yang mengancam
 Respon fisiologis dapat mencakup kelemahan
muscular, tremor, menghela nafas, ruam kulit,
atau dingin dan pucat, berkeringat banyak,
anoreksia, & ketidak nyamanan
 Implikasi keperawatan : dukung kebutuhan emosi
tanpa memperkuat penyangkalan. Tawarkan diri un
tuk tetap bersam pasien, tampa mendiskusikan
alas an perilaku atau kebutuhan untuk mengatasi
kecuali klien mengawalinya. Tawarkan klien
perawatan dasar seperti makanan, minuman,
oksigensi, kenyamanan & keamanan.
FASE ANGER ATAU MARAH
 Individu mengekspresikan marah dan di tunjukkan
kepada keluarga, staf perawat, dokter atau yang
maha kuasa. Yang kedua dapat mengekspresikan
marah yang ditujukan pada orang yang mati. Marah
dapt mencetuskan rasa bersalah dan mengarah pada
ansietas dan menurunkan harga diri.
 Implikasi keperawatan : Berikan pedoman antisipasi
tentang perasaan dan intensitasnya yang mereka
alami sebagai bagian dari kedukaan. Fokuskan
terutama pada kemarahan, jangan mengambil hati
kemarahan yang dilontarkan klien.Penuhi kebutuhan
yang menyebabkan respon marah.Berikan dorongan
kepada klien dan keluarganya untuk mengekspresikan
perasaan mereka.
FASE BERGAINING ( TAWAR
MENAWAR )
 Individu berkeinginan untuk melakukan apa
saja untuk menghindari kehilangan atau
mengubah prognosis atau nasib. Individu
membuat penawaran dengan yang maha
kuasa. Individu menerima bentuk terapi
baru.
 Implikasi keperawatan : Berikan informasi
yang diperlukan untuk membuat keputusan.
FASE DEPRESI
 Realitas dan sifat ketetapan dari kehilangan telah
dikenali.
 Kebingungan, kurang motivasi, tidak menunjukkan
minat, tidak membuat keputusan, dan menangis adalah
umum.
 Menarik diri dari hubungan dan aktivitas sering terjadi.
 Individu dapat menjadi pendiam dan tidak komunikatif.
 Timbul perasaan kesepian, mulai mengenang tentang
masa lalu dan benda yang hilang. Individu kehilangan
minat dalam penampilan.
 Individu melakukan bunuh diri, atau berperilaku tidak
sehast seperti penggunaan obat secara berlebihan.
NEX...
 Implikasi keperawatan : Berikan dukungan
dan empati. Dukung menangis dengan
memberikan sentuhan yang
mengomunikasikan kepedulian.Mendengarkan
dengan penuh perhatian, mengkaji resiko
yang membahayakan diri dan rujuk ke
tetangga professional kesehatan mental jika
di perlukan.
FASE AKOMODASI
 Individu menerima kehilangan dan kematian dan
mulai merencanakan hal tersebut. Individu dapat
berbagi perasaan tentang kehilangan. Mengenang
kejadian massa lalu. Terjadi periode depresi,
waktu yang baik untuk memulai membandingkan
dengan waktu buruk. Hidup mulai stabil.
 Implikasi keperawatan : Berikan kesempatan untuk
berbagai perasaan secara verbal, dalam bentuk
tulisan, bentuk seni, atau dengan rekaman. Biarkan
dan dororng pengungkapan sesering yang klien
ingin lakukan, tunjukkan penerimaan kelabilan
perasaan klien, bantu dalam mendiskusikan
rencana masa mendatang.
TAHAPAN MENJELANG AJAL
( KUBLER-ROSS, 1969 )
Tahap menyangkal
indiividu menolak "tidak, tidak mungkin seperti itu " atau ' tidak akan terjadi pada
saya "

Tahap marah
Individu melawan kehilangan & dapat bertindak pada seseorang/lingkungkan
sekitar

Tahap tawar menawar


Terdapat penundaan realitas kehilangan, berupaya untuk membuat perjanjian
dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan, individ seringu
mencari pendapat orang lain

Tahap depresi
Terjadi ketika kehilangan disadari & timbul dampak nyata dari maknakehilangan
merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri

Tahap penerimaan
Reaksi fisiologis menurun & interaksi sosial berlanjut
 BAB
V DYING PROCESS
(SAKARATUL MAUT) &
PERAWATAN JENAZAH
DYING ?????????????
 Sekarat merupakan suatu kondisi pasien saat
menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan harapan tertentu untuk
meninggal
 Dying jg dapat diartikan sebagaiakumulasi
dari responkehilangan dimana terjadi
penurunan fungsi secara fisik maupun
psikologis
SYMTOMP OF DYING
 Penurunan nafsu makan
 Kelemahan
 Perubahan dari fungsi :Kardiovaskuler,
rpirasi, muskuluskeletal, gastrointestinal,
status mental
CABANG ILMU YANG BERKAITAN
DENGAN DYING
 GERIATRI
 Ilmuyang mempelajari penyakit pada usia lanjut
( degenerative )
 GERENTOLOGIA
 Disiplin
ilmu diluar/cabang geriatric yang
mempelajari aspek fisik, mental dan psikososial
yang ada pada lanjut usia.
 Untuk menunjuang pelayanan geriatric bagi
penderita lanjut usia ( dr. H. Ahmad NH, Sp. KJ,
2009 )
PENYAKIT TERMINAL
 Penyakit yang sulit di sembuhkan, seperti
kanker stadium akhir, dll
PERTIMBANGAN SPIRITUAL
 Pasien yang mengalami proses dying akan
sering menanyakan tentang
 Artikehidupan yang mereka jalani
 Siapa sebenarnya dia ???
 Mengapa dia mempunyai penyakit seperti ini????
 Apa yang terjadi setelah mereka meninggal?
 Rasa bersalah karena khawatir bila
penyakitnya disebabkan oleh perilakunya
PENDAMPINGAN PASIEN
SAKARATUL MAUT
 Perawatan pada pasien yang akan meninggal
oleh petugas kesehatan dilakukan dengan cara
member pelayanan khusus jasmaniah rohaniah
sebelum pasien meninggal .
 Tujuan nya yaitu :
 Memberi rasa tenang & puas jasmani & rohaniah
pada pasien & keluarganya
 Memberi ketenangan & kesan yang baik pada pasien
disekitarnya
 Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan
meninggal secara medis bisa dilihat dari keadaan
umum , vital sign, & beberapa tahap-tahap kematian
MERAWAT PASIEN TERMINAL
 1. MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN FISIK
 2. MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN
PSIKOSOSIAL
1. MEMBANTU MEMENUHI
KEBUTUHAN FISIK

Memenuhi kebutuhan makan & minum


Merawat mulut, mata, hidung & kulit


Memperlancar kebutuhan untuk eliminasi


Merawat lingkungan

Mengatur cara berbaring pasien & melindunginya dari cidera



Membuat merasa nyaman
2. MEMBANTU MEMENUHI
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
Perasaan takut

Rasa dipisahkan

Kehilangan martabat

Urusan yang belum selesei

Meninggalkan orang yang di cintai


PERAWATAN PASIEN
Pencegahan
Peningkatan
Peningkatan
MENJELANG AJAL
Pemeliharaan
kenyamanan
Pencegahan
Peningkatan
Peningkatan
kesepian
ketenangan
Pemeliharaan &
kemandirian
- Kontrol nyeri &
kenyamanan
kesepian
ketenangan
spiritual
isolasi
personal &
- Kontrol hygiene
kemandirian
spiritual
isolasi
nyeri &
personal hygiene

D
uk
u
ng
an
ke
lu
ar
ga
u
nt
uk
ya
ng
b
er
d
uk
a
KEMATIAN ???????????????
 Suatu kondisi terhentinya RR, nadi, TD, serta
hilangnya respon terhadap stimulus
eksternal, di tandai dengan :
 Aktifitas
listrik otak terhenti
 Terhentinya fungsi jantung & paru
 Kematian terjadi ketika
 Tidak ada nafas & nadi
 Pupil midriasis & reflek cahaya negative
 Kulit muka & ekstermitas menjadi dingin
 Ketiadaan reflek & kegiatan otak dalam waktu 24
jam
PERUBAHAN TUBUH SETELAH
KEMATIAN
Kekakuan pada tubuh
RIGOR MORTIS


Terjadi pada 2- 4 jam setelah kematian

ALGOR ●
Kulit menjadi dingin/post mortem cooling
Penurunan temperatur inti tubuh sekitar 1˚ celcius per jam
MORTIS

POST-MORTEM ●


Perubahan warna kulit
Warna kulit menjadi keunguan ( livor mortis ) pada bagian

DECOMPOSITION dependen & tertekan akibat pecahnyaSDM

POST-MORTEM ●
Pelunakkan & pencairan jaringan tubuh
oleh fermentasi bakteri
DIGESTION
PERAWATAN SETELAH
KEMATIAN
 Bila keluarga ada pada saat kematian, biarkan
mereka tinggal bersama pasien setelah
kematian. Untuk mengucapkan perpisahan
 Lepaskan semua alat kesehatan yang masih di
pakai
 Jika keluarga tidak ada, tetapi ingin melihat
jenazah setelah kematian, buat jenazah terlihat
sealamiah mungkin. Buat lingkungan bersih.
Penting untuk melakukan ini dengan segera,
karena mayat akan mulai kaku ( rigor mortis )
 Tempatkan jenazah dalm posisi datar, lengan
pada sisi tubuh
NEX...
 Tempatkan bantalan atau gulungan handuk
di bawah kapala sehingga sehingga darah
tidak mengubah warna wajahnya
 Tutup kelopak mata selama beberapa detik
sehingga mata tetap menutup. Tutup mulut
 Bersihkan daerah yang kotor. Singkirkan
semua peralatan dan bahan yang dipakai dari
tempat tidur
 Tenangkan keluarga dan biarkan mereka
berduka
TUJUAN MERAWAT JENAZAH

Untuk
Sebagai Untuk meringan
mensucikan
penghor kan beban
jenazah
matan sebelum di
keluarga
terakhir makamkan yang
ditinggal
PROSEDUR MERAWAT JENAZAH
 1. Persiapan alat
 Sama seperti memandikan pasien di tambah scort
 Pakaian jenazah
 Kapas, pinset, bengkok
 Kereta jenazah
 Formulir keterangan meninggal
NEX...
 2. Langkah kerja
 Alat-alatdi bawa ke dekat klien
 Cuci tangan
 Perawat memakai scort
 Melepaskan alat-alat kesehatan yang digunakan oleh
jenazah
 Melepaskan perhiasan yang di pakai & memberikan
pada keluarga
 Memandikan jenazah sam dengan memandikan pasien
 Menanggalkan gigi palsu
 Memakaikan baju yang sudah tersedia
 Mulut dirapatkan dengan cara mengikatkan dagu ke
kepala dengan kassa
NEX...
 Tangan dilipat sesuai agam
 Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki diikat
denagn kasa gulung
 Jenazah ditutup rapi dengan kain penutup mayat
 Formulir jenazah diisi lengkap untuk keperluan visum
(k/p )
 Membuat surat serah terima untuk kamar mayat
 Setelah 2 jam meninggal memindahkan jenazah ke
kereta jenazah
 Mengantar jenazah ke kamar jenzah
 Memindahkan jenazah dari kereta ke tempat
pembaringan kamar jenazah
 Perawat cuci tangan
PERAWATAN JENAZAH YANG
AKAN DI OTOPSI
 Ikuti prosedur RS & jangan lepas alat
kesehatan
 Beri label pada pembungkus jenazah
 Beri label pada alatprotesis yang digunakan
 Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
PERAWATAN TERHADAP
KELUARGA
 Dengarkan ekspirasi keluarga
 Beri kesempatan bagi keluarga untuk
bersama dengan jenazah beberapa saat
 Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa
berduka
 Bantu keluarga untuk membuat keputusan
serta perencanaan pada jenazah
 Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka
 BABVI PERILAKU
PROSOSIAL
PENGERTIAN PROSOSIAL
 Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai
perilaku yang menguntungkan penerima bantuan
tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi
pemberi bantuan.
 William membatasi perilaku prososial secara lebih
rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk
mengubah keadaan fisik (material), psikologis dan
sosial penerima bantuan dari kurang baik menjadi
lebih baik.
 Perilaku prososial mempunyai maksud untuk
menyokong kesejahteraan orang lain dengan cara
menolong, menyelamatkan, berkorban, kerjasama
maupun persahabatan.
CIRI-CIRI PERILAKU PROSOSIAL
 Ada 3 (tiga) ciri seseorang dikatakan
menunjukkan perilaku prososial, yaitu :
 a. Tindakan tersebut berakhir pada dirinya dan
tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi
bantuan
 b. Tindakan tersebut dilahirkan secara suka rela

 c. Tindakan tersebut menghasilkan kebaikan


CARA MENINGKATKAN PERILAKU
PROSOSIAL
 Cara meningkatkan perilaku prososial antara
lain :
 1. Menyebar luaskan penayangan model perilaku
prososial.
 2. Memberikan penekanan terhadap norma-
norma prososial.
 3. Memberikan pemahaman tentang
superordinate identity
1. MENYEBAR LUASKAN PENAYANGAN
MODEL PERILAKU PROSOSIAL
 Dalam mengembangkan perilaku-perilaku
tertentu kita dapat melakukan melalui
pendekatan behavioral dengan model belajar
sosial.
 Pembentukan perilaku prososial dapat kita
lakukan dengan sering memberikan stimulus
tentang perilaku- perilaku baik (membantu
orang yang kesulitan dan lain sebagainya).
 Semakin sering seseorang memperoleh
stimulus, misalnya melalui media massa
semakin mudah akan melakukan proses imitasi
(meniru) terhadap perilaku tersebut
2. MEMBERIKAN PENEKANAN TERHADAP
NORMA-NORMA PROSOSIAL.
 Norma-norma di masyarakat yang memberikan
penekanan terhadap tanggungjawab sosial dapat
dilakukan melalui lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat umum.
 Longgarnya sosialisasi dan pembelajaran terhadap
norma-norma ini akan mendorong munculnya prilaku
anti-sosial atau tidak peduli dengan lingkungan sekitar
dan hal ini sangat mengkhawatirkan bagi
perkembangan psikologis dan sosial seseorang.
 Dengan adanya proses sosialisasi dan internalisasi
tentang norma-norma prososial ini, maka perilaku
prososial akan mudah dijumpai dimana- mana dan hal
ini akan mengembangkan pranata sosial yang lebih baik
3. MEMBERIKAN PEMAHAMAN TENTANG
SUPERORDINATE IDENTITY
 Pandangan bahwa setiap orang merupakan bagian
dari kelompok manusia secara keseluruhan adalah hal
penting yang perlu dilakukan.
 Manakala seseorang merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok yang lebih besar, ia akan berusaha
tetap berada di kelompok tersebut dan akan
melakukan perbuatan yang menuntun ia dapat
diterima oleh anggota kelompok yang lain, salah satu
cara adalah senantiasa berbuat baik untuk orang lain.
 Ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak
disenangi oleh kelompoknya, sehingga kondisi ini
akan memberikan dorongan untuk senantiasa berbuat
baik untuk orang lain

Anda mungkin juga menyukai