Anda di halaman 1dari 18

1

HANDOUT
SENSITIVITAS SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
Pengampu : Mina Yumei Santi, SST.,M.Kes

Bidan adalah profesi tenaga kesehatan yang akan selalu bekerja dengan berinteraksi dengan
orang lain baik itu rekan kerja, tenaga kesehatan lain, atasan, klien atau pasien dan
keluarganya bahkan masyarakat. Agar dapat menjadi bidan yang baik diperlukan adanya
kepekaan atau sensitivitas terhadap sekitarnya serta kemampuan berinteraksi yang tepat.
ketika seorang bidan telah memiliki kemampuan sensitivitas dan interaksi sosial yang baik
maka ia akan lebih mudah untuk diterima di masyarakat dan akan disegani.

A. SENSITIVITAS SOSIAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian sensitivitas adalah cepat menerima
rangsangan atau kepekaan.
Sensitivitas bisa disebut juga dengan kepekaan. Istilah “kepekaan” berasal dari kata peka
yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang. Apabila dikaitan dengan kondisi sosial
maka kepekaan sosial adalah kemampuan untuk mengamati reaksi-reaksi atau perubahan
orang lain yang ditunjukkanya baik secara verbal maupun non verbal. Seseorang yang
memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan mudah memahami atau menyadari adanya reaksi
reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif atau negatif. Adanya kepekaan
sosial akan membuat seseorang dapat bersikap secara tepat terhadap orang lain yang ada
di sekitarnya. Jadi, orang yang memiliki kepekaan sosial pastinya akan mudah dan asyik
dalam bergaul. Akan banyak yang suka dan merasa nyaman kepadanya
Sensitivitas sosial termasuk dalam suatu kecerdasan interpersonal. Menjadi seseorang yang
berkarakter bukanlah sesuatu yang instant namun harus melalui sederetan proses yang
berkepanjangan dan berkelanjutan serta dimulai dari diri sendiri dan atas kemauan sendiri
sehingga sangat melekat pada diri seseorang tersebut.
Rasa peka dapat diwujudkan dengan 2 cara yaitu secara lisan dan perilaku. Peka secara
lisan adalah bagian dari rasa kepedulian yang diungkapkan langsung secara lisan terhadap
suatu keadaan atau kejadian tertentu sehingga merasakan apa yang dilihat (visual), didengar
(audio) dan dilihat & dengar (audiovisual). Peka secara perilaku merupakan perwujudan
kepedulian sosial secara spontanitas atau terorganisir yang dilakukan dalam bentuk sikap
dan perilaku yang konkret terhadap suatu keadaan atau kejadian tertentu baik secara visual,
audio dan audiovisual.

Montessori menyebut kepekaan ini sebagai periode sensitive yang di alami oleh seseorang.
Montessori mengatakan “selama periode tertentu anak memiliki kepekaan (sensitifitas)
terhadap unsur tertentu yang memaksa dia untuk memfokuskan perhatiannya pada aspek
tertentu di lingkungannya”.

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


2

Montessori mengklasifikasikan periode sensitif ini ke dalam enam kategori, yaitu:


 Sensitif/peka terhadap tata letak (tata urutan)
 Belajar melalui panca indera
 Sensitif/peka terhadap obyek kecil
 Sensitif/peka terhadap jalan
 Sensitif/peka terhadap bahasa
 Sensitif/peka terhadap interaksi sosial

Cara menumbuhkan Kepekaan Sosial :


a. Menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri
Mengapa orang tidak mampu memiliki kepekaan sosial yang baik? Salah satu
penyebabnya adalah karena orang itu sering menyendiri dan tidak mau berbaur
dengan yang lain. Ia ada dalam sebuah lingkungan, tetapi ia tidak pernah mau untuk
berkumpul bersama dengan orang-orang yang ada dalam lingkungannya. Tiap ada
kegiatan bersama, orang yang semacam ini akan cenderung tidak mau hadir.
b. Memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara
Cara berbicara adalah hal yang perlu untuk kita perhatikan dalam hidup bersama
orang lain. Banyak orang yang dalam kehidupan sehari-hari berselisih dan bertengkar
karena cara bicaranya yang tidak menunjukkan kepekaan terhadap orang -orang yang
ada di sekitarnya. Keterlibatan kita dalam organisasi akan mengasah kita untuk
memiliki kepekaan dalam mengutarakan ide dan pendapat sehingga tidak melukai
orang lain. Keterlibatan ini juga akan membuat kita mampu mengenali cara berpikir
dan cara bicara orang lain sehingga sedikit banyak kemampuan kita untuk mengenal
orang lain akan terasah.
c. Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang
Perjumpaan dengan banyak orang akan membuat kita makin mudah mengetahui
perbedaan karakter dari tiap-tiap pribadi. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan
menciptakannya dengan keunikan dan kekhususan masing-masing. Di dunia ini, tidak
ada manusia yang sama persis. Orang yang kembar identik pun tetap memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya. Karena itu, ketika kita membiasakan diri kita
untuk bergaul dengan banyak orang, hal itu akan mengasah kemampuan kita untuk
melihat masing-masing orang dengan keunikannya.
d. Terlibat dalam kegiatan sosial
Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh banyak orang pada
masa sekarang. Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam berbagai macam bentuk,
misalnya: kunjungan ke panti asuhan, pengumpulan dana untuk korban bencana,
pengobatan gratis, dsb. Jika Anda mendengar di sekolah Anda atau di lingkungan
Anda melakukan kegiatan-kegiatan semacam itu, sedapat mungkin terlibatlah dalam
kegiatan itu. Ambillah peran sesuai dengan talenta dan kemampuan Anda. Kegiatan
ini merupakan kegiatan positif yang akan mengasah kepekaan terhadap orang-orang
yang sedang membutuhkan pertolongan. Melalui kegiatan itu, Anda akan dibentuk

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


3

menjadi pribadi yang memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang perlu


diperhatikan dan dipedulikan dalam hidup ini.
e. Mengembangkan empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang
lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan
nonverbal, seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya.
Seseorang yang memiliki kemampuan ini akan lebih pandai menyesuaikan diri, lebih
mudah bergaul, dan lebih peka. Empati dapat kita kembangkan apabila kita
membiasakan diri untuk bergaul dengan orang lain dan mengamati orang -orang yang
ada di sekitar kita.
f. Berperilaku prososial
Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para ahli psikologi untuk
menjelaskan perilaku sukarela yang ditujukan untuk kepentingan atau keuntungan
orang lain, seperti: berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan, bekerja sama
dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut adanya
kesediaan untuk berkorban bagi orang lain, menghargai keberadaan orang lain, dan
tidak menempatkan diri sendiri lebih tinggi dari orang lain.
Manusia merupakan makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan
orang lain dalam menjalani kehidupannya. Tanpa adanya bantuan dari orang lain
maka manusia tidak mampu untuk hidup. Dengan kata lain, manusia merupakan
makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat ,maka dari
hal ini sensitivitas sosial atau kepekaan sosial menjadi sangat penting untuk
diterapkan.
Mengasah empati bisa dilakukan dengan cara: belajar memahami perasaan orang lain,
menawarkan dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan orang yang diban tu, mengakui dan
menghargai kekuatan, keberhasilan, dan perkembangan orang lain, menghargai
keberagaman dalam bermasyarakat, dan belajar memahami emosi pribadi sehingga bisa
memahami emosi orang lain, dengan tulus dan ikhlas dari dalam hati bukan karena ada
tujuan tertentu itulah yang akan menumbuhkan rasa empati dan sensitivitis sosial
Sensitivitas moral atau etis melibatkan membangun hubungan percaya dengan pasien dan
merespon kebutuhan yang dirasakan, membangun makna moral bagi keputusan yang
dibuat, mengungkapkan motivasi moral untuk bertindak dalam kepentingan terbaik bagi
pasien dan memodifikasi otonomi pasien bila diperlukan (Lutzen, et al., 1997).
Sensitivitas moral atau etis berasal dari pengamatan praktek dan diyakini penting bagi
praktisi etis. Dimensi yang sering digunakan dalam pengukuran sensitivitas moral atau etis
tenaga kesehatan ke pasien antara lain orientasi interpersonal, penataan makna moral,
pengungkapan kebaikan, modifikasi otonomi,pengalaman konflik moral, kepercayaan dalam
pengetahuan medis dan prinsip perawatan (Lutzen, et al., 1997). Sensitivitas etis
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya orientasi moral, komitmen profesional,
komitmen organisasional, skeptisme profesional, budaya lingkungan, kode etik dan karakter
personal.

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


4

Sensitivitas sosial merupakan suatu kebutuhan yang hendaknya dikaji serta diasah oleh
setiap orang khususnya generasi pada era teknologi seperti sekarang ini yang menjadikan
seseorang terlalu sibuk dengan gadgetnya sehingga kurang adanya kepekaan terhadap
lingkungan sosial di sekitarnya. Seseorang saat ini lebih mudah berkomunikasi melalui
gadget tetapi kesulitan ketika bertatap muka dan karena melalui gadget sehingga kepekaan
terhadap suatu keadaan menjadi berkurang karena hanya membaca bahkan dengan mudah
berkomentar dengan tidak baik.
Dalam membangun sensitivitas sosial perlu dibentuk sejak usia dini, terdapat beberapa cara
yang dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari usia anak-anak yaitu:
1. Peka dan peduli
Upaya untuk mengembangkan kepekaan dan kepedulian sosial perlu dilakukan sejak
usia dini serta telaten dan getol dalam pengawasannya dan tidak lupa dibarengi
dengan tauladan dari orang dewasa selaku figur model bagi mereka sehingga benar-
benar mengantarkan generasi penerus tesebut menjadi seperti apa yang diharapkan
karena kepedulian seseorang pada orang lain bahkan bagi kehidupan akan
mengantarkan derajat tertinggi dari sisi kemanusiaan dan pengakuan keberadaan.
Karena segalanya bermula dari diri dalam pikiran kita, di saat kita berpikir hanya
untuk diri kita sendiri, tentulah hanya diri kita sendiri pulalah yang akan mengakui diri
kita. sebaliknya, jika yang kita pikirkan adalah dunia dan generasi masa depan tentu
demikianlah yang akan kita dapatkan.
Kepedulian haruslah bersumber dari hati yang hidup, hati yang bersedia untuk
menerima cahaya Allah sehingga hati tersebut bersedia memahami perasaan orang
lain dan menanggalkan jauh-jauh egoisme pribadinya, yang tidak hanya mau peduli
atas dirinya sendiri melainkan lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan
orang lain. Banyak sekali contoh keteladanan yang telah ditunjukkan oleh generasi
terbaik dalam membangu sikap peduli ini dengan lebih mementingkan pemenuhan
kebutuhan orang lain daripada semata hanya kebutuhan dirinya sendiri.
2. Bersikap empati terhadap orang lain
Empati adalah suatu suasana sikap psikologis pribadi yang berusaha untuk belajar
menempatkan pada suasana psikologis orang lain. Yaitu kesediaan menempatkan diri
dalam posisi orang lain. Dengan sikap ini memungkinkan seseorang akan lebih
sensitif dalam hal sosial serta menekan rasa egoisme pada dirinya melalui beberapa
kali latihan dan pembiasaan tentunya. Empati dan kepekaan serta kepedulian
sebenarnya memang memang berbeda tipis namun sejatinya keduanya sama karena
sama-sama lahir dari semangat untuk menempatkan kepentingan pribadi di bawah
kepentingan orang lain atau bersama. Mengembangkan empati haruslah bermula
dalam diri kita sendiri yaitu melalui penerapan beberapa hal antara lain kesediaan
belajar dan memaknai pengalaman emosi pribadi dengan berusaha mengenali secara
baik diri kita sendiri, mengembangkan kepekaan sosial melalui terus menerus
membuka pikiran, mata, telinga dan hati secara padu untuk melihat setiap realitas
dengansebuah niat baik untuk memahaminya dari sudut pandang mereka dan diri kita
sehingga memunculkan rasa kepedulian untuk terlibat dalam realitas. Kesediaan
merasakan, mendengarkan, serta memahami orang lain. Kesediaan keluar dari zona

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


5

nyaman pribadi menuju zona orang lain. Serta belajar untuk melihat masalah dari
sudut pandang orang lain.
Sebagai makhluk sosial kita perlu menunjukan rasa empati. Mengapa empati itu
penting?
Karena dapat membantu kita memahami perasaan orang lain sehingga dapat
menanggapi situasi dengan tepat. Hal ini biasanya terkait perilaku sosial.
Seseorang dengan kemampuan berempati pada sesama dan lingkungan sekitar akan
menumbuhkan sensitivitas sosial dalam dirinya.
3. Jeli dan cermat terhadap berbagai peristiwa
Sikap jeli dan cermat akan menuntun kita dalam melihat, merasakan setiap realitas
dan perubahan apapun yang ada secara detail, sepele dan mungkin remeh. Karena
seringkali kita hanya peduli terhadap masalah yang sifatnya besar serta tampak
dengan nyata namun mengesampingkan hal-hal yang sifatnya remeh. Sementara
dalam memandang sesuatu harusnya kita memandang dari yang terkeci atau remeh
yang terjadi di sekitar kita sehingga kita telah terbiasa jeli dan cermat serta tangggap
mengambil langkah untuk menyelesaikannya. Kuncinya, adalah dimulai dari diri kita
sendiri untuk memperhatikan dan peduli pada hal-hal yang remeh, sepele, kecil, dan
detail karena sikap ini akan mengantarkan kita untuk belajar peduli pada hal-hal besar
yang ada di sekitar kita. Untuk membangun kejelian dan kecermatan, aktifkan panca
indera untuk kemudian hidupkan sensitivitas diri anda sebagai dasar dan modal untuk
mebangun sensitivitas soaial diri kita.
4. Memiliki semangat memberi
Sebagaimana rasa peka dan peduli, semangat memberi juga sangat dianjurkan,
dengan semangat memberi kita akan menekan rasa egoisme kita. Hal ini karena
sikap atau karakter dermawan yang telah melekat pada diri seseorang akan melekat
sehingga kepedulian terhadap sesama makhluk akan tumbuh dengan sendirinya dan
menjadikannya mulia di sisi Tuhan. Dengan memberi tidak hanya dapat
menyenangkan hati orang lain tetapi juga membuat pemberi merasa tenang serta
turut bahagia. Semangat memberi harus sudah terlatih sejak usia dini.
5. Keyakinan diri yang kuat dan kokoh di dalam hati dan tindakan nyata yang
bermanfaat bagi sosial.
Keyakinan diri yang kuat dan kokoh di dalam hati pribadi seseorang dapat
mengarahkan pada sebuah tindakan tertentu yang terbaik. Sehingga seseorang yang
menyatakan beriman tentu ia akan berupaya kuat untuk mewujudkan keimanan atau
keyakinannya untuk melakukan berbagai tindakan positif yang bermanfaat bagi orang
lain karena mereka sadar bahwa itulah letak nilai kebaikan manusia.
Keyakinan diri yang kuat dan kokoh di dalam hati adalah wujud pengenalan diri yang
sangat dalam dan wujud kesadaran diri yang berkaitan dengan hubungannya dengan
Tuhannya, diri dan sesama manusia. Seseorang yang telah matang dalam memahami
keberadaan baik itu sebagai makhluk Tuhan maupun sebagai makhluk sosial
haruslah mampu memaknai setiap tindakan yang dilakukan dalam hidupnya sebagai
amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan. Sikap

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


6

ini akan memunculkan rasa peduli, perhatian dan tanggungjawab yang tinggi atas
pola hububungan dengan pencipta-sesama manusia-pribadi. Bentuk sikap
tertingginya pada akhirnya akan berwujud kepada kepeduliannya untuk lebih
mementingkan orang lain dibandingkan hanya untuk dirinya sendiri.
Sensitivitas sosial merupakan suatu kebutuhan yang hendaknya dimiliki oleh setiap orang
khususnya generasi pada era teknologi seperti sekarang ini yang menjadikan seseorang
terlalu sibuk dengan gawainya, sehingga kurang adanya kepekaan terhadap lingkungan
sosial di
sekitarnya.
Sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain adalah empati dan mampu
menempatkan diri pada posisi klien, ikut merasakan atau prihatin terhadap ungkapan
penderitaan yang diungkap klien.Hal ini menunjukkan bidan mampu menumbuhkan
sensitivitas terhadap diri sendiri dan orang lain dalam implementasi pelayanan kebidanan
kepada klien. Bidan dapat menginduksi interaksi antara bidan -klien secara positif dengan
menunjukkan empati.

Sensivitas sosial adalah suatu bentuk rasa peduli, peka terhadap perubahan sosial yang ada
di lingkungannya. Bisa dengan menunjukan rasa yang ada pada dirinya untuk memberi
reaksi terhadap suatu hal yang ada. Sensitivitas sosial termasuk dalam kecerdasan
interpersonal.
Aspek / unsur dalam sensitivitas sosial
1. Tolong menolong
2. Kerja sama
3. Kesadaran diri
4. Menghargai orang lain

Indikator Kepekaan Sosial :


1. Perspective taking : kemampuan individu untuk mengambil alih sudut pandang orang
lain dengan lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya.
2. Fantacy : kemampuan idividu untuk mengubah diri seperti khayalan imajinatif yang ada
di media, film, buku, super hero.
3. Emphatic concern : orientasi seseorang terhadap permasalahan yang dihadapi orang
lain meliputi perasaan simpati dan peduli.

Faktor yang mempengaruhi :


1. Bystander : orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian mempunyai peran
sangat besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan antara menolong atau
tidak ketika dihadapkan pada keadaan darurat.
2. Atribusi : seseorang lebih termotivasi menolong orang lain jika si korban juga tidak
menghendaki keadaan tersebut/tidak mampu berbuat apa-apa lagi.
3. Model : seseorang atau hal yang bisa menigkatkan motivasi seseorang untuk mencontoh
hal yang dilakukan orang lain. Contohnya sekarang ini banyak yang berdonasi untuk

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


7

korban Covid-19 salah satunya para influencer sehingga menggugah orang lain untuk
melakukan hal yang sama.
4. Sifat dan suasana hati(mood): karakter seseorang yang cenderung apatis akan tidak
peduli terhadap lingkungannya. Namun hal ini bisa dirubah dengan terus melatih
kepekaan sosial. Suasana hati juga berpengaruh, ketika seseorang sedang dalam
suasana hati yang buruk ia akan lebih mementingkan memperbaiki suasana hatinya
ketimbang memperdulikan orang lain.
5. Anomie : menurunnya kepercayaan terhadap norma yang diyakini. Seseorang yang
amoral lebih sulit untuk peduli terhadap keadaan yang ada. Contohnya seorang
pemabuk yang sedang menaiki motor melihat seorang nenek yang berjalan, biasanya
tidak mau memboncengkan nenek tersebut. Bisa karena apatis, atau karena ia tidak
sadar dalam kondisi mabuk.
Sebagai seorang bidan perlu untuk mengasah sensitivitas sosialnya karena kita melayani
wanita secara komprehensif (biopsikososiokultural dan spiritual). Manusia mempuyai
perasaan dan akal untuk berfikir. Saat kita peduli dengan memberikan perhatian yang lebih
klien akan merasa nyaman dan akan berkunjung kembali.

B. INTERAKSI SOSIAL
Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual. Sebagai makhluk sosial, manusia
memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup dengan orang lain dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar, yang disebut dengan dorongan sosial. Manusia sebagai makhluk
individual memiliki motif untuk mengadakan hubungan dengan diri sendiri dalam rangka
mengevaluasi dirinya sendiri. Manusia membutuhkan hubungan juga dengan lingkungan tempat
ia berada.
Lingkungan memengaruhi individu dalam mengembangkan, menggiatkan dan memberikan
sesuatu yang ia butuhkan. Di tempat pelayanan kesehatan tempat bidan bekerja ada beberapa
jenis manusia yaitu klien, keluarga klien, dokter, perawat, fisioterapis, petugas lab dan lain
sebagainya. Dalam hidup bersama itu terjadi hubungan antara bidan-klien, bidan-bidan, bidan-
perawat, bidan-kelaurga, bidan-dokter, dan bidan dengan yang lainnya. Hubungan ini
diwujudkan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang prima untuk
mempercepat kesembuhan klien, sedangkan untuk mencapai keinginan itu perlu diwujudkan
dalam bentuk tindakan melalui hubungan timbal balik.
Bidan tidak akan mampu melaksanakan pelayanan kebidanan yang baik jika tidak didukung
oleh stakeholder (pemangku kepentingan), klien dan keluarga maupun sesama tenaga
kesehatan lainnya. Untuk mencapai helping relationship yaitu hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan, yaitu klien mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan.

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


8

1. Pengertian
Interaksi sosial ,manusia adalah mahluk sosial sekaligus mahluk individual. Sebagai mahluk
sosial, manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup dengan orang lain
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, yang disebut dengan dorongan sosial.
Interaksi sosial dapat disebut juga proses sosial dan merupakan syarat utama terjadinya
aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan salah satu bentuk hubungan antar-individu
terutama di lingkungan psikisnya. Hubungan individu dan lingkungannyaumumnya
dilingkungan umumnya dilakukan untuk menyesuaikan diri, baik secara autoplastis maupun
aloplasis.
Definisi interaksi sosial :
a. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut antar-individu,
individu dan kelompok, kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama serta
persaingan atau pertikaian (M.Sitorus,1999)
b. Menurut H. Bonner dalam bukunya sosial Psychology( dikutip oleh Gerungan, 1996),
interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lainnya atau sebaliknya.
c. Interaksi sosial adalah hubungan antar idividu satu dan individu lain, individu satu dapat
mempengaruhi yang lain atau yang sebaliknnya, jadi terdapat hubungan saling timbal
balik (Walgito B., 2001).
d. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau klebih individu, dimana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau memperbaiki kelakuan individu yag lain atau sebaliknya. (Singgih
G. Gunarsa,1989).
e. Interaksi sosial adalah hubungan antar sesama manusia dalam suatu lingkungan
masyarakat yang menciptakan suatu keterkaitan kepentingan yang menciptakan status
sosial. Interaksi sosial dapat juga data diartikan merupakan hubungan sosial yang
dinamis menyangkut hubungan orang per orang dengan kelompok manusia.

2. Aspek dan Bentuk Interaksi


a. Individu bertentangan dengan lingkungan
Bila individu merasa lingkungan bertentangan dengan dirinya. Contoh : bidan yang
berasal dari daerah yang norma dan nilai masyarakat yang bersifat kekeluargaan dan
kekerabatan bekerja dan pindah ke daerah perkotaan yang individualis.

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


9

b. Individu memanfaatkan lingkungan


Bila individu merasa lingkungan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan bagi
dirinya. Contoh : seorang bidan yang bertugas di suatu wilayah yang masyarakatnya
dinamis dan terorganisir dengan baik serta mempunyai Peran Serta Masyarakat (PSM)
baik, sehingga bidan tersebut dapat menjalankan program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) sesuai situasi setempat.
c. Individu berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan
Bila individu merasakan manfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Contoh : bidan yang
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat atau organisasi masyarakat yang ada di
wilayah kerjanya.
d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan
Manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

3. Ciri-ciri Interaksi Sosial


a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu

4. Syarat-syarat Interaksi Sosial


a. Kontak sosial
Hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya
intearksi sosial dan masing-masing pihak saling berinteraksi antara satu dengan yang
lain mesk tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Berhubungan atau bergaul dengan orang lain

5. Jenis-jenis Penyesuaian Diri


a. Autoplastic
Artinya mengubah dirinya sesuai dengan keadaan lingkungannya. Contoh : seorang
bidan yang bertugas di pedesaan, ia berusaha menunjukkan pola dan cara hidup sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya sopan santun, cara berpakaian
dan sebagainya.
b. Alloplastic

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


10

Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Contoh bidan
mengubah perilaku masyarakat terutama ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
sesuai dengan anjuran bidan.
6. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya interaksi sosial :
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain :
a. Imitasi
Faktor ini mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial sebab
dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. Salah
satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku seperti melakukan perbuatan baik. Namun,
imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal yang negatif, misalnya yang ditiru
adalah tindakan-tindakan yang menyimpang. Imitasi juga dapat melemahkan atau
juga bahkan mematikan pengembangan dan kreasi seseorang.
Suatu pihak yang melakukan imitasi akan meniru sama persis tindakan yang
dilakukan oleh pihak yang diimitasi. Dia tidak berpikir panjang tentang tujuan
peniruannya. Dalam imitasi, peniruan dapat berwujud penampilan, sikap, tingkah laku,
dan gaya hidup pihak yang ditiru. Melalui imitasi, seseorang belajar nilai dan norma di
masyarakat atau sebaliknya, dia belajar suatu perbuatan yang menyimpang dari nilai
dan norma yang berlaku.
Contoh : imitasi negatif adalah seorang anak yang meniru kata-kata yang sering
didengarnya atau perbuatan yang sering ditontonnya.
b. Sugesti
Yaitu faktor yang memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya
yang kemudian diterima oleh pihak lain. Faktor sugesti berlangsung apabila
seseorang memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang
kemudian diterima oleh pihak lain. jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan
imitasi tetapi bedanya adalah berlangsungnya sugesti karena pihak yang menerima
dilanda oleh emosi, yang menghambat daya pikir secara rasional.
Sugesti dapat diartikan sebagai pengaruh-pengaruh yang diberikan oleh seseorang
atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa
sehingga orang yang diberi sugesti tersebut akan menuruti apa yang menjadi
keinginan dari si pemberi sugesti tanpa pertimbangan-pertimbangan yang bersifat
rasional. Sugesti dapat berbentuk beberapa macam, seperti sikap, perilaku, pendapat,
saran, anjuran, dan sebagainya yang disampaikan secara halus. Contoh : masyarakat

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


11

di suatu wilayah lebih senang memeriksakan dirinya pada bidan A karena dipercaya
dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya, walaupun mungkin bidan A
tidak memberikan obat.
c. Identifikasi
Yaitu faktor yang mempunyai kecenderungan-kecenderungan atau keinginan dalam
diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih
mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar
proses ini. Dengan demikian, berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya
pengaruh yang lebih mendalam daripada proses imitasi dan sugesti walaupun ada
kemungkinan bahwa pada mulanya proses identifikasi diawali oleh proses imitasi atau
sugesti. Proses penyamaan diri oleh seorang individu terhadap pribadi lain secara
aktif ini dapat berlangsung tanpa disadari. Pribadi yang dijadikan objek identifikasi
adalah tokoh yang dicintai, disegani atau dikagumi karena kekhasan pribadinya.
d. Simpati
Yaitu faktor yang menyebabkan seseorang merasa tertarik dengan pihak lain. di
dalam proses ini, perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun
dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk
bekerjasama dengannya.
Simpati timbul bukan karena penilaian rasio, melainkan karena penilaian perasaan.
Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau
lebih. Simpati merupakan gejala kejiwan yang ditandai dengan adanya ketertarikan
terhadap sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang.
Simpati biasanya ditandai dengan adanya rasa tertarik atau bahkan rasa cinta kepada
seseorang atau sekelompok orang. Contoh : hubungan cinta kasih antara ibu dan
anak.

7. Bentuk-bentuk interaksi sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, atau
antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial dapat
terjadi dalam berbagai bentuk.
a. Proses Asosiatif (penyatuan)
1) Kerjasama (cooperation)

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


12

Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang-orang atau kelompok-
kelompok bekerja bersama-sama, saling tolong menolong untuk mencapai suatu
tujuan bersama.
a) Bargaining
Berarti ada pertukaran barang dan jasa antara dua kelompok atau lebih. Bentuk
interaksi ini sangat sering dipakai saat merawat seorang anak, karena kadang
anak-anak sulit/takut dengan petugas kesehatan. Bidan dapat melakukan tawar
menawar dengan pasien terutama anak-anak misalnya saat tidak mau minum
obat, maka bidan/perawat dpat melakukan bargaining misalnya bila si anak mau
minum obat maka bidan/perawat bisa bermain bersamanya.
b) Co-optation
Yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru sebagai upaya stabilitas dalam
organisasi. Tidak menutup kemungkinan dalam pelayanan
keperawatan/kebidanan antara yang mengambil kebijakan antara yang
mengambil kebijakan untuk menentukan intervensi atau asuhan
keperawatan/kebidanan dengan yang melaksanakan asuhan ada perbedaan
sehingga ada kegoncangan. Untuk itu, bagi pelaksana mestinya menuruti saja
intervensi yang telah ditetapkan, dan bagi yang melaksanakan harus meyakini
bahwa intervensi yang telah ditetapkan merupakan pilihan intervensi yang sesuai
dengan prioritas masalah
c) Coalition
Yaitu kombinasi/gabungan dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan
atau kepentingan sama, agar tercapai tujuan yang lebih besar lagi. Untuk
mensukseskan program-program kesehatan di masyarakat, sebaiknya petugas
kesehatan dan masyarakat menjalin kerjasama. Karena keduanya merasa saling
membutuhkan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
d) Join venture
Yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pertambangan batu bara, perfileman, perhotelan, dan
seterusnya. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, perawat/bidan dan
dokter sama-sama melaksanakan kerja sama, misalnya mendirikan klinik atau
home care bersama.
2) Akomodasi

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


13

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu merujuk pada suatu keadaan
dan merujuk pada suatu proses. Akomodasi yang merujuk pada suatu keadaan,
berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau
kelompok manusia dalam kaitanya dengan norma social dan nilai-nilai social yang
berlaku di dalam masyarakat.
a) Coercion
Merupakan suatu bentuk proses yang dilaksanakan karena adanya paksaan.
Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam
keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.
b) Compromise
Merupakan suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat saling
mengurangi tuntutanya agar tercapai suatu penyelesaiannya terhadap masalah
yang ada.
c) Arbitration
Merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.
d) Mediation
Mediasi hampir menyerupai arbitration. Pada mediasi diundang pihak ketiga
yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihak ketiga tersebut memiliki
tugas utama mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan
pihak ketiga hanya sebagai penasehat belaka, tidak mempunyai wewenang
untuk memberi keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
e) Conciliation
Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan dari pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
f) Toleration (tolerant-participation)
Merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
Kadang-kadang, toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan,
karena adanya watak orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia untuk
sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
g) Stalemate
Merupakan suatu akomodasi, yaitu pihak-pihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


14

melakukan pertentangan. Hal ini terjadi karena kedua belah pihak sudah tidak
memiliki kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
h) Adjudication
Merupakan penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
i) Segregasi
Merupakan bentuk akomodasi yang dilakukan kedua pihak dengan saling
menghindari konflik antara kedua belah pihak. Sikap saling menghindari konflik
ini bertujuan agar antara kedua pihak tidak terjadi konflik yang berkelanjutan.
j) Gencatan senjata
Merupakan penangguhan permusuhan yang dilakukan pada jangka waktu
tertentu karena adanya kemungkinan jalan keluar yang baik dalam penyelesaian
konflik. Contoh gencatan senjata sering terjadi pada konflik dan perang antar
negara.
3) Akulturasi
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan
asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan itu lambat laun diterima
dan diolah ke dalam kebudayaannya, tanpa menghilangkan sifat khas kepribadian
kebudayaan asli.
Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat tergantung persepsi
masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk. Apabila masuknya
melalui proses pemaksaan, maka akulturasi memakan waktu relatif lama.
Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai, akulturasi tersebut akan
berlangsung relatif lebih cepat.
4) Asimilasi
Asimilasi merupakan proses social dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha
mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok
manusia dan juga meliputi usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan
proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan Bersama. Apabila
orang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, ia
tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang membuat mereka
dianggap sebagai orang asing.
Faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi :

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


15

 Toleransi
 Kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
 Sikap menghargai orang asing dan kebudayaan
 Sikap terbuka
 Perkawinan campuran
 Adanya musuh bersama dari luar
 Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
b. Proses Disosiatif
Proses disosiasif juga sering disebut oppositional processes, sama halnya dengan kerja
sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat walaupun bentuk dan arahnya
ditentukan oleh kebudayaan dan system social masyarakat bersangkutan. Berbeda
dengan keadaan masyarakat negara lain, masyarakat Indonesia pada umumnya bersifat
kooperatif, karena sistem nilai dalam masyarakat kita lebih menghargai bentuk
kerjasama.. Proses disosiatif yaitu sebuah proses sosial yang menjurus ke masalah atau
konflik, yang mengakibatkan kerenggangan dalam berinteraksi, biasa juga dikenal
dengan sebuah proses oposisi. Proses interaksi sosial disosiatif terdiri dari tiga bentuk,
yaitu persaingan, kontravensi, dan konflik.
1) Persaingan
Dapat diartikan sebagai suatu proses social, ketika individua atau kelompok-
kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan
yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum baik perseorangan
maupun kelompok manusia dengan cara menarik perhatian publik atau dengan
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau
kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi dan
tidak pribadi. Yang bersifat pribadi orang perorangan atau individu secara
langsungbersaing untuk memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi.
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai bebrapa fungsi antara lain:
 Menyalurkan keinginan atau kelompok bersifat kompetitif.
 Sebagai jalan kepentingan yang ada pada suatu masa menjadi pusat
perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
 Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin dan
social.
2) Kontravensi

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


16

Merupakan suatu bentuk proses social yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian. Dalam bentuk murni kontravensi adalah sikap mental
yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu
golongan tertentu.
Bentuk kontravensi menurut Leopold Von Wiese :
 Kontravensi umum meliputi perbuatan, seperti penolakan, perlawanan,
perbuatan mengahalang-halangi, perbuatan kekerasan.
 Kontravensi sederhana, seperti menyangkal pertanyaan orang lain di depan
umum,memfitnah.
 Kontravensi intensif mencakup;i penghasutan, menyebarkan desas-desus,
mengecewakan pihak lain.
 Kontrvensi taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu,
membingungkan.

3) Konflik
Pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan, misalnya dalam ciri-
ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku. Ciri tersebut
dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suaatu pertentangan atau
konflik. Konflik adalah suatu proses social ketika individua tau kelompok berusaha
untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan disertai
ancaman atau tindakan kekerasan.
Konflik atau pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain :
 Pertentangan pribadi
 Pertentangan rasial (contoh : pertentangan orang negro dengan orang kulit
putih di Amerika Serkiat)
 Pertentangan antar kelas-kelas social (contoh: pertentangan antar majikan
dengan pembantu)
 Pertentangan politik
 Pertentangan yang bersifat internasional. Ini disebabkan perbedaan
kepentingan yang kemudian merembet ke kedaulatan negara.
Akibat-akibat pertentangan :
 Peningkatan solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan
dengan kelompok lain, solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya
akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan
kelompoknya.

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


17

 Retaknya persatuan kelompok. Apabila pertentangan antara golongan terjadi


dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebalinya, yaitu goyah dan
retaknya persatuan kelompok tersebut.
 Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung di
dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh
simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan
menghadapi situasi demikian tetapi banyak pula yang merasa tertekan,
sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya.
 Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Contohnya adalah
pada peperangan yang telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik
bagi pemenang maupun pihak yang kalah, baik dalam bidang kebendaan
maupun bagi jiwa raga.
 Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.scribd.com/document/433065692/Sensitivitas-sosial
2. https://image.slidesharecdn.com/kspptoke-160725084053/95/kepekaan-diri-dan-sosial-5-
638.jpg?cb=1469436178
3. http://smpislampapb.sch.id/official/2019/12/28/pudarnya-empati-dan-sensitivitas-sosial/
4. http://www.academia.edu/24289341/Sensitivitas_Etis_Dan_Sikap_Kepatuhan_Wewenan
g_Terhadap_Kinerja_Bidan_Dalam_Melakukan_Rujukan_Di_Kabupaten_Gresik
5. Mubarak, WI., Nurul Chayatin dan Iga Mainur. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar Kebidanan :
Pengantar dan Teori. Jakarta : EGC
6. Ratna, W dan Sutrisno. 2013. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Aplikasinya di
Pendidikan Kesehatan (Buku Ajar). Yogyakarta : Fitramaya
7. Tonasih. 2020. Sosioantropologi Bagi Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Deepublish
Publisher

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


18

Mina Yumei Santi,SST.,M.Kes | POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai