PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika profesi merupakan etika khusus yang dikhususkan pada profesi tertentu,
misalnya Etika Kedokteran, Etika Rumah Sakit, Etika Kebidanan, Etika Keperawatan,
dan lain – lain. Kode etik suatu profesi adalah norma – norma tersebut berisi petunjuk
bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, dan
larangan – larangan, termasuk ketentuan – ketentuan apa yang boleh dan tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak hanya dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan berkaitan juga dengan tingkah lakunya secara umum
dalam pergaulan sehari – hari di masyarakat. Guna etika adalah memberi arah bagi
perilaku manusia tentang apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan
kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. (Gita dan
Nurrobikha, 2018)
B. Rumusan Masalah
1
6. Apa saja kewajiban bidan terhadap klien?
7. Apa saja hak dan kewajiban yang dimiliki klien?
C. Tujuan
D. Mnafaat
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang kode etik
dan anggota profesi dan klien atau pasien serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama masa pendidikan di tempat lahan kerja ataupun di lingkungan sekitar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bidan merupakan profesi yang sangat penting di dalam pelayanan kesehatan ibu
dan anak. Seringkali di dalam pelayanannya muncul kasus – kasus kegawat daruratan ,
yang menuntut bidan harus memksimalkan fungsi dan perannya. Kompetensi adalah
kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan praktik kebidanan pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan secara aman dan bertanggungjawab sesuai dengan standar sebagai
syarat mampu oleh masyarakat (PI IBI, 2014). (Lestari Puji Astuti, dkk, 2017)
Ikatan bidan Indonesia sebagai organisasi profesi kesehatan yang menjadi wadah
persatuan dan kesatuan para bidan di Indonesia menciptakan kode etik bidan Indonesia
yang di susun di atas dasar penekananan keselamatan klien di atas kepentingan
lainnya. Terwujudnya kode etik ini merupakan bentuk kesadaran dan kesungguhan hati
setiap bidan untuk memberi pelayanan kesehatan secara professional dan sebagai
anggota tim kesehatan demi tergapainya cita-cita pembangunan nasional di bidang
kesehatan pada umumnya, KIA/KB, dan kesehatan keluarga pada khususnya. Selain
itu , tugas sentral pada bidan adalah mengupayakan segala sesuatu agar kaumnya, pada
detik-detik yang sangat menentukan menyambut kelahiran insane generasi secara
selamat, aman, dan nyaman.
3
Bidan senantiasa berupaya memberi pemeliharaan kesehatan yang komprehensif
terhadap remaja putri, wanita pranikah, wanita prahamil, ibu hamil, ibu meahirkan, ibu
menyusui, bayi dan balita pada khususnya, sehingga mereka tumbuh berkembang
menjadi insane bangsa yang sehat jasmani dan rohani dengan tetap memerhatikan
kebutuhan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga dan masyarakatnya pada umumnya.
(Dadi Anwar, dkk, 2016:43)
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian
profesi. Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) dalam suatu keputusan kongres. Kehadiran kode etik profesi
bidan berdampak positif terhadap penegakan disiplin di kalangan profesi bidan Darma
(Sakti Tanjung, 2015)
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi dalam
melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma tersebut berisi
petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
profesinya dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh di
perbuat atau di laksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
profesinya dan larangan yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh di
perbuat atau di laksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya,melainkan juga menyangkut tingkah laku pad umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat (Mustika,2001). Kode etik ini adalah ciri profesi yang
bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu merupakan
penegetahuan yang komprenhensif suatu profesi yang member tuntunan bagi anggota
dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik adalah suatu kesepakatan yang di
4
terima dan di anut bersama (kelompok tradisonal) sebagai tuntunan dalam melakukan
praktik. Kode etik di sususn oleh profesi berdasarkan pada keyakinan dan kesadaran
profesi berdasarkan pada keyakinan dan kesadaran professional serta tanggung jawab
yang berakar pada kekuatan moral dan kemampuan manusia (Depkes,2002). (Suryani
dan Anwar, 2016: 39)
1. Berpegang teguh pada pada filosofi, etika profesi dan aspek legal.
2. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang
dibuatnya.
3. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan mutakhir.
4. Menggunakan cara pencegahan universal untuk penyakit, penularan dan strategis
dan pengendalian infeksi.
5. Melakukan konsultasi dan rujukan yang tepat dalam memberikan asuhan
kebidanan.
6. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan,
kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak.
7. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar
mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek
asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab
atas kesehatannya sendiri.
8. Menggunakan keterampilan mendengar dan memfasilitasi.
9. Bekerja sama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga.
10. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan. ( Rani Darma Sakti
Tanjung, 2015, Model Ketulusan (Altruistic) Bidan Dalam Memberikan
Pelayanan, Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan: 23)
5
2. Melakukan tindkakan yang benar
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
4. Memperlakukan manusia secara adil
5. Menjelaskan dengan benar
6. Menepati janjji yang telah di sepakati
7. Menjaga kerahasiaan.
C. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Kode
etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin
di kalangan profesi, jika semua individu yang menjalankan profesi yang sama
tergabung dalam suatu organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu
profesi secara otomatis tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan profesi, barulah
ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena
setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenai
sanksi. (Asry, 2017)
Pada dasarnya, kode etik suatu profesi diciptakan dan dirumuskan demi
kepentingan anggota dan organisasi. Secara umum, tujuan menciptakan kode etik
adalah sebagai berikut
6
merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan – peraturan yang
ditunjukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur
para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan – ketentuan yang
perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma – norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidan pengabdiannya.
Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi profesi (Octa dan Widya, 2014: 10).
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa tujuan suatu profesi menuyun kode
etik adalah menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota, dan meningkatkan
mutu profesi serta meningkatkan mutu organisasi profesi (Asry Noviyanti, 2017).
Kode etik berfungsi sebagai panduan dalam membuat keputusan tentang masalah
etik, menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan atau mengevaluasi diri,
menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi rekan sejawat dan
menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral (Riyanti,
2018:17).
7
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman berperan ,tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjlankan tugasnya, mendahului kepentingan klien,
menghormati hak klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahului kepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang di milikinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal (Rriyanti, 2018: 20).
G. Hak dan Kewajibab Pasien
1. Hak pasien
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau institute pelayanan kesehatan.
b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profsi bidan
tanpa adanya diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi
e. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginanya.
f. Pasien berhak mendapatkan perlindungan suami atau keluarganya selam proses
persalinan berlangsung.
g. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi, kehamilan,persalinan,
nifas dan bayinya yang baru di lahirkan.
h. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses persalinan yang
berlangsung.
i. Pasien berhak memilih dokter dan kelas keperawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai peraturan yang berlaku di Rumah sakit.
8
j. Pasien berhak di rawat oleh dokter yang secara bebas menetukan pendapat
kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar lain.
k. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakit (second opinion )tersebut terhadap penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya.
l. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang di derita
termasuk data-data medisnya.
m. Pasien berhak mendapatkan informasi meliputi :
1) Penyakit yang di derita
2) Tindakan kebidanan yang akan di lakukan
3) Alternative terapi lainnya
4) Prognosnya
5) Perkiraan biaya pengobatan
n. Pasien berhak menyetujui memberikan izin atas tindakan yang akan di lakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang di deritanya.
o. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak di lakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit.
p. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
q. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaanyang di anut
selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya
r. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
si Rumah Sakit.
s. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus
malpraktik .
2. Kewajiban pasien
9
b. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban melunasi semua imbalan atas
jasa pelayanan rumah sakit atas pelayanan institusi pelayanan kesehatan,
dokter,bidan dan perawat.
c. Pasien dari/atau penaggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang di
sepakati perjanjian yang di buatnya
Kode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber
dari nilai – nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif profesi bidan yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam
melaksanakn pengabdian profesi. Kode etik profesi bidan juga merupakan suatu
pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan professional
bidan. (Farelya dan Gita, 2018:7)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat memberikan inspirasi, pengalaman, serta
meningkatkan pengetahuan tentang kode etik bidan dan anggota profesi dan
klien atau pasien
2. Bagi Kampus
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan mutu dalam proses pembelajaran,
dapat meningkatkan kompotensi dan pengetahuan mahasiswa mengenai kode
etik kebidanan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Astuti Puji Lestari, dkk, 2017, Peran dan Fungsi Bidan dalam Pelaksanaan Informed
Consent pada Kegawat Daruratan Obstetri Di Puskesmas, Semarang, Jurnal
Kebidanan, IX(02)
Gita dan Farelya, 2018. Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.CV Budi Utama.
Yogyakarta
Novianty Asry, 2017. Konsep Kebidanan. Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakata. Jakarta
Nuryuniarti Rissa dan Septiani Tatu, 2017. Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tingkat II
Tentang Etika Kebidanan Di DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya. Tasikmalaya, Jurnal Kebidanan UMTAS, 1(2).
Octa dan Dwienda. 2014. Prinsip Etika dan Motalitas dalam Pelayanan Kebidanan. CV
Budi Utama. Yogyakarta
Riyanti, 2018. Buku Ajar Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Wineka Media. Malang
Soepardan Suryani dan Hadi Dadi Anwar, 2016. Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tanjung Sakti Darma Rani, 2015, Model Ketulusan (Altruistic) Bidan dalam Memberikan
Pelayanan. Sumatera Utara, Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, 2(1)
12