Anda di halaman 1dari 13

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN EMOSIONAL PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

Risnawati, Ida Hayati, Mariani

ABSTRAK
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan saat
ini di negara Indonesia.Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehataan bangsa.Sehingga
masalah kesehatan anak menjadi prioritas agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
baik secara fisik maupun psikologis.Salah satu dari masalah anak secara psikologis adalah masalah
mental emosional yang dapat mengakibatkan gangguan emosi dan mental yang tidak sehat dimana
salah satu faktor penyebabnya adalah pola asuh orangtua.Untuk mengetahui gambaran metode
koesioner masalah mentalemosional untuk mendeteksi dini penyimpangan mental emosional pada
anak usia 4-6 tahundi TK Negeri 1 Samarinda.Desain penelitian ini adalah studi Deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan umtuk memberikan gambaran suatu fenomena yang terjadi.Penelitian ini
menggunakan subyek penelitian yaitu orang tua murid usia4-6 tahun.Dengan menggunakan alat ukur
Quisioner, KMME.Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.Penelitian ini didapatkan
mayoritas anak tidak mengalami masalah mental emosional (normal) sebanyak 67 anak (63.2%) dari
106 responden, anak dengan perkembangan yang meragukan sebanyak 20 anak (18.9%) dari 106
responden dan anak dengan perkembangan yang menyimpang sebanyak 19 anak (17.9%) dari 106
responden. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi masalah mental emosional pada
anak usia 4-6 tahun di TK Negeri 1 Samarinda adalah pola asuh orang tua, lingkungan, status gizi,
sosial budaya, keluarga dan faktor internal (dari dalam diri) serta faktor ekternal dapat mempengaruhi
tumbuh kembang, psikologi mental emosional anak usia 4-6 tahun di TK Negeri 1 Samarinda. Penulis
memberikan saran kepada Sekolah terkait KMME (Koesioner Masalah Mental Emosioanal) dapat
dijadikan salah satu pilihan alat dalam melakukan deteksi dini masalah perkembangan anak, sehingga
diharapkan agar sekolah melakukan deteksi dini secara rutin sehingga kegiatan stimulasi terhadap
anak bisa lebih akurat.

Kata kunci :Penyimpangan, Emosional, Anak usia 4-6 tahun

1|Jurnal Medika
Pendahuluan tidak ditangani secara benar, seperti
World health organitation (WHO) dengan kekerasan yang dilakukan oleh
melaporkan bahwa 5-25% anak-anak usia orangtua dan guru akibat dari kurangnya
prasekolah menderita disfungsi otak pengertian dan pemahaman tentang
minor, termasuk gangguan perkembangan Masalah Mental Emosi, terdapat
motorik halus (Widati, 2012). Sedangkan kecenderungan lebih sering pada anak
menurut (Kay- Lambkin, dkk, 2007) laki-lakidibandingkan anak perempuan.
secara global dilaporkan anak yang Namun semakin lama kejadiannya
mengalami gangguan berupa kecemasan semakin meningkat pada anak usia pra
sekitar 9%, mudah emosi 11-15%, sekolah dan usia sekolah. (Nur Aini,2013)
gangguan perilaku 9-15%. Departemen Keterlambatan motorik
kesehatan RI melaporkan bahwa 0,4 juta menyebabkan anak merasa rendah diri,
(16%) balita Indonesia mengalami terjadi kecemburuan terhadap anak lain,
gangguan perkembangan, baik terjadi kekecewaan terhadap orang
perkembangan motorik halus dan kasar, dewasa, penolakan sosial,
gangguan pendengaran, kecerdasan ketergantungan dan malu (Hurlock, 2003).
kurang dan keterlambatan bicara (Widati, Menurut Sulistyaningsih (2010) rasa
2012). Sedangkan menurut Dinas rendah diri, kecemburuan terhadap anak
Kesehatan sebesar 85.779 (62,02%) anak lain, dan malu akan menyebabkan anak
usia prasekolah mengalami gangguan kesulitan memasuki bangku sekolah,
perkembangan. sebab ketrampilan motorik sangat
Salah satu penyimpangan mental diperlukan dalam bersosialisasi dengan
emosi adalah gangguan Mental Emosi teman sebaya dalam hal bermain,
yang sering dijumpai pada gangguan keterampilan menulis dan membaca,
perilaku pada anak. Dalam tahun terakhir sedangkan kekecewaan terhadap orang
gangguan mental emosi yang menjadi dewasa akan mempengaruhi mental
sorotan dan perhatian utama di kalangan emosionalnya sehingga anak akan
medis ataupun di masyarakat umum. mencari perhatian yang berlebihan,
Angka kejadian kelainan ini adalah sekitar ketergantungan dan rasa malu akan
3 – 10%, di Ameriksa serikat sekitar 3-7% menyebabkan prestasi anak jauh
sedangkan di Negara Jerman, Kanada dibawah kemampuannya.
dan Selandia Baru sekitar 5-10%. Di Koesioner Masalah Mental
indonesia angka kejadiannya masih Emosional (KMME) adalah salah satu
belumada angka yang pasti, meskipun cara untuk mendeteksi dini tumbuh
kelainan ini cukup banyak terjadi., kembang anak. Yaitu kegiatan
terkadang seorang anak hanya dianggap pemeriksaan atau skrining untuk
'nakal' atau 'bandel', sehingga seringkali menemukan secara dini adanya

2|Jurnal Medika
penyimpangan tumbuh kembang pada keluarga dengan keluhan anak sering
anak balita pra-sekolah. Semakin dini marah tanpa alasan, perasaan ketakutan
ditemukan peyimpagan semakin mudah atau kecemasan berlebihan, menghindari
untuk dilakukan intervensi untuk teman-temanya. 3 keluarga mengeluh
perbaikannya (Sjamsul, 2010). Keuntugan anaknya suka melanggar dan
deteksi dini yang lainnya adalah agar membantah, mudah teralih perhatianya
tenaga kesehatan mempunyai waktu nafsu makan berkurang dan terkadang
dalam menyusun rencana dan melakukan sulit tidur. Sedangkan 2 orangtua yang
tindakan atau intrvensi yang tepat. Alat mengeluh anaknya terkadang masih
skrining KMME menjaring kemungkinan mengompol dan dekat dengan
gangguan mental emosional (Depkes RI, orangtuanya. Hal tersebut merupakan
2007). salah satu diantara permasalahan perilaku
Penelitian terdahulu yang dilakukan pada anak yang dapat mengalami
di Desa Pucang Simo Kabupaten masalah mental emosional. Selain hal
Jombang didapatkan prevalensi gangguan tersebut di TK Negeri 1 Samarinda belum
mental emosional pada anak usia 3-5 pernah diadakan Skrining deteksi dini
tahun dengan hasil sebanyak 74,2% masalah mental emosional oleh tenaga
(Maramis, 2013). Penanganan dan kesehatan. Adapun data yang diperoleh
menganalisis kebutuhan emosi anak usia melalui wawancara dengan salah satu
prasekolah diperlukan deteksi dini tumbuh guru mengatakan sebagian murid
kembang. Deteksi dini meliputi deteksi dini mengalami perubahan prilaku dari tahun
penyimpangan pertumbuhan, deteksi dini ke tahun dimana tahun sebelumnya anak
penyimpangan perkembangan dan aktif dan tidak marah tanpa alasan, dan
deteksi dini penyimpangan mental pada tuhun selanjutnya terjadi perunahan
emosional (Kementerian Kesehatan prilaku dimana anak cendrung marah
Republik Indonesia, 2012). Salah satu tanpa alasan, perasaan ketakutan dan
skrining deteksi dini penyimpangan kecemasan yang berlebihan dan juga
perkembangan mental emosional adalah menghindari teman-teman saat
Kuesioner Masalah Mental Emosional melakukan aktivitas bermain.
(KMME).
Dari studi pendahuluan yang penulis Metode
lakukan di TK Negeri 1 Samarinda pada Jenis penelitan yang dilakukan
18 Desember 2012, terdapat 32 murid. adalah deskriptif yaitu suatu penelitian
Melalui wawancara dengan beberapa yang dilakukan untuk memberikan
orangtua murid didapatkan data mengenai gambaran penyimpangan emosional pada
keluhan prilaku anak. Dari 9 orangtua anak usia 4-6 Tahun. Penelitian ini
yang dilakukan wawancara terdapat 4 dilakukan di TK Negeri 1 Samarinda

3|Jurnal Medika
dengan waktu penelitian dilakukan pada tujuh anak. Hal tersebut dikarenakan
bulan Maret sampai April 2016.Populasi berdasarkan hasil dari penilaian melalui
dalam penelitian ini adalah seluruh orang kuesioner dan hasil diskusi dari beberapa
tua siswa dan siswi TK Negeri 1 guru di TK dan orang tua murid
Samarinda yang berjumlah 144 mengatakan bahwa anak-anak tersebut
siswa/siswi. Denagn menggunakan rumus menunjukkan sikap yang dapat
Slovin maka sampel dalam penelitian ini mengontrol diri, berhubungan baik dengan
adalah orang tua siswa-siwsi TK yang teman dan senang dengan hal-hal yang
mengantar anaknya ke TK Negeri 1 baru, serta prestasi yang bagus.
Samarinda sebanyak 106 Lingkungan sosial sangat besar
responden.Dalam penelitian ini tehnik pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
pengambilan sampel yang digunakan
adalah consecutive sampling yang Pembahasan
dilakukan dengan mengambil responden Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan
yang tersedia pada saat itu dan telah mayoritas anak tidak mengalami masalah
memenuhi kriteria sampel yang telah mental emosional (normal) sebanyak 67
ditentukan terlebih dahulu (Notoatmojo, anak (63.2%), sebanyak 20 anak (18.9%)
2002).Sebelum melakukan pengambilan yang mengalami kemungkinan
sampel perlu ditentukan kriteria inklusi penyimpangan dan 19 anak (17.9%) yang
dan ekslusi. mengalami penyimpangan. Anak yang
tidak mengalami masalah mental
Hasil Penelitian emosional adalahanak yang tidak
Tabel 1 Distrbusi frekuensi responden mengalami gangguan perkembangan
berdasarkan gambaran deteksi dini yang menunjukan tanda-tanda
penyimpangan emosional pada anak usia keterlambatan anak dimana
4-6 tahun di TK Negeri 1 Samarinda perkembangannya nampak tidak lengkap
Tahun 2016 atau tidak konsisten dengan pola dan
tahapan umum. Hal tersebut sesuai
denganteori yang menyatakan bahwa
untuk menjaga kondisi mental emosional
anak dalam batas normal yaitu dengan
cara menerapkan pola asuh yang tepat
Sumber : Data Primer 2016
dengan memberikan kebebasan kepada
Dari tabel 1 diatas menunjukan
anak untuk memilih dan melakukan suatu
bahwa sebagian besar mayoritas anak
tindakan, serta pendekatannya kepada
tidak mengalami masalah mental
anak bersifat hangat. Disamping itu orang
emosional (normal) sebanyak enam puluh
tua sebagai pemimpin keluarga yang

4|Jurnal Medika
terwujud dalam pola asuh sangat Berdasarkan kemungkinan terjadi
mempengaruhi suasana interaksi keluarga penyimpangan mental dengan jawaban ya
dan dapat merangsang perkembangan pada pertanyaan nomor 2 yang
pada pribadi anak salah satunya menyatakan “Apakah anak anda tampak
perkembangan mental emosi anak. menghindar dari teman-teman atau
Berdasarkan kemungkinan terjadi anggota keluarganya? (seperti ingin
penyimpangan mental dengan jawaban ya merasa sendirian, menyendiri atau
pada pertanyaan nomor 1 yang merasa sedih sepanjang waktu,
menyatakan “Apakah anak anda kehilangan minta terhadap hal-hal yang
seringkali terlihat marah tanpa sebab biasa sangat dinikmati)”. Hal tersebut
yang jelas? (Seperti banyak menangis, mungkin terjadi karena anak merasa
mudah tersinggung atau bereaksi bahwa ia kurang percaya diri terhadap
berlebihan terhadap hal-hal yang sudah dirinya, terhadap kemampuannya akibat
biasa dihadapinya)?” hal ini kemungkinan dari kurangnya perhatian orang tua
terjadi karena adanya dorongan untuk kepada anak tidak mendukung
bertindak dari dalam diri anak itu sendiri kemampuan yang anak miliki sehingga
yang belum dapat ia kendalikan sehingga anak cenderung tidak percaya diri
menimbulkan reaksi atau respon seperti terhadap kemampuannya serta ia
emosi yang menggambarkan suasana hati mencoba untuk menyendiri dan
seseorang untuk mendorong rasa menghindari teman-temannya.
menangis, tertawa atau marah. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat
Pernyataan ini di dukung oleh (Prawitasari Patmonodewo (2003) Kompetensi anak
dan Goleman 2011) Emosi pada dasarnya perlu dikembangkan melalui interaksi,
adalah dorongan untuk bertindak. minat, kesempatan mengagumi, dan kasih
Biasanya emosi merupakan reaksi sayang. Berikan kesempatan kepada
terhadap rangsangan dari luar dan dalam anak untuk meneliti dan mendapatkan
diri individu. Sebagai contoh emosi pengalaman dalam banyak hal. Berikan
gembira mendorong perubahan suasana kesempatan dan dorongan untuk
hati seseorang, sehingga secara fisiologi melakukan berbagai kegiatan secara
terlihat tertawa, emosi sedih mendorong mandiri.Tentukan batas-batas tingkah laku
seseorang berperilaku menangis. Emosi yang diperbolehkan oleh
adalah keadaan tersentuhnya perasaan, lingkunganya.Kagumilah apa yang
disebut pula sebagai perasaan hati atau dilakukan oleh anak.Sebaiknya apabila
renjana. sedangkan Emosional adalah berkomunikasi dengan anak, lakukan
segenap penghayatan yang berkaitan dengan hangat dan ketulusan hati.
dengan perasaan hati. Berdasarkan kemungkinan terjadi
penyimpangan mental dengan jawaban ya

5|Jurnal Medika
pada pertanyaan nomor 4 yang dengan teori menurut Kemenkes RI
menyatakan ” Apakah anak anda terlihat (2013) gizi untuk tumbuh kembang bayi,
memperlihatkan adanya perasaan balita dan anak prasekolah diperlukan zat
ketakutan atau kecemasan berlebihan makanan yang ade kuat atau dua kali dari
yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan orang dewasa karena pada periode
tidak sebanding dengan anak lain tumbuh kembang pada anak, anak
seusianya ?”. Hal tersebut bisa saja terjadi memerlukan gizi yang lebih untuk
pada anak karena anak merasa tertekan perkembangan nya.
dalam lingkungan pengasuhan Berdasarkan kemungkinan terjadi
keluarganya yang mungkin tidak ia sukai. penyimpangan mental dengan jawaban
Peran keluarga dalam hal ini sangat yapada pertanyaan nomor6 yang
mempengaruhi pertumbuhan emosional. menyatakan ”Apakah anak anda
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menunjukkan perilaku kebingungan
Soetijiningsih (2010) Keluarga yang sehingga mengalami kesulitan dalam
lengkap dan fungsional serta mampu berkomunikasi dan membuat keputusan
membentuk homeostatis akan dapat ?”. Hal ini bisa terjadi karena pada usia
meningkatkan kesehatan mental para prasekolah, anak-anak masih belum bisa
anggota keluaganya, dan kemungkinan menentukan pilihannya secara cekatan,
dapat meningkatkan ketahanan para faktor lain juga bisa terjadi karena
anggota keluarganya dari gangguan- kurangnya sosialisasi dan kemandirian
gangguan mental dan ketidakstabilan pada anak sehingga anak tersebut sulit
emosional para anggotanya. memberikan keputusan atau pilihan. Hal
Berdasarkan kemungkinan terjadi ini juga sejalan dengan teori menurut
penyimpangan mental dengan jawaban Kemenkes RI (2013) menyatakan
yapada pertanyaan nomor5 yang Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek
menyatakan “Apakah anak anda yang berhubungan dengan kemampuan
mengalami keterbatasan oleh adanya mandiri anak (makan sendiri,
konsentrasi yang buruk atau mudah membereskan mainan selesai bermain,
teralih perhatiannya, sehingga mengalami memberi keputusan saat diberi pilihan
penurunan dalam beraktivitas sehari-hari untuk memilih satu permainan), berpisah
atau prestasi belajarnya ?”. Hal tersebut dengan ibu/pengasuh anak,
bisa saja terjadi pada anak dikarenakan bersosialisasi dan berinteraksi dengan
beberapa faktor seperti faktor gizi dapat lingkungannya.
mempengaruhi konsentrasi belajar anak. Berdasarkan kemungkinan terjadi
Pemenuhan gizi yang belum cukup penyimpangan mental dengan jawaban
membuat anak lambat dalam yapada pertanyaan nomor7 yang
pertumbuhanny. Pernyataan ini sejalan menyatakan“ Apkah anak anda

6|Jurnal Medika
menunjukan adanya perubahan pola takut kehilangan perhatian teman-
tidur?(seperti sulit tidur sepanjang waktu, temannya. Hal ini sejalan dengan
terjagaa sepanjang hari, sering terbangun pendapat Soetijiningsih (2010) Pada masa
diwaktu tidur malam oleh mimpi buruk, ini, pertumbuhan berlangsung dengan
mengigau)”. Hal ini mungkin terjadi karena stabil. Terjadi perkembangan dengan
aktivitas jasmani mulai bertambah anak aktivitas jasmani yang bertambah dan
sangat aktif terhadapat dunia barunya meningkatnya ketrampilan dan proses
sehingga ia lupa akan dirinya terfokus berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak
pada teman atau mainannya sehingga ia mulai menunjukkan keinginannya, seiring
takut tertinggal akan suatu permainan, dengan pertumbuhan dan
takut kehilangan perhatian teman- perkembangannya. Rasa ingin tahunya
temannya. Hal ini sejalan dengan lebih besar, kadang tidak menghiraukan
pendapat Soetijiningsih (2010) Pada masa untuk tidur atau makan karena asyik
ini, pertumbuhan berlangsung dengan dengan dunia barunya.
stabil. Terjadi perkembangan dengan Berdasarkan kemungkinan terjadi
aktivitas jasmani yang bertambah dan penyimpangan mental dengan jawaban
meningkatnya ketrampilan dan proses yapada pertanyaan nomor9 yang
berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak menyatakan ”Apakah anak anda
mulai menunjukkan keinginannya, seiring seringkali mengeluh sakit kepala, sakit
dengan pertumbuhan dan perut, atau keluhan-keluhan fisik lainnya
perkembangannya. Rasa ingin tahunya ?”. Hal tersebut bisa saja terjadi karena
lebih besar, kadang tidak menghiraukan terlalu banyak aktifitas anak tersebut
untuk tidur atau makan karena asyik sehingga ia merasa mudah lelah dan sakit
dengan dunia barunya. pada bagian badan tertentunya. Hal ini
Berdasarkan kemungkinan terjadi sesuai dengan pendapat menurut
penyimpangan mental dengan jawaban Kurnia(2008) bahwa anak di usia
yapada pertanyaan nomor 8 yang prasekolah lebih aktif dengan bermain
menyatakan “Apakah anak anda bahkan akan lebih senang dengan
mengalami perubahan pola makan? bermain, sehingga anak usia prasekolah
(seperti kehilangan nafsu makan, makan mulai senang bermain di luar rumah, anak
berlebihan atau tidak mau makan sama mulai berteman. Sepatutnya lingkungan-
sekali). Hal ini mungkin terjadi karena lingkungan tersebut menciptakan suasana
aktivitas jasmani mulai bertambah anak bermain yang bersahabat untuk anak
sangat aktif terhadapat dunia barunya (child friendly environment). Hal tersebut
sehingga ia lupa akan dirinya terfokus membuat tubuh anak usia prasekolah
pada teman atau mainannya sehingga ia mudah lelah dan rasa nyeri pada bagian
takut tertinggal akan suatu permainan, badan tertentu.

7|Jurnal Medika
Berdasarkan kemungkinan terjadi yang berulang-ulang tanpa alasan
penyimpangan mental dengan jawaban sebagai luapan emosinya. Hal ini sejalan
yapada pertanyaan nomor 11 yang dengan pendapat Goleman (2011). Emosi
menyatakan“Apakah anak anda pada dasarnya adalah dorongan untuk
menunjukkan kemunduran perilaku atau bertindak. Biasanya emosi merupakan
kemampuan yang sudah dimilikinya ? reaksi terhadap rangsangan dari luar dan
(seperti mengompol kembali, menghisap dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
jempol, atau tidak mau berpisah dengan marah atau kesal mendorong perubahan
orangtua atau pengasuhnya)”. Hal ini bisa suasana hati seseorang, sehingga secara
terjadi karena anak terlalu dimanja oleh fisiologi terlihat marah dengan melakukan
orang tuanya sehingga anak ingin selalu hal-hal yang aneh tetapi berulang-ulang.
dapat perhatian dengan membuat prilaku Perkembangan anak usia 4-6
lucu atau tidak mau jauh dari orang tahun yang sesuai (normal) yang terdapat
tuanya. Pernyataan ini sejalan dengan pada penelitian ini sesuai dengan
pendapat menurut Patmonodewo (2003) perkembangan mental dan emosional
bahwa anak usia prasekolah seharusnya yang didalamnya ada perkembangan
dapat belajar mandiri dan dapat psikoseksual yaitu usia pra sekolah ini
bersosialisasi dengan teman sebayanya termasuk fase falik. Di sini mulai
agar mempermudah anak dalam mempelajari adanya perbedaan jenis
berinteraksi dengan teman maupun guru kelamin perempuan dan jenis kelamin laki
disekolah dalam proses belajar dan – laki. Perkembangan padapsikososial
bermainnya. Sebaiknya orang tua adalah inisiatif diperoleh dengan cara
memberikan pola asuh yang demokratis mengkaji lingkungan dengan kemampuan
agar anak dapat belajar mandiri serta indranya. Arah mengembangkan
dapat menyampaikan keinginannya dalam keinginan dengan cara eksplorasi
bentuk kemampuan yang dimilikinya. terhadap apa yang ada di sekelilingnya.
Berdasarkan kemungkinan terjadi Perkembangan Sosialisasi yang
penyimpangan mental dengan jawaban hubungannya dengan orang lain selain
yapada pertanyaan nomor12 yang orang tua termasuk kakek, nenek,
menyatakan “Apakah anak anda saudara, teman dan guru - guru yang ada
melakukan perbuatan yang berulang- di sekolah. Selain itu anak memerlukan
ulang tanpa alasan yang jelas ?”. ini bisa interaksi yang baik dengan teman yang
saja terjadi pada anak mungkin anak suka sebaya untuk membantu
dengan hal-hal yang ia lakukan atau ada mengembangkan ketrampilan sosial.
hal yang diinginkan oleh anak tetapi ia Serta tujuan utama anak usia prasekolah
enggan untuk mengatakan pada orang adalah membantu mengembangkan
tuanya sehingga ia melakukan hal aneh ketrampilan sosial anak. Perkembangan

8|Jurnal Medika
dalam bermain dan mainan seperti dikarenakan orangtua yang menerapkan
permainan anak usia prasekolah biasanya pola asuh demokratis bersikap realistis
bersifat asosiatif, interaktif, dan terhadap kemampuan anak, memberikan
kooperatif.Aktivitas harus meningkatkan kebebasan anak memilih dan melakukan
pertumbuhan dan ketrampilan motorik tindakan serta pendekatannya hangat
seperti : Melompat, berlari, dan seperti menawarkan diskusi dengan anak,
memanjat.Permainan imitasi imajinatif, membantu anak dalam menyelesaikan
dan dramatis sangat dibutuhkan untuk masalahnya, Ketika anak melanggar,
kepentingan pertumbuhan dan orangtua menanyakan alasan dan
perkembangan anak usia 4 - 6 tahun. memberi sanksi sesuai perbuatannya. Hal
Hal ini sejalan dengan teori tersebut sesuai dengan teori yang
Notosoedirjo dan Latipun (2005) yang menyatakan bahwa pola asuh demokratis
menyatakan lingkungan sosial tertentu berhubungan dengan kesehatan mental
dapat menopang bagi kuatnya kesehatan emosi yang baik, berbeda dengan pola
mental sehingga membentuk kesehatan asuh otoriter yang menunjukkan
mental yang positif, tetapipadaaspek lain kesehatan mental emosi yang rendah.
kehidupansocialitudapat pula menjadi Dan yang menarik adalah ternyata
stressor yang dapat mengganggu kesehatan mental yang tinggi atau baik
kesehatan mental. Interaksi manusia terlihat seimbang pada remaja yang
dengan lingkungannya berhubungan dibesarkan dalam pola asuh controlling
dengan kesehatannya. Kondisi lingkungan dan fleksibel dibanding dengan pola asuh
yang sehat akan mendukung kesehatan inkonsisten.
manusiaitu sendiri, dans ebaliknya kondisi Pernyataan diatas seiring dengan
lingkungan yang tidak sehat dapat penelitian yang telah dilakukan oleh
mengganggu kesehatannya termasuk Lidyasari (2013) tentang Pola asuh
dalam konteks kesehatan mental. otoritatif sebagai sarana pembentukan
Hasil penelitian ini sesuai dengan karakter anak dalam setting
penelitian yang dilakukan sebelumnya keluarga.Menyebutkan bahwa pola asuh
oleh Aini (2013), tentang Hubungan otoritatif menjadi jalan terbaik dalam
antara pola asuh orang tua pembentukan karakter anak. Anak-anak
denganpenyimpangan mental emosi prasekolah dari orang tua yang
anakusia 36-72 bulan di PG-TK Terpadu demokratis cenderung lebih percaya pada
Gabuga Tanon Sragen, didapatkan bahwa diri sendiri, pengawasan diri sendiri,
dari 30 respondenorangtua dengan pola mampu bergaul dengan baik dengan
asuh demokratis mayoritas anak tidak teman-teman sebayanya, kemandirian,
mengalami penyimpangan mental emosi sukses dalam belajar dan
20 (66.7%) (normal).Hal tersebut bertanggungjawab secara sosial.

9|Jurnal Medika
Hasil penelitian ini juga sejalan bertanggungjawab secara sosial. Gaya
dengan penelitian yang telah dilakukan pengasuhan otoritatif kepada anak
oleh Dadang (2015) tentang Pertumbuhan membuat orangtua mampu mencapai
dan perkembangan anak usia prasekolah tumbuh kembang anak sesuai masanya
di TK Aba 1 Lamongan dari 96 responden dan anak memiliki perkembangan mental
hampir seluruhnya (97,92%) anak tidak emosional yang baik. Gaya pengasuhan
mempunyai masalah mental emosional. otoritatif atau demokratis orangtua yang
Masalah mental emosional bisa bersifat hangat dan penyayang akan
diminimalkan oleh guru melalui kegiatan mendorong anak lebih mudah dalam
pembelajaran dan bermain. Bermain mengekpresikan emosi yang
merupakan kegiatan yang sangat penting dirasakannya. Kemampuan
bagi anak. Melalui bermain seorang anak mengekpresikan emosi dengan baik akan
akan memperoleh berbagai keuntungan berdampak positif pada kesehatan fisik
sekaligus belajar berbagai hal yang dapat dan mental anak.
memperluas wawasan, pengetahuan dan Tujuan akhir dari deteksi dini
keterampilan sejak dini. Bermain juga penyimpangan perkembangan ini adalah
bermanfaat untuk aspek emosi dan terdeteksinya masalah penyimpangan
kepribadian anak melalui bermain seorang perkembangan yang terjadi pada anak
anak dapat melepaskan ketegangan yang dan bisa segera di intervensi dengan
dialaminya. Kegiatan bermain bersama dilakukannya stimulasi oleh orang tua
sekelompok teman sebaya akan maupun petugas kesehatan yang ada
memberikan kesempatan bagi anak untuk disarana kesehatan khususnya yang
menilai diri sendiri tentang kelebihan- berada di Daerah Gn. Kelua Samarinda
kelebihan yang dimilikinya, sehingga Ulu. Oleh karena itu, penelitian ini secara
dapat membantu pembentukan konsep tidak langsung dilakukan untuk membantu
diri yang positif, mempunyai rasa percaya meningkatkan pengetahuan dan
diri dan harga diri karena merasa keterampilan ibu dalam deteksi dini
mempunyai kompetensi tertentu (IDAI, penyimpangan perkembangan dengan
2011). menggunakan Koesioner Masalah Mental
Hal diatas seiring dengan pendapat Emosional.
yang dikemukakan oleh Santrock (2002)
Anak-anak usia prasekolah dari orang tua Simpulan
yang demokratis cenderung lebih percaya Berdasarkan hasil penelitian yang
pada diri sendiri, pengawasan diri sendiri, dilakukan mengenai gambaran deteksi
mampu bergaul dengan baik dengan dini penyimpangan mental emosional
teman-teman sebayanya, kemandirian, pada anak usia 4-6 tahun di TK Negeri 1
sukses dalam belajar dan

10 | J u r n a l M e d i k a
Samarinda, maka dapat ditarik perkembangan ana. Kerjasama dilakukan
kesimpulan sebagai berikut : secara dua arah dimana pihak Dinas
Mayoritas anak tidak mengalami masalah Kesehatan memberikan sosialisasi
mental emosional (normal)sebanyak 67 tentang KMME dan tata cara
anak (63.2%) dari 106 responden, anak penggunaanya, dan sebaliknya Dinas
dengan perkembangan yang meragukan Pendidikan juga memberikan informasi
sebanyak 20 anak (18.9%) dan anak mengenai kondisi anak dilapangan serta
dengan perkembangan yang menyimpang menggunakan KMME sebagai alat deteksi
sebanyak 19 anak (17.9%) dari 106 dini masalah perkembangan anak.
responden. Dapat disimpulkan bahwa Bagi Stikes Wiyata Husada Samarinda
faktor yang mempengaruhi masalah diharapkan mampu meningkatkan
mental emosional pada anak usia4-6 pengetahuan dan dukungan dalam
tahun adalah pola asuh orang tua, memberikan bimbingan kepada
lingkungan, status gizi, sosial budaya, mahasiswa agar dapat melakukan
keluarga dan faktor internal (dari dalam pendeteksian mental emosional pada
diri) serta faktor ekternal dapat anak seperti membuat komunitas
mempengaruhi tumbuh kembang, pendeteksian dini perkembangan anak
psikologi mental emosional anak usia 4-6 yang tergabung dalam situs web, dan atau
tahun di TK Negeri 1 Samarinda. membuat Laboratorium atau ruang khusus
untuk bimbingan belajar mengenai DDTK.
Saran Bagi orangtua diharapkan mampu
Dari uraian pembahasan dan memberikan pola asuh yang demokratis
kesimpulan tersebut, penulis memberikan seperti bersikap realistis terhadap
saran kepada Sekolah terkait KMME kemampuan anak, memberikan
(Koesioner Masalah Mental Emosioanal) kebebasan anak memilih dan melakukan
dapat dijadikan salah satu pilihan alat tindakan sertapendekatannya hangat
dalam melakukan deteksi dini masalah seperti menawarkan diskusi dengan anak,
perkembangan anak, sehingga membantu anak dalam menyelesaikan
diharapkan agar sekolah melakukan masalahnya, Ketika anak melanggar,
deteksi dini secara rutin sehingga orangtua menanyakan alasan dan
kegiatan stimulasi terhadap anak bisa memberi sanksi sesuai perbuatannya.
lebih akurat. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya
Bagi Intansi Terkait disarankan Harus menggunakan desain penelitian yang
ada kerjasama antara pihak Dinas berbeda dan menambah variabel yang
Kesehatan dengan Dinas Pendidikan akan diteliti.Hasil penelitian ini diharapkan
dalam sosialisasi penggunaan KMME dapat dijadikan bahan acuan melakukan
sebagai alat deteksi dini masalah penelitian yang lebih lanjut dan detail.

11 | J u r n a l M e d i k a
Daftar Pustaka
Astuti, Tri, Budi. Perbedaan Tumbuh Fida, Maya. Pengantar ilmu kesehatan
Kembang Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi anak. Jogjakarta: D Medika. 2012.
ASI Eksklusif Dan yang Tidak Diberi ASI
Eksklusif Di Desa Purwogondo, Hurlock, E. B. Perkembangan Anak.
Kalinyamatan, Jepara. Semarang: Jakarta: Erlangga. 2003.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
2010. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
Balitbang Kemenkes RI. Riset Kesehatan
Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar.
Kemenkes RI. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian
Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan RI. 2013.
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Riyadi, Sukarmin. Asuhan Keperawatan
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
DepkesRI. 2005. 2012.

Depkes RI. Stimulasi Tumbuh Kembang Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak.


Balita dan Anak Prasekolah. Pedoman Jakarta : EGC. 2005.
Penatalaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi DiniTumbuh Kembang Anak Di Sulistyaningsih. Metodelogi Penelitian
Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Kebidanan Kuantitaif Kualitatif.
Jakarta: DepkesRI. 2012. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.

Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Susanto, A. Perkembangan Anak Usia


Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat 2011.
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.
2006 Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta. 2012.
Depkes RI. Pedoman pelaksanaan
stimulasi, deteksi, dan intervensi dini Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
tumbuh kembang anak di tingkat Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: 2012.
Depkes RI. 2013.

12 | J u r n a l M e d i k a
World Health Organization. Tumbuh Wilayah Kerja Puskesmas Wiradeksa
Kembang Anak Prasekolah. 2012. Kabupaten Pekalongan. 2013.
Diunduh dari www.eskripsi.stikesmuhpkj.ac.id/eskripsi/i
:http://www.who.int/mediacentre/factsshee ndex.php?p=show_detail&id=580
t/fs094/en. Diakses Desember 2015 Jam
13.00 WITA. Dadang. Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Widiati, A..Pengaruh Terapi Bermain: Di TK Aba 1 Lamongan. Program Studi
Origami Terhadap Perkembangan Motorik Ilmu Keperawatan STIKES
Halus dan Kognitif Anak Usia Prasekolah Muhammadiyah Lamongan. 2015.
(4-5 tahun). Journal of nerscommunity Vol http://stikesmuhla.ac.id/wpcontent/.../8491
3 no 6. Gresik: Universitas Gresik. 2012 %20jurnal%20april%202015%20Dadang.
pdf
Anini. Hubungan Pola Asuh Orangtua
Dengan Penyimpangan Lutfia. Hubungan Pola Asuh Otoritatif
Mental Emosi Pada Anak Usia 36 Sampai Dengan Perkembangan Mental Emosional
72 Bulan di Playgroup Dan TK Terpadu Pada Anak Usia Prasekolah di TK Melati
Gabugan Tanon Sragen. Akademi PutIh Banyumanik. Fakultas Kedokteran
Kebidanan Mamba’ul ’Ulum Surakarta. Universitas Diponegoro. 2013.
Karya Tulis Ilmiah. 2013. https://www.google.com/search?sclient=p
syab&biw=1280&bih=699&noj=1&q
Mahesa. Gambaran Hasil Pelaksanaan
KPSP, TDL, TDD Anak Usia 4 Tahun Di

13 | J u r n a l M e d i k a

Anda mungkin juga menyukai