Anda di halaman 1dari 34

PENGORGANISASIAN

PRAKTEK ASUHAN
KEBIDANAN

Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah bagian


integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Bidan
yang telah terdaftar (teregister) yang
dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.

Lanjutan

Pelayanan Kebidanan merupakan bagian


integral dari pelayanan kesehatan, yang
diarahkan untuk mewujudkan kesehatan
keluarga, sesuai dengan kewenangan
dalam rangka tercapainya keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.

Lanjutan

Sasaran pelayanan kebidanan adalah


individu, keluarga, dan masyarakat yang
meliputi upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan pelayanan kebidanan dapat
dibedakan menjadi :

Layanan Primer
ialah layanan Bidan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Bidan.
Praktik kebidanan mandiri menangani masalah
kesehatan tingkat primer tanpa memandang jenis
penyakit, golongan usia, ataupun jenis kelamin
pasien yang dihadapinya.
Ex : Bidan Praktek Swasta (Permenkes 900)

Bidan Praktek Swasta


Bidan praktek Swasta adalah bidan yang diberi
izin untuk menjalankan praktek
perorangan/mandirisetelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan. (IBI, 1997)
Visi Bidan Praktek swasta adalah meningkat kan
kualitas pelayanan untuk memberi yang terbaik,
agar dapat memenuhi keinginan masyarakat.

PELAYANAN
MANDIRI
1.Mengkaji status kesehatan
kebutuhan
asuhan klien
2. Menentukan diagnosa
3. Menyusun rencana tindakan sesuai
masalah yang dihadapi
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana
yang disusun
5. Mengevaluasi tindakan yang diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut
kegiatan/tindakan
7. Membuat catatan & laporan

BIDAN DAPAT MELAKUKAN KONSULTASI


KEPADA TENAGA
KESEHATAN YANG LEBIH AHLI SEPERTI
DOKTER AHLI KEBIDANAN
MAUPUN TENAGA KESEHATAN LAIN
YANG BEKERJA BERSAMA-SAMA
DALAM SATU TIM DI DALAM
MEMBERIKAN ASUHAN KEBIDANAN
KEPADA KLIEN

Layanan
Kolaborasi

Lanjutan
Adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab
(kerjasama) dengan rekan sejawat atau NAKES
lainnya dalam memberikan asuhan pada pasien.
Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan
mendiskusikan diagnosis pasien serta
bekerjasama dalam penatalaksanaan dan
pemberian asuhan.

Lanjutan
Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling
berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau
melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu
hadir ketika tindakan dilakukan.
Petugas kesehatan yang ditugaskan menangani
pasien bertanggung jawab terhadap keseluruhan
penatalaksanaan asuhan.

Lanjutan

Kolaborasi adalah layanan yang


dilakukan oleh Bidan sebagai anggota
tim yang kegiatannya dilakukan
secara bersamaan atau sebagai salah
satu dari sebuah proses kegiatan
pelayanan kesehatan.

Elemen kolaborasi
Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian
yang berbeda, yang dapat bekerja sama secara timbal
balik dengan baik.
Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja
sama.
Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya
dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang
diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.

Kolaborasi/Kerjasama
Ibu hamil dengan risti
Ibu pada masa persalinan
dengan risti
Ibu pada masa nifas
dengan risti
Bayi baru lahir dengan risti
Balita dengan risti

Pertolongan
pertama
gawatdarurat

KOLABORASI / KONSULTASI
1.Mengkaji masalah yang berkaitan dengan
komplikasi dan keadan yang memerlukan
kolaborasi
2.Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas
kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi
3.Merencanakan tindakan sesuai dengan
prioritas kegawatan & hasil kolaborasi serta
kerjasama dengan klien
4.Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
dengan melibatkan klien
5.Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan
6.Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien
7.Membuat pencatatan dan pelaporan

Perkembangan
Proses Kolaborasi

Lanjutan

Model Hirearkis
Menekankan komunikasi satu arah
Kontak terbatas antara pasien dan dokter
Dokter sebagai tokoh yang dominan

Lanjutan
Model Praktik Kolaborasi komunikasi 2 arah
Menekankan komunikasi dua arah
Dokter tetap pada posisi utama
Membatasi hubungan dokter dan pasien

Lanjutan
Model Praktik Kolaborasi berpusat pada klien
Sesama pemberi pelayanan harus bisa bekerja sama,
begitu juga dengan pasien.
Berbentuk melingkar, menekankan pada kontinuitas dan
timbal balik satu sama lain.
Tidak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi
secara terus menerus.

Layanan
Rujukan

Lanjutan
Layanan Rujukan adalah layanan yang dilakukan
oleh Bidan dalam rangka rujukan ke sistem
layanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu
pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam
menerima rujukan dari dukun yang menolong
persalinan, juga layanan yang dilakukan oleh
Bidan ke tempat/ fasilitas pelayanan kesehatan
lain secara horizontal maupun vertikal atau
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu
serta bayinya.

Lanjutan
Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan
ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal
(dari unit yang lebih mampu menangani), atau
secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya).

Lanjutan
Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal
yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga
masalah-masalah kesehatan lain, teknologi,
sarana, bahan-bahan laboratorium, dan
sebagainya.
Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari
fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih
tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara
fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.

Secara garis besar rujukan dibedakan


menjadi 2, yakni :
a. Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping
itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi
medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.

Lanjutan
b. Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan
penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
dan operasional.

Tingkatan Pelayanan
Sakit mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara
umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan
(mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe).
Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk
pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit
ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun
sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup
hanya dengan pelayanan yang sederhana melainkan
memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.

Lanjutan
Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit
ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan
mereka atau promosi kesehatan.
Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar
(lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat
pelayanan kesehatan dasar (basic health services) atau juga merupakan
pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).
Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.

Lanjutan
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health
services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok
masyarakat yang memerlukan perawatan nginap, yang
sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer.
Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D,
dan memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

Lanjutan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health
services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok
masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan sekunder.
Pelayanan sudah kompleks dan memerlukan tenagatenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit
tipe A dan B.

Lanjutan
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau
jenis pelayanan tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri namun
berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan
tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya,
demikian seterusnya.
Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan
ke pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Rujukan
ASKEB MELALUI
KONSULTASI
& RUJUKAN

Ibu hamil risti & kegawatdaruratan


Ibu bersalinan dengan penyulit
Ibu dalam masa nifas dengan
penyulit
Bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu &
kegawatdaruratan
Anak balita dengan kelainan
tertentu& kegawatdaruratan

RUJUKAN

1. Mengkaji kebutuhan ASKEB yang


memerlukan tindakan diluar lingkup
kewenangan bidan dan memerlukan rujukan
2.Menentukan diagnosa, prognosa dan
prioritas serta sumber-sumber dan fasilitas
untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut
bersama klien/keluarga
3.Mengirim klien untuk keperluan intervensi
lebih lanjut kepada petugas/institusi
pelayanan kesehatan yang berwenang
dengan dokumentasi yang lengkap
4.Membuat pencatatan dan pelaporan serta
mendokumentasikan seluruh kejadian dan
intervensi.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai