Anda di halaman 1dari 4

A.

Masalah Etik Moral dan Dilema dalam Praktik Kebidanan


Dalam praktik kebidanan sering kali bidan dihadapkan pada beberapa masalah
yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau
pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.
Dilema yaitu situasi yang mengharuskan seseorang melakukan pilihan antara
dua kemungkinan yang sukar dan membingungkan, sedang kan moral adalah ajaran
tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dilema dan konflik yang berkaitan
dengan moral
1. Agama/kepercayaan
2. Hubungan dengan pasien
3. Hubungan bidan dengan dokter
4. Kebenaran
5. Pengambilan keputusan
6. Pengambilan data
7. Kematian yang tenang
8. Kerahasiaan
9. Aborsi
10. AIDS
11. Fertilisasi in vitro
12. Tranplantasi organ
Dalam praktik kesehatan ada sedikitnya 5 masalah yang berhubungan dengan
dilema dan konflik.
1. Kuantitas vs kualitas hidup
Contoh : seorang ibu meminta tenaga medis untuk melepas selang oksigen pada
anaknya yang berusia 10 th yang telah mengalami koma selama 7 hari
2. Kebebasan vs penanganan dan pencegahan bahaya
Contoh : ibu hamil tua dengan plasenta previa totalis ingin berjalan-jalan dan tidak
mau bed rest
3. Berkata jujur vs berkata bohong
Contoh : ibu post partum menanyakan kondisi anak yang baru saja dilahirkannya
padahal anak nya tersebut meninggal dan keluarga meminta untuk merahasiakan
dahulu kematian anaknya sampai kondisi ibu stabil
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangaan dengan falsafah, agama,
politik, ekonomi dan ideologi
Contoh : pasien hamil tetapi tidak menginginkan kehamilannya karena alassan
ekonomi, ketidak siapan dan lain-lain menanyakan bagaimana cara mengakhiri
kehamilannya tersebut
5. Terapi ilmiah konvensional vs terapi yang tidak ilmiah dan coba-coba
Contoh : pasien yang mendatangi klinik pengobatan tradisional/dukun masih
banyak dibandingkan dengan datang berobat ke tenaga kesehatan
Masalah etik moral yang mungkin terjadidalam praktik kebidanan
1. Persetujuan dalam proses melahirkan
2. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan
3. Pelaksanaan USG dalam kehamilan
4. Kegagalan dalam proses persalinan
5. Konsep normal pelayanan kebidanan
6. Bidam dan pendidikan sex
B. Malpraktik kebidanan
Pengertian Malpraktek
Dalam suatu kasus di california tahun 1956 Guwandi (1994) mendifiniskan
mallpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan
tingkat keterampilan dan pengetahuannya didalam memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam
mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan
yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang
telah terlatih atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya yang sesuai bidang
tugas/pekerjaannya.
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitannya
dengan mal praktik yaitu kelalaian dan malpraktik. Kelalaian adalah melakukan
sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna melindungi orang
lain yang bertentangan dengan tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan beresiko
melakukan kesalahan
Faktor yang menyebabkan terjadinya mal praktik:
1. Standar Profesi Kedokteran, Dalam profesi kedokteran, ada tiga hal yang harus
ada dalam standar profesinya, yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan
ketelitian umum
2. Standar Prosedur Operasional (SOP), SOP adalah suatu perangkat instruksi/
langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu
3. Informed Consent, Substansi informed consent adalah memberikan informasi
tentang metode dan jenis rawatan yang dilakukan terhadap pasien, termasuk
peluang kesembuhan dan resiko yang akan dialami oleh pasien.
4. Petugas kesehatan  (dokter, perawat, bidan ) tidak memahami benar tentang
filosofi keilmuannya sehingga pada saat melaksanakan asuhan kepada klien
tidak sesuai dengan kewenaangannya, kompetensinya, serta melakukan asuhan
dibawah standar operasinal prosedur, bertentangan dengan hukum, lalai dengan
tugasnya dan akhirnya terjadi komunikasi yang tidak baik antara nakes dan
pasien, hasil perawatan dirasakan kurang memuaskan, serta biaya yang
dirasakan terlalu tinggi serta terjadi  insiden KTD (Kejadian yang tidak
diharapkan) atau Sentinel yang pada akhirnya akan menimbulkan tuntutan dari
pasien tersebut.
Sebab-sebab terjadinya gugatan malpraktik:
1. Komunikasi yang tidak baik
2. Hasil perawatan yang tidak memuaskan
3. Biaya yang dianggap terlalu tinggi
4. Strategi untuk menanggulangi permasalahan malpraktik
Jenis-Jenis Malpraktek
Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi
dua bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis
(yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.
Malpraktek Etik, Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga
kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya
sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang bidan yang melakukan tindakan
yang bertentangan dengan etika kebidanan. Etika kebidanan yang dituangkan
dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau
norma yang berlaku untuk seluruh bidan.
C. Langkah-langkah menghadapi masalah etik moral dan dilema dalam praktik
kebidanan
1. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui bidan adalah perlu mendengar kedua sisi
dengan menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah
terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan
pertanyaan
2. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan
beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat
diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan
kadang diperlukan bernegosiasi. Peran Bidan selama implementasi adalah
menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dilema etis sering kali
menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih/berduka, marah, dan
emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan
komunikasi pada para pengambil keputusan. Bidan harus ingat “Saya disini
untuk melakukan yang terbaik bagi klien”.
3. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan
sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment  medik,
dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat
treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan
masih harus dipelihara.

Anda mungkin juga menyukai