Anda di halaman 1dari 16

MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

Setelah memperoleh pendidikan, seorang bidan diharapkan mempunyai keterampilan


berpikir, berkomunikasi dan menguasai keterampilan praktis. Dalam pekerjaan sehari-hari bidan
membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Bidan harus mampu
memahami tentang penyakit dan upaya kesehatan serta mampu berkomunikasi dengan baik pada
pasien. Berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi seorang bidan untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, Bidan harus mampu berkomunikasi dengan baik pada
pasien agar program kesehatan yang direncanakan dapat berjalan lancar ( Th.Endang Purwoastuti
dan Elisabeth Siwi Walyani, 2015)
A. Macam-Macam Klien dalam Asuhan Kebidanan
Menurut ruang lingkup pelayanan kebidanan, konseling dalam kebidanan meliputi:
1. Komunikasi pada bayi dan balita
2. Komunikasi pada remaja
3. Komunikasi pada calon orang tua
4. Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)
5. Komunikasi pada ibu bersalin ( masa natal)
6. Komunikasi pada ibu nifas
7. Komunikasi meneteki (menyusui)
8. Komunikasi pada akseptor KB
9. Komunikasi pada wanita masa klimakterium dan menopause
10. Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi
Komunikasi terapeutik mempunyai peran penting dalam membantu pasien memecahkan
masalah yang dihadapi. komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Tujuan
komunikasi terapeutik adalah:
1. Membantu pasien memberi arahan,meringankan beban perasaan, dan pikiran
2. Memberi tindakan yang efektif untuk pasien.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri
Dalam pelayanan kebidanan, sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan, maka
bidang konseling kebidanan (BK) meliputi:
a. Komunikasi pada bayi dan balita
Bayi adalah makhluk yang diciptakan untuk memberikan dan menerima
kebahagiaan. makan, tidur, beristirahat dan bermain merupakan aktivitas dari seorang
bayi . Bayi yang belum bisa berbicara, sebagai gantinya bayi menangis sebagai ungkapan
perasaan dan keinginannya. Bayi dapat berkomunikasi mulai saat dia lahir kedunia, awal
mulai bayi berkomunikasi ditandai dengan menangis hingga bayi dapat bicara lancar,
adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berbicara.
1) Perkembangan Komunikasi
Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:
a) Fase prelinguistic (fase sebelum bicara)
Tangisan bayi merupakan suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir
sebagai reaksi sehubungan perubahan tekanan udaradan suhu luar uterin. Tangisan
bayi merupakan alat komunikasi sejak lahir sampai usia satu tahun, saat usia anak
dua sampai tiga minggu seharusnya orang tua sudah dapat membedakan tangis
bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta
perhatian.
b) Kata pertama
 Usia 10-12 bulan bayi belum dapat berbicara secara jelasKata pertama sering
kali tidak disadari oleh orang tuanya karena anak memiliki banyak akal. untuk
mengerti apa yang anak bicarakan perlu mendengar apa yang dikatakan anak
bersamaan dengan apa yang dikerjakan anak. Misalnya mama bisa berarti
makan.
 Anak memberikan reaksi yang berbeda pada satu kata ucapkan dengan intonasi
pada usia 4-5 bulan.ketika ada orang bilang diam sambil membentak akan
berbeda ketika orang berkata diam untuk menenangkan tangisan.
 Bicara sesungguhnya mulai usia 12-18 bulan karena sudah bisa dimengerti
maksudnya.Satu kata mengandung satu kalimat, misal mengatakan makan maka
berarti saya mau makan.
 Menggunakan empat kata usia lima belas bulan, sepuluh kata usia delapan belas
bulan, lima puluh kata usia dua tahun dan anak sudah bisa bereaksi terhadap
perintah orang tuanya.
c) Kalimat pertama
 Usia dua tahun anak mulai menyusun kata
 Periode ini dikenal sebagai pembicaraan komplit.
 Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan
tata bahasa. Misal anak bilang makan berarti aku mau makan. Jadimorang tua
atau orang disekitarnya harus tanggap terhadap kata-kata anak tersebut.
 Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh dan merubah huruf/kata
karena sulit mengucapkan satu nama. Contoh perahu diucapkan pelahu.
d) Kemampuan bicara egosentris dan masyarakat
Psikolog Perancis Jean Peeget mengkategorikan anak usia empat sampai
sebelas tahun keatas berbicara egosentris dan memasyarakat. Kemampuan bicara
egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan menjadi tiga macam:
 Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar diulang-ulang.
 Menolong (berbicara satu arah) biasa pada anak prasekolah, anak bicara sendiri
memainkan banyak peran dengan berkata-kata sendiri.
 Menolong kolentif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka
bicara sendiri-sendiri biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
e) Perkembangan semantic
Semantik merupakan pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa
yang diajarkan. Anak pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit
kemudian mulai mengetahui arti dan jenis kata abstrak.
2) Faktor- faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa
 Intelegensi (kecerdasan) sangat memengaruhi bahasa,misalnya idiot akan lebih
lambat perkembangan bahasanya dibanding anak anak yang punya intelegensi
normal atau rugi.
 Jenis kelamin. Tahun pertama tidak banyak perbedaan, setelah itu wanita lebih
superior. Usia sekolah akhir setara kembali dalam pembendaharaan kata, laki
laki lebih unggul dari kata kata tertentu, wanita unggul dalam tata bahasa.
 Bilingual (dua bahasa). Penelitian kontradiktif anak dengan dua bahasa lambat
perkembangan bahasanya.
 Status tunggal atau kembar. Pada anak kembar rangsangan bicara kurang dari
orang lain.
 Rangsangan/dorongan orang tua.Ibu yang orientasi objek dan tidak
kritis/instruktif anak lebih cepat dalam perkembangan bahasa.
 Sosial ekonomi.Sosial ekonomi tinggi lebih unggul ditujang fasilitas.
3.) Cara- cara dalam memberikan dukungan rangsangan aktif adalah:
a. Memperbaiki model orang tuanya: orang tua di dorong untuk melengkapi diri
dan jadi model yang baik,mempelajari bahasa yang baik,komunikasi sesuai
tingkat perkembangan anak.
b. Mendorong kemampuan komunikasi,baik verbal maupun non verbal.
c. Berikan anak pengalaman untuk dapat berbicara
d. Mendorong anak untuk mendengar
e. Mendorrong anak berbicara sebagai pengganti tindakan aksi.
f. Gunakan kata yang pasti dan benar.Meskipun anak belum bisa menyebut R
misal pelmen untuk menyebut permen tapi orang tua harus tetap menyebut
permen.
4.) Prinsip komunikasi efektif
Yang harus kita perhatikan saat komunikasi dengan anak:
a. Kesabaran mendengar. Cobalah dengarkan seluruh ucapan anak,jangan
memotong sedikitpun kata-kata mereka.Sebagian besar orang tua tak tahan
tidak memotong pembicaraan anak,karena merasa lebih tahu dan lebih tua.
b. Role Playing. Bermain peran sebagai guru,ayah ibu,polisi-penjahat,dokter
hewan dan sebagainya akan membuat anak anak mampu mengekspresikan
segala emosi,perasaa,pikiran dan keinginan mereka secara bebas.
c. Tepat guna. Bila anak melakukan kesalahan,tegurlah pada saat itu juga.Bahkan
tindakan bijaksana apabila kita menunda kemaran/teguran sampai ayah pulang
dari kantor atau mengungkit ungkit kesalahan anak yang sudah lalu.
(Th.Endang Purwoastuti dan Elisabeth Siwi Walyani, 2015)

b.Komunikasi pada Remaja


Merujuk pada Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, remaja
adalah mereka yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan, menurut World Health
Organization ( WHO), yang dimaksud remaja adalah laki-laki dan perempuan berusia 18-24
tahun. Istilah reproduksi merupakan suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan
keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan reproduksi remaja merupakan system yang
menyangkut suatu kondisi kesehatan, fungsi dan proses reproduksi remaja. sebagian besar
remaja sudah aktif secara seksual. Remaja yang terpapar berbagai masalah kesehatan reproduksi
disebabkan oleh aktivitas seksual yang tidak sehat. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja usia 15-19
tahun melahirkan,hampir 100 juta tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), 4 juta remaja
melakukan aborsi. Stiap harinya 7 ribu remaja terinfeksi HIV dan 40% dari kasus HIV terjadi
pada remaja usia 15-24 tahun.
Faktor yang mempengaruhi masalah tersebut diantaranya menikah dan melakukan hubungan
seksual pada usia dingin, akses pekerjaan dan pendidikan,ketidaksetaraan gender, kekerasan
seksual, dan pengaruh media massa (outlook, volume 16,januari 2000).
Indonesia merupakan kelompok usia muda (10-24 tahun) dengan jumlah 28% dari 222,6 juta
penduduk.( Christina Lia Uripni, Untung Sujianto, Tatik Indrawati, 2003)
c .Komunikasi Pada Calon Orang Tua
Pada konseling ini diharapkan calon ibu dapat menjadi orang tua,baik sebagai ibu atau
pun ayah. Perkembangan ini terjadi secara alami sesuai dengan perubahan status dalam
kehidupannya. Ketika menghadapi klien salah satu peran bidan adalah melakukan bimbingan dan
konseling kebidanan. Agar konseling pada calon ibu berjalan dengan lancar,perlu adanya
pemahaman terlebih dahulu tentang hal hal sebagai berikut:
a. Menjadi orang Tua
Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya
pasangan suami dan istri menjadi keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.
b. Tanggung jawab laki laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.
Dalam perubahan status menjadi ayah atau kepala keluarga,adalah suatu situasi yang
membuat laki laki secara psikologis harus bisa membagi kasih terhadap ibu dan anak.
Memenuhi kebutuhan keluarga secara fisik dan psikologis secara material dan moral.
c. Tanggung jawab perempuan sebagai ibu dalam keluarga
d. Dalam keluarga peran ibu sangat kompleks.Ibu merupakan penerus keturunan,pendidikan
dalam keluarga dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana,menjalankan
perekonomian dalam keluarga bersama suami.
Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitik
beratkan kepada:
1. Memberikan penjelasan tentang peristiwa menstruasi secara fisiologis
2. Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi
3. Memberi bimbingan tentang persiapan perkawinan. Dihubungkan dengan
NKKBS/keluarga berkualitas
4. Persyaratan persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.
5. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan
emosi dan peran yang terjadi.
6. Menikah dan membentuk keluarga yang baru membutuhkan konseling
Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang baik adalah:
1. Dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan baru (dua keluarga menjadi satu)
2. Berkehidupan individu merupakan proses menjadi orang tua
3. Masalah perbedaan suami isti (pasutri)
4. Tanggung jawab laki laki/ayah sebagai kepala keluarga
5. Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan,pendidik,pendamping
suami,ekonomi keluarga.
Masalah masalah yang di hadapi:
a) Kesehatan
b) Pendidikan
c) Hubungan antar dan inter keluarga
d) Psikososial (normal dan tata nilai) ( Th.Endang Purwoastuti,S.Pd,APP dan Elisabeth Siwi
Walyani,Amd.Keb, 2015)
d.Komunikasi pada wanita hamil ( Masa Antenatal)
Pada trimester pertama dan kedua bidan memberikan konseling tentang perubahan yang
terjadi pada perkembangan janin sesuai dengan usia kehamilan dan perubahan yang terjadi
pada ibu hamil sendiridan carapencegahannya.pada usia kehamilan trimester ketiga bidan
memberikan konseling yang berfokus pada intervensi yang diberikan kepada klien adalah
keadaan janin dalam Rahim,posisi janin yang berkaitan dengan letak janin(letak kepala,letak
sungsang,letak lintang).bidan memberikan penjelasan tentang tanda-tanda persalinan normal
maupun yang tidak normal.bidan harus memberikan informasi tentang tempat bersalin sesuai
dengan kondisi normal dan patologis.selain itu bidan juga harus memberi informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan laktasi mencakup,proses laktasi dan pemberian ASI.konseling
ini biasanya diberikan pada ibu baru hamil pertama kali.untuk itu bidan harus
mengonfirmasikan tentang hal berikut:
 Perubahan pada trimester pertama. Secara fisik dan psikologis ibu hamil akan menglami
beberapa perubahan.
a. Perubahan fisik,yang ditandai dengan
1) Mual yang dapat disertai muntah,cara mengatasi hal tersebut ibu hamil bisa
mengambil tindakan dengan makan makanan yang kaya protein dan
karbohidrat,karena dapat mengurangi rasa mual.ibu hamil juga bisa meminum
vitaminsebagai pengganti nutrisi yang tidak didapat.
2) Enggan makan dan mengidam,seorang bidan harus bisa memberikan konseling pada
ibu hamil.misalnya dengan memberikan sebuah masukan “ibu jangan menurutkan hati
yang enggan makan karena akan merugikan gizi bayi ibu yang dikandung.maka ibu
harus menjaga pola makan ibu”
3) Perubahan pada payudara. Biasanya payudara terlihat lebih besar, terasa
penuh,berat,nyeri tekan,areola menghitam,alur-alur biru tampak pada kulit.seorang
bidan harus bisa memberikan konseling pada keluhan ibu hamil tentang perubahan
yang dirasakan pada payudarannya. ini disebabkan meningkatnya hormon estrogen
dan progesterone. ini memang hal yang biasa terjadi pada ibu hami lyang bertujuan
untuk menyiapkan ibu untuk memberi makan bayi kelak jika dia lahir.oleh karena itu
,ibu hamil bisa menggunakan bra yang menyokong sehingga mengurangi
kecenderungan mengendur.
4) Keletihan dan rasa mengantuk
Seorang bidan harus bisa memberikan konseling mengenai hal ini karena tubuh ibu
sedang memproduksi sistempendukung kehidupan bayi,yaitu plasenta yang terus
masih berkembang, ibu harus banyak istirahat.
5) Sering berkemih. bidan harus bisa memberikan konseling pada ibu hamil tentang hal
ini. ini biasanya dialami ibu hamil pada trimester pertama dan ketiga. ini dikarenakan
meningkatnya cairan tubuh ibu dan efisiensi ginjal yang membantu pengeluaran sisa
metabolisme lebih cepat. kandung kemih terkena tekanan rahim yang membesar
sehingga mendorong isinya untuk keluar. untuk mengurangi frekuensi berkemih,coba
membatasi minum mulai pukul empat sore,tetapi jangan melampaui batas kebutuhan
tubuh.
6) Rasa perut panas,gangguan pencernaan,kembung.bidan harus bisa memberi konseling
perihal hal ini,ini dirasakan ibu hamil karena tubuh ibu memproduksi hormone
progesterone dan estrogen yang lebihyang bisa melemaskan jaringan otot halus
diseluruh tubuh.termasuk pada saluran pencernaan,akibatnya makanan berjalan
disistem pencernaan sehingga perut terasa kembung dan penuh.
b. Perubahan psikologi.perubahan psikologi merupakan bentuk perubahan bentuk
perubahan fisiologis ibu hamil. Pada trimester pertama kecenderungan ibu hamil
merasa tidak nyaman,perasaan ingin marah,perasaan tidak menentu yang tidak
diketahui penyebabnya.
 Perubahan pada trimester kedua.pada bulan keempat ,ibu masih mengalami hal-hal
seperti kehamilan bulan sebelumnya.
a. Perubahan fisik.ibu masih merasa letih,frekuensi berkemih sudah mulai
berkurang,mual dan muntah mulai berkurangkadang sembelit,pembesaran payudara
masih berlanjut,kadang-kadang sakit kepala,nafsu makan bertambah
b. Perubahan emosi.pada bulan keempat ini,ketidakstabilan emosi msih seperti umur
kehamilan bulan sebelumnya.bidan memberikan konseling tentang pemahaman diri
yang mencakuppenerimaan ibu atas kehamilannya,sikap dan jalan keluar sesuai
dengan alternatif yang diberikan oleh bidan.
Proses konseling kebidanan pada ibu hamil.sebagai seoramg konselor pada ibu hamil bidan harus
memperhatikan umur kehamilan dan keadaan ibu pada saat itu.pada tahap awal konseling,selalu
diadakan hubungan yang mengenakkan sepertipelaksanaan konseling pada umumnya.bidan
harus banyak mendengarkan keluhan kliendan banyak melaksanakan dialog dan sedikit
menggunakan nasihat. ( Christina Lia Uripni, Untung Sujianto, & Tatik Indrawati, 2003)
e.Komunikasi pada ibu bersalin (Masa Natal)
Kelahiran adalah proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Akan tetapi
peristiwa yang dialami tiap orang berbeda.
Perubahan Fisiologis:
a) Saat kehamilan tua ibu hamil akan merasakan gerakan bayi,perut semakin
besar,pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu mulai merasa tidak nyaman. Kaki bengkak
dan terjadi gangguan kencing.
b) Otot otot panggul dan jalan lahir mekar
c) Kontraksi uterus dipengaruhi syaraf syaraf simpati,para simpati,syaraf lokat otot uterus.
d) Perubahan Psikologis:
e) Minggu minggu terakhir dipengaruhi perasaan/emosi dan ketegangan.
f) Ibu cemas apa bayinya cacat,dapat lahir lancar
g) Ibu takut darah,nyeri,takut mati
Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan ibu,bedanya ayah tidak langsung merasakan
efek kehamilan. (Th.Endang Purwoastuti dan Elisabeth Siwi Walyani, 2015)
f. Komunikasi pada ibu nifas
Masa setelah melahirkan disebut masa nifas. Setelah 12 jam pertama setelah masa nifas,
biasanya dapat terjadi perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu, untuk itu bidan harus
selalu tetap memberikan pendampingan. Bidan harus mampu memberikan suasana yang nyaman
dan memberikan konseling pada ibu masa nifas.konseling yang dapat diberikan misalnya sebagai
berikut:
 Konseling untuk ibu
1. Proses masa nifas
2. Keluhan umum 1-72 jam masa nifas
3. Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu
 Perdarahan karena sisa plasenta belum lahir,
 Perdarahan karena kontraksi uterus lemah(atonia)
 Demam, cairan darah berbau dari jalan lahir
4. Tanda komplikasi masa nifas
5. Kebersihan ibu
6. Kolostrum dan pemberian ASI
7. Teknik menyusui
8. Kebutuhan nutrisi ibu pada masa nifas
9. Aktivitas ibu pada masa nifas
10. Hubungan senggama masa nifas dan program KB
11. Perubahan emosi ibu
12. Perencanaan kunjungan rumah
 Konseling untuk bayi
1. Tanda-tanda kegawatan masa nifas dari bayi (depresi bayi)
2. Kebersihan bayi
3. Perawatan tali pusat bayi
4. Imunisasi
5. Status kesehatan bayi
Penilaian perkembangan dan pertumbuhan bayi (Rita Yulifah & Tri Johan Agus Yuswanto 2009)
g. Komunikasi pada ibu meneteki (menyusui)
Perubahan fisiologis:
Pasa masa menyusui kelenjar susu mulai bekerja dan mempengaruhi hormon hormon.
Perubahan Psikologis:
Ibu merasa terpisah pada bayinya. Gejolak emosi yang muncul:
a) Ibu cemas dengan keselamatan bayinya,cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan
cukup,tetapi ada juga yang sebaliknya benci kepada anaknya
b) Kondisi yang mencemaskan dimana ibu takut menyusui bayinya,takut payudarah menjadi
jelek,ASI tidak keluar,takut bayi kurang makan/ASI
Pelaksanaan komunikasi:
Komunikasi yang diberikan kepada ibu,untuk memberikan air susunya kepada bayi
sebagai wujud peralihan kasih saying. (Th.Endang Purwoastuti dan Elisabeth Siwi Walyani,
2015)
h.Komunikasi pada akseptor keluarga berencana
Konseling merupakan aspek penting bagi keberhasilan program KB. Karena bidan dapat
membantu memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi apa yang akan digunakan.dengan
konseling maka klien akan lebih tau dan yakin dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan.
Agar mencapai tujuan yang diinginkan,bidan sebagai konselor harus mempunyai sikap
sebagai berikut:
 Memperlakukan klien dengan baik
Seorang bidan harus sabar,selalu menghargai klien,terbuka,dan tidak menganggap
remeh klien.
 Interaksi dengan klien
Sebagai seorang konselor bidan harus selalu mendengarkan apa saja yang
disampaikan klien.bidan harus selalu empati dan mendengarkan secara
efektif.contohnya, ibu dengan usia mungkin cukup atau lebih,datang kebidan
menghendaki informasi mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan,bidan
tidak boleh secara langsung melakukan penilaian terhadap ibu karena selama ini
tidak menggunakan kontrasepsi apapun ,sebagai konselor bidan harus
memberikan informasi mengenai metode operasi tubektomi dan vasektomi.
 Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Dalam memberikan informasi dan penjelasan bidan harus menggunakan bahasa
yang bisa dimengerti klien dan memfokuskan akan lebih bermanfaat daripada
menjelaskan semua kontrasepsi.pemberian informasi yang terlalu berlebihan akan
menyebabkan kesulitan dan ketidakmengertian klien. Bidan harus memberi
kesempatan klien untuk berdiskusi, bertanya, dan mengajukan pendapat.
 Menyediakan metode yang diinginkan klien
Yaitu bidan harus mengkaji apakah klien sudah paham mengenai jenis
kontasepsi,cara penggunaan, beserta keuntungan dan kerugiaanya.pada saat
konseling bidan harus mengenalkan klien pada berbagai jenis kontrasepsidalam
program KB.bidan memberikan kesempatan klien untuk berpikir terlebih dahulu
dan membandingkan jenis alat kontasepsi sehingga klien mudah mengambil
keputusan.
 Membantu klien untuk mengertidan mengingat
Bidan bisa membuat klien lebih mengerti dengan menggunakan alat
peraga.misalnya menggunakan lembar balik poster, pamphlet, halaman
bergambar,atau menciptakan sendiri model untuk melakukan proses konseling
tentang KB.
Langkah-langkah konseling KB
Bidan bisa menggunakan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. langkahnya tidak harus berurutan,bidan bisa menggunakan sesuai
prioritas apa yang lebih dulu dibutuhkan klien
SA : SApa dan Salam kepada klien dengan sopan.jaga privasi klien.bidan harus
selalu meyakinkan klien untuk lebih percaya diri.tanya pada klien apa yang bisa
dibantu serta beri penjelasan tentang pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya.beri bantuan klien untuk
menjelaskan mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi,tujuan,
kepentingan, harapanserta keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan
keluargannya.tanya pada klien alat kontasepsi apa yang diinginkan.
U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beri tahu apa pilihan
kontasepsi yang paling mungkin.bantuu klien pada jenis kontrasepsi yang paling
diinginkan klien sera jelaskan jenis-jenis alternative yang ada.
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya.bantu klien berpikir dahulu apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya,tanggapi secara
terbuka.sebaiknya bidan membantu klien untuk mempertimbangkan kriteria dan
keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.tanyakan pada klien apakah
pasangannya akan memberi dukungan dengan pilihan klien.
J :jelaskan pada klien cara penggunaan kontasepsi pilihnnya.setelah klien
memutuskan pilihannya,apabila diperlukan perlihatkan secara langsung alat
kontrasepsinyabidan harus melakukan evaluasi pengetahuan klien tentang
penggunaan kontrasepsi yang dipilih dan beri penghargaan pada klien.
U : perlunya kunjungan Ulang.bidan harusnya memberikan kontrak dengan
klien untuk pemeriksaan lanjutan.dan ingatkan klien apabila terjadi
masalah untuk segera melakukan pemerikasaan ulang. (Rita Yulifah & Tri Johan
Agus Yuswanto 2009)
i.Komunikasi pada wanita masa klimakteriumdan menopause
Perubahan fisiologis:
Menurunnya hormon estrogen dan progesterone mengakibatkan munculnya gangguan
gangguan nyeri,seperti keringat dingin,haid tidak teratur,rasa panas di wajah (hot flash),sakit saat
berhubungan seks (dispareuni),jantung berdebar debar,dan lain lain.
Perubahan psikologis:
Ibu merasa cemas,takut akan masalah masalah/keluh keluhan yang terjadi.
Pelaksanaan komunikasi:
1. Menjelaskan bahwa menopause merupakan siklus kehidupan wanita
2. Deteksi diri terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia
subur maupun klimakterium.
3. Memberikan informasi tempat tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek
kesehatan khususnya kesehatan reproduksi.
4. Membantu klien dalam pengambilan keputusan.
5. Karna fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan
alat bantu untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disamaikan
Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat sifat dari menopause itu sendiri
agar pesan yang di sampaikan dapat dicerna dengan baik
Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan antara lain:
a) Pendekatan biologis: yaitu menitikberatkan pada perubahan perubahan biologis yang
terjadi pada menopause seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat
mutipel dan kelainan fungsional pada menopause.
b) Pendekatan sosial budaya: yaitu menitik beratkan pada masalah soaial budaya yang
memengaruhi menopause.
Pendekatan psikologis: yaitu menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi
fungsi kognitif,afektif,konatif,dan kepribadian secara optimal.(Th.Endang Purwoastuti dan
Elisabeth Siwi Walyani, 2015)
j.Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi
Perubahan fisiologis:
Pada organ reproduksi wanita muncul gangguan gangguan dan keluhan,seperti
keputihan,gangguan gangguan menstruasi,infertilitas,kanker/tumor di orgen reproduksi,penyakit
menular seksual,dan lain lain
Perubahan psikologis:
Ibu merasa cemas, ketidak siapan menerima kenyataan,takut akan masalah masalah/keluh
keluhan yang terjadi.
Pelaksanaan Komunikasi:
a) Membantu klien dalam mengambil keputusan
b) Memberi support mental
c) Menjelaskan penyebab/kemungkinan gangguan yang di derita ibu
d) Deteksi diri terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan raproduksi
Memberi informasi tempat tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan
atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi. (Th.Endang Purwoastuti dan Elisabeth Siwi
Walyani, 2015)
SOAL

1. Apakah tujuan komunikasi terapeutik


a. Membantu pasien memberi arahan,meringankan beban perasaan, dan pikiran
b. Memberi tindakan yang efektif untuk pasien.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri
d. Jawaban a,b,c benar.
2. Apakah yang disebut pendekatan biologis
a. Menitikberatkan pada perubahan perubahan biologis yang terjadi pada menopause
seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat multipel dan kelainan
fungsional pada menopause.
b. Menitik beratkan pada masalah soaial budaya yang memengaruhi menopause.
c. Menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi fungsi
kognitif,afektif,konatif,dan kepribadian secara optimal.
d. Deteksi diri terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi
3. Apa yang dimaksud Menolong kolentif.
a. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri
biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.
b. Bicara sesungguhnya mulai usia 12-18 bulan karena sudah bisa dimengerti
maksudnya.
c. Membantu pasien memberi arahan,meringankan beban perasaan, dan pikiran
d. Membantu klien dalam pengambilan keputusan.
4. Apa akibat menurunnya hormon estrogen dan progesterone
a. keringat dingin
b. haid tidak teratur,
c. rasa panas di wajah (hot flash) dan sakit saat berhubungan seks (dispareuni)
d. a,b,c benar

1) Intelegensi (kecerdasan)
2) Jenis kelamin.
3) Bilingual (dua bahasa).
4) Rangsangan/dorongan orang tua.
5. Manakah factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
a. 1 dan 2
b. 2 saja
c. 1,2,3,4 benar
d. 3 dan 4
DAFTAR PUSTAKA

Purwoastuti. E dan E.S.Walyani. 2015. Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan.


Yogyakarta: PT Pustaka Baru
Rita Yulifah dan Tri Johan Agus Yuswanto.2009. Komunikasi dan Konseling Dalam Kebidanan
Salemba Medika: Jakarta
Uripni, Christina Lia. dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai