Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam praktik kebidanan, pembrian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan
baik, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan.Upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan
untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik dengan
klien.Karna melalui komunikasi yang efektif setra konseling yang berhasil,
kelangsungan dan berkesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk
kesehatan perempuan selama siklus kehidupan akan tercapai.

Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konseling pada klien sesuai dengan masalah yang
dihadapi oleh klien.
2. Tujuan khusus
Setelah membaca makalah kmunikasi dan konseling dalam kebidanan, diharapkan
mahasiswa dapat :
a. Memahami definisi konseling dalam praktik kebidanan.
b. Memahami tujuan dilakukannya konseling dalam kebidanan
c. Memahami langkah-langkah konseling dalam kebidanan
d. Memahami hambatan-hambatan konseling dalam kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERSALINAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998:157).

Tanda-tanda permulaan persalinan: Lightening atau settling atau dropping


yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multipara tidak begitu terlihat. Perut kelihatan lebih melebar,fundus uteri turun.
Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh
adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang di sebut false labor
pains. Serviks menjadi lembek,mulai mendatar dan setresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).

Tanda-Tanda In-Partu: Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat
sering dan teratur.Keluarnya lendir bercampur darah yang labih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.Kadang-kadang ketuban pecah dengan
sendirinya.Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.Seperti telah di kemukakan terdahulu,faktor-faktor yang berperan dalam
persalinan adalah: Kekuatan mendorong janin keluar (power):
- His (kontraksi uterus)
- Kontraksi otot-otot dinding perut
- Kontraksi diafragma
- Faktor janin
- Faktor jalan lahir
B. PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU BERSALIN
Fase laten : pada fase ini ibu biasanya merasa lega dan bahagia karena
masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal persalinan wanita
biasanya gelisah, gugup, cemas, dan khawatir sehubungan dengan rasa tidak
nyaman karena kontraksi. Biasanya dia ingin berbicara, perlu ditemani, tidak
tidur, ingin berjalan-jalan dan menciptakan kontak mata. Pada wanita yang dapat
menyadari bahwa proses ini wajar dan alami akan mudah beradaptasi dengan
keadaan tersebut.
Fase aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada fase kecepatan
maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Kontraksi menjadi semakin
kuat dan frekuensinya lebih sering sehingga wanita tidak dapat mengontrolnya.
Dalam keadaan ini wanita akan menjadi lebih serius. Wanita tersebut
menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut tidak
mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
C. KOMUNIKASI DAN KONSELING PADA IBU BERSALIN
Komunikasi adalah : seni penyampaian informasi (peran, message,
ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang
dikehendaki komunikator. Komunikasi, menciptakan hubungan antara bidan
dengan pasien untuk mengenal kebutuhan dan menentukan rencana tindakan.
Tanggung jawab penolong persalinan untuk mengkaji perawatan yang paling tepat
pada awal persalinan telah dibicarakan dan pentingnya pemberian dukungan
sepanjang persalinan. Di manapun kelahiran terjadi, terbinanya hubungan yang
baik antara wanita dan pemberi perawatan sangat penting baik mereka pernah
atau belum bertemu sebelumnya.
Konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk
wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan
usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai
tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan
ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.

D. TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah
yang dihadapi klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha
mengambangkan potensi yang ada agar dapat digunakan klien secara
efektif.Berdasarkan hal tersebut, ada dua fungsi dalam tujuan konseling
kebidanan yang harus diperhatikan bidan, yaitu sebagai berikut:
a. Fungsu kuratif
Bertujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi klien dalam proses
perkembanganya atau membantu mengatasi masalah klien.Dimana klien tidak
dapat mengembangkan dirinya karena beberapa alasan yang diterima, maka
klien dibantu untuk memahami dan menyelesaikan perkembanganya.
b. Fungsi preventif
Fungsi prenventif tidak hanya mengatasi masalah yang telah terjadi, tetapi
juga menjaga agar masalah tidak bertambah serta muncul massalah baru yang
dapat mengganggu diri klien dan orang lain.Fungsi preventif dapat diberikan
dengan beberapa terapi yang sesuai dengan masalah dan keadaan klien itu
sendiri.
Sedangkan secara garis besar tujuan konseling dalam praktik kebidanan
adalah mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku klien.

E. FUNGSI KONSELING
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis,
kultural dan lingkungan .
3. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
peningkatan derajat kesehatan

F. PROSES KONSELING
1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak
awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan :
a. Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
b. Memperkenalkan diri
c. Menciptakan suasana nyaman dan aman.
d. Memberikan perhatian penuh pada klien SOLER.
S : Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients
(senyum/ mengganggukkan kepala).
O : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).
L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).
E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap
mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat).
R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
e. Bersabar
f. Tidak memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan setelah
mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan
kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi
atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.
3. Menindak lanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan
membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila
ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak.

G. LANGKAH DALAM KONSELING PADA IBU BERSALIN:


1. Menjalin hubungan yang mengenakkan dengan klien, bidan menerima klien
apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
2. Kehadiran
Merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi mengatasi
semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bidan
dalam memberikan perdampingan klien yang bersalin difokuskan secara fisik
dan fisiologis.
3. Mendengarkan
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan kelhan klien
4. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin
Sentuhan bidan terhadap klien akan memberikan rasa nyaman dan dapat
membantu relaksasi.
Misalnya: ketika kontraksi pasien merasakan kesakitan, bidan memberikan
sentuhan pada daerah pinggang klien. Sehingga pasien akan merasakan
nyaman.
5. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
Merupakan upaya untuk memberikan rasa percaya diri pada klien. Bahwa
klien dapat menyelesaikan persalinannya.
6. Memandu persalinan dengan memandu
Misalnya: bidan menganjurkan kepada klien untuk meneran pada saat his
berlangsung.
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien
Misalnya: mengelap keringat, mengipasi, memeluk pasien, menggosok
punggung pasien.
8. Memberikan pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukannya.
Misanya: bidan mengatakanbagus ibu, pintar sekali menerannya.
9. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran bayinya dan
mengatakan ikut berbahagia.
H. HARAPAN BIDAN SETELAH DIADAKAN KONSELING ADALAH
KEMANDIRIAN KLIEN DALAM:
1. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan
pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
3. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
4. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.

I. KETERAMPILAN OBSERVASI
Hal yang perlu kita observasi adalah tingkah laku verbal, non verbal dan
kesenjangan antara tingkah laku verbal dan non verbal. Kepekaan dalam
observasi merupakan hal yang paling mendasar dalam membina komunikasi
efektif. Seorang bidan, dengan keahliannya dapat mengobservasi,dapat
menyakinkan dan menolong wanita tersebut agar mampu melepaskan dirinya dari
rasa sakit yang berlebihan, untuk melalui proses ini secara aman baik bagi dirinya
maupun bagi bayinya juga untuk bersikap terbuka dan menerima hal-hal yang
terjadi pada dirinya(Wiknjosastro, 1999:177).
Untuk menghadapi proses persalinan tidak semua orang (klien) bisa
dengan tenang menghadapinya oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan terutama
bidan harus bisa tanggap dalam memberikan asuhannya. Di sini komunikasi
sangat diperlukan. Dalam dunia kebidanan, teknik komunikasi dikenal dengan
komunikasi terapeutik, yang berarti suatu proses penyampaian nasehat kepada
pasien untuk mendukung upaya penyembuhan. Seorang bidan dalam memberikan
asuhannya terlebih dahulu menyampaikan ide dan pikirannya,sehingga
komunikasi dalam kebidanan dikenal secara luas sebagai terapeutik/mengandung
nilai pengobatan dan semua interaksi yang dilakukan ditunjukkan dalam upaya
penyembuhanpenyakit (terpeutik).
Dikenal dua macam teknik komunikasi yaitu secara verbal (menggunakan
kata-kata dalam bentuk lisan/tulisan) dan teknik non verbal (menggunakan bentuk
lain sepertisikap, gerak tubuh, ekspresi wajah/mata, sentuhan tangan dan isyarat)
(Anonim, 1993:4)
Secara verbal dapat memberikan bukti bahwa bidan selalu ada saat ibu
bersalin, sehingga ibu bersalin merasa tenangdan dapat mengurangi persepsi ibu
tentang nyeri. Teknik non verbal yang dapat dilakukan seperti menggosok
punggung ibu, mengusap keringat ibu akan dapat memberi rasa nyaman pada ibu
bersalin, sehingga kebutuhan ibu akan rasa nyaman terpenuhi (Anonim, 1993:3)
Hampir semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, tetapi respon
setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda-beda. Ada beberapa metode non-
invasif sekaligus non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat di
gunakan selama persalinan. Banyak wanita merasa nyeri berkurang dengan
mandi, sentuhan dan pijatan. Ada pula wanita yang mengatasi nyeri dengan cara
relaksasi yang di lakukan secara verba, menjauhkan wanita dari nyerinya secara
hipnotis, musik dan umpan balik biologis.
Pentingnya komunikasi terapeutik dalam menurunkan rasa nyeri yang
ditimbulkan oleh persalinan sangat diperlukan, oleh karena itu bidan dalam
persalinan harus bisa membantu menimbulkan rasa percaya diri, karena bila klien
itu sendiri grogi atau gugup dalam persalinanya baik fisik maupun mental belum
siap maka, timbul rasa ketakutan dan rasa nyeri yang dirasakan bertambah
(Kartono, 1992:153). Jika bidan memfokuskan perhatiannya pada klien maka
bidan dapat membantu klien untuk mengabsorbsi dan mengikis rasa sakitnya.
Bidan sebaiknya memberi informasi yang akurat dan mudah dipahami tentang
kemajuan persalinannya dan selalumemberikan pujian dan dukungan.
Menurut konsep dasar adaptasi manusia terhadap stimulasi yaitu teknik
komunikasi terapeutik yang ditentukan oleh kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi. Dalam kebutuhan fisilogis, ibu bersalin
berharap akan terbebas dari rasa nyeri karena salah satu darikebutuhan fisiologis
manusia adalah kebutuhan akan rasa aman dan nyaman. Pada ibu bersalin rasa
nyaman dipenuhi bila terbatas dari rasa nyeri sedangkan pada konsep
interdependensi/salingketergantungan menujukkan bahwa ibu bersalin
membutuhkan orang lain untuk diajak berkomunikasi. Dengan harapan saat
berkomunikasi dengan orang lain (suami, keluarga, bidan) tersebut, nyeri yang
dirasakan dapat berkurang (Anonim,1993:3).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan
baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional
(sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah,
mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan konseling diarahkan sebagai layanan yang membantu masalah yang dihadapi
klien.Oleh karna itu, bidan sebagai konselor harus berusaha mengambangkan potensi
yang ada agar dapat digunakan klien secara efektif
DAFTAR PUSTAKA

http://chooeysoklat.wordpress.com/2012/09/28/komunikasi-dan-konseling-pada-ibu-
bersalin/

Johan T.A, dan Yulifah Rita. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam
Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika

Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. EGC. JakartaWulandari Dian.2009.


Komunikasi Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan.Jogjakarta: NUHA MEDIKA
Press.

Anda mungkin juga menyukai