Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut
membutuhkan energi dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan berbagai macam keluhan, salah satunya adalah nyeri pinggang
bawah. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80%
setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri pada daerah pinggang
bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis kelamin, tingkat sosial
dan pekerjaan (Cailiet, 1981 dalam Ismiyati, 1997).
Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris
disebut Low Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat
di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang (Elder
LAM & Burdoff, 2003 dalam Shocker, 2008). Dari hasil penelitian Cropcord
Indonesia (2004) menunjukkan bahwa penderita LBP pada jenis kelamin pria
prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%. Sedangkan dari
populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan lebih selama
hidupnya antara 60% hingga 90% (Setyohadi, 2005).
Setyawan (2008) menyebutkan sekitar 90% dari seluruh kasus LBP
disebabkan oleh faktor mekanik, yaitu LBP pada struktur anatomik normal
yang digunakan secara berlebihan atau akibat sekunder dari trauma atau
deformitas, yang menimbulkan stress atau strain pada otot, tendon dan
ligamen. Selain itu, dari segi anatomis dan fungsional, LBP juga dapat
disebabkan karena adanya kelainan pada spine, dimana spine merupakan
struktur penyangga tubuh dan kepala yang selalu terlibat dalam berbagai sikap
tubuh dan gerakan sehingga mudah sekali mengalami gangguan.

1
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui
luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan
kebidanan dengan LBP pada klien dengan tindakan perawatan luka
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami tindakan yang akan dilakukan pada pasien
LBP
b. Mengetahui dan memahami tentang tindakan perawatan luka
c. Mengetahui tentang definisi, penyebab, gejala dan penanganan LBP

C. Manfaat
a. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang penyakit LBP
b. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang tindakan yang
dilakukan pada pasien LBP
c. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang tindakan
perawatan luka terhadap pasien diagnosa LBP

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis Tindakan/ Perawatan Luka


1. Pengertian:
Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan
pembalut dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka
2. Tujuan:
- Untuk membersihkan luka
- Mencegah masuknya kuman dan kotoran kedalam luka
- Memberikan pengobatan pada luka
- Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
- Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka
3. Alat dan bahan:
a. Luka Bersih
Persiapan Alat
1) Pincet anatomi 1
2) Pincet chirurgie 1
3) Gunting Luka (Lurus)
4) Kapas Lidi
5) Kasa Steril
6) Kasa Penekan (deppers)
7) Mangkok / kom Kecil
8) Gunting pembalut
9) Plaster
10) Bengkok/ kantong plastik
11) Pembalut
12) Alkohol 70 %
13) Betadine 10 %
14) Bensin/ Aseton
15) Obat antiseptic/ desinfektan
16) NaCl 0,9 %
Langkah-langkah
1) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
2) Tempatkan alat yang sesuai.
3) Cuci tangan.
4) Buka pembalut dan buang pada tempatnya.

3
5) Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril
atau NaCl.
6) Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak
kontra indikasi), dari arah dalam ke luar.
7) Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
8) Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan
pada bengkok dengan larutan desinfektan.
9) Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
10) Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan
tutupluka dengan kasa steril.
11) Plester perban atau kasa.
12) Rapikan pasien
13) Alat bereskan dan cuci tangan.
14) Catat kondisi dan perkembangan luka.
b. Luka kotor
1) Persiapan alat
2) Pincet anatomi 1.
3) Pinchet chirurgie 2.
4) Gunting Luka (Lurus dan bengkok).
5) Kapas Lidi.
6) Kasa Steril.
7) Kasa Penekan (deppers).
8) Sarung Tangan.
9) Mangkok / kom Kecil 2
10) Gunting pembalut.
11) Plaster.
12) Bengkok/ kantong plastic.
13) Pembalut.
14) Alkohol 70 %.
15) Betadine 2 %.
16) H2O2, savlon, Bensin/ Aseton.
17) Obat antiseptic/ desinfektan, NaCl 0,9 %.
Prosedur pelaksanaan
1) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
2) Tempatkan alat yang sesuai.
3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi
transmisipathogen yang berasal dari darah). Sarung tangan
digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh.
4) Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka
becubitus yang ada.
5) Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak
kontra indikasi), dari arah dalam ke luar.

4
6) Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
7) Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan
pada bengkok dengan larutan desinfektan.
8) Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
9) Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
10) Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan
tutup luka dengan kasa steril.
11) Plester perban atau kasa.
12) Rapikan pasien. Alat bereskan dan cuci tangan.
13) Catat kondisi dan perkembangan luka.
(Anonim, 2009)

B. Landasan Teori/ LBP


1. Pengertian LBP
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun
potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang
mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya.
(Brunner & Suddarth, 2002). Peraturan utama dalam merawat pasien
dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun
penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah
berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Menurur Brubber & Suddarth, (2002) Low Back Pain (LBP) atau
Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada
diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1.

2. Penyebab
Menurur Brubber & Suddarth, (2002) Kebanyakan nyeri punggung
bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal
(misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral
dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang

5
tungkai). Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah
pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah
psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan
muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat
keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

3 Gejala
Pasien biasanya engeluh nyeri punngung akut maupun nyeri
punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi
nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga
dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang
tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat
ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan
lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot
paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang
berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal
dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam
keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang
diakibatkan oleh spasme akan menghilang. Kadang-kadang dasar organic
nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat
membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa
merupakan anifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap
stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan
nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan
keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja. (Brunner & Suddarth,
2002)

4. Penanganan
Menurut Cohen, dkk (2011) yang dikutip Samuel (2005),
Penanganan umum dari stroke iskemik diantaranya yaitu:

6
a. Penanganan konservatif
Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan
nyeri dan melakukan restorasi fungsional. Harus diberikan penerangan
yang jelas tentang perjalanan penyakitnya, tes-tes diagnostik, cara-cara
pencegahan, peran pembedahan sehingga pasien dapat menilai keadaan
dirinya dan mengerti tindakan yang diambil oleh dokter dengan
konsekuensi dari terapi yang dipilih. Dalam penanganan umum penderita
diberikan informasi dan edukasi tentang hal-hal seperti: sikap badan,
tirah baring dan mobilisasi. Medikamentosa diberikan terutama untuk
mengurangi nyeri yaitu dengan analgetika. Cara pemberian analgetik
mengacu seperti pada petunjuk tiga jenjang terapi analgetik WHO. Sering
obat yang sesuai untuk penanganan dimulai dengan asetaminofen
dan/atau nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID). Untuk LBP akut
secara fakta didapatkan bahwa tidak terdapat NSAID spesifik yang lebih
efektif terhadap yang lainnya. Medikasi lain yang dapat diberikan
sebagai tambahan adalah relaksan otot, antidepresan trisiklik, dan
antiepileptika seperti fenitoin, karbamazepin, gabapentin, dan topiramat.

b. Penanganan operatif
Menurut Meliala (2000) tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan
alasan yang kuat yaitu berupa:

o Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu: nyeri


berat/intractable/ menetap/ progresif.
o Defisit neurologik memburuk
o Sindroma kauda ekuina. Stenosis kanal; setelah terapi konservatif tak
berhasil.
o Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.
Dari pemeriksaan tambahan yang ada, pada penderita ini telah
terindikasikan untuk dilakukan penanganan secara operatif karena;
penanganan konservatif tidak ada perbaikan, adanya sindroma kauda

7
ekuina dan pada hasil EMG telah terdapat kompresi pada radiks L5-S1-
S2 kiri.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengumpulan Data
1. Identitas Pasie
Nama : Tn. M
Alamat : Lhoksukon
Umur : 25Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
No rekam Medis : 03. 52. 24
Ruang : Nourologi

B. Anamnesa
1. Data Subjektif ( Data Yang diperoleh dari pasien)
a. Klien mengeluh nyeri pada pinggan kiri menjalar kebagian kanan
b. Klien mengatakan merasa sangat nyeri bila melakukan gerakan
c. Klien mengatakan tidur malam paling lama 2 jam klien sering
terbangun saat tidur
2. Data Obyektif ( Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan)
- Keadaan umum lemah
- Wajah meringis
- Skala nyeri 6
- Terdapat luka di punggung
- Tidak napsu makan
- TD: 130/80 mmhg
- Pols: 80x /menit
- Resp: 20 x/menit

C. Diagnosa
Tn.M dengan diagnosa LBP

9
D. Pengobatan/ Obat Injeksi
1. Infus RL 20 menit/tts
2. Inkesi: Ranitidin 1 ampul/8 jam
Ondancetron 1 ampul/8 jam
Keterolak 1 ampul/12 jam
Citicolin 1 ampul/12 jam

E. Tindakan / Perawatan luka


a. Luka Bersih
Persiapan Alat
1) Pincet anatomi 1
2) Pincet chirurgie 1
3) Gunting Luka (Lurus)
4) Kapas Lidi
5) Kasa Steril
6) Kasa Penekan (deppers)
7) Mangkok / kom Kecil
8) Gunting pembalut
9) Plaster
10) Bengkok/ kantong plastik
11) Pembalut
12) Alkohol 70 %
13) Betadine 10 %
14) Bensin/ Aseton
15) Obat antiseptic/ desinfektan
16) NaCl 0,9 %
Langkah-langkah
15) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
16) Tempatkan alat yang sesuai.
17) Cuci tangan.
18) Buka pembalut dan buang pada tempatnya.
19) Bila balutan lengket pada bekas luka, lepas dengan larutan steril
atau NaCl.
20) Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak
kontra indikasi), dari arah dalam ke luar.
21) Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
22) Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan
pada bengkok dengan larutan desinfektan.

10
23) Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
24) Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan
tutupluka dengan kasa steril.
25) Plester perban atau kasa.
26) Rapikan pasien
27) Alat bereskan dan cuci tangan.
28) Catat kondisi dan perkembangan luka.
b. Luka kotor
1) Persiapan alat
2) Pincet anatomi 1.
3) Pinchet chirurgie 2.
4) Gunting Luka (Lurus dan bengkok).
5) Kapas Lidi.
6) Kasa Steril.
7) Kasa Penekan (deppers).
8) Sarung Tangan.
9) Mangkok / kom Kecil 2
10) Gunting pembalut.
11) Plaster.
12) Bengkok/ kantong plastic.
13) Pembalut.
14) Alkohol 70 %.
15) Betadine 2 %.
16) H2O2, savlon, Bensin/ Aseton.
17) Obat antiseptic/ desinfektan, NaCl 0,9 %.
Prosedur pelaksanaan
14) Jelaskan prosedur perawatan pada pasien.
15) Tempatkan alat yang sesuai.
16) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan (mengurangi
transmisipathogen yang berasal dari darah). Sarung tangan
digunakan saat memegang bahan berair dari cairan tubuh.
17) Buka pembalut dan buang pada tempatnya serta kajilah luka
becubitus yang ada.
18) Bersihkan bekas plester dengan wash bensin/aseton (bila tidak
kontra indikasi), dari arah dalam ke luar.
19) Desinfektan sekitar luka dengan alkohol 70%.
20) Buanglah kapas kotor pada tempatnya dan pincet kotor tempatkan
pada bengkok dengan larutan desinfektan.
21) Bersihkan luka dengan H2O2 / savlon.
22) Bersihkan luka dengan NaCl 0,9 % dan keringkan.
23) Olesi luka dengan betadine 2 % (sesuai advis dari dokter) dan
tutup luka dengan kasa steril.
24) Plester perban atau kasa.

11
25) Rapikan pasien. Alat bereskan dan cuci tangan.
Catat kondisi dan perkembangan luka.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

Apabila ditinjau secara umum maka hasil pengkajian pada tinjauan


teoritis tidaklah jauh berbeda dengan pengkajian pada tinjauan kasus. Pada
tinjauan teoritis oleh doengoes, (2000). Ditemukan data yaitu nyeri
akut/kronis berhubungan berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek
spasme otot, inflamasi, kompresi saraf. Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot, terapi
testriktif, kerusakan neuromuscular. Ansietas/koping individu tak efektif
berhubungan dengan krisis situasi, atasi/ubah status kesehatan, status
sosioekonomik, peran fungsi, gangguan berulang dengan nyeri terus menerus,
ketidakadekuatan metode koping. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
mengenai kondisi, pragnosis, dan tindakan berhubungan dengan kesalahan
informasi/kurang pengetahuan, kesalahan interpretasi informasi kurang
mengIngat, tidak mengenal sumber-sumber informasi. Sedangkan pada
tinjauan kasus ditemukan data adalah nyeri akut/kronis berhubungan dengan
trauma jaringan dan reflek spasme otot, kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, ansietas/koping individu tak
efektif berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus,
kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan informasi/kurang
pengetahuan
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi
ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan
radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang
kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi
secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan
dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi

13
secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur
anatomi, fungsi dan penampilan.

14
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan prasta antara teori dengan pelaksanaan dilahan
praktik untuk perawatan luka dilakukan sesuai dengan teori atau dengan kata
lain tidak terjadi adanya kesenjangan antara teori dan lahan praktik Penyakit
yang diderita pada Tn.M yaitu dengan LBP yang merupakan suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah,
L4-L5 dan L5-S1.

B. Saran
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa perlu meningkatkan kemampuan dan prosedur dari
praktikum yang sangat berguna untuk mengetahui tentang tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien nantinya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kesempatan untuk memperluas area lahan praktik di lapangan
sehingga diharapkan mahasiswa dapat mahir dan mengenal banyak kasus
dilapangan yang tidak di terangkan dalam bacaan, referensi atau literatur
yang ada, termasuk yang tidak diberikan di dalam kelas agar dapat
menjadi bidan yang profesional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

Cohen RI, Chopra P, Uphshur C. Low back pain, part 2: Guide to conservative,
medical, and procedural therapies. Geriatrics 2001; 11: 38-47

Drakeiron. (20008). Low Back Pain. http://drakeiron.wordpress.com.

Feske SK, Greenberg SA. Degenerative and compressive structural disorders. In:
Textbook of Clinical Neurology. 2nd Ed., Ed. Goetz CG. Philadelphia:
Saunders 2003; 583-600.

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot,


hiladelphia, 2000

Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Anggraini H. Penuntun praktis penanganan


nyeri neuropatik. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI 2000.

Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997

Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,


patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A,
Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167

16

Anda mungkin juga menyukai