Anda di halaman 1dari 48

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

SUBSTANSI BAHAN PEGANGAN LO PROVINSI

Disampaikan oleh:
Direktur Pengembangan Wilayah
Materi Paparan
I. Agenda Tahapan Musrenbang
II. Analisis Provinsi
III. Contoh Capaian Kinerja Pembangunan
Provinsi D.I. Yogyakarta
IV. Revitalisasi Musrenbang Nasional 2015
I. AGENDA TAHAPAN
MUSRENBANG NASIONAL
AGENDA TAHAPAN MUSRENBANGNAS 2015(1)

TAHAPAN MEKANISME DAN KELUARAN


Rakorbangpus I dan Penyampaian draft Rancangan Awal RKP 2016
Forum Konsultasi Indikasi kebutuhan pendanaan program/kegiatan Tahun 2016
Bappeda Penyampaian kerangka makro ekonomi dan kebijakan fiskal Tahun 2016
( 26 Maret 2015, Forum diskusi Bappeda Provinsi se-Indonesia terkait dengan pola
Bappenas) pendekatan dimensi pembangunan, kebijakan Dana Alokasi Khusus Tahun
2016 dan kebijakan Dana Dekonsentrasi Bappenas.
Pendalaman Dimensi Pembahasan Pencapaian sasaran dimensi pembangunan (Nawa Cita)
Pembangunan (26 lintas sektor
30 Maret 2015) Output : sinkronisasi antar sektor dalam mencapai sasaran dimensi
pembangunan (Nawa Cita).
Pembahasan per dimensi : Deputi penanggung jawab dimensi
Ratek/Rakernis Memastikan bahwa hasil ratek/rakernis sesuai dengan sasaran dimensi
dengan K/L(Maret pembangunan (Nawa Cita) sebagai dasar untuk pembahasan pra
2015) musrenbangnas
Menyampaikan arahan mengenai tema dalam pelaksanaan sasaran
dimensi pembangunan (Nawa cita) di RKP 2016 dalam Ratek/Rakernis

4
AGENDA TAHAPAN MUSRENBANGNAS 2015(2)

TAHAPAN MEKANISME DAN KELUARAN


Musrenbangprov Dukungan APBD dalam mencapai sasaran dimensi pembangunan (Nawa
( 2 Maret - 13 April Cita);
2015) Usulan kegiatan oleh pemerintah daerah untuk pencapaian sasaran
dimensi pembangunan (Nawa Cita)
Kegiatan berdasarkan sasaran jangka menengah dengan mengacu
pada sasaran dimensi pembangunan (Nawa Cita) yang akan menjadi
prioritas pembahasan dalam Pramusrenbangnas.
Sinkronisasi kegiatan K/L dan Pemerintah Daerah dalam mendukung
pencapaian sasaran dimensi pembangunan (Nawa Cita)
Kesepakatan usulan kegiatan dan kerangka pembiayaan dalam
mendukung sasaran dimensi pembangunan (Nawa Cita)
Forum Konsultasi Memberikan masukan terhadap rancangan awal RKP 2016.
Publik (6 April 2015)
Rakor Khusus Papua Sinkronisasi kegiatan K/L, kegiatan Dana Otonomi Khusus, kegiatan
dan Papua Barat percepatan pembangunan infrastruktur dan kegiatan APBD dalam rangka
(14 April 2015) mendukung percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat
Diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga.
5
AGENDA TAHAPAN MUSRENBANGNAS 2015(3)

TAHAPAN MEKANISME DAN KELUARAN


Rakorbangpus II Penyampaian Rancangan Awal RKP dan SB Pagu Indikatif Tahun 2016
(15 April 2015)
Trilateral Meeting Skema : Trilateral Desks (Bappenas, K/L, Keuangan)
(15 24 April 2015) Penajaman dan pengakomodasian hasil Musrenbangnas 2015 dalam
inisiatif baru
Rancangan Akhir Renja K/L 2016; dan
Rancangan Akhir RKP 2016.
Pra Musrenbangnas Skema : Kelompok musyawarah berdasarkan sasaran dimensi
(16 -24 April 2015) pembangunan (Nawa Cita)
Hasil kesepakatan program/kegiatan, lokasi, target, dan anggaran untuk
Penutupan Pra mencapai sasaran dimensi pembangunan (Nawa Cita) antara pemerintah
Musrenbangnas provinsi dan K/L yang difasilitasi oleh Kementerian PPN/Bappenas dan
(28 April 2015) disepakati dalam bentuk berita acara kesepakatan;

Musrenbangnas Laporan Menteri PPN mengenai kesepakatan program, kegiatan strategis


(29 April 2015) dan pendanaan pusat dan daerah kepada Presiden RI;
Arahan Presiden dan Wakil Presiden RI; dan
Paparan 4 Menteri Koordinator.
6
Peran Liaison Officer (LO) dan Staf Penghubung Provinsi

Peran Keterangan

1. Sebagai penghubung antara Bappenas dengan Provinsi


dalam mengkoordinasikan usulan kegiatan strategis daerah
yang mendukung pencapaian sasaran Dimensi
Liaison Officer Pembangunan (Nawa Cita);
(LO) 2. Sebagai penghubung antara Bappenas dengan Provinsi
dalam mensinergikan perencanaan di pusat dan daerah
terkait program dan kegiatan dalam mendukung
pencapaian sasaran dimensi pembangunan (Nawa Cita);
3. Sebagai pendamping bagi provinsi yang menjadi tanggung
jawabnya selama pelaksanaan rangkaian Musrenbangnas
2015.
Staf Membantu LO dalam melaksanakan perannya baik dari sisi
subtantif, teknis, maupun administrasi
Penghubung

7
Tugas Liaison Officer (LO)

Tahap Tugas
Rakorbangpus I 1. Mengikuti kegiatan pembekalan sebagai LO (Senin, 23 Maret 2015);
dan Forum 2. Mengawal perumusan kegiatan-kegiatan strategis provinsi;
Konsultasi 3. Memberikan arahan dalam penjabaran sasaran prioritas Dimensi
Bappeda Pembangunan (Nawa Cita) ke dalam usulan kegiatan sektor-sektor;
(26 Maret 2015) 4. Memantau kesiapan materi dan tim Bappeda Provinsi yang menjadi
tanggung jawabnya pada kegiatan Rakorbangpus dan Forum
Konsultasi Bappeda;
5. Memantau kesiapan indikasi kebutuhan pendanaan
program/kegiatan tahun 2016 yang sudah diuraikan per provinsi;
6. Membangun komunikasi sepanjang waktu diantara Rakorbangpus
dan tahap sebelum Pra-Musrenbangnas untuk memastikan
kesesuaian kegiatan strategis provinsi yang diusulkan provinsi dengan
yang dirumuskan Bappenas.

8
Tugas Liaison Officer (LO)

Tahap Tugas
Pelaksanaan 1. Menjaring isu-isu strategis provinsi yang akan dibahas dalam
Musrenbangprov Musrenbangnas tahun 2015 sesuai dengan Potret Analisis per daerah
(2 Maret - 13 April (Analisis Provinsi 2014 dan Pembangunan Daerah Dalam Angka
2015) 2014);
2. Mencermati masalah, potensi dan isu-isu yang berkembang saat ini
di setiap provinsi berdasarkan data sekunder maupun primer, dan
mendiskusikan dengan Bappeda Provinsi untuk dikerucutkan sebagai
usulan Prioritas Pembangunan Wilayah untuk mendukung
pencapaian sasaran Dimensi Pembangunan (Nawa Cita);
3. Mengikuti keseluruhan pelaksanaan Musrenbangprov dan
memberikan arahan dan penjelasan mengenai pencapaian sasaran
Dimensi Pembangunan (Nawa Cita);
4. Menyampaikan laporan pelaksanaan Musrenbangprov yang
penyusunannya dibantu oleh Staf Penghubung Provinsi.

9
Tugas Liaison Officer (LO)

Tahap Tugas
Pra 1. Memantau kesiapan materi dan kesediaan tim Pemerintah Provinsi
Musrenbangnas yang akan hadir pada forum Pra Musrenbangnas;
(16-24 April 2015) 2. Sebagai penanggungjawab provinsi dalam trilateral desk Pra-
musrenbangnas;
3. Memantau penyusunan rekapitulasi hasil kesepakatan per Provinsi.
1. Memantau kesiapan tim Pemerintah Provinsi yang akan hadir pada
Musrenbangnas Musrenbangnas 2015;
(29 April 2015) 2. Menyusun laporan ringkas terkait kesiapan pemerintah provinsi yang
menjadi tanggung jawabnya untuk mendukung pencapaian sasaran
Dimensi Pembangunan (Nawa Cita).

10
II. ANALISIS PROVINSI
I. ANALISIS PROVINSI (1)

1. Bahan Pegangan LO Provinsi terdiri dari:


i. Buku Seri Analisa Pembangunan Daerah (softfile)
ii. Buku Pembangunan Daerah Dalam Angka (softfile)

2. Buku Seri Analisa Pembangunan Daerah, merupakan analisa pembangunan 34


provinsi yang menyajikan hasil analisis perkembangan darah yang utama:
I. Perkembangan indikator utama yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan
pengangguran, dan pengurangan kemiskinan.
II. Kinerja pembangunan kota/kabupaten dalam bentuk analisa kuadran
untuk menggambarkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan; pertumbuhan ekonomi dan peningkatan IPM;
pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran; serta kesenjangan
ekonomi di masing-masing kabupaten/kota dalam setiap provinsi.
III. Penyebab permasalahan pembangunan yang dilihat dari 5 faktor utama,
yaitu: tingkat ketergantungan pada sektor primer; sumber-sumber
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; kualitas lapangan kerja; kualitas
dan kuantitas infrastruktur wilayah; kualitas sumber daya manusia; mobilitas
tabungan masyarakat; serta kualitas belanja daerah.
IV. Prospek pembangunan provinsi pada tahun 2015.
Slide - 12
I. ANALISIS PROVINSI (2)
Buku Pembangunan Daerah Dalam Angka (PDDA), menyajikan data dan
informasi tentang perkembangan pembangunan daerah dalam kurun waktu
2008/2009 sampai dengan 2013/2014 untuk 7 pulau besar, yang meliputi delapan
pokok bahasan yaitu:
I. Kependudukan,
II. Ketenagakerjaan,
III. Sosial Ekonomi,
IV. Perekonomian Daerah,
V. Pertanian,
VI. Keuangan Daerah,
VII. Infrastruktur Wilayah, dan
VIII. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Seluruh Data dan Informasi sebagian besar diperoleh dari Publikasi Badan Pusat
Statistik (BPS).

Slide - 13
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

II. CAPAIAN KINERJA PEMBANGUNAN


PROVINSI D.I.YOGYAKARTA

Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan PDRB per Kapita
Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Kemiskinan
Kesenjangan Antar Golongan dan Antar Wilayah
Struktur PDRB menurut Lapangan Usaha
Jumlah Orang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan
LAJU PERTUMBUHAN PDRB PROVINSI D.I.YOGYAKARTA
TERHADAP PROVINSI LAIN TAHUN 2014

5,2

Sumber: BPS, 2015

Slide
Slide -- 15
15
LAJU PERTUMBUHAN PDRB PROV. D.I.YOGYAKARTA
TERHADAP PDRB NASIONAL

7
6.5
6.3 6.3
6.1 6.1
6 5.8
5.7
5.5
5.2
5.0 5.5
5 5.3
5.1 5.2 5.0
5.0 4.5
4.9
4.7
4.4
4 4.3

3.7 % PDRB Yogyakarta % PDRB Nasional


3
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, 2015


Slide - 16
PDRB PER KAPITA PROV. D.I.YOGYAKARTA
TERHADAP NASIONAL

Pencapaian PDRB per kapita D.I Yogyakarta dari 2006 s.d 2012 selalu berada
dibawah PDB per kapita Nasional
Slide - 17
10
12

0
2
4
6
8
Bali
Sulawesi Barat

5,94
Indonesia
Kalimantan Tengah

Sumber: BPS, 2015


Nusa Tengggara Timur
DI Yogyakarta

3.33
Papua
Bengkulu
Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat
Gorontalo
Jawa Timur
Sulawesi Tenggara
Lampung
Sumatera Selatan

% TPT Provinsi
Papua Barat
Jambi
Sulawesi Selatan
Kep. Bangka Belitung
(Agustus 2014)

Maluku Utara
Jawa Tengah
Nusa Tenggara Barat
% TPT Indonesia

Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Kalimantan Timur
D.I.YOGYAKARTA TERHADAP PROVINSI LAIN

Sulawesi Utara
Jawa Barat
DKI Jakarta
PRESENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)

Aceh
Banten
Tingkat Pengangguran Terbuka D.I Yogyakarta 2014 jauh berada di bawah Nasional

Maluku
Slide - 18
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT)
PROVINSI DI YOGYAKARTA TERHADAP NASIONAL

12
10.45
9.86 9.75
10
8.46
8.14
8 7.41
6.80
6.32 6.25
5.92 5.94
6
6.26 6.25 6.08 6.04 6.00 6.02
5.47
4
4.09 3.80
3.34 3.33
2
Kemiskinan DI Yogyakarta
TPT DI Yogyakarta Kemiskinan Nasional
TPT Nasional
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Slide - 19
10
15
20
30

25

0
5
DKI Jakarta
Bali

10,96
Indonesia
Kalimantan Selatan

Sumber: BPS, 2015


Kep Bangka Belitung
Banten
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kep Riau
Sumatera Barat
Maluku Utara
Riau
Kalimantan Barat
Sulawesi Utara
Jambi
Jawa Barat

Persentase Penduduk Miskin Provinsi (%)


Sulawesi Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Barat
Jawa Timur
Sulawesi Tenggara
(September 2014)

Jawa Tengah
Sulawesi Tengah
Sumatera Selatan
TERHADAP PROVINSI LAIN

Lampung
DI Yogyakarta
14.55

Aceh
Nusa Tenggara Barat
Bengkulu
Persentase Penduduk Miskin Nasional (%)

Gorontalo
Maluku
PRESENTASE PENDUDUK MISKIN PROV. D.I. YOGYAKARTA

Nusa Tenggara Timur


Tingkat kemiskinan D.I Yogyakarta 2014 masih berada di atas rata-rata Nasional

Papua Barat
Papua
Slide - 20
KEMISKINAN PROVINSI DI YOGYAKARTA
TERHADAP NASIONAL

20 19.14 18.95 19.15 18.99


18.32
17.23
16.83
17.75 16.08 15.88
16 16.66 16.69 16.58 15.03
14.55
15.42

14.15

12 13.13
12.49
11.66 11.47
10.96

% Kemiskinan D.I.Yogyakarta % Kemiskinan Nasional


8
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, 2015

Tingkat kemiskinan D.I Yogyakarta dari 2004 s.d 2014 selalu berada di atas tingkat
kemiskinan Nasional
Slide - 21
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
0.500
Kepulauan Bangka Belitung
Maluku Utara

0,413
Nasional
Aceh
Jambi
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Utara
Lampung
Kalimantan Selatan
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Maluku
Rasio Gini Provinsi

Kalimantan Timur
Riau
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Tengah
Kalimantan Barat
Banten
Bali
Rasio Gini Nasional

Sulawesi Tengah
TERHADAP PROVINSI LAIN

Jawa Barat
Sulawesi Utara
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Papua Barat
DKI Jakarta
INDEKS RASIO GINI PROVINSI DI YOGYAKARTA

Gorontalo
DI Yogyakarta
0.439

Papua
Slide - 22
INDEKS RASIO GINI PROVINSI DI YOGYAKARTA
TERHADAP NASIONAL

0.500
Rasio Gini DI Yogyakarta Rasio Gini Nasional

0.450 0.439
0.43
0.415 0.41 0.40

0.400 0.38 0.413


0.41
0.367 0.366 0.41
0.36
0.353 0.38
0.350 0.337 0.37
0.363 0.364
0.355 0.35
0.329
0.300
0.308

0.250

0.200
1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: BPS, 2015

Slide - 23
INDEKS KESENJANGAN ANTAR WILAYAH
(Indeks Williamson)

0.50
Indeks Williamson
0.4700 0.4708

0.4517
0.45 0.4409 0.4435 0.4432 0.4421
0.4347 0.4387 0.4375
0.4312
0.4150

0.40 0.3942
0.3898

0.35

0.30
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: BPS DIY

Kesenjangan antar wilayah semakin meningkat yang ditunjukan dari Indeks


Williamson yang meningkat dari tahun ke tahun
Slide - 24
PERKEMBANGAN NILAI PDRB PERKAPITA KABUPATEN/KOTA
D.I YOGYAKARTA TAHUN 2007-2012
(Atas Dasar Harga Berlaku dengan Migas)

Kab/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kulon Progo 6.955 7.872 8.481 9.121 9.910 10.671 11.770

Bantul 7.343 8.372 9.060 9.957 10.960 12.115 13.565

Gunung Kidul 7.214 8.146 8.865 9.808 10.694 11.629 12.981

Sleman 9.635 10.852 11.635 12.451 13.635 14.977 16.921


Kota Yogyakarta 21.947 25.095 27.220 30.304 33.190 36.363 40.473
DIY 9.798 11.193 12.084 13.195 14.850 16.227 17.981
Sumber: BPS Ket: dalam 000/jiwa

Kesenjangan antardaerah di D.I Yogyakarta dapat dilihat dari perbedaan antara


pendapatan per kapita penduduk Kota Yogyakarta hampir 4 kali lipat pendapatan
per kapita penduduk Kabupaten Kulon Progo .

Slide - 25
STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 2013
PROVINSI D.I YOGYAKARTA

Distribusi Persentase (%)


No. Lapangan Usaha
2000 2013
1. Pertanian 16,07 14.23
2. Pertambangan 0,71 0,70
3. Industri Pengolahan 13,48 14,36
4. Listrik, Gas, Air Minum 0,91 1,31
5. Konstruksi 9,89 10,78
6. Perdagangan, Hotel, Restauran 20,84 19,79
7. Angkutan, Telekomunikasi 10,98 8,83
8. Keuangan 9,87 9,96
9. Jasa-jasa 17,25 20,05
Kontribusi 100,00 100,00
Sumber: BPS

Kontribusi PDRB didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran


(20%) dan jasa-jasa (20%)
Sementara itu sektor pertanian peranannya menurun dari 16% menjadi 14%
Sedangkan sektor industri pengolahan dari 13,48% menjadi 14,36%.

Slide - 26
PERUBAHAN JUMLAH ORANG BEKERJA
MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN 2010-2014

2010 2014 (Feb) Perubahan


No. Lapangan Pekerjaan
(orang) Orang % (orang)
1 Pertanian 625.832 505.660 25,4 -120.172
2 Pertambangan 17.237 4.002 0,2 -13.235
3 Industri Pengolahan 292.624 296.485 14,9 3.861
4 Listrik, Gas, Air 242 1.750 0,1 1.508
5 Bangunan 91.864 96.255 4,8 4.391
6 Perdagangan, Hotel, Restoran 445.443 529.841 26,6 84.398
7 Angkutan & Telekomunikasi 86.417 75.244 3,8 -11.173
8 Keuangan 4.238 67.048 3,4 62.810
9 Jasa-Jasa 338.547 412.627 20,7 74.080
Total 1.902.444 1.988.912 100,0 86.468
Sumber: BPS

Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian (25,4%), perdagangan, hotel
dan restoran (26,6%), dan jasa (20%).
Selama 4 tahun, pekerja di sektor pertambangan dan pertanian mengalami penurunan
terbanyak masing-masing 77 % dan 20%.
Sementara itu, pekerja di sektor industri pengolahan hanya menyerap tenaga kerja 15%
dan tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja relatif stagnan.

Slide - 27
ANGKATAN KERJA
MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN

Pendidikan Tinggi yang 2014


No. 2008 % 2014 Perubahan
Ditamatkan (Feb)

1 SD 785.064 601.552 29,6 - 183.512


2 SMTP 409.859 356.653 17,5 - 53.206
3 SMTA Umum 577.871 737.945 36,3 160.074
5 Diploma I/II/III/Akademi 95.459 85.893 4,2 - 9.566
6 Universitas 131.481 250.853 12,3 119.372
Total 1.999.734 2.032.896 100,0 33.162
Sumber: BPS

Sebagian angkatan kerja telah mentamatkan pendidikan SMTA (36,3%)

Slide - 28
RASIO SIMPANAN DAN PINJAMAN
DI BANK UMUM DAN BPR TAHUN 2013

Posisi Simpanan di Posisi Pinjaman di Rasio Pinjaman Rasio PMTB


Wilayah Bank Umum dan BPR bank Umum dan BPR terhadap terhadap
(Milyar Rp) (Milyar Rp) Simpanan Simpanan

DI Yogyakarta 36.592 25.056 0,68 0,54


Jawa Bali 2.785.534 2.357.461 0,84 0,42
Nasional 3.575.891 3.322.683 0,92 0,47
Sumber: BPS

Potensi simpanan masyarakat masih mencukupi untuk pembiayaan investasi di daerah.


Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pinjaman masyarakat yang dilakukan di DI
Yogyakarta adalah bersifat konsumtif.
Dalam perspektif jangka panjang, pola ini kurang sehat karena pertumbuhan yang
digerakkan oleh konsumsi saja tidaklah berkelanjutan.
Oleh karena itu selain upaya mendorong akumulasi tabungan masyarakat, juga
diperlukan upaya mendorong investasi masyarakat di sektor produktif.

Slide - 29
KOMPOSISI APBD PROVINSI YOGYAKARTA
AGREGAT PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA

Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, Kemenkeu

Hampir 76% dana APBD digunakan untuk belanja pegawai (59%) dan belanja barang jasa
(17%).
Sementara itu, porsi belanja modal yang merupakan investasi publik masih rendah sekitar
12%.
Slide - 30
RANGKUMAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Pertumbuhan ekonomi relatif masih rendah.


Pencapaian PDRB per kapita D.I Yogyakarta dari 2006 s.d 2012 selalu berada di
bawah PDB per kapita Nasional.
Tingkat kemiskinan D.I Yogyakarta 2014 masih berada di atas rata-rata Nasional.
Kesenjangan antar golongan maupun antar wilayah semakin meningkat yang
ditunjukan dari Rasio Gini dan Indeks Williamson yang meningkat dari tahun ke
tahun.
Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian (25,4%), perdagangan,
hotel dan restoran (26,6%), dan jasa (20%).
Sementara itu, pekerja di sektor industri pengolahan hanya menyerap tenaga
kerja 15% dan tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja relatif stagnan.
Pebagian besar pinjaman masyarakat yang dilakukan di DI Yogyakarta adalah
bersifat konsumtif. Pola ini kurang sehat karena pertumbuhan yang digerakkan
oleh konsumsi saja tidaklah berkelanjutan.
Porsi belanja modal yang merupakan investasi publik masih rendah sekitar 12%.

Slide - 31
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN
PROVINSI YOGYAKARTA

Peningkatan produktivitas sektor pertanian untuk meningkatkan


kesejahteraan para petani dan mendukung kedaulatan pangan.

Peningkatan investasi industri pengolahan untuk meningkatkan


nilai tambah dan memperluas lapangan kerja, terutama untuk
meningkatkan pendapatan per kapita.

Peningkatan fungsi intermediasi perbankan untuk mendorong


akses permodalan usaha (investasi).

Peningkatan porsi belanja modal pemerintah daerah untuk


menstimulasi kegiatan perekonomian masyarakat.

Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan suplai kelistrikan.

Slide - 32
REKOMENDASI DAN SARAN

Mendorong peningkatan investasi industri pengolahan untuk meningkatkan


nilai tambah dan memperluas lapangan kerja, terutama untuk meningkatkan
pendapatan per kapita.
Pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi khususnya dalam hal
akses permodalan dan penguasaan teknologi tepat guna.
Peningkatan kemudahan perijinan usaha dan penyederhanaan prosedur
perijinan, melalui PTSP dan pengurangan biaya untuk memulai usaha.
Peningkatan porsi belanja modal APBD untuk pembangunan infrastruktur
yang menjadi kewenangan daerah.
Menerapkan iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif dengan tetap
mempertimbangkan peningkatan produktivitas untuk menarik investor.
Peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah dan otoritas moneter di
tingkat wilayah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif: peningkatan
fungsi intermediasi perbankan di daerah, penjaminan kredit dan
pengendalian inflasi daerah.
Peningkatan kualitas infrastruktur terutama jaringan jalan dan listrik.
Membatalkan perda yang bermasalah untuk meningkatkan kepastian
berusaha.
Slide - 33
DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
PENGURANGAN PENDUDUK MISKIN, 2008-2012

Slide - 34
DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI
TERHADAP PENINGKATAN IPM, 2008-2012

Slide - 35
DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
PENGURANGAN PENGANGGURAN, 2008-2012

Slide - 36
III. REVITALISASI
MUSRENBANGNAS 2015
JADWAL PENYUSUNAN BAHAN PRA MUSRENBANG Sudah sesuai dengan jadwal
penyusunan RKP 2016 secara
MELALUI APLIKASI E-MUSRENBANG keseluruhan

Tanggal Uraian Penanggung Jawab


16 Februari Prototype e-Musrenbang Tim e-Musrenbang
25 Februari Presentasi Draft e-Musrenbang Tim e-Musrenbang
3 Maret Sosialisasi dan Pelatihan e-Musrenbang ke Tim e-Musrenbang
Bappeda Provinsi dan Sekretariat Musrenbang 2015
9 22 Maret Pengisian Data e-Musrenbang dalam Tim e-Musrenbang
Musrenbangprov (online) dan Bappeda Provinsi/Kab/Kota
23 25 Maret Finalisasi Data e-Musrenbang hasil input Bappeda Provinsi
provinsi (online)
26 29 Maret Finalisasi Data e-Musrenbang hasil input Tim e-Musrenbang
oleh pendamping provinsi (LO) dan dan Sekretariat Musrenbang 2015
penghubung provinsi
30 Maret Sosialisasi dan Pelatihan konfirmasi input Tim e-Musrenbang
Provinsi kepada KL dan Biro Perencanaan K/L Terkait
31 Maret 3 April Input konfirmasi hasil input Provinsi kepada Tim e-Musrenbang
KL
4 5 April Pengecekan Hasil konfirmasi KL untuk bahan Tim e-Musrenbang
Pra Musrenbangnas dan Sekretariat Musrenbang 2015
6 April Pelatihan Notulis Tim e-Musrenbang
38
dan Sekretariat Musrenbang 2015
RUANG LINGKUP
REVITALISASI MUSRENBANGNAS

Penetapan Isu
Strategis
TUJUAN DAN Nasional SUBSTANSI POKOK
SINKRONISASI untuk
memfokuskan Penetapan Revitalisasi Dalam
MUSRENBANGDA Pengaturan dan
Pengendalian
Arah dan Aspek Substansi
Pembangunan Penyelarasan
Revitalisasi Dalam Waktu, Cakupan Materi Usulan
dan Mekanisme Indikator,
Aspek Musrenbang di Program, Pembangunan
Regulasi/Peraturan Daerah dan Kegiatan dan
Forum2 Lainnya Target per Isu
Strategis

Perluasan dan FORMAT PELAKSANAAN


POLA KOMUNIKASI Perubahan Pengembangan
Revitalisasi Dalam Scope Tugas e-Musrenbang Revitalisasi Dalam
dan REVITALISASI utk kemudahan
Aspek SDM Komposisi Penginputan, Aspek Sarana (Sistem
MUSRENBANGNAS Informasi, Network,
(Pendamping Liaison Pembahasan
Daerah) Officer dan Pelaporan dsb)
( LO )

Perubahan
Mekanisme
Perluasan Pembahasan
Sarana, Media & PROSES PELAKSANAAN
dan Event Penyepakatan
Usulan Prog,
Revitalisasi Dalam Aspek
Pembahasan
Kegiatan Teknis Pelaksanaan
Penambahan Pembangunan Forum-Forum Musyawarah
Durasi Waktu
Pembahasan

Slide - 39
MEKANISME PEMBAHASAN NAWA CITA (1)
Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH;
Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda Pembukaan
1 juta lahan
sawah baru
MENKO
Reforma agraria
9 juta Ha Perbaikan dan
pemb. Jaringan
Kemendag; Pengendalian irigasi, Kemen PU;
impor pangan bendungan, Kementan
Kemen Pertanian pasar, dan
sarpras
transportasi
Kemendag;
Pemda
DESK
PEMBAHASAN:

KEMENTERIAN
BAPPENAS : KOORDINASI
Peningkatan PERENCANAAN
PERBAIKAN

PROVINSI
kemampuan MENKO : KOORDINASI
Kemen Pertanian;
petani PELAKSANAAN Stop konversi Pemda;
Kemen Perindustrian;
Pemda
Pemb.
Agribisnis
kerakyatan
KEDAULATAN
lahan produktif Kemen Agraria & TTR &PEMBANGUNAN
PANGAN
JARINGAN IRIGASI,
Pemulihan
BENDUNGAN,
kualitas Kemen Pertanian;
Bank Indonesia;
Kemen Koperasi
Pendirian bank
pertanian &
UMKM
kesuburan
lahan; 1000
Desa Mandiri
KLH/BPLH
Pemda (BUMDes- Dana Desa)
PASAR, SARPRAS
Gudang dgn
fasilitas
pengolahan
Benih
TRANSPORTASI
pasca panen
di sentra Kemen Pertanian;
produksi; Kemen BUMN; Pemda

BAPPENAS
K/L Kemenko Indikator Program K/L Kegiatan K/L Indikator Target Output
Outcome Output
Perbaikan Kemen PU Kemenko 9,89 juta
&Pembangunan Jaringan Perekonom Hektar
Irigasi, Bendungan, ian tahun 2019
Pasar, Sarpras Kementan
Transportasi
Kemendagri
MEKANISME PEMBAHASAN NAWA CITA (2)

MENKO

DESK
PEMBAHASAN:

KEMENTERIAN
Kesepakatan
Kegiatan, PERBAIKAN

PROVINSI
Indikasi &PEMBANGUNAN
Peta Anggaran,
dan Lokasi JARINGAN IRIGASI,
BENDUNGAN,
PASAR, SARPRAS
TRANSPORTASI
Dapat Dilakukan tergantung dengan
ketersediaan data peta tematik dan
Operator Terknis Desk BAPPENAS
K/L Kemenko Indikator Program K/L Kegiatan K/L Indikator Target Output
Outcome Output
Perbaikan Kemen PU Kemenko 9,89 juta Pembangunan Jalan
&Pembangunan Jaringan Perekonom Hektar tahun Penghubung daerah
Irigasi, Bendungan, ian 2019 produksi pertanian
Pasar, Sarpras
Transportasi
Kementan
Kemendagri
PENGEMBANGAN APLIKASI e-MUSRENBANG
RKP 2016 (Pemetaan Usulan Pemda)

42
PENGEMBANGAN APLIKASI e-MUSRENBANG
RKP 2016 (Pemetaan Usulan Pemda)

43
PENGEMBANGAN APLIKASI e-MUSRENBANG
RKP 2016 (Pemetaan Usulan Pemda)

44
PENGEMBANGAN APLIKASI e-MUSRENBANG
RKP 2016 (Pemetaan K/L)

45
PENGEMBANGAN APLIKASI e-MUSRENBANG
RKP 2016 (Pemetaan K/L)

46
PENGEMBANGAN APLIKASI e-MUSRENBANG
RKP 2016 (Pemetaan K/L)

47
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai