Anda di halaman 1dari 13

Komunikasi Terapeutik pada Ibu Bersalin

Kelompok 4
Anggota
- Eva yulia
-Lismayanti
-Mina madinatuzzahrah
-Monica septiani putri
Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan
dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada
bentuk komunikasi interpersonal.
Tujuan Komunikasi Terapeutik

1. Membantu pasien memperjelas dan


mengurangi beban perasaan serta pikiran.
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien.
3. Membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri.
Fungsi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik dapat digunakan
sebagai terapi untuk menurunkan tingkat
kcemasan pasien atau meningkatkan
kepercayaan pasien terhadap perawatnya.
(Pohan, 2007).
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik

(2003), faktor yang mempengaruhi


Komunikasi terapeutik:
1. Postur dan gaya berjalan
2. Pandangan mata
3. Isyarat tangan
4. Pengaturan jarak dan wilayah komunikasi
Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik dapat mengalami hambatan diantaranya :
1. Pemahaman berbeda.
2. Penafsiran berbeda.
3. Komunikasi  yang terjadi satu arah.
4. Kepentingan berbeda.
5. Pemberian jaminan yang tidak mungkin.
6. Bicara hal-hal yang pribadi.
7. Menuntut bukti, penjelasan dan tantangan.
8. Mengalihkan topik pembicaran.
9. Memberikan kritik mengenai perasaan pasien.
10.Terlalu banyak bicara.
11.Memperlihatkan sifat jemu dan pesimis
Sikap dan Teknik Komunikasi Terapeutik

Teknik komunikasi terapeutik yang dapat


diterapkan kepada pasien, (Suryani, 2005):
1. Mendengarkan dengan aktif (activelistenig).
2. Memberikan kesempatan pada pasien untuk
memulai pembicaraan
3. Memberi penghargaan
4. Mengulang kembali
5. Refleksi.
 Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses


pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin, 2008; 100).
 Tujuan Komunikasi Persalinan

1. Untuk kesejahtran ibu dan agar proses kelahiran


dapat berjalan lancar.
2. Melakukan komunikasi agar klien lebih tenang dalam
persalinan
3. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien.  
4. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan
proses persalinan agar dapat berjalan dengan
semestinya.
Langkah pemberian konseling kebidanan
dalam persalinan
1. Menjalin hubungan yang menimbulkan rasa nyaman (rapport) dengan
klien. Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal
yang positif.
2. Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang meliputi
mengatasi semua kekacauan/kebingungan, memberi perhatian total pada
klien. Bidan dalam memberi pendampingan klien yang bersalin
memfokuskan pada fisik dan psikologi.
3. Mendengarkan. Bidan selalu mendengarkan dan dan memperhatikan
keluhan klien.
4. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin. Sentuhan bidan
terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu relaksasi.
Misalnya, ketika muncul his klien merasa kesaktian, bidan memberi
sentuhan dan usapan pada bagian lumbalis klien. Hal tersebut akan
memberi rasa nyaman pada klien.
5. Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini
diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat
menyelesaikan persalinan. Misalnya, bidan menggunakan kata-kata
yang dapat memberi gambaran majunya persalinan, “Bu, sekarang
jalan lahirnya sudah mulai membuka, setelah pembukaan
mencapai 10 cm nanti ibu boleh menelan bila muncul rasa sakit
dan ingin buang air besar.”
6. Memandu persalinan dengan memberi intruksi khusus tentang
bernapas, berelaksasi dan posisi postur tubuh. Misalnya, bidan
meminta klien ketika ada his untuk meneran, “Bu, kalau perut
kencang ibu berpegangan pada suami atau pada saya, lalu ibu
meneran seperti buang air besar. “ Ketika his hilang, bidan
mengatakan “usahakan ibu bernapas panjang dan rileks”
7. Mengadakan kontak fisik dengan klien dengan
menggosok punggung, memeluk, dan menyeka
keringatnya, serta membersihkan wajah klien.
8. Memberi pujian kepada klien atas usaha yang telah
dilakukan. Misalnya, bidan mengatakan, “ibu pinter
sekali menerannya, sebentar lagi, putranya lahir.”
9. Memberi ucapan selamat pada klien atas kelahiran
putranya dan mengatakan ikut berbahagia.  Memberi
pujian kepada klien atas usaha yang telah dilakukan. 

Anda mungkin juga menyukai