Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir atau tepatnya beberapa bulan terakhir kita
sering mendengar tentang evidence based. Evidence based artinya berdasarkan
bukti, tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus
berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti.Tapi bukti ilmiah terkini
yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat
pesat.Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat
digantikan dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang
sebelumnya.Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera
ditinggalkan karena muncul pengujian – pengujian hipotesis baru yang lebih
sempurna. Misalnya saja pada dunia kebidanan adalah jika sebelumnya diyakini
bahwa posisi meneran secara telentang/litotomi merupakan posisi yang biasanya
atau rutin dipakai pada saat proses persalinan, namun saat ini hal tersebut telah
digugurkan oleh temuan yang menunjukkan bahwa meneran dengan posisi
telentang/litotomi dapat mengakibatkan sindrome supine dan kurangnya
oksigenisasi pada bayi yang menyebabkan hipoksia.
Itulah evidence based, melalui paradigma baru ini maka pedekatan medik
barulah dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secara
medic, ilmiah dan metodologi dapat diterima. Atau dengan kata lain Evidence
Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan
mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana
untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et
al,1997). Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada
dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan –
tindakan yang tidak diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi
pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar

1
dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evidence based practice?
2. Bagaimana perkembangan keilmuan midwifery yang berhubungan dengan
evidence based practice
3. Bagaimana prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based
practice?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evidence based practice.
2. Untuk mengetahui perkembangan keilmuan midwifery yang berhubungan
dengan evidence based practice.
3. Untuk mengetahui prinsip asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence based
practice.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evidence-Based Practice


Gambril (2000) mendefinisikan EBP sebagai suatu proses yang
melibatkan pembelajaran atas arahan diri sendiri yang mengharuskan
pekerja profesional bisa mengakses informasi sehingga memungkinkan
kita bisa
a. Menggunakan pengetahuan yang telah kita miliki dalam memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang bisa kita jawab;
b. Menemukan bukti-bukti terbaik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan;
c. Menganalisis bukti-bukti terbaik itu untuk mendapatkan validitas penelitian
maupun kedayaterapannya pada pertanyaan-pertanyaan praktik yang kita
ajukan;
d. Membuat agar klien bertindak sebagai partisipan dalam pembuatan keputusan
dan
e. Mengevaluasi kualitas praktik pada klien.

Tujuan EBP adalah memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti


terbaik yang ada, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan
kesehatan dan kepribadian (Stout & Hayes, 2005 & Haynes, 1998).
Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan pengobatan dan
kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian penelitian
yang telah divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan
suatu pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu.
Adapun jenis penelitian yang harus dikuasai para praktisi dalam
EBP adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif
didasari pada ide bahwa suatu problem dapat diteliti dan menggunakan
metodologi yang signifikan dimana masing-masing variabel menunjukan
saling keterkaitan satu sama lainnya (Glicken, 2005). Untuk mengontrol
variabel yang kompleks yang berhubungan dengan klien bisa jadi sangat

3
sulit. Walaupun penelitian kualitatif terbatas pada fakta yang mana
variabel penting lainnya tidak dapat dikontrol, penelitian ini di dasari pada
keyakinan bahwa penemuan non empiris merupakan cara dalam
memahami kefektifan treatmen. Meskipun penelitian kualitatif tidak dapat
memperlihatkan hubungan sebab akibat sebagaimana penelitian
kuantitatif, namun implikasi dari hubungan dan kelemahan hubungan dari
variabel tersebut dapat diketahui.

 Ciri-ciri Evidence-Based Practice


Timmermans dan Angell (2001) menunjukkan bahwa
pertimbangan klinis berbasis bukti memiliki lima ciri penting:
a) Terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis.
b) Ada keterampilan yang dilibatkan dalam membaca literatur yang memerlukan
kemampuan untuk mensintesakan informasi dan membuat pertimbangan
mengenai kualitas bukti-bukti yang ada.
c) Cara penggunaan informasi merupakan fungsi tingkat otoritas praktisi di suatu
organisasi dan tingkat keyakinannya terhadap keefektifan informasi yang
digunakan.
d) Bagian dari penggunaan EBP adalah kemampuan mengevaluasi secara
mandiri informasi yang digunakan dan menguji validitasnya dalam konteks
praktik masing-masing.

e) Pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang perilaku


dan peran profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai
bersama.

B. Perkembangan Keilmuan Midwifery Yang Berhubungan Dengan


Evidence Based Practice
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara
berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklamsia,
sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan

4
kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang
efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a. Keluarga Berencana 
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b. Asuhan Antenatal Terfokus 
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,
menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c. Asuhan Pascakeguguran 
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
d. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman
dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah
terjadinya kesakitan dan kematian
e. Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah
persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi
adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada
jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi,
dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut
derajat, keadaan dan tempat terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman


serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran
paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman
serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu
mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

5
Beberapa contoh dibawah ini adalah perkembangan keilmuan
kebidanan yang berhubungan dengan evidence based practice.
a. Gentle Birth
Getntle birth adalah konsep persalinan yag santun, tenang, dan
alami yang bertujuan untuk mempersiapkan ibu hamil agar tetap tenang
dan rileks saat melahirkan. Konsep ini melibatkan praktik senam hamil,
olah pernapasan, serta self hypnosis yang rutin dilakukan sejak awal masa
kehamilan hingga menuju persalinan.

b. Water birth
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau
proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan dalam air
(water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui vagina di
dalam air. Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth tidaklah jauh
berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur, hanya saja pada
metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan pada persalinan
biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah pada persalinan di
atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit jika dibandingkan
dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang mengatakan
persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga mencapai 40-
70%.

c. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek
meninggalkan tali pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada
ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam perubahan Wharton’s
jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit
pasca persalinan.

6
C. Prinsip Asuhan Kebidanan Yang Berdasarkan Evidence Based Practice
1. Kunjungan ANC
Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan
program kebijakan asuhan kehamilan sebagai berikut:
a. Kunjungan ANC minimal 4 kali Kunjungan
1) Trimester I
Waktu kunjungan : Sebelum empat (4) minggu.
Alasan perlu kunjungan:
 Mendeteksi masalah yang dapat ditanagni sebelum membahayakan jiwa.
 Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, dan kebiasaan
tradisional yang berbahaya.
 Membangun hubungan saling percaya
 Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan mengahdapi komplikasi
 Mendorong perilaku sehat ( nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks, dll).

2) Trimester II
 Waktu kunjungan : 14-28 minggu
 Alasan perlu kunjungan : Sama dengan trimester I ,ditambah : kewaspadaan
khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala pre-eklampsi, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, proteinuria ).

3) Trimester III
Alasan perlu kunjungan:
a) Sama dengan trimester sebelumnya ditambah deteksi kehamilan ganda.
b) Sama dengan trimester sebelumnya, ditambah kelainan letak atau kondisi yang
memerlukan persalinan di rumah sakit

b. Pemberian suplemen mikronutrien


Tablet yang mengandung FeSO4, 320 mg ( setara dengan zat besi 60 mg )
dan asam folat 500 gr. Sebanyak 1 tablet per hari segera setelah rasa mual hilang.

7
Pemberian selama 90 hari ( 3 bulan ). Ibu hamil harus dinasehati agar tidak
meminumnya bersama dengan teh/ kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.
Berdasarkan penelitian yang ada, suplemen mikronutrien berguna untuk
mengurangi angka kesakitan ( morbiditas ) dan kematian ( mortalitas ) ibu hamil
secara langsung yakni dengan mengobati penyakit pada kehamilan atau secara
tidak langsung dengan menurunkan risiko komplikasi saat kehamilan dan
persalinan.

c. Imunisasi TT 0,5 cc
Imunisasi adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya untuk
pencegahan ter hadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus
yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
Interval Lama perlindungan % perlindungan
TT 1 Pada kunjungan ANC pertama - -
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80%
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95%
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99%
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 th/ seumur hidup 99%

d. 10 T dalam pemeriksaan kehamilan dan 4 Terlalu


Pada pemeriksaan kehamilan bidan wajib memeriksa dan memberikan 10
T (Depkes RI, 2009 ) yaitu:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Tablet Fe
c. Tekanan darah
d. Tetanus Toksoid ( suntik TT )
e. Tentukan status gizi ( mengukur LILA )
f. Tinggi Fundus Uteri
g. Tentukan presentasi Janin dan DJJ
h. Temu wicara
i. Tes PMS

8
j. Tes Laboratorium
Bidan juga harus melakukan konseling pada saat kehamilan atau
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya 4 terlalu, yaitu:
a. Terlalu muda
Dimana ibu hamil dengan usia terlalu tua atau kurang dari 20 tahun
b. Terlalu sering hamil
Ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2 tahun.
c. Terlalu banyak anak
Ibu hamil dengan jumlah anak lebih dari 4 anak,
d. Terlalu tua hamil
Ibu hamil dengan usia saat kehamilan lebih dari 35 tahun.
4T dapat mengakibatkan komplikasi pada kehamilan, seperti cacat pada
janin, perdarahan, bahkan sampai kematian ibu dan janin (Manuaba, 2010).

e. Perkiraan hemoglobin pada kehamilan


Dalam kehamilan normal akan terjadi penurunan kadar hemoglobin. Kadar
Hb terendah terjadi sekitar pada umur kehamilan 30 minggu. Oleh karena itu
pemeriksaan Hb harus dilakukan pada kehamilan dini untuk melihat data awal,
lalu diulang pada sekitar 30 minggu. Untuk saat ini anemia dalam kehamilan di
Indonesia ditetapkan dengan kadar Hb <11g%. Pada Trimester I dan III atau Hb
<10,5g% pada trimester II.
Apabila hanya terjadi anemia ringan, sebab yang paling sering adalah
difisiensi zat besi dan dapat diobati secara efektif dengan suplementasi besi 60
mg/hari elemental besi dan 50µg asam folat untuk profilaksi anemia. Program
Kemenkes RI memberikan 90 tablet bsi selama 3 bulan. Semua ibu hamil yang
dapat suplementasi besi harus menghindari tembakau, teh dan kopi serta
dipastikan mereka mengonsumsi makanan kaya protein dan vitamin

9
f. Perkiraan Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran Tinggi Fundus UteriTinggi fundus uteri adalah tinggi puncak
tertinggi rahim sesuai usia kehamilan. Biasanya pengukuran inidilakukan saat
pemeriksaan abdomen ibu hamil tepatnya saat melakukan Leopold 1. Dari
pengukuranTFU dapat diketahui taksiran usia gestasi dan taksiran berat badan
janin. Pengukuran TFU menggunakan jari pemeriksa sebagai alat ukurnya, namun
kelemahannya tiap orang memiliki ukuran jari yang berbeda.TFU lebih baik
diukur menggunakan metylen dengan satuan cm, ujung metylen ditempelkan
padasimfisis pubis sedangkan ujung lain ditempelkan di puncak rahim.
a. TFU untuk mengetahui tafsiran usia kehamilan (UK).
Jika Fundus belum melewati pusat : UK (minggu) = Hasil ukur + 4
Jika Fundus sudah melewati pusat : UK (minggu ) = hasil ukur + 6
b.      TFU untuk taksiran Berat Badan Janin.
TBJ ( gram ) = (TFU – 12) X 155 gram

Terdapat variasi yang lebar antara operator yang melakukan pengukuran


TFU dengan cara tradisional ( jari tangan ). Menggunakan pita ukur untuk
mengukur jarak antara tepi atas simpisis pubis dengan fundus uteri dalam
centimeter adalah metoda yang dapat diandalkan untuk memperkirakan TFU.
Jarak tersebut ( dalam cm ) sesuai dengan umur kehamilan ( dalam minggu )
setelah umur kehamilan 24 minggu.

g. Hipotensi Pada Saat Berbaring Terlentang.


Posisi terlentang mempengaruhi fisiologi ibu dan janin. Setiap ibu hamil
hendaknya menghindari posisi terlentang terutama pada kehamilan lanjut. Hal ini
disebabkan karena apabila berbaring terlentang akan terjadi penekanan oleh uterus
pada vena pelvis major dan vena cava inferior yang akan mengurangu sirkulasi
darah ke jantung bagian kanan dan akan mengakibatkan pengaliran oksigen ke
otak dan akan mengakibatkan pingsan.
Keadaan tersebut lebih terkenal dengan supine hypotensif syndrome yang
dapat mengakibatkan denyut jantung janin ( DJJ ) abnormal. Namun apabila

10
posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal kecil
dibawah sisi kiri punggung bawah.
Secara ringkas penelitian menunjukan hasil:
1. Posisi terlentang mempengaruhi fisiologi ibu dan janin.
2. Setiap ibu hamil hendaknya menghindari posisi terlentang terutama pada
kehamilan lanjut.
3. Bila posisi terlentang dibutuhkan maka dianjurkan untuk meletakkan bantal
kecil dibawah sisi kiri punggung bawah.

h. Pentingnya Deteksi Penyakit Bukan Penilaian/Pendekatan Risiko


Pendekatan risiko yang mempunyai rasionalisasi bahwa asuhan antenatal
adalah melakukan screening untuk memprediksi faktor-faktor resiko untuk
memprediksi suatu penyakit. Dapat dikatakan bahwa wanita hamil mempunyai
risiko untuk mengalami komplikasi dan haruus mempunyai akses terhadap asuhan
ibu bersalin yang berkualitas. Bahkan wanita yang digolongkan dalam risiko
rendah bisa saja mengalami komplikasi. Jadi pendekatan risiko bukan merupakan
strategi yang efisien ataupun efektif untuk menurunkan angka mortalitas ibu
karena:
a. Faktor risiko tidak dapat memperkirakan komplikasi, biasanya bukan
penyebab langsung terjadinya komplikasi.
b. Apa yang akan anda lakukan bila megidentifikasi pasien beresiko tinggi dan
apa yang harus dilakukan pada pasien dengan risiko rendah?
c. Mortalitas ibu relatif rendah pada populasi yang beresiko ( semua wanita usia
subur ). Faktir risiko secara relatif adalah umum pada populasi yang sama,
faktir risiko tersebut bukan merupakan indikator yang baik dimana para ibu
mungkin akan mengalami komplikasi.
d. Mayoritas ibu yang mengalami komplikasi dianggap berisiko rendah, sebagian
besar ibu yang dianggap berisiko rendah melahirkan bayinya tanpa
komplikasi.

11
e. Setiap wanita hamil berisiko mengalami komplikasi dan harus mempunyai
akses terhadap asuhan ibu bersalin yang berkualitas , sehingga pendekatan
risiko tidak efektif.
f. Bahkan wanita berisiko rendah pun bisa mengalami komplikasi.
g. Tidak ada jumlah penapisan yang bisa membedakan wanita mana yang akan
membutuhkan asuhan kegawatdaruratan dan mana yang tidak memerluka
asuhan tersebut.

2. Asuhan Persalinan
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi.Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari
menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi.Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi
baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran
paradigma tersebut diatas:
a. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia
Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang
paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses persalinan,
penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus
pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

b. Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara
rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi
robekan minimal pada perineum.

12
c. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan,
mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian
uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali.
d. Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan
penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan
proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan
rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini
diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin
kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien.

e. Asfiksia Bayi Baru Lahir


Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik
dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh
untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-
plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi
ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi
tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir
secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan
(bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia,
memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia.

f. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan

13
mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan
persalinan akan berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
 Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
 Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
 Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
 Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
 Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
 Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan
ibu beserta anggota keluarga yang lain.
 Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang
lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.
 Dsb.

Contoh Evidence Based Posisi Meneran Saat Persalinan


a. Tujuan
1) Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan
2) Mempermudah atau memperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi
3) Mempercepat kemajuan persalinan

b. Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi
1) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
2) Lama kala II lebih pendek
3) Laserasi perineum lebih sedikit
4) Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan
5) Nilai APGAR lebih baik

14
3. Asuhan Masa Nifas
a. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
1. Kunjungan nifas pertama (KF 1) KF 1 diberikan pada enam jam sampai tiga
hari setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tandatanda
vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar
dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan,
pemberian kapsul vitamin A dua kali, minum tablet tambah darah setiap hari,
dan pelayanan KB pasca persalinan.
2. Kunjungan nifas kedua (KF 2) KF 2 diberikan pada hari ke-4 sampai hari ke-
28 setelah persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemantuan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang
keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam
bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan pelayanan KB pasca
persalinan.
3. Kunjungan nifas lengkap (KF 3) Pelayanan yang dilakukan hari ke-29 sampai
hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan
asuhan pada KF2 (Kemenkes RI, 2012).

b. Standar Pelayanan Masa Nifas


1. Standar XIII: perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untukmemastikan
pernapasan spontan dan melakukan resusitasi bila diperlukan, mencegah
asfiksia dan mencegah terjadinya hipoksia sekunder, menemukan kelainan,
dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
juga harus mencegah atau menangani hipotermi serta mencegah
hipoglikemia dan infeksi.
Bidan juga harus melakukan pemeriksaan tanda vital, timbang bayi
dan ukur panjang, pemberian profilaksis mata berupa tetrasiklin 1% atau
perak nitrat 1% atau eritromisin 0,5%, emmfaslitasi pemberian ASI dalam
waktu satu jam pertama setelah enam jam bayi dapat dimandikan apabila

15
tidak ada kontraindikasi, serta melakukan evaluasi buang air besar (BAB)
dan buang air kecil (BAK) bayi baru lahir.

2. Standar XIV: Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan


Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan
yang diperlukan. Bidan juga harus memberikan penjelasan tentang hal-hal
yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu dalam
memulai pemberian ASI.

3. Standar XV: Pelayanan bagi Ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas pada hari ketiga,
minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,
penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi
pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru
lahir, pemberian ASI, imunisasi, dan KB.

4. Asuhan pada BBL


1. Kunjungan neonatal pertama (KN 1) KN 1 dilakukan dari enam hingga 48 jam
setelah kelahiran bayi, asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan
tubuh bayi, memberikan ASI eksklusif, pencegahan infeksi, perawatan mata,
perawatan tali pusat, injeksi vitamin K1, dan imunisasi HB0. 33
2. Kunjungan neonatal kedua (KN 2) KN 2 dilakukan dari tiga sampai tujuh hari
setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh
bayi, memberikan ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan tali pusat, dan
imunisasi.
3. Kunjungan neonatal lengkap (KN 3) KN 3 dilakukan pada saat usia bayi
delapan sampai 28 hari setelah lahir. Asuhan yang diberikan kepada bayi

16
adalah memeriksa tanda bahaya dan gejala sakit, menjaga kehangatan tubuh
bayi, memberikan ASI eksklusif, dan imunisasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
klinis. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base
antara lain:
1. Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang dilakukan
berdasarkan bukti ilmiah

2. Meningkatkan kompetensi (kognitif)

3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan


asuhan yang bermutu
4. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara
berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca, eklamsia,
sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan
kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang
efektif yang berdasarkan evidence based practice seperti: gentle birth, water birth,
hypnobirthing, lotus birth, dll.

B. Saran

17
Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini dapat dijadikan
pedoman kita dalam pembelajaran. Apabila ada kekurangan dalam penulisan
makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC :


Jakarta.
Depkes RI, 2004, Asuhan  Persalinan  Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi,
Jakarta.
Pusdiknakes – WHO – JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
Yuniati I. 2011. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program
Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran  Universitas Padjadjaran Bandung
Saifuddin AB, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

18

Anda mungkin juga menyukai