Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang

kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan melainkan suatu tanggung

jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bahwa

tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh

bangsa kita. Hal ini berkaitan dengan masalah 4T yang melatarbelakangi angka kematian

ibu dan bayi terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

(Sari,U.S.C,2015:1)

Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan yang lenih bermutu karena tundakan rujukan di tunjukan pada kasus yang

tergolong beresiko tinggi. Oleh karena itu kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang

menentukan untuk menurunkanangka kematian ibu dan perinatal terutama dalam

mengatasi keterlambatan (Sari,U.S.C.,2015:1).

Sistem rujukan merupakan suatu upaya kesehatan yaitu suatu sistem jaringan

fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung

jawab secara timbal balik. Baik secara vertikal maupun horizontal kepada fasilitas

pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional (Ambarwati,2009:95).

Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang

utama bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat

serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin, dan nifas. Asuhan kebidanan yang

diberikan termasuk pengawasan, pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas, baik di

rumah, posyandu, maupun polindes (Ambarwati,2009:95).

Dengan mengetahui faktor faktor atau syarat – syarat harus dirujuk pada kala I, II,

III,IV pada persalinan, diharapkan bidan dapat melakukan rujukan dini dan terencana

sehingga dapat mengurangi AKI dan AKB.

1
B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan rujukan dini dan berencana pada kasus

kegawatdaruratan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan syarat – syarat atau faktor – faktor harus di rujuk

pada kala I, II, II, dan IV pada persalinan.

C. MANFAAT

Manfaaat dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu melakukan rujukan dini

dan berencana pada kasus kegawatdaruratan. Serta mahasiswa mampu mengidentifikasi

syarat – syarat atau faktor – faktor harus di rujuk pada kala I, II, II, dan IV pada

persalinan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Sistem rujukan adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan

tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horizontal

maupun vertikal, baik untuk kegiatan pengiriman penderita, pendidikan, maupun penelitian

(Sarwono, 2010:31).

Rujukan berencana adalah rujukan dengan persiapan yang lebih panjang ketika keadaan

umum ibu relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati

resiko komplikasi . karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat , rujukan ini dapat

dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yg lebih beragam, nyaman, dan aman bagi

pasien (Kemenkes, 2013:13).

Rujukan terencana adalah menyiapkan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh –

jauh hari bagi ibu resiko tinggi atau resti. Sejak awal kehamilan di beri KIE

(Sarwono,2010:31)

Rujukan berencana berhasil menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, pratindakan tidak

membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan prosedur standar, alat , obat generik, dengan

biaya murah terkendali (Sarwono,2010:32).

B. JENIS

Rujukan terencana terbagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Rujukan dini berencana (RDB) untuk ibu dengan APGO (ada potensi gawat obstetri) dan

AGO (ada gawat obstetri)- ibu risti masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi

persalinan, ibu berjalan sendiri dengan suami, ke RS naik kendaraan umum dengan

tenang, santai mudah murah, tidak membutuhkan alat atau obat.

2. Rujukan dalam rahim (RDR), di dalam RDB terdapat pengertian RDR atau rujukan In

Utero bagi janin ada masalah, janin resiko tinggi masih sehat misalnya kehamilan dengan

riwayat obstetri jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus iminens. Bagi janin,

3
selama pengiriman, rahim ibu merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang

aman, nyaman, hangat , steril, murah, mudah, memberi nutri, O2, tetap ada hubungan

fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.

C. PEDOMAN PELAKSANAAN RUJUKAN TERENCANA

1. Kelompok Ibu dengan FR 1 APGO

1) Primi Muda

2) Primi Tua

3) Primi Tua sekunder

4) Anak kecil <2th

5) Grande Multi

6) Umur ibu ≥35th

7) Tinggi badan ≤ 145 cm

8) Pernah gagal kehamilan

9) Persalinan yang lalu dengan tindakan

10) Bekas seksio sesarea

2. Kelompok Ibu dengan FR AGO

1) Penyakit ibu

2) Preeklamsia ringan

3) Gemeli

4) Hidramnion

5) IUFD

6) Hamil Serotinus

7) Letak Sungsang

8) Letak Lintang

D. TUJUAN

Rujukan berencana bertujuan untuk menurunkan atau mengurangi rujukan terlambat,

mencegah komplikasi penyakit ibu dan anak, serta mempercepat penurunan angka kematian

4
ibu dan anak,sehingga keterlambatan dalam pengenalan masalah, pengambilan keputusan,

pengiriman ke pusat rujukan, serta penanganan di pusat rujukan dapat teratasi dengan baik.

Pada jam – jam kritis pertama bayi langsung mendapatkan perawatan spesialistik dari

dokter spesialis anak. Pada sat pratindakan diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi,

tidak membutuhkan stabilisasi, menggunakan prosedur, alat, obat standar (obat generik),

.lama rawat inap pendek dengan biaya efisien dan efektif terkendali, pascatindakan

perawatan dilanjutkan di puskesmas.

E. Syarat – Syarat atau Faktor – Faktor yang Harus di Rujuk Pada Kala I, II, III, dan IV

1. Pada Kala 1

Faktor – faktor yang harus di rujuk pada kala 1 meliputi:

1) Riwayat bedah sesar

2) Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah

3) Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang bulan)

4) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental

5) Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda –

tanda gawat janin.

6) Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan

(usia kehamilan kurang dari 37 minggu)

7) Terdapat tanda – tanda atau gejala infeksi

 Temperatur >380C

 Menggigil

 Nyeri abdomen

 Cairan ketuban berbau

8) Tekanan darah lebih dari 160/110 dan atau terdapat protein dalam urin (preeklamsia

berat)

9) Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia,polihidramnion,kehamilan ganda

10) DJJ kurang dari 100 atau leih dari 180x/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5

menit (gawat janin)

5
11) Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan kepala janin 5/5

12) Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, letak lintang,dll)

13) Presentasi ganda (majemuk) : adanya bagian lain dari janin, misalnya lengan atau

tanagan, bersamaan dengan presentasi belakang kepala.

14) Tali pusat menumbung : jika tali pusat berdenyut.

15) Terdapat Tanda dan gejala syok :

 Nadi cepat atau lemah (lebih dari 110x/menit)

 Tekanan dara menurun (sistolik kurang dari 90mmhg)

 Pucat

 Berkeringat atau kulit lembab, dingin’

 Nafas cepat (lebih dari 30x/menit)

 Cemas bingung atau tidak sadar

 Produksi urun sedikit (kurang dr 30ml/jam)

16) Terdapat tanda dan gejala fase laten berkepanjangan

 Pembukaan serviks kurang dari 4cm setelah 8 jam

 Kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit)

17) Terdapat tanda dan gejala partus lama

 Pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada partograf

 Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam

 Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang

dari 40 detik

2. Pada Kala II

1) Terdapat tanda atau gejala syok :

 Nadi cepat atau lemah (lebih dari 110x/menit)

 Tekanan dara menurun (sistolik kurang dari 90mmhg)

 Pucat

 Berkeringat atau kulit lembab, dingin’

6
 Nafas cepat (lebih dari 30x/menit)

 Cemas bingun atau tidak sadar

 Produksi urun sedikit (kurang dr 30ml/jam

2) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi:

 Perubahan nadi (100x/menit atau lebih)

 Urin pekat

 Produksi urun sedikit (kurang dari 30cc/menit)

3) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi

 Nadi cepat (lebih dari 110x/menit)

 Suhu lebih dari 380C

 Menggigil

 Air ketuban atau cairan vagina yang berbau

4) Terdapat tanda dan gejala pre eklamsi

 Tekanan darah diastolik 90 – 110 mmHg

 Proteinuria hingga 2 +

5) Terdapat tanda dan gejala preeklamsia berat dan eklsamsia

 Tekanan darah diastolik 110 mmHG atau lebih

 Tekanan dara diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang

 Nyeri kepala

 Gangguan penglihatan

 Kejang (eklamsia)

6) Terdapat Tanda tanda inersia uteri

Kurang dari 3 kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi kurang dari 40 detikl.

7) Tanda gawat janin

 DJJ kurang dari 120x/menit atau lebig dari 160x/menit,ulai waspada tanda

awal gawat janin

 DJJ kurang dari 100x/menit atau lebih dari 180x/menit

8) Kepala bayi tidak turun

7
9) Terdapat tanda – tanda tali pusat menumbung : tali pusat teraba atau terlihat saat

periksa dalam

10) Kehamilan kembar tak terdeteksi

3. Pada kala III

1) Terdapat tanda dan gejala retensio plasenta

2) Terdapat tanda dan gejala atonia uteri : rujuk jika uterus tidak berkontraksi dalam

waktu 1 sampai 2 menit setelah penatlaksanaan atonia uteri dilakukan

4. Pada Kala IV

1) Terdapat tanda atau gejala robekan vagina, perineum atau serviks : rujuk jika terjadi

laserasi derajat 3 atau 4 atau robekan serviks

2) Terdapat tanda atau gejala syok :

 Nadi cepat atau lemah (lebih dari 110x/menit)

 Tekanan dara menurun (sistolik kurang dari 90mmhg)

 Pucat

 Berkeringat atau kulit lembab, dingin’

 Nafas cepat (lebih dari 30x/menit)

 Cemas bingun atau tidak sadar

 Produksi urun sedikit (kurang dr 30ml/jam)

3) Terdapat Tanda dan gejala dehidrasi

 Nadi cepat (110kali/menit atau lebih)

 Temperatur suhu diatas 38 derajat celcius

 kedinginan

 cairan vagina yang berbau busuk

4) terdapat tanda dan gejala pre eklamsia berat atau eklamsia

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rujukan berencana adalah rujukan dengan persiapan yang lebih panjang ketika

keadaan umum ibu relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan

ketika didapati resiko komplikasi . karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat ,

rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yg lebih beragam,

nyaman, dan aman bagi pasien. Rujukan berencana bertujuan untuk menurunkan atau

mengurangi rujukan terlambat, mencegah komplikasi penyakit ibu dan anak, serta

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak,sehingga keterlambatan dalam

pengenalan masalah, pengambilan keputusan, pengiriman ke pusat rujukan, serta

penanganan di pusat rujukan dapat teratasi dengan baik.

Rujukan dini berencana (RDB) diberikan untuk ibu dengan APGO (ada potensi gawat

obstetri) dan AGO (ada gawat obstetri)- ibu risti masih sehat belum inpartu, belum ada

komplikasi persalinan, ibu berjalan sendiri dengan suami, ke RS naik kendaraan umum

dengan tenang, santai mudah murah, tidak membutuhkan alat atau obat.

B. Saran

Bagi Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan praktik kebidanan sesuai

wewenangnya sehingga mampu mendeteksi faktor – faktor ibu yang harus di rujuk dan

melakukan rujukan dini berencana untuk kasus – kasus yang harus di rujuk sejak Ibu

melakukan pemeriksan antenatal care hingga pada masa persalinan kala I, II, III, dan

Kala IV.

Anda mungkin juga menyukai