Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH PENGANANAN AWAL KEGAWATDARURATAN PADA KALA II DENGAN DISTOSIA

PERSALINAN SUNGSANG, PERSALINAN MALPOSISI, DAN MALPRESENTASI, DAN PERSALINAN


KEMBAR
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Dokumentasi Kebidanan
Dosen Pembimbing : Bd. Diyan Indrayani, SST., M.Keb

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Dewi Yuliani P17324119010
Dina Kamelia P17324119011
Dina Kurniasih P17324119012
Fitria Utami M P17324119016
Hasna Nurainy Y P17324119018
Jilan Fadhilah P17324119023
Lala Aisyawati P17324119024
Nawlannie Nurfauzia F P17324119029

TINGKAT 2-A
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN BANDUNG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini yang berjudul
Penanganan awal kegawatdaruratan pada kala II dengan distosia persalinan sungsang, persalinan
malposisi dan malpresentasi, dan persalinan kembar. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Maret 2021

Penyusun ,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................2
2.1 Persalinan dengan letak sungsang........................................................2
a. Pengertian..........................................................................................2
b. Etiologi................................................................................................2
c. Tanda dan Gejala...............................................................................3
d. Melaksanakan Pertolongan Persalinan Letak Sungsang...............3
e. Penanganan Bayi Baru Lahir ...........................................................10
2.2 Persalinan dengan malposisi dan malpresentasi .................................11
a. Pengertian .........................................................................................11
b. Faktor predisposisi Malpresentasi ..................................................11
c. Etiologi Malposisi dan Malpresentasi ............................................11
d. Diagnosis Malposisi dan Malpresentasi ........................................12
e. Penanganan ......................................................................................15
2.3 Persalinan kembar (gemeli).....................................................................17
a. Pengertian..........................................................................................17
b. Etiologi ...............................................................................................17
c. Diagnosis ...........................................................................................18
d. Tanda dan gejala................................................................................18
e. Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Janin Kembar...............18
f. Penanganan dalam Kehamilan Gemeli............................................22
g. Jenis Jenis Kehamilan Gemeli..........................................................22
h. Penatalaksaan ...................................................................................25
2.4 Studi Kasus............................................................................................... 28
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 34
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Diskusi Kelompok..............................................34
3.2 Hasil Diskusi ............................................................................................ 34
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 35
4.1 Kesimpulan .............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................36

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian
ibu, janin, dan bayi baru lahir. Secara umum terdapat berbagai kasus yang masuk dalam kategori
kegawatdaruratan maternal masa persalinan kala I dan II, dan manifestasi klinik kasus
kegawatdaruratan tersebut berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas. kegawatdaruratan
maternal masa persalinan kala I dan II tentang kasus yang sering dan atau mungkin terjadi yaitu :
emboli air ketuban, distosia bahu, persalinan dengan kelainan letak (sungsang), partus lama,
preeklamsia, persalinan dengan malposisi & malpresentasi, persalinan kembar ( gemeli ).
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Dapat melakukan prosedur asuhan kebidananan pada kasus Penanganan awal
kegawatdaruratan pada kala II dengan distosia persalinan sungsang, persalinan malposisi dan
malpresentasi, dan persalinan kembar.
b. Tujuan khusus :
1. Dapat melakukan prosedur asuhan kebidanan pada kasus persalinan sungsang.
2. Dapat melakukan prosedur asuhan kebidanan pada kasus persalinan malposisi dan
malpresentasi.
3. Dapat melakukan prosedur asuhan kebidanan pada kasus persalinan kembar
1.3 MANFAAT
a. Dapat melakukan prosedur asuhan kebidananan pada kasus Penanganan awal
kegawatdaruratan pada kala II dengan distosia persalinan sungsang, persalinan malposisi dan
malpresentasi, dan persalinan kembar.
b. Diharapkan dengan penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun
praktis bagi penulis dan pembaca guna menambah wawasan dan pengetahuan.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PERSALINAN DENGAN LETAK SUNSANG


a. Pengertian
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul
atau simfisis (Manuaba, 1988).

2
Gambar 4. Macam-macam Letak Sungsang
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu,
sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi
akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme
“Maulage” karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya
mempunyai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala
dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar
(Manuaba, 1998).
b. Etiologi
a) Penyebab letak sungsang dapat berasal dari (Manuaba, 2010):
1) Faktor ibu
(a) Keadaan rahim
(1) Rahim arkuatus
(2) Septum pada Rahim
(3) Uterus dupleks
(4) Mioma bersama kehamilan
(b) Keadaan plasenta
(1) Plasenta letak rendah
(2) Plasena previa
(c) Keadaan jalan lahir
(1) Kesempitan panggul
(2) Deformitas tulang panggul
(3) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2) Faktor Janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang:
(a) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
(b) Hirdosefalus atau anensefalus
(c) Kehamilan kembar  Hirdramnion atau oligohidramnion
(d) Prematuritas
c. Tanda dan Gejala
a) Pemeriksaan abdominal
1) Letaknya adalah memanjang.
2) Di atas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti kepala.
3) Pada funfus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari pada bokong
dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Ballotement)

3
b) Auskultasi Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan sedikit lebih tinggi dari
umbilikus (Sarwono Prawirohardjo, 2007 : 609).
Auskultasi denyut jantung janin dapat terdengar diatas umbilikus jika bokong
janin belum masuk pintu atas panggul. Apabila bokong sudah masuk pintu atas panggul,
denyut jantung janin biasanya terdengar di lokasi yang lebih rendah (Debbie Holmes dan
Philip N. Baker, 2011).
c) Pemeriksaan dalam
1) Teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis ischii dan ujung os sakrum
2) Pada bagian di antara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus.
3) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba
oleh jari-jari pemeriksa, sehingga dapat dikelirukan dengan kepala oleh karena
tulang yang keras.
d. Melaksanakan Pertolongan Persalinan Letak Sungsang
a) Macam Macam fase
1. Fase lambat pertama
(a) Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula)
(b) Disebut fase lambat karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-
gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi
2. Fase cepat
(a) Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut
(b) Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh
darah tali pusat antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi
uteroplasenta terganggu
(c) Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus diselesaikan dalam 1-2 kali
kontraksi uterus (sekitar 8 menit)
3. Fase lambat kedua
(a) Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala
(b) Fase ini disebut fase lambat karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara
tergesa-gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang
dapat menyebabkan perdarahan intracranial.
b) Langkah-Langkah Kegiatan
a) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. a. Jika
introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dari arah depan
ke belakang.
(1) Buang kapas/kasa pembersih (yang terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

4
(2) Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan rendam
dalam larutan klorin 0.5%)
b) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban belum pecah maka lakukan amniotomy.
c) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0.5%, kemudian lepaskan dan
rendam keadaan terbalik selama 10 menit, kemudian cuci tangan.
d) Periksa denyut jantung (DJJ) setelah kontraksi untuk memastikan bahwa DJJ dalam
batas normal (120 -160 x /menit)
(1) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
(2) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf
e) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Yang perlu
dilakukan selanjutnya adalah :
(1) Mengatur ibu dengan posisi litotomi
(2) meminta ibu untuk meneran saat ada his
(3) Lanjutkan pemantauan kondisi kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
panatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
(4) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
membantu proses persalinan
f) Ajarkan teknik Kristeller kepada pendamping persalinan (keluarga)
g) Laksanakan bimbingan meneran saat ibu merasa ada dorongan yang kuat untuk
meneran :
(1) Mendukung usaha ibu untuk meneran
(2) Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his)
(3) Memberi ibu kesempatan minum saat istirahat
(4) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
(5) Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)
(6) Menilai DJJ setiap kontraksi selesai
(7) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida ) atau 60’ (1 jam) meneran (multigravida)
h) Saat bokong janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 jam :
(1) Memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu
(2) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkan dibawah bokong ibu
(3) Membuka tutup partus set d. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
c) Macam Macam Teknik Melakukan Penolongan Letak Sungsang
1) Teknik Pertolongan Dengan Cara Spontan Bracht :

5
(a) Saat bokong sudah membuka pintu (krowning) dan perineum menipis :
(1) Menyuntikkan oksitosin/sintosinon 5 unit secara IM
(2) Dilanjutkan dengan episiotomi (bila perlu)
(b) Sifat penolong adalah pasif, hanya menolong membuka vulva, saat bokong dan
kaki lahir kedua tangan memegang bokong secara Bracht yaitu kedua ibu jari
sejajar sumbu panjang paha janin sedangkan jari-jari yang lain memegang pada
pelvis (bila perlu gunakan duk DTT untuk memegang bokong bayi).

(c) Saat ujung scapula anterior terlihat dibawah sympisis penolong melakukan
gerakan hiperlordosis yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, bersamaan
dengan gerakan hiperlordosis asisten melakukan kristeler sampai dagu mulut
lahir (memperhatikan posisi tangan janin).

(d) Hal-hal yang perlu diperhatikan :


(1) Pertolongan persalinan bahu dan lengan, pada saat hiperlordosis penolong
melihat kedua tangan bayi bersilang di depan dada/kedua tangan bayi sudah
sudah lahir maka lanjutkan dengan persalinan spontan bracht. Bersamaam
dengan gerakan hyperlordosis asisten melakukan klisteller sampai dagu
mulut lahir.

6
(2) Bila saat hiperlordosis terjadi hambatan (satu tangan atau kedua tangan bayi
menjungkit) segera lakukan pertolongan dengan cara manual aid ada 3
tahapan :
(i) Bokong sampai umbilikus lahir secara spontan (pada frank breech)
(ii) Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong
(iii) Persalinan kepala dibantu oleh penolong

2) Persalinan bahu dengan cara Klasik, disebut pula sebagai tehnik Deventer.
Melahirkan lengan belakang dahulu dan kemudian melahirkan lengan depan
dibawah simfisis (bila bahu tersangkut di pintu atas panggul)
a) Prinsip :
Melahirkan lengan belakang lebih dulu (oleh karena ruangan panggul
sebelah belakang/sacrum relatif lebih luas didepan ruang panggul sebelah
depan) kemudian melahirkan lengan depan dibawah arcus pubis. Tetapi bila
lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan depan
yaitu punggung diputar melewati sympisis, dengan langkah sebagai berikut:
(1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan penolong pada pergelangan
kaki, ditarik ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
(2) Bersamaan dengan ibu tangan kiri penolong yaitu jari telunjuk dan jari
tengah masuk ke jalan lahir menelusuri bahu, fosa cubiti, kemudian
lengan dilahirkan seolah-olah mengusap muka janin.
(3) Untuk melahirkan bahu lengan depan kaki janin dipegang dengan
tangan kanan ditarik curam ke bawah kearah punggung ibu kemudian
dilahirkan.
(4) Bila lengan depan sulit dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan
belakang yaitu lengan yang sudah lahir disekam dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak di
punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari yang lain
mencekam dada, kemudian diputar punggung melewati sympisis
sehingga lengan depan menjadi lengan depan, lalu lengan dilahirkan
dengan teknik tersebut diatas.

7
Bila dengan cara no.3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan,
maka lengan tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan
cara :
(a) Bahu dan lengan bayi yang sudah lahir di pegang dengan
kedua tangan penolong sehingga kedua ibu jari penolong
terletak dipunggung anak dan sejajar denagn sumbu badan
janin, sedangkan jari-jari lain didepan dada.
(b) Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada
anak sehingga lengan depan menjadi terletak dibelakang dan
dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada no.2
(c) Keuntungan : Umumnya selalu dapat dikerjakan pada
persalinan bahu
(d) Kerugian : Masuknya tangan kedalam jalan lahir
menimbulkan faktor resiko infeksi
3) Pertolongan persalinan bahu dengan cara Lovset
b) Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan
c) Putar bayi 180° sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah
penunjuk jari tangan yang menjungkit, sehingga lengan posterior berada di bawah
simfisis (depan).
d) Bantu lahirkan dengan memasukkan satu atau dua jari pada lengan atas serta
menarik tangan ke bawah melalui dada sehingga siku dalam keadaan fleksi dan
lengan depan lahir.
e) Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 180° ke arah yang berlawanan ke
kiri/ke kanan sambil ditarik sehingga lengan belakang menjadi lengan depan dan
lahir di depan.

8
4) Persalinan bahu dengan cara Mueller
a) Prinsip
Melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui
ekstraksi kemudian melahirkan lengan belakang di belakang (depan sacrum).
Dipilih bila bahu tersangkut di Pinti Bawah Panggul.

Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu
dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan.

Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk


jari tangan kiri penolong)
b) Tekniknya :
(1) Bokong dipegang dengan pegangan femuropelvik
(2) Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh
janin sampai bahu depan lahir dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.
(3) Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan

9
tangan kanan dan dilakukan elevasi dan traksi keatas. Traksi dan elevasi
sesuai arah tanda panah sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila
tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan
lengan belakang anak.
c) Keuntungan : Penggunaan teknik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak
masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir, maka resiko infeksi berkurang.
5) Pertolongan Melahirkan Kepala dengan Cara Maureceau
a) Tangan penolong yang dekat muka janin (tangan yang dekat dengan perut janin)
dimasukkan ke dalam jalan lahir yaitu jari tengah dimasukkan ke dalam mulut
janin, jari telunjuk dan jari manis pada fossa kanina (melakukan fleksi pada
kepala janin), sedangkan jari lain mencekam leher, kemudian badan bayi
ditunggangkan pada lengan bawah.
b) Kedua tangan penolong menarik curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan Kristeller ringan. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan
penolong yang mencekam leher janin. Bila oksiput tampak dibawah sympisis
kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga
lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan
akhirnya seluruh kepala.

Bila kemacetan pada kelahiran kepala (After coming head), perlu dilakukan
tindakan atau manuver-manuver sebagai berikut :
(1) Forceps Piper
(2) Noujok: Bila kepala masih tinggi
(3) Wigand Martin wingkel
6) Petolongan Melahirkan Dengan Cara Prague Terbalik
a) Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis.
b) Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak
diletakkan diatas telapak tangan tersebut.
c) Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di elevasi

10
keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa sehingga perut
anak mendekati perut ibu.
d) Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

e. Penanganan Bayi Baru Lahir


1) Pegang bayi dengan hati-hati dan letakkan bayi diatas perut ibu sambil melakukan
penilaian kondisi bayi, lakukan penilaian selintas Bayi Baru Lahir :
(a) Apakah baik menangis atau bernafas/tidak megap-megap ?
(b) Apakah tonus otot bayi bayi baik/bayi bergerak aktif ?
2) Jika bayi menangis kuat dan aktif, lanjutkan ke langkah penanganan bayi baru lahir
normal. Jika bayi megap-megap/tidak bernafas dan atau tonus otot bayi tidak baik/bayi
lemas, lakukan langkah awal resusitasi (Lihat Pedoman Resusitasi).
3) Dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan
potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
2.2 PERSALINAN DENGAN MALPOSISI & MALPRESENTASI
a. Pengertian
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, 2002 Malposisi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan
ubun-ubun kecilsebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin,selain presentasi verteks. Janin
dalam keadaan malposisi dan malpresentasi menyebabkan partus lama.
b. Faktor predisposisi Malpresentasi
 Wanita multipara
 Kehamilan multipel (gemeli)
 Polihidramnion / oligohidramnion
 Plasenta previa
 Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis. mioma uteri)
 partus preterm
c. Etiologi Malposisi dan Malpresentasi
Etiologi malposisi :

11
1. Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
2. Letak punggung janin dorsoposteriorc. Putar paksi salah satu tidak berlangsung pada :
a) Perut gantung
b) Janin kecil atau janin mati
c) Arkus pubis sangat luas
d) Dolichocephali
e) Panggul sempit
Etiologi malpresentasi :
Etiologi malpresentasi janin adalah kondisi klinis yang meningkatkan atau
menurunkan pergerakan janin maupun mempengaruhi polaritas vertikal cavum uteri.
Kondisi-kondisi tersebut bisa berasal dari faktor maternal dan bisa juga berasal dari faktor
janin seperti :
1. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang berasal dari janin dan dapat mengganggu
pergerakan janin itu sendiri adalah kondisi hidrosefalus, anensefalus, dan intrauterine
growth restriction. Sedangkan faktor risiko maternal yang dapat mengganggu
pergerakan janin adalah kelainan pada uterus seperti adanya fibroid atau plasenta
previa.
2. Faktor Janin
Faktor risiko yang berasal dari janin dapat berupa kelainan anatomi seperti
kondisi hidrosefalus, anensefalus, intrauterine growth restriction yang menyebabkan
janin berukuran lebih kecil dari seharusnya, bayi besar, atau adanya massa pada
leher janin. Selain itu, faktor janin juga dapat meliputi aneuploidy, polihidramnion, dan
prematuritas.
3. Faktor Maternal dan Uterus
Faktor risiko yang berasal dari sisi maternal adalah gestasi multipel,
multiparitas, cephalopelvic disproportion, anomali Mullerian, leiomyoma uteri,
dan plasenta previa.
1) Panggul sempit
Perut ibu yang pendulans. Oleh karena memungkinkan uterus dan janin
“jatuh” ke depan maka dapat terjadi kesukaran dalam penurunan bagian terendah
Neoplasma, fibromyoma uteri dan cystoma ovary dapat menghalangi jalan masuk
ke panggul Kelainan uterus. Pada uterus bicornis, cornu yang tidak hamil dapat
menghambat persalinan cornu yang hamil Kelainan letak dan besarnya plasenta.
Keadaan-keadaan seperti placenta previa disertai dengan kedudukan janin yang
tidak baik.
d. Diagnosis Malposisi dan Malpresentasi

12
1. Diagnosis Malposisi
Posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda)
terhadap panggul ibu.
Jenis-jenis Malposisi
a) Posisi Oksiput Posterior
Dengan hasil pemeriksaan
• Pemeriksaan abdominal: bagian posterior terendah datar, bagian kecil janin
teraba di anterior dan denyut jantung janin terdengar di samping (flank).
• Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput di anterior akan mudah
diraba bila kepala defleksi.

b) Posisi oksiput lintang


Posisi oksiput janin yang masih lintang terhadap rongga panggul ibu hingga akhir
persalinan kala 1 karena gagal berotasi ke posisi oksiput anterior

2. Diagnosis presentasi dahi

13
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga dahi
merupakan bagian teredah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka atau
belakang kepala. Kepala menusuk panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu
putar paksi dalam, dahi memutar kedepan dan berada di bawah alkus pubis, kemudian
terjadi fleksi sehingga belakang kepala terlahir melewati perineum lalu terjadi defleksi
sehingga lahirlah dagu. Diagnosisnya sebagai berikut :
• Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih separuhnya di atas pelvis, denyut
jantung janin sepihak dengan bagian kecil
• Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi dari sinsiput, teraba fontanella anterior dan
orbita, bagian kepala masuk pintu atas panggul (PAP) adalah antara tulang orbita
dan daerah ubun-ubun besar. Ini adalah diameter yang PALING besar, sehingga
sulit lahir pervaginam

3. Diagnosis Presentasi Muka


 Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba antara daerah oksiput dan punggung
(sudut Fabre), denyut jantung janin sepihak dengan bagian kecil janin
 Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah teraba, teraba mulut dan bagian rahang
mudah diraba, tulang pipi, tulang orbita; kepala janin dalam keadaan defleksi
maksimal
 Untuk membedakan mulut dan anus: Anus merupakan garis lurus dengan tuber
iskhii dan Mulut merupakan segitiga dengan prominen molar

14
4. Diagnosis Presentasi Majemuk
Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin (kepala/bokong)

5. Diagnosis Letak lintang


 Pemeriksaan abdominal: sumbu panjang janin teraba melintang, TIDAK teraba
bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong.
 Pemeriksaan vaginal: sebelum in partu TIDAK ada bagian terendah yang teraba di
pelvis, sedangkan saat in partu yang teraba adalah bahu, siku atau tangan.
e. Penanganan
Penanganan Umum Malposisi
1. Lakukan penilaian cepat mengenai kondisi ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan
darah,pernapasan, suhu)
2. Lakukan penilaian kondisi janin :

15
a. Dengarkan denyut jantung janin (DJJ) segera setelah his :
1) Hitung DJJ selama satu menit penuh paling sedikit setiap 30 menit selama fase
aktif dan setiap5 menit selama fase kedua.
2) Jika DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali permenit kemumgkinan gawat
janin.
b. Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban
c. Jika ketuban pecah, lihat warna cairan ketuban :
Jika ada mekanium yang kental, awasi lebih ketat atau lakukan intervensi untuk
penanganangawat janin.
d. Tidak adanya cairan pada saat ketuban pecah menandakan adanya pengurangan
jumlah air ketuban yang mungkin ada hubungannya dengan gawat janin :
1) Berikan dukungan moral dan perawatan pendukung lainnya.
2) Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
e. Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, lakukan
augmentasi persalinan dengan oksitosin.
f. Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan fase pengeluaran, periksa
kemungkinan obstruksi:
1) Jika tidak ada obstruksi, akhiri persalinan dengan ekstraksi vakum/ forsep bila
syarat-syarat dipenuhi
2) Bila ada tanda obstruksi atau syarat-syarat pengakhiran persalinan tidak
dipenuhi, lakukan seksio sesarea.
Penanganan presentasi dahi
a. Lakukan seksio sesarea bila janin HIDUP.
b. Janin MATI, lakukan kraniotomi bila memungkinkan atau seksio sesarea bila syarat dan
sarana kraniotomi tidak terpenuhi.
Penanganan presentasi muka
Tatalaksana Umum
a. Posisi dagu anterior:
1) Pembukaan LENGKAP
 Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam
 Bila penurunan kurang lancar, lakukan ekstraksi forsep
2) Pembukaan BELUM lengkap
 Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan penurunan, lakukan seksio
sesarea
b. Posisi dagu posterior:
1) Pembukaan LENGKAP : Lahirkan dengan seksio sesarea

16
2) Pembukaan BELUM lengkap : Bila tidak ada kemajuan pembukaan dan
penurunan, lakukan seksio sesarea
3) Jika janin mati, lakukan kraniotomi atau seksio sesarea
Tatalaksana Khusus : Jangan lakukan ektraksi vakum pada presentasi muka.
Penanganan presentasi majenuk
Tatalaksana Umum
Persalinan spontan hanya bisa terjadi jika janin sangat kecil/mati dan maserasi.
Tatalaksana Khusus
a. Coba reposisi:
 Ibu diletakkan dalam posisi Trendelenburg (knee-chest position).
 Dorong tangan ke atas luar dari simfisis pubis dan pertahankan di sana sampai
timbul kontraksi sehingga kepala turun ke rongga panggul.
 Lanjutkan penatalaksanaan persalinan normal.
 Jika prosedur gagal/terjadi prolapsus tali pusat, lakukan seksio sesarea.
Penanganan letak lintang
Tatalaksana Khusus
 Lakukan versi luar bila permulaan in partu dan ketuban intak.
 Bila ada kontraindikasi versi luar, lakukan seksio sesarea.
 Lakukan pengawasan adanya prolaps tali pusat.
 Dapat terjadi ruptura uteri bila ibu tidak diawasi. Dalam obstetri modern, pada letak
lintang in partu, dilakukan seksio sesarea walau janin hidup/mati.
2.3 PERSALINAN KEMBAR ( GEMELI )
a. Pengertian
Kehamilan gemelli adalah terdapatnya dua janin dalam kandungan dalam waktu yang
sama dan angka kejadiannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya angka
kehamilan gemelli dikarenakan semakin berkembangnya ART seperti in vitro fertilization atau
bayi tabung. Kehamilan gemelli dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, paritas,
riwayat gemellidan penggunaan terapi bantuan reproduksi.
Kehamilan gemelli yang terjadi dari satu telur disebut gemelli monozigotik atau disebut
juga identik, homolog, atau uniovuler. Kira-kira sepertiga kehamilan gemelli adalah
monozigotik. Dan kira-kira dua pertiga kehamilan gemelli adalah dizigotik yang
berasal dari 2 telur, disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal.
b. Etiologi
Secara umum disebutkan bahwa sebagai etiologi gemelli sebagai hasil pembuahan dua
ovum dan dua sperma (dizigotik) lebih sering terjadi daripada pembuahan satu ovum dengan
satu sperma (monozigotik).

17
Kehamilan gemelli dapat dipengaruhi dari luar baik secara langsung atau sengaja untuk
merangsang ovulasi ataupun mungkin secara tidak langsung misalnya karena tidak sengaja
akibat efek samping obat-obatan. Menurut Mellyna (2007:64) kehamilan gemelli dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur dan paritassering
mempengaruhi kehamilan 2 telur.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi profertil, domid dan hormongonadotropin dapat
menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembarlebih dari dua
3. Faktor keturunan
4. Faktor yang lain belum diketahui
Bangsa, hereditas, umur dan paritas hanya mempunyai pengaruhterhadap
kehamilan kembar yang berasal dari 2 telur, juga hormone gonadotropin yang
dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan menyebabkan kehamilan dizigotik.
Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme tertentu
menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de graffatau terbentuknya 2 ovum atau
lebih dalam satufolikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dan ditemukan 21 korporalutea
pada kehamilan kembar.
Faktor penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelumblastula
terbentuk,menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2korion dan 2 plasenta
seperti pada kehamilan kembar dizigotik.
c. Diagnosis
1) Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya amenorea
2) Hasil palpasi abdomen mengarah ke kehamilan ganda:
• Kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran uterus
• Teraba 2 balotemen atau lebih
• Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop
fetal
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kehamilan ganda
a. Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang
seharusnya untuk usia kehamilan akibatpertumbuhan uterus yang pesat pada
trimester dua.
b. Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar HCg)
c. Adanya riwayat kembar dalam keluarga
d. Riwayat penggunaan obatpenyubur sel telur
e. Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian besar dan/atau banyak
bagian kecil yang semakin mudah diraba terutama trimester ketiga

18
f. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas
berbeda (berbeda >10 denyut jantung per menit dan terpisah dari jantung ibu).
e. Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Janin Kembar
1) Race Frekuensi
Kelahiran multijanin sangat bervariasi di antara berbagai ras dan kelompok etnis
(Tabel 39-2). Dalam suatu komunitas pedesaan di Nigeria. Knox dan Morley (1960)
mendapatkan bahwa persalinan kembar dijumpai pada satu dari tiap 20 kelahiran!
Perbedaan yang mencolok dalam frekuensi bayi kembar ini mungkin merupakan
akibat dari variasi rasial kadar follicle-stimulating hormone (FSH) (Nylander, 1973).
2) Hereditas
Sebagai penentu terjadinya kehamilan kembar, riwayat keluarga dari pihak ibu
jauh lebih penting daripada riwayat ayahnya. Dalam sebuah penelitian terhadap
4.000 catatan genealogis, White dan Wyshak (1964) mendapatkan bahwa wanita
yang merupakan kembar dizigot melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 set per
58 kelahiran. Wanita yang bukan kembar, tetapi yang suaminya merupakan kembar
dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 set per 116 kehamilan. Studi-
studi genetik mulai dapat mengungkapkan gengen yang meningkatkan angka
pembentukan kembar dizigot. kontribusi varian-varian ini bagi insiden keseluruhan
bayi kembar mungkin tidak besar (Hoekstra dkk., 2008).
3) Usia dan Paritas Ibu
Angka pembentukan bayi kembar alami memuncak pada usia 37 tahun, ketika
stimulasi FSH maksimal meningkatkan angka pembentukan folikel multipel
(Beemsterboer dkk., 2006). Turunnya insiden setelah usia ini kemungkinan
mencerminkan deplesi fisiologis folikel. Meningkatnya paritas juga terbukti
meningkatkan insiden pembentukan janin kembar secara independen di semua
populasi yang diteliti. Di Swedia, Pettersson dkk., (1976) memastikan bahwa
frekuensi janin multipel pada kehamilan pertama adalah 1,3 persen, pada kehamilan
keempat. Di Nigeria, Azubuike (1982) memperlihatkan bahwa frekuensi
pembentukan janin kembar meningkat dari 1 per 50 (2 persen) di antara wanita
nulipara menjadi 1 per 15 (6,6 persen) pada wanita yang hamil enam kali atau lebih
4) Faktor Gizi Pada hewan
Ukuran anak meningkat setara dengan kecukupan gizi. Bukti dari berbagai
sumber menunjukkan bahwa hal ini juga terjadi pada manusia. Nylander (1971)
menunjukkan peningkatari derajat yang jelas dalam pembentukan janin kembar
setara dengan status gizi yang lebih tinggi yang tercermin pada ukuran ibu. Wanita
yang lebih tinggi dan lebih berat memperlihatkan angka kembar 25 sampai 30 persen
lebih tinggi daripada wanita pendek yang kekurangan gizi. MacGillivray (1986) juga

19
mendapatkan bahwa kembar dizigot lebih sering dijumpai pada wanita besar dan
tinggi daripada wanita kecil. Bukti yang diperoleh selama dan setelah Perang Dunia
11 menunjukkan bahwa pembentukan janin kembar lebih berkorelasi dengan gizi
daripada ukuran tubuh. Kekurangan gizi yang 'meluas di Eropa selama tahun-tahun
tersebut berkaitan dengan penurunan mencolok angka kembar dizigot (Bulmer,
1959). Haggarty dkk., (2006) melaporkan bahwa asupan folat dan konsentrasi folat
plasma yang lebih tinggi berkaitan dengan angka kehamilan kembar pada wanita
yang menj alani IVF.
5) Gonadotropin Hipofisis
Faktor umum yang mengaitkan ras, usia, berat, dan fertilitas dengan kehamilan
multijanin mungkin adalah kadar FSH (Benirschke dan Kim, 1973). Teori ini didukung
oleh fakta bahwa peningkatan fekunditas dan angka kembar dizigot yang lebih tinggi
pernah dilaporkan pada wanita yang mengandung dalam 1 bulan setelah
menghentikan kontrasepsi oral, tetapi tidak selama bulan-bulan selanjutnya
(Rothman, 1977). Hal ini mungkin disebabkan oleh pelepasan mendadak
gonadotropin hipofisis dalam jumlah yang lebih besar daripada biasa, selama siklus
spontan pertama setelah penghentian kontrasepsi hormonal:
6) Terapi Infertilitas
Induksi ovulasi dengan FSH plus gonadotropin korionik atau klomifen sitrat
sangat meningkatkan kemungkinan ovulasi multipel. Insiden gestasi multijanin
setelah terapi gonadotropin konvensional adalah 16 sampai 40 persen, 75 persennya
adalah kembar dua (Schenker dkk., 1981). Tuppin dkk., (1993) melaporkan bahwa di
Perancis, insiden pelahiran kembar dua dan kembar tiga serta penjualan
gonadotropin menopause manusia (human Menopausal Gonadotropin, hMG)
meningkat sejajar antara 1972 dan 1989. Pada tahun 1989, separuh dari kehamilan
triplet terjadi dari induksi ovulasi. Terapi superovulasi, yang meningkatkan
kemungkinan kehamilan dengan merekrut banyak folikel, menyebabkan angka
kehamilan multijanin 25 sampai 30 persen (Bailey-Pridham dkk., 1990). Faktor risiko
untuk janin multipel setelah stimulasi ovarium dengan hMG antara lain adalah
peningkatan kadar estradiol pada hari penyuntikan gonadotropin korion dan
karakteristik sperma misalnya peningkatan konsentrasi dan motilitas (Dickey dkk.,
1992; Pasqualotto dkk., 1999). Dengan mengetahui faktor-faktor ini, ditambah
kemampuan untuk memantau pertumbuhan dan ukuran folikel secara sonografis,
dokter dapat membatalkan siklus-siklus yang mungkin rilnyebabkan gestasi
multijanin. Pendekatan ini telah menurunkan insiden kelahiran multijanin.
7) Assisted Reproductive Technology (ART)

20
Teknik-teknik ini dirancang untuk meningkatkan kemungkinan hamil. Tetapi
teknik-teknik ini juga meningkatkan kemungkinan gestasi multijanin. Secara umum
dengan IVF, semakin banyak jumlah mudigah yang dipindahkan, semakin besar
risiko janin kembar dua atau multipel. Pada tahun 2005, 1 persen bayi yang lahir di
Amerika Serikat dihasilkan melalui metode ART, dan bayi-bayi ini membentuk 17
persen dari kelahiran multipel (Wright dkk., 2008).
8) Mengurangi gestasi multi janin
American Society for Reproductive Medicine (1999) memulai suatu upaya
terpadu untuk mengurangi insiden gestasi multipel dengan jumlah janin lebih dari
dua. Pada saat itu, sebagian dokter yang melakukan ART telah mulai memodifikasi
praktik mereka untuk mengurangi angka gestasi multi¬janin. Dalam ulasan mereka
tentang praktik IVF di Amerika Serikat dari tahun 1995 sampai 2001, Jain dkk.,
(2004) mendapatkan bahwa jumlah mudigah yang dipindahkan per siklus berkurang
secara tetap setelah tahun 1997, demikian juga persentase kehamilan dengan tiga
atau lebih janin (lihat Gbr. 39-1B). Secara paradoks, terjadi peningkatan konsisten
persentase lahir hidup per siklus. Membaiknya teknik ART menjelaskan.
paradoks ini. Sebagai contoh, pembiakan mudigah selama 5 hari hingga
stadium blastokista (dibandingkan dengan pembiakan 3 hari) memperbaiki
angka lahir hidup (Papanikolaou dkk., 2006).
9) Rasio Jenis Kelamin pada Janin Multipel Pada manusia
Seiring dengan meningkatnya jumlah janin per kehamilan, persentase hasil
konsepsi laki-laki menurun. Strandskov dkk., (1946) mendapatkan bahwa persentase
laki-laki pada 31 juta kelahiran tunggal di Amerika Serikat adalah 51,6 persen. Untuk
kembar, angkariya 50,9 persen; untuk triplet, 49,5 persen; dan untuk kuadruplet, 46,5
persen. Janin perempuan bahkan lebih mendominasi lagi pada kembar yang terjadi
dari proses yang lebih belakangan. Sebagai contoh, 70 persen kembar monoamnion
monokorion dan 75 persen kembar dempet adalah perempuan (Machin, 1996). Dua
penjelasan telah diajukan. Pertama, diawali in utero dan berlanjut sepanjang siklus
hidup, angka kematian pada perempuan lebih rendah. Keterbatasan gizi dan ruang
terkait dengan janin multipel in utero dapat memperbesar kecenderungan biologis ini.
Kedua, zigot perempuan memiliki kecendengan membelah lebih besar
10) Penentuan Korionitas
Penentuan ini dapat membantu penilaiau risiko obstetris dan menuntun
penatalaksanaan gestasi multijanin. Angka' penyulit spesifik-kembar bervariasi dalam
kaitannya dengan zigositas dan korionisitas, dengan yang terakhir merupakan
penentu yang lebih penting (Tabel 39-3). Terjadi peningkatan angka mortalitas
perinatal dan cedera neurologis pada kembar diamnion monokorion daripada kembar

21
dikorion (Hack dkk., 2008; Lee dkk., 2008). Dalam sebuah studi terhadap 146 set
kembar yang zigositas dan korionisitasnya dinilai dengan cermat, kembar monozigot
dikorion memperlihatkan hasil akhir perinatal yang ekivalen dengan kembar dizigot
(Carroll dkk., 2005).
11) Evaluasi Sonografik Korionisitas
Kadang dapat ditentukan secara sonografis pada trimester pertama. Adanya dua
plasenta yang terpisah dan membran pemisah yang tebal—umumnya 2 mm atau
lebih menunjang diagnosis kerja dikorionisitas (Gbr. 39-4). Janin-janin dengan jenis
kelamin berbeda hampir selalu dizigot, dan karenanya dikorion (Mahony dkk., 1985).
12) Pada kehamilan yang terdeteksi adanya satu massa plasenta akan sulit dibedakan
antara satu plasenta besar dari dua plasenta yang terletak berdampingan. Situasi ini
dapat diperjelas dengan memeriksa titik asal membran pemisah pada permukaan
plasenta. Jika seperti yang diperlihatkan di Gambar 39-4, terlihat sebuah tonjolan
triangular jaringan plasenta yang meluas melebihi permukaan korion antara lapisan-
lapisan membran pemisah maka terdapat dua plasenta yang menyatu—twin-peak
sign. Sebaliknya, kehamilan monokorion memiliki satu membran pemisah yang
sedemikian tipis sehingga mungkin tidak terlihat sampai trimester kedua. Ketebalan
membran umum-nya kurang dari 2 mm, dan pembesaran memperlihatkan hanya 2
lapisan (Scardo dkk., 1995). Hubungan sudut-tegak antara membran dan plasenta ini
tanpa perluasan plasenta yang jelas di antara membran pemisah disebut tanda T
(.Evaluasi sonografik membran pemisah paling mudah dan paling akurat pada paruh
pertama kehamilan saat janin berukuran lebih kecil (Stagiannis dkk., 1995). Lee dkk.,
(2006) menggunakan kombinasi lokasi plasenta, ada tidaknya twin-peak sign, and
jenis kelamin janin untuk menentukan korionisitas pada 410 kembar berturut-turut
pada pertengahan gestasi. Dibandingkan dengan diagnosis patologis, yang
ditentukan dengan memeriksa plasenta setelah pelahiran, penentuan sonografik
memiliki tingkat keakuratan 96 persen. Mereka juga melaporkan peningkatan
sensitivitas dan spesifisitas sonografi dalam menentukan korionisitas jika dilakukan
pada gambar trimester pertama dibandingkan dengan gambar trimester kedua.
f. Penanganan dalam Kehamilan Gemeli
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-eklamsia dan
eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal perlu diadakan lebih sering.
Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui dini dan penanganan dapat dikerjakan
dengan segera.
Menurut Varney (2004:661) pemeriksaan antenatal dapat dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan kehamilan setiap 2 minggu pada usia kehamilan 34 – 36 minggu b.
2. Pemeriksaan kehamilan setiap minggu pada usia kehamilan >36 minggu 28

22
3. Pertumbuhan janin dipantau dengan USG setiap 3 – 4 minggu yang dimulai pada
usia kehamilan 20 minggu Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu
menyebabkan aliran darah ke plasenta meningkat, sehingga pertumbuhan janin
lebih baik.
Penanganan dalam Kehamilan Mochtar (2012:264)
(1) Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah
komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan pemeriksaan ulangan
harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan lebih dari 32 minggu)
(2) Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari,
karena akan merangsang partus prematurus.
(3) Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,
supaya terasa lebih ringan.
(4) Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah
g. Jenis Jenis Kehamilan Gemeli
1) Kembar Fraternal versus Identik
Kembar dizigot, dalam arti sempit, bukan kembar sejati karena keduanya berasal
dari pematangan dan pembuahan dua ovum selama satu siklus ovulasi. Kembar
monozigot atau identik juga biasanya tidak identik. Seperti akan dibahas, pembelahan
satu zigot yang telah dibuahi menjadi dua tidak selalu menghasilkan pembagian
bahan protoplasma yang sama. Kembar monozigot bisa sebenamya tak-seimbang/tak
setara (discordant) untuk mutasi-mutasi genetik tertentu akibat mutasi pascazigot,
atau bisa mengidap penyakit genetik yang sama tetapi dengan perbedaan ekspresi
yang mencolok. Pada janin perempuan, lyonisasi yang menyimpang dapat
menyebabkan perbedaan ekspresi berbagai sifat .atau penyakit terkait-X.
Selain itu, proses pembentukan kembar monozigot dapat diartikan sebagai suatu
kejadian teratogenik, dan kembar mono zigot memperlihatkan peningkatan insiden
malformasi tak-seimbang yang sering (Glinianaia, dkk., 2008). Sebagai contoh,
Marchin (1996) mendapatkan bahwa kembar monozigot bisa bersifat takseimbang
untuk malformasi yang melibatkan organ-organ asimetris, misalnya jantung. Karena
itu, kembar dizigot atau fratemal dengan jenis kelamin sama mungkin saja tampak
hampir identik saat lahir dibandingkan dengan kembar monozigot, dan pertumbuhan
janin kembar mono monozigot mungkin tidak seimbang kadang-kadang sedemikian
mencolok. Karena itu, penentuan zigositas sering memerlukan pemeriksaan genetik
yang canggih.
2) Pembentukan Kembar Monozigot
Mekanisme pembentukan yang mendasari terjadinya kembar monozigot masih
belum dipahami sepenuhnya. Trauma ringan pada blastokista sewaktu prosedur

23
teknologi reproduksi dibantu (assisted reproductive technology, ART) dapat
menyebabkan peningkatan insiden pembentukan kembar monozigot yang diamati
pada kehamilan yang terjadi melalui cara ini (Wenstrom dkk., 1993 ). Hasil akhir
proses pembentukan kembar monozigot bergantung pada waktu pemisahan terjadi.
Jika zigot terbagi dalam 72 jam pertama setelah pembuahan maka terbentuk dua
mudigah, dua amnion, dan dua korion, dan akan berkembang kehamilan kembar dua
diamnion dikorion (Gbr. 39-2). Dapat terbentuk dua plasenta yang berbeda atau satu
plasenta yang menyatu.
Jika pemisahan terjadi antara hari keempat dan kedelapan, terbentuk kehamilan
kembar diamnion monokorion. Pada sekitar 8 hari setelah pembuahan, korion dan
amnion telah berdiferensiasi, dan pemisahan akan menghasilkan dua mudigah di
dalam satu kantong amnion, yaitu, kehamilan kembar monoamnion monokorion.
Kembar dempet (kembar siam) terjadi jika pemisahan berlangsung lebih belakangan.
Telah lama diakui bahwa monokorionisitas pasti menunjukan monozigositas. Namun,
meskipun jarang, kembar monokorion dapat merupakan kembar dizigot (Souter dkk.,
2003 ). Mekanisme terjadi nya kembar ini masih spekulatif, dan manipulasi zigot yang
menyertai ART diperkirakan berperan (Redline, 2003).

24
Mekanisme pembentukan kembar monozigot. Kotak hitam dan tanda panah abu-
abu di kolom A, B, dan C menunjukkan waktu pemisahan terjadi. A. Pada 0 sampai 4
hari

pascapembuahan, hasil konsepsi dini dapat terbelah (memisah) menjadi dua.


Pemisahan pada tahap ini menciptakan dua korion dan dua amnion (diamnion,
dikorion). Plasenta mungkin terpisah atau menyatu. B. Pemisahan antara 4 dan 8 hari
menyebabkan pembentukan blastokista dengan dua embrioblas (massa sel dalam,
inner cell mass) terpisah. Masing-masing embrioblas akan membentuk amnion
sendiri-sendiri di dalam satu korion yang digunakan bersama (diamnion, monokorion).
C. Antara 8 dan 12 hari, terbentuk amnion dan rongga amnion di atas diskus
germinativum. Pemisahan mudigah menghasilkan dua mudigah dengan satu amnion
dan satu korion (monoamnion, monokorion). D. Berbagai teori menjelaskan
pembentukan kembar dempet. Satu menjelaskan terjadinya pemisahan tak-sempurna
satu mudigah menjadi dua. Yang lain menjelaskan penyatuan bagian dari satu
mudigah (dari pasangan kembar monozigot) ke mudigah satunya.
3) Superfetasi dan Superfekundasi
Pada superfetasi, di antara pembuahan terdapat selang waktu selama atau lebih
lama daripada satu siklus haid. Superfetasi memerlukan ovulasi dan pembuahan
ketika kehamilan telah terjadi, yang secara teoretis dimungkinkan selama rongga
uterus belum lenyap oleh fusi desidua kapsularis ke desidua parietalis. Meskipun
diketahui terjadi pada kuda betina, superfetasi belum pernah dibuktikan terjadi pada
manusia. Sebagian besar otoritas percaya bahwa kasus-kasus yang dicurigai
superfetasi pada manusia terjadi. akibat pertumbuhan dan perkembangan yang

25
sangat tidak seimbang pada janin kembar dengan usia gestasi sama. Superfekundasi
merujuk kepada pembuahan dua ovum dalam satu siklus haid tetapi bukan pada
koitus yang sama, dan tidak harus oleh sperma dari pria yang sama. Salah satu
contoh superfekundasi, yang dicatat oleh Harris (1982). Ibu kedua bayi ini diperkosa
pada hari ke-10 siklus haidnya dan berhubungan intim 1 minggu kemudian dengan
suaminya. Ia melahir-kan seorang bayi kulit hitam yang golongan darahnya A dan
seseorang bayi kulit putih dengan golongan darah O. Golongan darah ibu dan
suaminya adalah O.
h. Penatalaksaan Persalinan Gemeli
Pada umumnya persalinan hamil kembar dibagi menjadi 3 kelompok sesuai dengan
presentasi janin.
a) Janin pertama dan kedua presentasi kepala. Apabila presentasinya kepalakepala, maka
dilahirkan per vaginam, waaupun berat janinnya kurang dari 1500 g.
b) Janin pertama presentasi kepala, janin kedua bukan kepala. Masih ada silang pendapat,
ada yang menganjurkan SC untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas, tetapi ada yang
tidak ada bedanya antara persalinan per vaginam dan SC. Akan tetapi hati-hati penilaian
ada presentasi bokong, 38 harus disingkirkan adanya disproporsi sefalo-pelvik, dan janin
besar lebih dari 3.500 gram.
c) Janin pertama bukan presntasi kepala. Apabila janin pertama bukan kepala dianjrukan
SC. Hal ini untuk menghindari adanya interlocking (Fadlun dan Feryanto, 2013: 109-110).
Dalam menolong persalinan gemelli bidan harus melakukan beberapa langkah
berikut:
1) Memantau kesejahteraan ibu dan janin serta memperjelas catatan tentang
keputusan yang diambil, tindakan yang dilakukan, asuhan yang diberikan, dan
hasil observasi terhadap ibu dan janin. Pemeriksaan dalam harus dilakukan
saat ketuban pecah, untuk menyingkirkan dugaan prolaps uteri dan
menentukan presentasi, letak, dan penurunan bagian presentasi janin. Air
dapat diberikan jika ibu haus, tetapi makanan tidak dianjurkan pada tahap ini.
2) Ketika ibu mulai mengejan aktif, ibu harus dibantu untuk menemukan posisi
yang nyaman. Posisi dorsal recumbent (setengah duduk) berguna karena
memaksimalkan ruang bawah panggul dan memungkinkan mekanisme normal
persalinan tanpa hambatan. Posisi ini juga membantu oksigenasi janin,
sebaiknya jangan diberikan intervensi seperti episiotomi kecuali ada indikasi
yang jelas, misalnya janin mengalami bradikardia kala dua lanjut. Saat bayi
pertama lahir, bidan mencatat waktu, mengkaji kondisi bayi, mengeringkan,
dan membedong bayi dengan handuk untuk mencegah hiportemia. Dua klem
harus digunakan untuk memotong tali pusat.

26
3) Setelah bayi pertama lahir, bidan harus mengkaji kondisi, presentasi, dan letak
kembar kedua melalui pemeriksaan abdomen, yang diikuti dengan
pemeriksaan dalam jika perlu. Bidan dapat mempertimbangkan sengaja
memecah selaput ketuban jika bagian presentasi sudah masuk rongga
panggul (setinggi spina iskiadika) dan ibu aktif mengejan. Jika letak kembar
kedua obliq atau lintang, bidan harus mengoreksinya menjadi longitudinal
sesegera mungkin menggunakan versi sefalik eksternal maupun versi sefalik
internal.
4) Jika bagian presentasi dipanggul, dan ibu kembali mengejan aktif, pimpin ibu
untuk melahirkan kembar kedua. Selain itu waktu kelahiran harus dicatat,
mengkaji kondisi dan mengklem tali pusat serta menjaga kehangatan bayi. 5)
Bidan harus melakukan manajemen aktif kala III. 6) Melakukan pemantauan
kala IV pada ibu (Woodward dkk, 2012: 98-105).
1. Tatalaksana Umum
a) Asuhan antenatal sebaiknya dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
b) Persalinan untuk kehamilan ganda sedapat mungkin dilakukan di rumah sakit dengan
fasilitas seksio sesarea.
Janin pertama :
a) Siapkan peralatan resusitasi dan perawatan bayi.
b) Pasang infus dan berikan cairan intravena.
c) Pantau keadaan janin dengan auskultasi denyut jantung janin. Jika denyut jantung
janin <100 kali/menit atau >180 kali/menit, curigai adanya gawat janin.
d) Jika presentasi janin verteks, usahakan persalinan spontan dan monitor persalinan
dengan partograf.
e) Jika presentasi bokong atau letak lintang, lakukan seksio sesarea.
f) Tinggalkan klem pada ujung maternal tali pusat dan jangan melahirkan plasenta
sebelum janin kedua dilahirkan.
Janin kedua atau janin berikutnya :
a) Segera setelah bayi pertama lahir, lakukan palpasi abdomen untuk menentukan letak
janin kedua atau berikutnya.
b) Jika perlu, lakukan versi luar agar letak janin kedua memanjang.
c) Periksa denyut jantung janin.
d) Lakukan periksa dalam vagina untuk menentukan:
 presentasi janin kedua
 selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah
 ada tidaknya prolapsus tali pusat.
e) Jika presentasi verteks:

27
 Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah.
 Periksa denyut jantung janin antara kontraksi uterus untuk menilai keadaan janin.
 Jika his tidak adekuat setelah kelahiran bayi pertama, berikan infus oksitosin
dengan cara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi dalam 10
menit, dengan lama setiap his lebih baik 40 detik).
 Jika janin tidak lahir dalam 2 jam dengan his yang baik, atau terdapat
f) tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin <100 kali/menit atau
g) >180 kali/menit), lakukan seksio sesarea.
h) Jika presentasi bokong:
 Apabila taksiran berat badan janin tidak lebih dari janin pertama dan serviks tidak
mengecil, rencanakan partus spontan.
 Jika his tidak ada atau tidak adekuat setelah kelahiran janin pertama, berikan
infus oksitosin secara cepat untuk menimbulkan his yang baik (tiga kontraksi
dalam 10 menit, dengan lama setiap his lebih dari 40 detik).
 Pecahkan ketuban dengan klem kokher jika ketuban belum pecah dan bokong
sudah turun.
 Periksa denyut jantung janin di antara 2 kontraksi uterus. Jika <100 kali/menit atau
>180 kali/menit, lakukan ekstraksi bokong.
 Jika persalinan per vaginam tidak mungkin, lahirkan bayi dengan seksio sesarea.
2. Tatalaksana Khusus
a) Jika letak lintang:
 Apabila selaput ketuban utuh, lakukan versi luar.
 Jika versi luar gagal dan pembukaan lengkap dan selaput ketuban masih utuh,
lakukan versi dalam dan lanjutkan dengan ekstraksi (lakukan versi dalam
podalik).
JANGAN lakukan versi dalam jika penolong persalinan tidak terlatih, selaput
ketuban telah pecah dan cairan amnion telah berkurang, atau jika ada jaringan
parut pada uterus. Jangan teruskan jika janin tidak dapat berputar dengan mudah
 Dengan memakai sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi, masukkan satu
tangan ke dalam uterus dan raihlah kaki janin.
 Secara perlahan tarik janin ke bawah.
 Lanjutkan dengan ekstraksi sungsang.
 Periksa denyut jantung janin di antara his.
 Jika versi luar gagal dan versi dalam tidak dianjurkan atau gagal, segera lakukan
seksio sesarea.

28
 Berikan oksitosin 10 unit IM atau ergometrin 0,2 mg IM dalam waktu 1 menit
setelah bayi terakhir lahir dan teruskan penanganan aktif kala III untuk
mengurangi perdarahan pascapersalinan.

2.4 STUDI KASUS


a. Data Subjektif
2. Pengkajian Data
Pada tanggal : Rabu, 27 Maret 2019
a) Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. S
Umur : 28 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Lampung
Pendidikan : D-III Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru Paud Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Raman Enda Alamat : Raman Enda
b) Anamnesa
1) Keluhan Utama Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilan nya dan ibu
mengatakan terasa sesak di perut bagian atas dan ibu merasa kurang
nyaman.
2) Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 20 Juli 2018,
haid sebelumnya teratur lamanya 6-7 hari, siklus menstruasi 51 ± 30 hari,
sifat darah encer, banyaknya ganti pembalut 3-4 kali/hari, dan taksiran
persalinan tanggal 27 April 2019 3)
3) Tanda-tanda Kehamilan
Ibu mengatakan hasil tes kehamilan pada tanggal 19 Agustus 2018
dengan hasil PP test positif.
4) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali
Ibu mengatakan pergerakan janin dirasakan mulai umur kehamilan 4
bulan dan hari ini merasakan >10 x gerakan janin.
5) Keluhan yang dirasakan
a) Mual dan muntah yang lama : tidak ada
b) Nyeri perut : tidak ada
c) Panas, menggigil : tidak ada
d) Sakit kepala berat/ terus-menerus : tidak ada
e) Penglihatan kabur : tidak ada

29
f) Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tidak ada
g) Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : tidak ada
h) Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada
i) Nyeri kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
j) Oedema : tidak ada
6) Diet/Makanan sebelum dan saat hamil
a) Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengkonsumsi sayursayuran
mengonsumsi buah-buahan, makan nasi dan lauk, porsi 1 piring 52
terkadang lebih, frekuensi 3x sehari, minum 5-6 gelas per hari.
b) Saat hamil : Ibu mengatakan makan nasi, lauk,sayur dan buah-buahan,
porsi 1½- piring, frekuensi 2-3x sehari, minum air mineral 7-8 gelas per
hari dan minum susu.
7) Pola eliminasi
a) BAB : Ibu mengatakan buang air besar 3-5x dalam seminggu dan
berwarna kuning kecoklatan.
b) BAK : Ibu mengatakan sering buang air kecil 8- 12 kali sehari dan
berwarna kuning jernih
8) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2-3x sehari, keramas 3-4x
seminggu, mencuci vagina dengan menggunakan air bersih dan mengalir,
dan mengganti pakaian 2x sehari serta mengganti celana dalam jika merasa
lembab.
9) Aktivitas sehari-hari
Ibu mengatakan tidur siang setiap hari ± 1-2 jam dan tidur malam ± 6-7
jam. Ibu juga mengatakan saat hamil melakukan hubungan seksual 3-4 kali
dalam sebulan dan pekerjaan ibu sehari-hari adalah mengajar di paud. 53
10) Imunisasi
a) TT1 saat usia kehamilan 16 minggu
b) TT2 saat usia kehamilan 20 minggu
11) Riwayat Kehamilan,
Persalinan, Nifas yang lalu Ibu mengatakan pada kehamilan pertama
nya saat usia kehamilan ±34 minggu mengalami letak sungsang, namun
pada saat usia kehamilan 37 minggu kehamilan nya sudah kembali normal
menjadi presentasi kepala dan persalinan dilakukan secara spontan
pervaginam. No Tahun Lahir Tempat bersalin UK Jenis persalinan Penolong
Penyulit kehamilan & persalinan Jenis kelamin BB PB Keadaan anak

30
sekarng 1. 2009 BPM Romelah 40 mgg Spontan pervaginam Bidan Tidak
ada Laki-laki 3000 gram 48 cm Sehat.
12) Kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi suntik 3
bulan.
13) Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, hepar,
DM, anemia, campak, malaria, TBC, malaria, gangguan mental dan operasi,
dan ibu mengatakan pada kehamilan anak pertama mengalami letak
sungsang.
14) Perilaku Kesehatan
a) Penggunaan alkohol /obat-obatan : tidak pernah
b) Obat-obatan jamu yang sering digunakan: tidak ada 54
c) Merokok, makan sirih : tidak pernah
d) Pencucian vagina : setiap mandi dan selesai BAB/BAK dengan
menggunakan air bersih dan mengalir
e) Senam hamil : Ibu mengatakan tidak mengikuti senam hamil, hanya
saja ibu melakukan nya dirumah sendiri melihat youtube.
f) Brest care : Ibu mengatakan belum mengetahui tentang perawatan
payudara dan bersedia untuk di ajarkan perawatan payudara
15) Riwayat Sosial
a) Apakah kehamilan ini direncanakan : Ibu mengatakan ini adalah
kehamilannya yang sangat direncanakan.
b) Respon terhadap kehamilan : Ibu dan keluarga mengatakan senang
atas kehamilannya.
c) Status perkawinan : Ibu mengatakan ini adalah perkawinannya yang
pertama
d) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas : Tidak ada
e) Rencana bersalin : Ibu mengatakan ingin bersalin di BPM Romelah
16) Riwayat Keadaan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menular, menahun maupun keturunan dan keluarga tidak
pernah/tidak ada yang sedang menderita penyakit menular, menahun
maupun keturunan.
b. Data Objektif
1) Keadaan umum ibu : Baik

31
2) Pemeriksaan Umum :
(1) Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 88x/menit
(2) Pernafasan : 19 x/menit Lila : 25,5 cm
(3) Suhu tubuh : 36,6 0 C TB : 150 cm
(4) Berat badan : 56,9 kg (sebelum hamil 49 kg) Kenaikan berat badan setelah
hamil 6,9kg
3) Pemeriksaan Fisik
(1) Muka Normal, kelopak mata tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera
putih, tidak ikterik, dan tidak ada cloasma gravidarum.
(2) Mulut dan gigi Lidah dan geraham bersih, tidak ada stomatitis, gigi bersih dan
tidak ada carries pada gigi.
(3) Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, getah bening, kelenjar gondok dan
pembesaran vena jugularis
(4) Dada Jantung : Normal, bunyi jantung reguler, tidak terdengar mur-mur
Paru-paru : Normal, bunyi paru vesikuler
Pernafasan : Normal, tidak ada ronchi dan wheezing
Payudara : Ada pembesaran, simetris kanan kiri, puting susu menonjol, belum
ada pengeluaran kolostrum, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan,
keadaan sedikit kotor
(5) Punggung dan pinggang Punggung lordosis dan tidak ada nyeri pinggan
(6) Abdomen
(a) Tidak ada bekas operasi, pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada
pembesaran liver. Tinggi fundus uterus pertengahan px-pusat Mc Donald 24
cm, TBJ 2.015gram.
(b) Hasil pemeriksaan Leopold:
Leopold I : Tinggi fundus uterus pertengahan pxpusat, bagian fundus teraba
bagian janin keras, bulat, dan melenting yang berarti kepala.
Leopold II : di sebelah kanan perut ibu teraba seperti tahanan yang besar,
datar, yang berarti punggung janin dan di sebelah kiri perut ibu teraba
bagian-bagian kecil yang berarti ekstremitas janin.
Leopold III : di bagian bawah perut ibu teraba bagian janin bulat, lunak,dan
tidak melenting yang berarti bokong.
(c) Letak fetus memanjang, presentasi bokong, denyut jantung janin positif
139x/ frekuensi teratur.
(7) Ekstremitas atas bawah Tidak ada oedema, tidak ada varises, refleks patella
positif
(8) Ano-genital Vulva

32
vagina berwarna merah kecoklatan, tidak ada luka, tidak ada fistula,
tidak ada varises, tidak ada pengeluaran pervaginam dan tidak terdapat
hemoroid pada anus.
(9) Dinding vagina
Berwarna merah muda, tidak ada varises, tidak ada luka dan tidak ada
benjolan.
4) Pemeriksaan Penunjang
(a) Pemeriksaan USG : Tanggal 26 Febuari 2019, hasil USG : G2P1A0 usia
kehamilan 32 minggu dengan letak sungsang, janin tunggal, hidup intra
uterin.
(b) Pemeriksaan Laboratorium Golongan Darah : A Hemoglobin : 11,4 gram/dL
Protein urine : Negatif Glukosa urine : Negatif
c. A : Analisa Data
1. Diagnosa : G2P1A0, usia kehamilan 34 minggu dengan letak sungsang, janin tunggal
hidup, intrauteri.
2. Dasar :
(a) Ibu mengatakan hamil anak kedua dan kehamilan pertama juga dengan
letak sungsang.
(b) Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan rutin di BPM Romelah, ibu
mengatakan terasa sesak diperut bagian atas dan ibu merasa kurang
nyaman.
(c) Leopold III : di bagian bawah perut ibu teraba bagian janin bulat, lunak,dan
tidak melenting yang berarti bokong.
(d) DJJ : 139x/menit frekensi teratur
(e) Masalah potensial : bayi lahir asfeksia
3. Masalah
(a) Kurangnya pengetahuan ibu tentang senam hamil
(b) Kurang nya pengetahuan ibu tentang breast care
(c) Peningkatan kebutuhan zat besi pada ibu
d. P : Penatalaksanaan
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Menjelaskan pada ibu
tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam keadaan normal yaitu tekanan
darah 120/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernafasan 19x/menit, dan suhu 36,60C. Ibu
sudah mengetahui hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan leopold yang telah dilakukan.
Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini yaitu kehamilan nya letak sungsang.
Pada pemeriksaan leopold III didapatkan hasil teraba bulat,lunak,dan tidak melenting

33
yang berarti bokong atau dengan letak sungsang. Ibu sudah mengetahui bahwa
terdapat komplikasi pada kehamilan Nya yaitu letak sungsang sehingga ibu melakukan
pemeriksaan rutin di tenaga kesehatan.
3. Ajarkan ibu untuk melakukan senam hamil. Mengajarkan pada ibu tentang teknik
senam hamil yaitu teknik peregangan, relaksasi, dan pernafasan serta anjurkan ibu
untuk melakukan nya sendiri di rumah. Ibu telah mengikuti dan belajar tentang teknik-
teknik senam hamil serta ibu berjanji akan melakukan senam hamil sendiri di rumah.
4. Ajarkan ibu posisi knee chest dan anjurkan ibu untuk melakukan nya dirumah.
Mengajarkan ibu posisi knee chest selama 10-15 menit yang dilakuan sehari 2-4 kali
serta menganjurkan ibu untuk melakukannya sendiri di rumah. Ibu telah mengikuti dan
belajar posisi knee chest, ibu berjanji akan melakukannya dirumah pada pagi,siang,dan
sore.
5. Ajarkan dan beritahu ibu tentang breast care Mengajarkan dan memberitahu ibu untuk
melakukan breast care sesering mungkin dengan menggunakan baby oil yang
dilakukan sebelum mandi yang bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara ibu. Ibu
telah belajar breast care dan ibu akan melakukan nya setiap hari sebelum mandi di
rumah.
6. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan. Menjelaskan pada ibu tanda-
tanda bahaya pada kehamilan yaitu perdarahan, bengkak ditangan,kaki,dan wajah,
demam tinggi,keluar air ketuban, gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak sama
sekali, muntah terus-menerus dan tidak bisa makan sama sekali. Ibu mengatakan
mengerti tentang penjelasan yang disamapaikan, dan ibu mampu menyebutkan ulang
tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
7. Berikan dan anjurkan ibu untuk minum,Fe,Vit,dan Kalk. Memberikan tablet Fe 500 mg
1x110 tablet , vit C 250 mg 1x1, Kalk 250 mg 1x1 sebanyak 10 tablet. Cara minumnya
tablet Fe diminum bersamaan dengan Vit C agar mempercepat penyerapan dan di
minum terpisah dengan Kalk dan juga hindari diminum bersamaan dengan kopi,teh
atau susu. Ibu sudah minum tablet fe,vit c,dan LC 7 tablet.
8. Beritahu ibu akan dilakukan kunjungan ke-2. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan
kunjungan ke-2 pada tanggal 3 April 2019 Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan
kedua pada tanggal 3 April 2019 di rumah.

34
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PELAKSANAAN DISKUSI KELOMPOK


1. Materi/topik yang dibahas dalam CL
Pengananan awal kegawatdaruratan pada kala ii dengan distosia persalinan sungsang,
persalinan malposisi, dan malpresentasi, dan persalinan kembar
2. Waktu (Hari/tgl/jam dan tempat CL)
Hari : Jum’at
Tanggal : 26 Maret 2021
Jam : siang
Tempat : Daring online, zoom
3. Dosen pembimbing sebagai fasilitator/narasumber
Dosen pembimbing : Bd. Diyan Indrayani, SST., M.Keb
4. Peserta yang mengikuti diskusi (kelompok mahasiswa, meliputi: ketua, notulen dan
anggota)
3.2 HASIL DISKUSI
Pertanyaan dari mahasiswa ke kelompok 3 dan hasil jawaban dari kelompok atau dosen
pembimbing

35
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
a. Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kesakitan yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir.
b. Contoh kasus kegawatdaruratan diantaranya emboli air ketuban, distosia bahu, persalinan
dengan kelainan letak (sungsang), partus lama, preeklamsia, persalinan dengan
malposisi & malpresentasi, persalinan kembar ( gemeli ).
c. Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan presentasi bokong
(sungsang). Teknik pertolongan persalinan letak sungsang dapat dilakukan dengan teknik
spontan bratch dan teknik maureceau.
d. Malposisi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan ubun-ubun
kecilsebagai penanda) terhadap panggul ibu.
e. Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin,selain presentasi verteks. Janin
dalam keadaan malposisi dan malpresentasi menyebabkan partus lama. Penanganan
dapat disesuaikan dengan kondisi malpresentasi apakah muka, dahi, atau presentasi
majemuk.
f. Kehamilan gemelli adalah terdapatnya dua janin dalam kandungan dalam waktu yang
sama. Pertolongan persalinan gemelli sebaiknya oleh dokter obstetri dan ginekologi di
rumah sakit yang memiliki fasilitas sexio Caesarea.

36
DAFTAR PUSTAKA

Fitriwati, Sri Nur. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny ”S” Dengan Persalinan Gemelli
Di Rsud Syekh Yusuf Gowa. Tersedia [online] http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/6562/1/Sri%20Nur%20Fitriwati.pdf
Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. kementerian
kesehatan republik indonesia
Kurniarum, Ari. 2016. Praktikum Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan
Pramana, Cipta. 2019. Manajemen Persalinan Sungsang. Tersedia {online}
https://www.researchgate.net/publication/335528808_MANAJEMEN_PERSALINAN_S
NGSANG
Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka-
Sarwono Prawirohardjo
Sugriati. 2015. Modul Praktikum Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan. Tersedia [ Online ]
https://griyahusada.id/files/modul/modul_kegawatdaruratan.pdf?
__cf_chl_jschl_tk__=d7ff37c570678aa2133b6608fa2c995a8ff9e067-1616134443-0-
AWahkDowGUQwY8Wnd_IcN8pzRWDXRqdgFpMwzIlEzNp0fXT0Q7kYRMjB23bgPjLP8
HdudXdxSFwy52UtMz3rFRFVamQLcgxGirt6X-
eAwdgL2DB06oLuTQ8pmDZ46Gp2yibYgGcjZUnyxpZ3OsWVsAdPJkSMkjzXh33yUss0v
LcvaC9d_SmIG7EScDMpnVsicOKAi4_6DT57Gnv2McpGuXo2_GW3rGtvtzKHK6PMaMS
-
GDIubQuL6H1GI5s29aV1sIVlnhOfAoOEIu4oGx7emml_BMI3_H7iE7q2Z4ZXiVhopCVQH
_ntRdRvZsKkWWv4MfarWrTBn9PnZPNrff75TomMCWE-
DxIB50dUqKWcXt326HhV6Gcd0uKujgUeMLGm6Q
Suprapti & Didien Ika Setyarini. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan
WHO, dkk. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta : UNFPA, unicef, USAID from the American people.

37

Anda mungkin juga menyukai