Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan kebidanan ibu
nifas dengan abses pelvis.
Kami menyadari terselesainya penyusunan makalah ini berkat adanya bantuan dan
kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh rekan yang selalu sabar dan ikhlas membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami juga menyadari akan kekurang sempurnaan penulisan makalah ini oleh karena itu
kritik dan saran selalu kami harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amin

Tulungagung,    Oktober  2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Cover..............................................................................................   i
Kata Pengantar..............................................................................................   ii
Daftar Isi.......................................................................................................   iii
BAB I        PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang....................................................................   1
1.2    Rumusan Masalah................................................................   2         
1.3    Tujuan Penulisan..................................................................   2
BAB II       TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Definisi................................................................................   3
2.2    Etiologi................................................................................   3
2.3    Patofisiologi.........................................................................   4
2.4    Tanda Gejala.......................................................................   5
2.5    Gejala klinik.........................................................................   6
2.6    Diagnosis.............................................................................   7
2.7    Penyulit................................................................................   8
2.8    Penatalaksanaan..................................................................   8
 SOAP.................................................................................   10
BAB III      PENUTUP
A.     Kesimpulan...........................................................................   15
B.     Saran....................................................................................   15
Daftar Pustaka...............................................................................................   16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam
bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau
ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan
jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani perawatan
karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut (Gay
Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of Florida di
Jacksonville).

Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk memperhatikan
gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini
diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri
yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan
dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke
dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan
sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya
adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang
wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.

Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan
infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara keseluruhan,
demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara
125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.

Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat
meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali
lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena
infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih
30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini,
demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian
katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan
segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.

1.2    Rumusan Masalah
2.      Apakah definisi abses pelvis?
3.      Bagaimana etiologi abses pelvis?
4.      Bagaimana patofisiologi abses pelvis?
5.      Apa saja tanda dan gejala abses pelvis?
6.      Bagaimana gejala klinik abses pelvis?
7.      Apa diagnosis dari abses pelvis?
8.      Apa saja penyulit abses pelvis?
9.      Bagaimana penatalaksanaan abses pelvis?

1.3     Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas maternitas yang telah diberikan.

2. Untuk mengetahui definisi dari penyakit infeksi pelvis.

3. Untuk mengetahui proses perjalanan penyakit infeksi pelvis.

4. Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi pelvis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum
dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang
panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi,
dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut
kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam
bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba falopi dan/atau
ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan
jiwa.

2.2 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang
menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang
wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).

Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit
radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan
seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya
yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja
cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor
risiko lainnya adalah:
1.Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah
saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi
dalam saluran reproduksi sebelumnya.

2.3 Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas endometrium
(endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum
latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat
menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat masuknya
kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina,
akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan
mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan
virus herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD menyebar
melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya tuberkulosis)
dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen (misalnya
virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia
interna.
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi
dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:
1. Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami
hambatan.
a. Diostium uteri internum
b. Di kornu tuba
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman pada
endometrium turut terbuang.
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara : mekanik,
biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus,
instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR):
1. Adanya organisme yang berperang sebagai vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa
kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai
vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut.
Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N gonerea, ureaplasma
ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan anaerobik lainnya.
2. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat menarik
spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.
3. Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang
siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.

Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid.
Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman –
kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai
panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.

2.4 Tanda dan gejala


Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri tumpul
dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan
gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari.
Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain
adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama,
menggigil, demam tinggi, sakit kepala, malaise, nafsu makan berkurang, nyeri perut bagian bawah
dan daerah panggul, dan sekret vagina yang purulen.
Biasanya infeksi akan menyambut tuba fallopi. Tuba yang tersumbat biasa membengkak dan terisi
cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan
kemandulan. Infeksi bisa menyebar ke strukstur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan
nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium – ovarium panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses
pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa
mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi
sepsis.
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :
      Tegang di bagian bawah.
      Nyeri dan nyeri gerak pada serviks.
      Dapat teraba tumor karena pembentukan abses.
      Di bagian belakang rahim terjadi timbunan nanah.
      Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak (discomfort) di bagian bawah
abdomen.

2.5        GEJALA KLINIK


A.    Pemeriksaan fisik
1.  Suhu tinggi disertai takikardi.
2.  Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen.
3.  Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “rebound tenderness”, nyeri tekan, dan
kekakuan otot perut sebelah bawah.
4. Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus
paralitik.
5.  Dapat disertai metroragi, menoragi.

B.     Pemeriksaan ginekologik


Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan :
1.      Pembengkakan dan nyeri pada labia didaerah kelenjar Bartholini.
2.      Bila ditemukan flour albus purulen, umumnya akibat kuman N. gonore. Sering kali juga disertai
perdarahan-perdarahan ringan diluar haid, akibat endometritis akuta.
3.      Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan-gerakan pada servik.
4.      Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa disertai dengan suhu
meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala-gejala pelvioperitonitis atau peritonitis generalisata,
tenesmus pada rectum disertai diare.
5.      Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas, terasa tebal dan sering
disangka suatu subserous mioma.

6.  Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks, bersama dengan


keluarnya cairan purulen.
7.  Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, memberikan gambaran yang khas. Rasa nyeri
mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat rupture. Dalam waktu singkat seluruh
abdomen akan terasa nyeri karena timbulnya gejala perioritas generalisata. Bila jumlah cairan
purulen yang mengalir keluar banyak akan terjadi syok. Gejala pertama timbulnya syok ialah mual
dan muntah-muntah, distensi abdomen disertai tanda-tanda ileus paralitik. Segera setelah
pecahanya abses, suhu akan menuru atau subnormal, dan beberapa waktu kemudian suhu
meningkat tinggi lagi. Syok terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin.
8.  Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung beberapa minggu.

2.6        DIAGNOSIS
Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious Disease Society for Obstetrics &
Gynecology”, USA. 1983, ialah :
A.    Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :
1.      Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.
2.      Nyeri bila servik uteri digerakkan.
3.      Nyeri pada adneksa.
B.     Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
1.      Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.
2.      Suhu diatas 38º C.
3.      Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³.
4.      Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun laparaskopi.
5.      Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG.

Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager
membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I          :  Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau tanpa pelvio
peritonitis.
Derajat II           :  Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium)
dengan atau tanpa          pelvio – peritonitis.
Derajat III          :  Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.

2.7        PENYULIT
Penyulit radang panggul dapat dibagi :
1.      Penyulit segera.
Penyulit segera pada radang panggul ialah : pembentukan abses dan peritonitis, perhepatitis (“Fitz-
hugh Curth Syndrome”) dan sakrolitis.
2.      Penyulit jangka panjang.
Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas yaitu
berupa :
a.       Infeksi berulang.
Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita yang pernah
mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode radang panggul.
b.      Infertilitas.
c.       Kehamilan ektopik.
d.      Nyeri pelvic kronik.

2.8       PENATALAKSANAAN
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
1.      Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
Obat yang diberikan ialah :
  Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
-          Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
-          Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau
-          Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-
10 hari, atau
-          Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
-          Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-          Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
  Analgesik dan antipiretik.
-          Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
-          Metampiron 3 x 500 mg/hari.
2.      Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.
Obat yang diberikan ialah :
   Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
-          Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x
sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau,
-          Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2
x sehari selama 5-7 hari.
  Analgesik dan antipiretik.

  
ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS

Kasus   :
Seorang ibu nifas hari ke 3 datang ke RSIA Trisna Medika dengan keluhan nyeri dibagian
bawah perut dan bagian panggul, disertai demam, mual, dan nyeri saat berkemih. Ibu telah
melahirkan anak pertama.

ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS


HARI KE 3 DENGAN ABSEB PELVIS
DI RSIA TRISNA MEDIKA TULUNGAGUNG

Tanggal Pengkajian 18 Oktober 2012


I.       DATA SUBYEKTIF
A.       Biodata
Nama Ibu              : Ny.“X”                                  
Umur                     : 25 Tahun                               
Agama                  : Islam                                     
Suku/Bangsa         : Jawa                          
Pendidikan            : SMP                         
Pekerjaan              : Ibu rumah tangga                   
Alamat                  : Sumbergempol, Tulungagung                                       
                              

Nama Suami           : Tn. “Z”


Umur                      : 29 Tahun
Agama                    : Islam
Suku/Bangsa           : Jawa
Pendidikan              : SMA
Pekerjaan                : Wiraswasta
Alamat                    : Sumbergempol, Tulungagung

B.     Riwayat Persalinan
a.     Jenis Persalinan : Spontan
b.    Penolong                      : Bidan
c.     Tanggal Lahir                : 16 Oktober 2012       Jam Lahir         : 04.00
d.    Jenis Kelamin               : Laki - laki
e.     BBL                             : 3000 gram
f.      PBL                             : 50 cm
g.     Keadaan Anak             : Hidup
h.     Ketuban Pecah : Spontan
i.       Kala I                           : Dimulai dari pembukaan 1cm –
                                           10 cm lengkap
      Lamanya                     : ± 11 jam

j.      Kala II                         : Dimulai dari pembukaan lengkap –


                                           bayi lahir
      Lamanya                     : ± 1½ jam
k.    Kala III                        : Dimulai bayi lahir sampai plasenta keluar
Lamanya                    : ± 15 menit
Plasenta                      : Lahir lengkap maternal
Berat Plasenta            : 500 gram
Panjang Tali Pusat      : 50 cm
l.       Kala IV                        : Dimulai dari plasenta lahir sampai
                                           2 jam PP
1.    Jumlah Perdarahan               :
Kala I                                  : 50 cc
Kala II                                 : 100 cc
Kala III                                : 150 cc
Kala IV                                : 50 cc
Total                                    : 350 cc
2.    Penyulit/Komplikasi  : Tidak ada
3.    Tindakan pada masa persalinan         : Tidak ada

II.  DATA OBYEKTIF
A.       Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum                : Lemah
Kesadaran                         : Composmentis
Tekanan Darah                  : 90/60 mmHg
RR                                    : 24 x/menit
Nadi                                  : 80 x/menit
Suhu                                  : 39 °C
BB                                    : 58 Kg
Tinggi badan                      : 158 cm

B.        Pemeriksaan Kebidanan
1.      Inspeksi
Kepala                  : Simetris
Rambut                 : Bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe
Mata                     : Sklera tidak ikterik
                               Konjungtiva merah muda
Hidung                  : Tidak ada polip dan secret
Mulut                    : Tidak caries
                               Tidak stomatitis

Muka                    : Tidak oedema


                               Tidak hyperpigmentasi
Leher                    : Tidak ada pembesara kelenjar tyroid
                               Tidak ada pembesara limfe, dan vena jugularis
Payudara               : Bentuk simetris
                               Aerola mamae normal
                               Putting susu normal
                               Putting susu normal
Abdomen              : Kontraksi uterus baik, tidak ada luka bekas SC
Kandung kemih     : Nyeri
Genetalia eksterna : Perdarahan                 : 30 cc
                                Jenis Lochea              : Lochea Sanguilenta
                                Warna                       : Merah bercampur lender
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedema
                                Tidak varises
2.         Palpasi
TFU                      : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi              : Baik
Involusi uteri          : Sesuai dengan tinggi fundus uteri
3.      Perkusi                  :  Nyeri pada sisi bawah perut dan daerah panggul

III.             ANALISA DATA
Diagnosa               : P1A0 post partum hari ke 3 dengan
                               Abses Pelvis derajat I
Kebutuhan :  -   KIE mengenai Abses Pelvis
-             Memberikan antibiotic
-             Memberikan analgesic dan antipiretik

IV.              PENATALAKSANAAN
1.    KIE mengenai abses pelvis
Merupakan infeksi saluran reproduksi bagian atas yang dapat mempengaruhi selaput
dalam rahim, saluran tuba, indung telur, otot rahim, parametrium dan rongga panggul.
Merupakan komplikasi umum dari PMS. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.
2.    Terapi antibiotic
-   Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid
    1 g   sekali p.o/sehari    selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin
    4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
-   Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid
    1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin
    3 x 500    mg/hari p.o selama 7 hari, atau
-   Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan
     4 x 500 mg/harip.o  selama 7-10 hari, atau
-   Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
-   Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
-   Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3.    Terapi analgesic dan antipiretik
-   Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
-   Metampiron 3 x 500 mg/hari.
4.    KIE mengenai pemberian ASI pada bayi
-       Menyusui bayi sesering mungkin menurut kebutuhan bayi
-       Jika payudara terasa nyeri segera susukan pada bayi atau
     kompres  hangat
5.    KIE mengenai menyusui yang benar
-       Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi
-       Perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting sebelum
     menyusui bayi
-       Duduk atau berbaring dengan santai
-       Seluruh tubuh bayi harus tersanggah dengan baik
-       Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi
-       Menyusui bayi jangan dengan posisi bayi tertidur
6.    KIE mengenai perawatan tali pusat
-       Bersihkan tali pusat dengan kasa streril tanpa menggunakan
      apa pun
7.         KIE mengenai nutrisi ibu nifas
u harus makan lebih banyak dari biasanya untuk produksi
ASInya
rbanyak makan sayur untuk memperlancar ASI ibu
-       Makan – makanan yang mengandung gizi seimbang, terutama makanan yang banyak
mengandung serat seperti buah dan sayur
-       Makan – makanan yang mengandung sumber protein seperti telur, tahu, tempe,
daging, dan ikan
ahakan ibu minum susu untuk tambahan kalsium dan zat besi

BAB III
PENUTUP

.         KESIMPULAN
      Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum
dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
      Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi
akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai
akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
      Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses
pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa
mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga
terjadi sepsis.

        SARAN
      Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan
tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan sesuai
prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono


      Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
      Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba Gde Ida Bagus.1999.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: 
      Arcan
Cunningham,Donald Mac,Gant.1995.Obstetri Williams.Jakarta:EGC
http://lomboksehat.blogspot.com/2012/01/penyakit-radang-panggul.html
http://medicastore.com/penyakit/99/Penyakit_Radang_Panggul.html
Diposting oleh SITI MASRIFAH di 02.19 
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai