Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan kebidanan ibu
nifas dengan abses pelvis.
Kami menyadari terselesainya penyusunan makalah ini berkat adanya bantuan dan
kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh rekan yang selalu sabar dan ikhlas membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami juga menyadari akan kekurang sempurnaan penulisan makalah ini oleh karena itu
kritik dan saran selalu kami harapkan untuk bahan perbaikan di kemudian hari.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amin
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Cover.............................................................................................. i
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi................................................................................ 3
2.2 Etiologi................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi......................................................................... 4
2.4 Tanda Gejala....................................................................... 5
2.5 Gejala klinik......................................................................... 6
2.6 Diagnosis............................................................................. 7
2.7 Penyulit................................................................................ 8
2.8 Penatalaksanaan.................................................................. 8
SOAP................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................... 15
B. Saran.................................................................................... 15
Daftar Pustaka............................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam
bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba falopi dan/atau
ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan
jiwa. Infeksi tersebut juga sangat umum. Satu dari 7 wanita Amerika telah menjalani perawatan
karena infeksi ini dan kurang lebih satu juta kasus baru terjadi setiap tahun, demikian menurut (Gay
Benrubi, M.D., profesor pada Division of Gynegology Oncology, University of Florida di
Jacksonville).
Kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk memperhatikan
gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini
diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Ketika bakteri-bakteri
yang menyerang menembus tuba falopi, mereka dapat menimbulkan luka di sepanjang lapisan
dalam yang lunak, menyebabkan sukarnya (atau tidak memungkinkannya) sebuah telur masuk ke
dalam rahim, demikian Dr. Benrubi menerangkan. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan
sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya
adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang
wanita untuk menjadi mandul adalah 10%.
Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan
infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara keseluruhan,
demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara
125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun.
Kekhawatiran besar lainnya mengenai infeksi ini adalah bahwa gangguan medis ini dapat
meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan sebesar enam kali
lipat. Alasannya: karena tuba falopi sering mendapatkan parut (bekas luka) yang timbul karena
infeksi ini, telur yang turun mungkin akan macet dan hanya tertanam di dinding tuba. Kurang lebih
30.000 kehamilan di luar kandung per tahun dapat dipastikan disebabkan oleh infeksi seperti ini,
demikian kata Dr. Benrubi. Itu masalah yang serius: Kehamilan di luar kandungan, demikian
katanya, "dewasa ini menjadi penyebab kematian ibu dengan prosentase sebesar 15% dan dengan
segera akan menjadi penyebab kematian ibu yang paling sering terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
2. Apakah definisi abses pelvis?
3. Bagaimana etiologi abses pelvis?
4. Bagaimana patofisiologi abses pelvis?
5. Apa saja tanda dan gejala abses pelvis?
6. Bagaimana gejala klinik abses pelvis?
7. Apa diagnosis dari abses pelvis?
8. Apa saja penyulit abses pelvis?
9. Bagaimana penatalaksanaan abses pelvis?
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum
dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang
panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi,
dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut
kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi genital yang telah menyebar ke dalam
bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita -- seperti rahim, tuba falopi dan/atau
ovarium. Ini satu hal yang amat mengkhawatirkan. Suatu infeksi serius dan sangat membahayakan
jiwa.
2.2 Etiologi
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang
menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang
wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan
Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga
menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi
karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Faktor Risiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit
radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan
seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya
yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat
melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja
cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. Faktor
risiko lainnya adalah:
1.Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah
saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi
dalam saluran reproduksi sebelumnya.
2.3 Patofisiologi
Infeksi dapat terjadi pada bagian manapun atau semua bagian saluran genital atas endometrium
(endometritis), dinding uterus (miositis), tuba uterina (salpingitis), ovarium (ooforitis), ligamentum
latum dan serosa uterina (parametritis) dan peritoneum pelvis (peritonitis). Organisme dapat
menyebar ke dan di seluruh pelvis dengan salah satu dari lima cara.
1. Interlumen
Penyakit radang panggul akut non purpuralis hampir selalu (kira-kira 99%) terjadi akibat masuknya
kuman patogen melalui serviks ke dalam kavum uteri. Infeksi kemudian menyebar ke tuba uterina,
akhirnya pus dari ostium masuk ke ruang peritoneum. Organisme yang diketahui menyebar dengan
mekanisme ini adalah N. gonorrhoeae, C. Tracomatis, Streptococcus agalatiae, sitomegalovirus dan
virus herpes simpleks.
2. Limfatik
Infeksi purpuralis (termasuk setelah abortus) dan infeksi yang berhubungan denngan IUD menyebar
melalui sistem limfatik seperti infeksi Myoplasma non purpuralis.
3. Hematogen
Penyebaran hematogen penyakit panggul terbatas pada penyakit tertentu (misalnya tuberkulosis)
dan jarang terjadi di Amerika Serikat.
4. Intraperitoneum
Infeksi intraabdomen (misalnya apndisitis, divertikulitis) dan kecelakaan intra abdomen (misalnya
virkus atau ulkus denganperforasi) dapat menyebabkan infeksi yang mengenai sistem genetalia
interna.
5. Kontak langsung
Infeksi pasca pembedahan ginekologi terjadi akibat penyebaran infeksi setempat dari daerah infeksi
dan nekrosis jaringan.
Terjadinya radang panggul di pengaruhi beberapa faktor yang memegang peranan, yaitu:
1. Terganggunya barier fisiologik
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia eksterna, akan mengalami
hambatan.
a. Diostium uteri internum
b. Di kornu tuba
c. Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman – kuman pada
endometrium turut terbuang.
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman – kuman dihambat secara : mekanik,
biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu, barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus,
instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR):
1. Adanya organisme yang berperang sebagai vector.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba fallopi. Beberapa
kuman pathogen misalnya E coli dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai
vektor dan terbawa sampai tuba fallopi dan menimbulkan peradangan di tempat tersebut.
Spermatozoa juga terbukti berperan sebagai vektor untuk kuman – kuman N gonerea, ureaplasma
ureolitik, C trakomatis dan banyak kuman – kuman aerobik dan anaerobik lainnya.
2. Aktivitas seksual
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi utrerus yang dapat menarik
spermatozoa dan kuman – kuman memasuki kanalis servikalis.
3. Peristiwa Haid
Radang panggul akibat N gonorea mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang
siklik, berperan pentig dalam terjadinya radang panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid.
Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya kuman –
kuman N gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala – gejala salpingitis akut disertai
panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai ”Febril Menses”.
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari “Infectious Disease Society for Obstetrics &
Gynecology”, USA. 1983, ialah :
A. Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :
1. Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.
2. Nyeri bila servik uteri digerakkan.
3. Nyeri pada adneksa.
B. Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
1. Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.
2. Suhu diatas 38º C.
3. Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³.
4. Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun laparaskopi.
5. Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG.
Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager
membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau tanpa pelvio
peritonitis.
Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium)
dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.
2.7 PENYULIT
Penyulit radang panggul dapat dibagi :
1. Penyulit segera.
Penyulit segera pada radang panggul ialah : pembentukan abses dan peritonitis, perhepatitis (“Fitz-
hugh Curth Syndrome”) dan sakrolitis.
2. Penyulit jangka panjang.
Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas yaitu
berupa :
a. Infeksi berulang.
Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita yang pernah
mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode radang panggul.
b. Infertilitas.
c. Kehamilan ektopik.
d. Nyeri pelvic kronik.
2.8 PENATALAKSANAAN
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
1. Pengobatan rawat jalan.
Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.
Obat yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
- Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
- Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1
hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau
- Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-
10 hari, atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
- Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
Analgesik dan antipiretik.
- Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
- Metampiron 3 x 500 mg/hari.
2. Pengobatan rawat inap.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.
Obat yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
- Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x
sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau,
- Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2
x sehari selama 5-7 hari.
Analgesik dan antipiretik.
ASUHAN KEBIDANAN (SOAP) PADA IBU NIFAS
Kasus :
Seorang ibu nifas hari ke 3 datang ke RSIA Trisna Medika dengan keluhan nyeri dibagian
bawah perut dan bagian panggul, disertai demam, mual, dan nyeri saat berkemih. Ibu telah
melahirkan anak pertama.
B. Riwayat Persalinan
a. Jenis Persalinan : Spontan
b. Penolong : Bidan
c. Tanggal Lahir : 16 Oktober 2012 Jam Lahir : 04.00
d. Jenis Kelamin : Laki - laki
e. BBL : 3000 gram
f. PBL : 50 cm
g. Keadaan Anak : Hidup
h. Ketuban Pecah : Spontan
i. Kala I : Dimulai dari pembukaan 1cm –
10 cm lengkap
Lamanya : ± 11 jam
II. DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
RR : 24 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 39 °C
BB : 58 Kg
Tinggi badan : 158 cm
B. Pemeriksaan Kebidanan
1. Inspeksi
Kepala : Simetris
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe
Mata : Sklera tidak ikterik
Konjungtiva merah muda
Hidung : Tidak ada polip dan secret
Mulut : Tidak caries
Tidak stomatitis
III. ANALISA DATA
Diagnosa : P1A0 post partum hari ke 3 dengan
Abses Pelvis derajat I
Kebutuhan : - KIE mengenai Abses Pelvis
- Memberikan antibiotic
- Memberikan analgesic dan antipiretik
IV. PENATALAKSANAAN
1. KIE mengenai abses pelvis
Merupakan infeksi saluran reproduksi bagian atas yang dapat mempengaruhi selaput
dalam rahim, saluran tuba, indung telur, otot rahim, parametrium dan rongga panggul.
Merupakan komplikasi umum dari PMS. Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.
2. Terapi antibiotic
- Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid
1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin
4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
- Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid
1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin
3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau
- Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan
4 x 500 mg/harip.o selama 7-10 hari, atau
- Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
- Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau
- Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
3. Terapi analgesic dan antipiretik
- Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau
- Metampiron 3 x 500 mg/hari.
4. KIE mengenai pemberian ASI pada bayi
- Menyusui bayi sesering mungkin menurut kebutuhan bayi
- Jika payudara terasa nyeri segera susukan pada bayi atau
kompres hangat
5. KIE mengenai menyusui yang benar
- Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi
- Perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar putting sebelum
menyusui bayi
- Duduk atau berbaring dengan santai
- Seluruh tubuh bayi harus tersanggah dengan baik
- Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi
- Menyusui bayi jangan dengan posisi bayi tertidur
6. KIE mengenai perawatan tali pusat
- Bersihkan tali pusat dengan kasa streril tanpa menggunakan
apa pun
7. KIE mengenai nutrisi ibu nifas
u harus makan lebih banyak dari biasanya untuk produksi
ASInya
rbanyak makan sayur untuk memperlancar ASI ibu
- Makan – makanan yang mengandung gizi seimbang, terutama makanan yang banyak
mengandung serat seperti buah dan sayur
- Makan – makanan yang mengandung sumber protein seperti telur, tahu, tempe,
daging, dan ikan
ahakan ibu minum susu untuk tambahan kalsium dan zat besi
BAB III
PENUTUP
. KESIMPULAN
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat
mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum
dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada
perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi
akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai
akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses
pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa
mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga
terjadi sepsis.
SARAN
Untuk para petugas kesehatan terutama bidan hendaknya sebelum dan sesudah melakukan
tindakan cuci tangan untuk menurunkan infeksi dan pastikan alat yang kita pakai steril dan sesuai
prosedur.
DAFTAR PUSTAKA