Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

“KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI


DALAM LINGKUP KELUARGA”
Dosen Pengampu: Ibu Rahayu Dwikanthi, SST, M.Keb

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Annisa Rifani Ulva (P17324418041)

Kevin Merdayanti (P17324418035)

Mutiara Nandini (P17324418060)

JALUR UMUM KELAS 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN KARAWANG

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG 2018/2019


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaniirrahiim…

Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KONSEP KESEHATAN
REPRODUKSI DALAM LINGKUP KELUARGA” semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan untuk kepentingan proses belajar.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :

1. Ibu Rahayu Dwikanthi, SST,M.Keb sebagai dosen pembimbing mata kuliah KB-Kespro
berbasis keluarga
2. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan
ilmu pengetahuan kita.

Karawang, 16 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... .......................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 2

A. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja ........................................................................ 2


B. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada WUS ........................................................................... 7
C. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Lansia ......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan............................................................................................................................ 12
B. Saran ...................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini
sangat mendukung dalam kehidupan manusia di indonesia bahkan di dunia. Penemuan
yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam penelitiannya demi
kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali
teori-teori serta keilmuan yang harusdimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan
reproduksi. Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas
untuk bisa menolong para pasien demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien
dalam menjalankan kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehtan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau
spesialis tetapi sangat begitu penting pula dimiliki. Khususnya oleh para istri-istri atau
perempuan sebagai ibu atau bakal dari anak-anaknya demi kesehatan dan kesejahteraan
mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja asuhan kesehatan reproduksi pada remaja?
2. Apa saja asuhan kesehatan reproduksi pada wanita usia subur (WUS)?
3. Apa saja asuhan kesehatan reproduksi pada lansia?
C. Tujuan
1. Mengetahui asuhan kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Mengetahui asuhan kesehatan reproduksi pada wanita usia subur (WUS).
3. Mengetahui asuhan kesehatan reproduksi pada lansia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA


Kesehatan reproduksi adalah kedaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh,
yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Tujuan program kesehatan
reproduksi remaja adalah membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut
sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya
dengan masalah kehidupan reproduksi. Upaya yang dilakukan dapat melalui advokasi,
promosi, KIE, konseling, dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan
khusus serta pemberian dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif.
Terdapat berbagai definisi tentang remaja berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan antara lain:
a. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12 hingga 24 tahun. Sedangkan dari segi
program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh departemen kesehatan
adalah mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum kawin.
b. Menurut BKKBN batasan usia remaja adalah 10 hingga 19 tahun.
c. Menurut Undang-Undang No.4 taun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja
adalah individu yang belum mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat untuk tinggal.

Remaja terbagi menjadi tiga tahap, yaitu masa remaja awal, masa remaja
pertengahan, dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai ketika usia 11-13
tahun,. Ciri khas remaja pada tahap ini, antara lain lebih dekat dengan teman sebaya,
ingin bebas, dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir
abstrak. Masa remaja pertengahan dimulai ketika usia 14-16 tahun. Pada tahap ini
remaja mulai mencari identitas diri, mulai timbul keinginan untuk berkencan, memiliki
rasa cinta yang mendalam, mengembngkan kemampuan berpikir abstrak, dan mulai
berkhayal mengenai aktivitas seksual. Masa remaja akhir, usia 17-20 tahun, pada tahap
ini remaja mulai mengungkapkan kebebasan diri, lebih selektif dalam memilih teman

2
sebaya, memiliki citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, dan mampu
berfikir abstrak.

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat disbanding perubahan fisik.


pada masa ini terjadi perubahan emosi dan perubahan intelegensia. Remaja menjadi
lebih sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi, dan tertawa) dan agresif serta mudah
berkelahi. Kemampuan berfikir juga mengalami perubahan. Mereka sudah mampu
berfikir abstrak sehingga jangan kaget apabila ia menjadi senang memberi kritik
terhadap sesuatu. Masa ini juga dikenal sebagai masa ingin mengetahui segala hal baru
sehingga muncul perilaku coba-coba. Perilaku ingin mencoba hal baru ini jika didorong
oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah
dengan segala akibatnya antara lain kehamilan luar nikah, upaya abortus, dan penularan
penyakit kelamin termasuk HIV/AIDS.

Tujuan dan sasarn kesehatan reproduksi remaja:

Tujuan umum: mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan


pengetahuan, kesadaran, sikap, perilaku remaja dan orang tua agar peduli, bertanggung
jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang
memiliki permasalahan khusus.

Tujuan khusus:

a. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR sasaran


tujuan ini ialah peningkatan cakupan penyebaran informasi KRR melalui media
massa.
b. Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok masyarakat
mendapat informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini ialah peningkatan
cakupan remaja dan orang tua yang memperoleh informasi KRR melalui
kelompok remaja dan orang tua seperti karang taruna, remaja masjid,
perusahaan, remaja gereja, PKK, pramuka, pengajian dan arisan
c. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus dapat
dilayani. Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan remaja yang

3
memperoleh informasi dan layanan KRR. Melalui perusahaan di tempat mereka
bekerja.

Kebijakan program departemen kesehatan dalam kesehatan reproduksi remaja.

a. Pembinaan KRR untuk remaja awal, remaja tengah, dan remaja akhir.
b. Pembinaan KRR dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektoral.
c. Pembinaan KRR dilaksanakan melalui jaringan pelayanan kesehatan dasar dan
rujukannya
d. Pembinaan KRR dapat dilakukan pada 4 daerah tangkapan, yaitu rumah,
sekolah, masyarakat dan semua pelayanan kesehatan.
e. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial di keluarga, serta remaja
sendiri.

Berbagai keadaan yang memengaruhi kesehatan reproduksi remaja dan cara


penaggulangannya:

a. Masalah gizi, meliputi:


1) Anemia
Anemia sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
terutama pada wanita. Kondisi ini akan sangat berbahaya pada wanita.
Kondisi ini akan sangat berbahaya ketika hamil dan melahirkan. Hal
tersebut dapat menyebabkan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Di
samping itu, anemia juga dapat mengakibatkan kematian ibu maupun
bayi pada waktu proses persalinan.
2) Kekurangan zat gizi lainnya, seperti kekurangan vitamin, mineral, atau
protein dan sebagainya yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit dan
berujung pada gangguan kesehatan reproduksi.
3) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, mengakibatkan
panggul sempit dan berisiko melahirkan BBLR
4) Penyakit lain, akibat infeksi atau yang berkaitan dengan keturunan,
sangat mungkin berpengaruh pada kesehatan remaja yang pada akhirnya
juga berpengaruh pada kesehatan reproduksi.

4
b. Masalah pendidikan meliputi:
1) Buta huruf mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap
informasi yang dibutuhkan dan mungkin kurang mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
2) Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu
memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkelurga dan hal ini akan
berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan meliputi:
1) Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan
remaja yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja
2) Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan
merusak kesehatan fisik, mental, dan emosi remaja.
d. Masalah seks dan seksualitas meliputi:
1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas misalnya mitos yang tidak benar.
2) Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan seksualitas
3) Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA yang mengarah ke
penularan HIV/AIDS.
4) Penyalahgunaan seksual.
5) Kehamilan remaja
e. Masalah kesehatan reproduksi meliputi:
1) Ketidakmatangan secara fisik dan mental.
2) Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar.
3) Kehilangan kesemptan untuk pengembangan diri remaja.
4) Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

Berbagai keadaan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cra


memberi pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi pada remaja.
Pengetahuan dasar tersebut adalah sebagai berikut.

5
a. Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa
subur, anemia, dan kesehatan reproduksi.
b. Kehamilan dan melahirkan; usia ideal untuk hamil, bahaya hamil
pada usia muda, berbagai aspek kehamilan tidak diinginkan (KTD)
dan abortus.
c. Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual,
akibat pendidikn seks, dan keragaman seks.
d. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
e. Kekerasan seksual dan cara menghindarinya.
f. Bahaya narkoba dan minuman keras pada kesehatan reproduksi

Program ini dapat dilakukan dalam berbagai jalur, antara lain jalur
sekolah melalui kegiatan ekstrakulikuler dan jalur kelompok yang ada
di masyarakat, seperti pramuka, karang taruna, pengajian remaja
ataupun orang tua, kelompok arisan dan lain sebagainya. Program ini
juga dapat memanfaatkan media massa, seperti radio, ataupun media
cetak. Melalui radio, kita dapat mengintegrasikan program ini dalam
siaran yang khusus membahas masalah remaja atau kita sendiri dapat
mengembangkan program radio interaktif yang membahas masalah
kesehatan reproduksi remaja. Kita dapat pula mengembangkan pusat
informasi dan konseling remaja.

Upaya pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan secara


umum untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja sebagai
unsur kesehatan lingkungan, guna membina kesehatan diri dan
lingkungannya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan
peran akhirnya dalam pembangunan nasional. Secara khusus pembinaan
ini bertujuan untuk:

Meningkatkan pengetahuan remaja tentang pertumbuhan


dan perkembangan biologis yang terjadi pada dirinya.
a. Menurunkan angka kehamilan di kalangan remaja.

6
b. Menurunkan angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan
remaja.
c. Menurunkan angka kejadian penyakit akibat hubungan
seksual di kalangan remaja.
d. Meningkatkan peran serta remaja dalam upaya pembinaan
kesehatan dirinya
e. Meningkatkan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam
upaya pembinaan kesehatan remaja.
B. ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA WUS (WANITA USIA SUBUR)
Pengertian
WUS (Wanita Usia Subur) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya
berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung
lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia
ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an presentasenya menurun
hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi
40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.
Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu
pemeliharaan keadaan alat kelaminya dengan rajin membersihkannya. Oleh karena itu
WUS dianjurkan untuk merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara
lain dengan melihat siklus haidnya.

Pembekalan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita


a. Personal Hygiene, misalnya :
· Mandi 2x sehari
· Ganti pakaian dalam setiap hari
· Hindari keadaan lembab di vagina
· Mamakai pembalut yang tidak mengandung zat berbahaya
(berbahaya ditandai dengan mudah rusaknya pembalut jika terkena air)
· Ganti pembalut maksimal tiap 6 jam atau bila sudah penuh oleh darah haid
· Cebok dari arah depan ke belakang
· Hindari penggunaan sabun/cairan pembersih vagina.

7
b. Gizi
· Hindari 5 P (Pewarna, pengawet, penyedap, pengenyal,
· Konsumsi buah dan sayuran.
c. Perilaku seks
· Hindari perilaku seks bebas diluar nikah.

C. ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA LANSIA


Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia yaitu masalah kesehatan
reproduksi. Program kesehatan pada lanjut usia sering hanya menitikberatkan pada
pelayanan penyakit akibat proses degeneratif seperti hipertensi, stroke, diabetes mellitus,
dan rdang sendi atau rematik. Padahal lanjut usia juga mempunyai masalah dalam
kesehatan reproduksi, utamanya hal ini dirasakan oleh perempuan ketika masa subur
berakhir (menopause). Laki-laki juga mengalami penurunan fungsi seksual dan kesuburan
(andropause), walaupun hal ini terjadi pada usia yang lebih lanjut lagi jika dibandingkan
usia menopause yang dialami oleh perempuan
a. Menopause
Berhentinya kemampuan reproduksi perempuan. Biasanya terjdi pada akhir usia
40-an atau awal 50-an yang menandakan akhir dari fase subur kehidupan seseorang
perempuan. Peralihan dari masa reproduksi ke masa non reproduksi biasanya terjadi
selama beberapa tahun, tidak tiba-tiba. Selama masa peralihan ini sebagian perempuan
akan mengalami gangguan, seperti rasa lemah, hot flashes, perubahan suasana hati
yang secara signifikan dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
Saat postmenopause, perempuan dapat mengalami osteoporosis karena kekurangan
estrogen yang merupakan hormone untuk membantu mengatur pengangkutan kalsium
ke dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada perempuan usia 51-
75ntahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Penyakit-penyakit
lah yang dapat timbul akibat menurunnya kadar estrogen diantaranya penyakit jantung
coroner, kepikunan (demensia tipe alzheimer) sehingga menyebabkan kesulitan
konsentrasi, kehilangan ingatan pada peristiwa jangka pendek.
b. Andropause

8
Istilah andropause pada laki-laki masih merupakan sesuatu hal yang baru dan
belum terbiasa didengar, bahkan sebagian orang meragukan adanya keluhan yang
timbul berkaitan dengan penurunan fungsi hormone androgen pada laki-laki berusia di
atas 55 tahun. Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa penurunan fungsi
testosterone pada laki-laki di usia lebih dari 50 tahun keinginan seksual/libido,
kekurangan tenaga, penurunan kekuatan otot, sedih dan sering marah tanpa sebab yang
jelas, berkurangnya kemampuan ereksi, mudah mengantuk dan lain-lain
c. Gangguan seksual
Seks sering dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibahas pada masa lanjut usia.
Namun hal ini perlu didiskusikan agar mendapatkan pemahaman yang benar.
Kemampuan hubungan seksual dapat bertahan sampai oranfg mencapai lansia dengan
tingkat penurunan yang berbeda-beda antara satu dengan yang dari masing-masing
individu, seperti penurunan hormone dan penyakit yang menyertai.
Sebagai contoh gangguan seksual yang terjadi pada laki-laki lansia adalah gangguan
fungsi ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan mempertahankan
ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat antihipertensi, diabetes mellitus
dengan kadar gula darah yang tidak terkendali, merokok dan hipertensi lama.
Sedangkan pada perempuan lansia masalah-masalah tersebut diantaranya dapat
berupa penurunan hasrat berhubungan seksual, masalah lubrikasi vagina memerlukan
waktu yang lama, sekresi vagina berkurang keasaman yang berakibat meningkatnya
terjadi kemungkinan infeksi, dan bila terjadi hubungan seksual dapat terjadi iritasi
pada kandung kemih dan uretra bahkan terjadinya anorgasme, dyspareunia dan
berbagai keluhan lainnya.

9
Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi terhadap Lansia:

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a) Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1) Mengurangi cedera
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b) Preventif
Pencegahan primer, meliputi :
1) program imunisasi
2) konseling
3) dukungan nutrisi
4) exercise
5) keamanan di dalam dan sekitar rumah
6) manajemen stres
7) menggunakan medikasi yang tepat.
Pencegahan sekuder, meliputi:
Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder :
1) kontrol hipertensi
2) deteksi dan pengobatan kanker
3) skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
Pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat
Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
bnerfungsi

10
c) Rehabilitatif, prinsip rehabilitative meliputi :
1) Pertahankan lingkungan aman
2) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3) Pertahankan kecukupan gizi
4) Pertahankan fungsi pernafasan
5) Pertahankan aliran darah
6) Pertahankan kulit
7) Pertahankan fungsi pencernaan
8) Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9) Meningkatkan fungsi psikososial
10) Pertahankan komunikasi

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara menyuluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi
Ruang lingkup kesehatan reproduksi:
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk PMS,
HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan penanganan infertilitas
7. Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
B. SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya referensi yang berkaitan dengan judul makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan penulis khusunya pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA
Wiji Lestari Tri, S.ST, M.Kes.(2014) Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Berbasis Kompetensi.
EGC.Jakarta
Depkes RI.(2014) Pedoman Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu.
Kementrian Kesehatan RI.

13

Anda mungkin juga menyukai