Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “ A’’ DENGAN DIARE AKUT

DEHIDRASI RINGAN SEDANG DI UNIT KESEHATAN ANAK

RSUD Dr. H. MOHAMAD RABAIN MUARA ENIM

TAHUN 2019

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

1. SHELLY SAGITA (PO.71.24.1.17.035)


2. SITI AZARIA MULTAZAM (PO.71.24.1.17.036)
3. SRI WAHYUNI (PO.71.24.1.17.037)
4. TASHA ANANDA RONEKA (PO.71.24.1.17.038)
5. VIOLETA PUTRI S (PO.71.24.1.17.039)
6. WIDIA RAMADANI (PO.71.24.1.17.040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puju syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan pada Anak “A” dengan Diare Akut Ringan Sedang di Unit Kesehatan
Anak RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim Tahun 2019”.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan praktik
kebidanan di RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim. Pada kesempatan ini kami
melakukan pengkajian data di Unit Kesehatan Anak RSUD Dr. H. M. Rabain Muara
Enim. Makalah ini tidak terlepas dari partisipasi berbagai pihak yang telah ikut serta
dalam memberikan masukan dan saran dan bimbingan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ini menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat :

1. Direktur RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim


2. Ibu Dewi Sartika, S.Kep, Ners. sebagai Kepala Ruangan Unit Kesehatan Anak
RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim dan Pembimbing Lapangan di RSUD
Dr. H. M. Rabain Muara Enim.
3. Ibu Rina Nursanti SKM, M.Kes sebagai Pembimbing Akademik.
4. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah seminar praktik
kebidanan ini

Muara Enim, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan Umum dan Khusus.............................................................................2

1.4 Manfaat...........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4

2.1 Pengertian Diare..............................................................................................4

2.2 Jenis-Jenis Diare.............................................................................................5

2.3 Etiologi............................................................................................................5

2.4 Tanda dan Gejala............................................................................................6

2.5 Patofisiologi....................................................................................................6

2.6 Pemeriksaan Laboratorium.............................................................................7

2.7 Komplikasi......................................................................................................8

BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................11

BAB IV PENUTUP..................................................................................................21

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................21

4.2 Saran...............................................................................................................21

Daftar Pustaka............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit
yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di
bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap
penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang
menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada
sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai
pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti
itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua.  sehingga
mungkin saja diare akan membahayakan anak.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak
saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Diare akut merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara berkembang.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)
dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air
besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi 3 kali
atau lebih selama 1 hari atau lebih.
Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5
tahun meninggal setiap tahunnya, sekitar 20 % meninggal karena infeksi
diare. Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya.
Di dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana
sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Meskipun
mortalitas dari diare dapat diturunkan dengan program rehidrasi/terapi cairan
namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Pada saat ini angka kematian
yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun.

1
Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit, protozoa, dan penularan nya
secara fekal-oral. Berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,
termasuk sindroma malabsorpsi. Diare dapat mengenai semua kelompok
umur dan berbagai golongan sosial, baik di negara maju maupun di negara
berkembang, dan erat hubungannya dengan kemiskinan serta lingkungan
yang tidak higienis.
Virus merupakan penyebab diare tersering dan umumnya bersifat self-
limiting. Sehingga hal yang penting dalam terapi diare adalah mencegah
komplikasi diare seperti dehidrasi. Penyebab utama kematian akibat diare
adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana
kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang
cepat dan tepat.
Sebagai seorang bidan yang akan terjun di dalam masyarakat,
pemahaman tentang tatalaksana diare sangatlah penting agar dapat
melakukan terapi maupun edukasi kepada masyarakat mengenai pencegahan
diare. Diharapkan dengan penulisan laporan kasus ini dapat memberikan
tambahan pengetahuan mengenai penyakit diare.

1.2 Rumusan Masalah


1.         Sebutkan  jenis-jenis diare.?
2.         Apa sajakah penyebab diare ?
3.         Bagaimana patofisiologi terjadinya diare ?
4.         Sebutkan tanda dan gejala diare ?
5.         Apa akibat dari penyakit diare ?

1.3   Tujuan Umum dan Khusus

1.      Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendapatkan gambaran isu
dan penatalaksanaan penanganan penyakit diare.

2
2.      Tujuan khusus

1.  Mampu memberikan keperawatan yang tepat untuk pasien.


2.  Agar dapat mengetahui penyebab diare.
3.  Agar dapat mengetahui gejala diare.
4.  Agar dapat mengetahui cara penanggulangan diare.
5.  Agar dapat mengetahui cara pencegahan diare.

1.4   Manfaat

1.   Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare


dan mampu menerapkan teori–teori yang di dapat di dalam institusi
pendidikan.
2.   Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan di bidang
profesi kebidanan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Diare

Diare adalah peradangan pada mukosa lambung dan usus halus (Lewis,
2000). Diare adalah inflamasi membran-membran mukosa lambung dan usus
halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan
cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit
(Cecyly, 2002). Menurut (Ardiansah, 2012) Diare adalah radang pada lambung
dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan
sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.

2.2 Jenis-jenis Diare

1.      Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki
urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2.      Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi
laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke
orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali
oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan
maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai
hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3.      Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan
diare akut.

4
2.3 Etiologi
Etiologi menurut (Sudoyo, 2009) memiliki beberapa faktor :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan akibat utama


penyebab diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut :

1. Infeksi bakteri : vibrio, e coli, salmonella, shigella dan aeromonas


2. Infeksi virus : entero virus (virus echo, virus coxsakria,
poliomyelitis)
3. Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, yuris) protozoa, jamur

b. Infeksi parental : ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti tongilitis,


dan ensefalitis.

2. Faktor malabsorpsi

a. Malabsorpsi karbohidrat
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein

3. Faktor makanan seperti makanan basi atau makanan beracun.

4. Faktor psikologis seperti rasa cemas dan takut yang berlebihan.

2.4 Tanda dan Gejala


1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam.
2. Mual diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi lambung melalui
perut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan terjadinya muntah.
Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral medula oblongata yang
berdekatan pada pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan, fasomotor,
dan fungsi otonom lain.

5
3. Nyeri perut banyak penderita yang mengeluh sakit perut. Rasa sakit perut
banyak jenisnya. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan
berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum akan timbul nyeri yang
berhubungan dengan makanan dan berpusat pada garis tengah epigastrium.
Pada usus halus akan timbul nyeri disekitar umdilikus yang mungkin dapat
menjalar kepunggung bagian tengah.
4. Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu (set point)
hipotalamus (Sylvia A Price, 2005).

2.5. Patofisiologi 
Menurut Muttaqin (2011), peradangan pada diare disebabkan oleh
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin
dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Diskin (2008) adapun mekanisme dasar yang menyebabkan
diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.  Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus,
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :

6
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah).
3. Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.

2.6 Pemeriksaan Laboratorium


a. Test feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan yang
bakterial).
b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus atau pus.
c. Darah lengkap dengan diferensia.
d. Uji antigen imonosasi enzim untuk memastikan rotavirus.
e. Kultur feses (jika anak dihospilitasi jus dalam feses atau diare yang
berkepanjangan) untuk menentukan patogen.
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit.
g. Aspirasi duodenum ( jika diduga coli lambilia).

2.7 Komplikasi
Bila diare berlangsung terus maka dapat timbul :

 Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehilangan terlalu banyak cairan


dengan tanda mukosa bibir kering, turtgor kulit jelek, urine pekat, mata
cekung.
a. Menurut Mentes dan Kang (2013) dehidrasi adalah suatu keadaan
penurunan total air di dalam tubuh karena hilangnya cairan secara
patologis, asupan air tidak adekuat, atau kombinasi keduanya. Dehidrasi
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah yang
masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya
elektrolit. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air
yang disebabkan pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam
tubuh sehingga jumlah air pada tubuh berkurang (Prescilla, 2009).
b. Klasifikasi derajat dehidrasi Menurut Lekasana (2015) derajat dehidrasi
berdasarkan persentase kehilangan air dari berat badan :

7
1) Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari berat badan.
2) Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan.
3) Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan.
c. Klasifikasi tingkatan dehidrasi menurut WHO.
 Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat
badan). Gejala :
a. Muka memerah.
b. Rasa sangat haus.
c. Kulit kering dan pecah-pecah.
d. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari
biasanya.
e. Pusing dan lemah.
f. Kram otot terutama pada kaki dan tangan.
g. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya.
h. Sering mengantuk.
i. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.
 Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen
dari berat badan).
Gejala:
a. Gelisah, cengeng.
b. Kehausan.
c. Mata cekung.
d. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak
segera kembali ke posisi semula.
e. Tekanan darah menurun.
f. Pingsan.
g. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung.
h. Kejang.
i. Perut kembung.
j. Gagal jantung.
k. Ubun-ubun cekung.
l. Denyut nadi cepat dan lemah.

8
 Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari
berat badan).
Gejala:
a. Berak cair terus-menerus.
b. Muntah terus-menerus.
c. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk.
d. Tidak bisa minum, tidak mau makan.
e. Mata cekung, bibir kering dan biru.
f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik.
g. Kesadaran berkurang,tidak buang air kecil.
h. Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab.
i. Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba.
j. Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur.
k. Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan.

1. Syok hipovolemik merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume


cairan yang terlampau berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan
sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat
menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah
menurun, pasien geisha, muka pucat, ekstrenitas dingin dan radang
sianoar.
2. Hipokalemia (hipotomi otot, lemah, bradikardia, disritnia jantung).
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kehilangan
elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot skeletal
dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan
mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa
menimbulakan disritmia, konraksi yang kurang menyebabkan bradikardia,
meteorismus, pada otot menimbulkan kelemahan dan hipotoni otot.
3. Kejang merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan
oksigen terutama otak, hal ini diakibatakan oleh adanya gangguan

9
biokimia dalam tubuh yang menandakan tubuh kekurangan oksigen.
Biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan asidosis metabolik sehingga
aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan ke organ – organ tubuh
yang vital.
4. Malnutrisi hal ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat
menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang ditandai berat badan turun,
konjungtiva anemis, badan lemas.
5. Asidosis Metabolik disebabkan karena tubuh kehilangan bikarbonat.
Perbandingan bikarbonat dan asam karbonat berkurang, yang
mengakibatkan ph darah menurun (menjadikan lebih asam/asidosis).
Sedangkan pada proses metabolisme dengan menggunakan C02 sehingga
dalam tubuh terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis
metabolik. (Syaifuddin, 2006).

10
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “ A’’ DENGAN DIARE AKUT

DEHIDRASI RINGAN SEDANG DI UNIT KESEHATAN ANAK

RSUD Dr. H. MOHAMAD RABAIN MUARA ENIM

TAHUN 2019

Pengkajian Oleh : Kelompok 6


Tanggal Pengkajian : 9 September 2019, jam: 14:30
Tanggal MRS : 9 September 2019, jam: 08:15
Biodata Anak
Nama : An “ A “
Ttl : Muara Enim, 13 Desember 2017
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 2 Tahun
Biodata Orang Tua
Nama Ibu : Ny “ D “ Nama Ayah : Tn” F “
Umur : 30 Tahun Umur : 34 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.H Pangeran Danal Muara Enim

11
1. DATA SUBJEKTIF

A. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan anaknya BAB cair hingga 10x/hari.

B.RIWAYAT KESEHATAN
Ibu mengatakan anak tidak memiliki riwayat penyakit menular dan
menurun yang pernah diderita.

C. RIWAYAT IMUNISASI

JENIS 0 I II III IV
BCG √
HEPATITIS √
B
POLIO √ √ √ √
DPT,HB,HI √ √ √
B
CAMPAK √

D.KEBUTUHAN ELIMINASI
1. BAK 2. BAB
Frekuensi : 4x/hari Frekuensi : 10x/hari
Warna : kuning pekat Konsistensi : cair
Keluhan : tidak ada keluhan : Mulas pada perut

II. DATA OBJEKTIF


A.PEMERIKSAAN UTAMA
Keadaan umum : Lemah

12
Kesadaran : Compos mentis
TTV : N : 106 x/menit T : 36,5 °C
RR : 24 x/menit

B.PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI
Berat badan sebelum MRS : 13 kg
Berat badan sesudah MRS : 12 kg
Panjang badan : 87 cm
Lingkar kepala : 47 cm
Lingkar dada : 50 cm

C.PEMERIKSAAN KHUSUS

Kepala : bersih, ubun-ubun terlihat cekung.


Muka : tidak pucat, tidak ada sindrom down.
Mata : tidak ikterik, mata terlihat cekung dan konjungtiva merah
muda.
Hidung : tidak ada polip dan bersih.
Telinga : bersih dan tidak ada infeksi.
Mulut : lidah dan bibir terlihat kering.
Leher : tidak ada pembengkakan vena jugularis.
Dada : tidak ada retraksi dinding dada.
Perut : bising usus meningkat dan turgor kulit kembali lambat.
Genetalia : tidak ada kelainan.
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada polidaktil/sindaktil dan akral hangat.
Bawah : simetris, tidak ada polidaktil/sindaktil dan akral hangat.
Anus : berlubang dan tidak ada ruam popok.

D.POLA NUTRISI

13
Jenis : susu formula
Frekuensi : 3 kali 120 cc
Pola makan
Frekuensi : 3x/hari
Pagi : Nasi, lauk/pauk,dan sayuran.
Siang : Nasi,lauk/pauk,dan sayuran.
Malam : nasi,lauk/pauk,dan sayuran.

E. PERKEMBANGAN
Motorik kasar : baik, anak sudah bisa berjalan dengan lancar.
Motorik halus : baik, anak sudah bisa makan sendiri walaupun masih
berantakan.
Bahasa dan berbicara : baik, anak sudah bisa menirukan perkataan seseorang.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Tidak dilakukan.

G. ASSESMEN RESIKO JATUH


Skala “Humpty Dumpty”
Skor : 10 (Resiko jatuh rendah).

III.ANALISA DATA
Diagnosa : diare akut dan dehidrasi ringan sedang.

IV : PENATALAKSANAAN
1. Memperkenalkan diri pada pasien (bidan atau perawat) yang dinas pada hari itu
di setiap pergantian shift.
2. Menanyakan identitas pasien (nama, No. RM dan tanggal lahir) yang
disesuaikan dengan gelas identitas pasien sebelum melakukan tindakan pasien.

14
3. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
4. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi pasien.
5. Memberitahu ibu bahwa anaknya diare.
6. Anjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum air putih
± 1500 ml/hari atau 6 gelas/hari.
7. Kolaborasi dalam pemberian obat.
 IVFD RL 1 KOLF/ 4 JAM → KAEN 3B gtt X x/Menit.
 Pct Syrup 3x1 cth
 Omeprazole 1x10 mg /iv
 L.Bio 2x1 sachet
 L.Zinc 1x2 cth
 Ceftriaxone 1x800 mg/ iv
 Ondasentron 1x1 mg/iv (k/p).
8. Memberikan KIE tentang kebersihan dan personal hygiene.
9. Memberikan KIE tentang cuci tangan 6 langkah efektif.

CATATAN PERKEMBANGAN

Jtangga Puku Profesi Catatan Perkembangan Terintegrasi Paraf Dan

l l Nama
09-09- 08.30 Perawat S : Ibu os mengatakan anaknya mencret 4x.
2019 O: KU lemah, turgor kulit kembali lambat.
N : 106 x/m T : 37,5 C RR : 24 x/m
A:Diare akut dehidrasi ringan sedang dan
peningkatan suhu tubuh.
P:
 Mengobservasi KU dan TTV
 Mengobservasi BAB (frekuensi,
konsistensi).
 Mengobservasi tetesan infus KAEN 3B
dengan gtt X x/menit kolf 1.
 Menganjurkan ibu untuk terus memberi

15
minum dan makan yang cukup pada anak.
 Memberikan KIE tentang cuci tangan
6 langkah efektif.
 Memberikan therapy obat;
1. Inj.ceftriaxone 1×800mg.
2. Inj.omefrazole 1x10mg.
3. Inj.ondansentron 1x1 mg.
4. L-Zinc 1x2 sachet.
L-Bio 1x1 sachet.

09-09- 15.30 S : mencret (+) 5x/h , cair ( + ) , demam ( - ) ,


2019 lendir ( - ) , darah ( - ) , batuk ( - ) , BAK normal.
O : kesadaran : compos mentis , N : 114 x/menit ,
RR: 35 x/menit T : 36,5ºC
A: Diare akut dehidrasi ringan sedang
P:
 Mengobservasi KU dan TTV.
 Mengobservasi BAB (frekuensi,
konsistensi).
 Mengobservasi tetesan infus KAEN 3B
dengan gtt X x/menit kolf 2.
 Menganjurkan ibu untuk terus memberi
minum dan makan yang cukup pada
anaknya
 Kolaborasi dalam pemberian therapi
L-bio 1x1 sachet

09-09- 22.00 Perawat S : ibu os mengatakan anaknya masih mencret


2019 frekuensi 3x.
O : KU lemah.
A : diare akut dehidrasi ringan sedang.
P:

16
 Mengobservasi ku dan ttv.
 Mengobservasi BAB (frekuensi ,
kosistensi ).
 Mengobservasi tetesan infus KAEN 3B
dengan gtt X x/menit kolf 2.
 Mengobservasi pola tidur pasien (pasien
tidur pukul 21:00 WIB)

10-09- 10.00 Perawat S : ibu os mengatakan anaknya masih bab cair 3x.
2019 O : T = 36,5oC RR=24x/m N : 83 x/m , KU
lemah, turgor kulit kembali lambat.
A : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
P:
 Mengobservasi keadaan pasien dan TTV
 Mengobservasi BAB (frekuensi,
konsistensi).
 Mengobservasi tetesan infus
KAEN 3B dengan gtt X x/menit kolf 3.
 Menganjurkan ibu untuk terus memberi
minum dan makan yang cukup pada anak
 Kolaborasi pemberian therapy obat;
1. Inj.ceftriaxone 1×800mg.
2. Inj.ondansentron 1x1 mg (k/p)
3. L-Zinc 1x1 cth
4. L-Bio 1x1 sachet.

10-09- 15:00 Perawat S : ibu os mengatakan anaknya masih mencret 3x


2019 O : T = 36,5oC , RR=24×/m, N : 80x/menit ,
KU lemah , turgor kulit kembali lambat.
A : diare akut dehidrasi ringan sedang.
P:
 Mengobservasi keadaan pasien dan TTV.

17
 Mengobservasi BAB (frekuensi ,
konsistensi).
 Mengobservasi tetesan infus
KAEN 3B dengan gtt X x/menit kolf 3.
 Menganjurkan ibu untuk terus memberi
minum dan makan yang cukup pada anak
 Kolaborasi pemberian therapy obat.
L-Bio 1x1 sachet.

10-09- 22.00 Perawat S : ibu os mengatakan anaknya masih mencret 2x


2019 O : KU lemah, BAB cair frekuensi 4x
T = 36,5oC, RR=22×/m, N : 80x/menit
A : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
P:
 Mengobservasi KU dan TTV
 Mengobservasi pola tidur pasien (pasien
tidur pukul 22:00 wib
 Mengobservasi BAB (frekuensi ,
konsistensi).
 Mengobservasi tetesan infus KAEN 3B
dengan gtt X x/menit kolf 4.

11-09- 07.30 Dokter S : ibu mengatakan frekuensi BAB anaknya 1x ,


2019 ampas ( + ), flatus menurun.
O : BAB tampak cair frekuensi 1x.
N = 105×/m.
Rr = 28×/m.
T=36,2oC.
Turgor kulit normal.
A : Diare akut terehidrasi.

P:

18
 Mengobservasi TTV dan KU
 Mengobservasi cairan IVFD KAEN 3B
X gtt x/m kolf 4.
 Kolaborasi pemberian therapy obat;
1. Cefriaxon 1x800 mg / iv.
2. L-Bio 1x1 sachet.
3. L zinc 1x2 cth.
11-09- 15:00 Perawat S : ibu os mengatakan anaknya tidak mencret
2019 lagi.
O : KU : baik , N = 105×/m ,RR = 28×/m,
T=36,2oC.
A : Diare terehidrasi.
P:
 Mengobservasi KU dan TTV.
 Mengobservasi tetesan infus KAEN 3B
dengan gtt X x/menit kolf 5.
 Menganjurkan ibu untuk terus memberi
minum dan makan yang cukup pada
anaknya
 Kolaborasi dalam pemberian therapi
L-bio 1x1 sachet

11-09- 23.00 Perawat S : ibu os mengatakan anaknya tidak mencret


2019 lagi.
O : ku baik , N = 105×/m.
RR= 28×/m, T= 36,2oC.
A : Diare Terehidrasi.
P:
 Mengobservasi KU dan TTV.
Mengobservasi tetesan infus KAEN 3B
dengan gtt X x/menit kolf 5.
 Menganjurkan ibu untuk terus memberi

19
minum dan makan yang cukup pada
anaknya

12-09- 10.30 Dokter S : ibu mengatakan anaknya tidak mencret lagi.


2019 O : HR= 105×/m.
RR= 28×/m.
T= 36,2oc .
A : - ( Pasien boleh rawat jalan )
P:
 Memberikan KIE tentang cuci tangan 6
langkah efektif.
 Memberikan KIE nutrisi yang diperlukan
oleh balita
 IVFD pasien di up
 Lepas gelang identitas pasien
 Memberikan resume medis pasien pulang
 Menjelaskan obat pulang (L-Zink 1×2 cth.
Diteruskan hingga 6 hari dirumah).
 Meminta keluarga pasien untuk kontrol ke
poli anak sesuai tanggal yang dianjurkan.

BAB IV

20
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dan biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cair, padat. Disertai pula frekuensi detekasi yang meningkat (Mansjoer,1999).
Menurut WHO (1997) diare adalah buasngair besar atau cair lebih dari tiga kali.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Diare adalah peradangan pada
lambung dan usus yang memberikan gejala diare yaitu buang air besar lebih dari
3 x dengan konsistensi cair dengan atau tanpa lendir dan darah (Ngatiyah, 1997).

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan beberapa saran yang


bermanfaat:

1. Bagi Ibu dan Keluarga


a. Perlu peningkatan pemahaman tentang penyakit diare pada balita dengan
dehidrasi sedang, bahaya diare dengan dehidrasi sedang dan segera membawa
ke petugas kesehatan bila balita mengalami tanda bahaya.
b. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita dengan
diare sehingga dapat melakukan penanganan segera terhadap penyakit diare
dengan dehidrasi sedang.

2. Bagi Bidan/ Tenaga Kesehatan

Bidan atau tenaga kesehatan dapat segera mengidentifikasi tanda dan gejala
penyakit diare dengan dengan dehidrasi sedang sehingga dapat melakukan
antisipasi/ tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan pada balita
dengan dehidrasi sedang agar tidak terjadi diare dengan dehidrasi berat.

3. Bagi RSUD

21
Disarankan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan dehidrasi ringan
sedang secara optimal melalui penanganan yang cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

22
Adisasmito W. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia:
systematic review penelitian akademik bidang Kesehatan Masyarakat. Makara
Kesehatan. Juni 2007: 1-10.

Depertemen Kesehatan RI. 2009. Tatalaksana Penderita Diare. 4 Juli


2016.

Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit


Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL

Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai