Anda di halaman 1dari 89

Makalah tromboflebitis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itulah penting sekali
untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan,
khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska persalinan di
ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus
uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak
akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu
dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa jam
pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan uterus untuk
memastikan uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan harus
diawasi. Tidak dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca
persalinan atau hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu
sedikit naik antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya
laktasi. Dalam hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas
puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari.
Dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4x sehari secara oral
(dari mulu
t). Beberapa faktor predisposisi:
1. Kurang gizi atau nutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah:
a. Partus lama atau macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatic
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman
datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan endogen (dari
jalan lahir sendiri):
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia coli
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks,
dan endometrium dan Infeksi yang menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah vena,
pembuluh limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh tromboflebitis seperti pada
kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska persalinan terjadi empat jam setelah
kelahiran bayi. Karena itu penting sekali memantau tromboflebitis secara ketat, khusunya
kejadian saat persalinan dilakukan.Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis
segera periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang biasa.
Kita harus dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan flebotrombosis
ataupun radang biasa.Oleh karena itu, kita harus tahu sebenarnya gejala dari keduanya agar
dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap dalam menanganinya,agar jangan sampai ke
tahap yang lebih parah.
Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah,risiko tromboflebitis vena kaki atau pelvis
meningkat setelah kehamilan atau operasi.
Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1 dalam 95
bagi pasien-pasien postpartum.Insiden tromboflebitis profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien
antepartum dan 1 dalam 700 pasien postpartum.
Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena(tromboflebitis) antar lain, stasis
(perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah (iritasi lokal dan infeksi),dan
perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?
2. Apa saja klasifikasi dari tromboflebitis?
3. Apa saja manifestasi dari tromboflebitis?
4. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis?
5. Apa saja komplikasi dari tromboflebitis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu trombroflebitis
2. Untuk mengetahui apa sja klasifikasi dari tromboflebitis
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari tromboflebitis
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk kasus tromboflebitis
5. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari tromboflebitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tromboflebitis merupakan trombosis yang diawali dengan peradangan.
Definisi Tromboflebitis secara umum
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat
inflamasi/trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
Definisi Tromboflebitis menurut Adele Pillitteri, 2007
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
Definisi Tromboflebitis menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002
Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran
darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya
Jadi, Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen .

B. Klasifikasi
1. Tromboflebitis Femoralis
Yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan
oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan
pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena
pengaruh infeksi atau venaseksi.
2. Tromboflebitis Pelvik
Mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan
vena hipogastrika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dektra karena infeksi
pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus. Perluasan infeksi dari vena
ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedang perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke
vena kava inferior.Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Bakteri yang biasanya berkaitan dengan tromboflebitis streptokokus anaerob dan
bakteriodes

C. Etiologi
Secara umum etiologi tromboflebitis adalah sebagai berikut:
a. perluasan infeksi endometrium
b. mempunyai varises pada vena
c. obesitas
Faktor Predisposisi Tromboflebitis
1. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis.
2. Episode tromboflebitis sebelumnya
3. Pembedahan obstetric
4. Kelahiran
5. Obesitas
6. Imobilisasi
7. Trauma vaskula
8. Varises
9. Multiparietas
10. Supresi laktasi dengan esterogen
11. Infeksi nifas

D. Patofisiologi
Patofisiologi Tromboflebitis
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau kerusakan
pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang imobilisasi
maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk
mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama,
duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis
flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat suntik
yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin,
amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk
larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika
mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur.
Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
(2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula yang
dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus
dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual
c. Gangguan aliran darah

E. Manifestasi klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri
yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas
vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak
luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada
perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat
dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan
aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena
pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang
dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
1. Pelvio tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari
ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1
jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c. Abses pada pelvis
d. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi
leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur
darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
e. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
f. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada
ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.
2. Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak
naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri,
dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
melus dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan
tendo akhiles (tanda homan positif).

F. Penatalaksanaan
1. Pelvio tromboflebitis
a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik
aseptik yang baik
b. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya
emboli pulmonum
c. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli
pulmonum
d. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk
menjalani pembedahan.
2. Tromboflebitis femoralis
a. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
b. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah untuk mengurangi
rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
c. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk tidak
berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk
memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
d. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
e. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
f. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
g. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
h. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
i. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan
bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki Pasien sehingga aliran darah tidak
terhambat.
j. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
k. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut
dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
l. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji
pendarahan jika Pasien dalam terapi antikoagulan.
m. Adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis,
pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
n. Yakinkan Pasien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena
obat ini tidak akan berada didalam air susu.
o. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
p. Jelaskan pada Pasien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub
kutan Jelaskan kepada Pasien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan
tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang
tepat telah dilakukan.
Pola Pengobatan Tromboflebitis
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan,
bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian
pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
Jika terjadi di daerah selangkangan, trombus bisa masuk ke dalam vena dalam dan terlepas.
Untuk mencegah hal ini, dianjurkan untuk melakukan pembedahan darurat guna mengikat vena
permukaan. Untuk rekomendasi lebih spesifik, lihat kondisi tertentu. Secara umum, pengobatan
dapat mencakup sebagai berikut: Obat analgesik (nyeri obat), antikoagulan atau pengencer darah
untuk mencegah pembentukan gumpalan baru, Trombolitik untuk melarutkan bekuan yang sudah
ada, non-steroid obat anti inflamasi (OAINS), seperti ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan
peradangan, antibiotik (jika infeksi hadir).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena
profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
2. Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
3. Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
4. Biakan darah
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di
antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan
Bakteriodes
5. Pemindai ultrasuond dupleks
dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat
dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten
6. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-vena di
ekstrimitas bawah dan pelvis.
H. Dianogsa Banding
1. Tromboflebitis pelvica
Diagnosa banding dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
a) apendiktis akut
b) kista ovarium yang terpuntir
c) hematoma
d) ligamentum lantum
e) abses pelvis
f) Infeksi traktus urinarius
g) infeksi luka.
2. Tromboflebitis femoralis
Diagnosa banding dari tromboflebitis femoralis antara lain adalah:
a) Selulitis
b) vena varikosa
c) trauma dengan hematoma subfasial
d) limfangitis
e) artritis

I. Komplikasi
1. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
emboli paru septik
septikemia
emfisema
2. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tromboflebitis adalah radang vena yang berhubungan dengan pembentukan trombus.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tromboflebitis cebderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen .
2. Klasifikasi
a. Tromboflebitis Femoralis
b. Tromboflebitis Pelvik
3. Manifestasi klinis :
Pelvio tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari
ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1
jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
c. Abses pada pelvis
d. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi
leukopenia).
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur
darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
3) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
4) Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada
ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.
Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak
naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri,
dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
melus dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan
tendo akhiles (tanda homan positif).
4. Pengobatan
Flebitis superfisialis sering menghilang dengan sendirinya. Untuk mengurangi nyeri bisa
diberikan obat pereda nyeri (misalnya Aspirin, ibuprofen). Untuk mempercepat penyembuhan,
bisa disuntikkan anestesi (obat bius) lokal, dilakukan pengangkatan trombus dan kemudian
pemakaian perban kompresi selama beberapa hari.
5. Komplikasi
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
1) emboli paru septik
2) septikemia
3) emfisema
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling serius adalah emboli paru.
B. Saran
1. Kepada klien agar lebih mengetahui tentang tromboflebitis baik pengertian maupun gejalanya,
sehingga apabila dijumpai tanda gejala tromboflebitis tersebut maka klien segera ke tempat
pelayanan kesehatan.
2. Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila menemui
kasus tromboflebitis, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
3. Kepada pembaca agar memahami apa itu tromboflebitis dan pencegahan yang dapat dilakukan,
sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary. dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Djojosugito, Ahmad. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
FKUI. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
www. Docstoc. com/ docs/ 85267770/ Tromboflebitis-Pasca-Partum. Diakses pada tanggal 16
April 2013, pukul 15.00 WIB.
Goodshoot. Word press. Com/2011/ 06/ 18/ Makalah-Trombosis/ Diakses pada tanggal 16 April
2013, pukul 15.10 WIB.
INFEKSI PADA MASA NIFAS
TROMBOFLEBITIS DAN ENDOMETRITIS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Asuhan kebidanan Nifas
Semester III
Dosen Pengampu : Dra. Imbarwati M. Kes

Disusun Oleh :
Lina Fathma
(121150)

AKADEMI KEBIDANAN ABDI HUSADA


SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bimbingan pengalaman dan
bantuan dari berbagai pihak untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang
kesehatan. Khususnya kami mahasiswa Akademi Kebidanan yang masih butuh banyak
bimbingan dan pengajaran yang baik dan benar. Untuk itu kami ucapkan banyak Terima Kasih
kepada :

1. Dra. Tatik Indrawati selaku direktur Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang
2. Dra. Imbarwati M.Kes selaku kepala pembimbing dan pengampu mata kuliah asuhan kebidanan
masa nifas
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral, material dan spiritual

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengkajian makalah ini masih banyak


kekurangannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di waktu yang akan datang.
Demikian, Terima kasih.

Semarang , Desember 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-
alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan. Masa nifas merupakan
masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50%
dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pascasalin merupakan penyebab kematian ibu, terutama setelah 2 jam
pertama yang kemungkinannya sangat tinggi, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan
rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Infeksi pada masa nifas diantaranya yaitu Tromboflebitis dan Endometrisis. Tromboflebitis yaitu
penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab terpenting dari kematian
karena infeksi peurperalis, infeksi puerperalis yaitu infeksi nifas yang mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman – kuman ke dalam alat genetalia wanita
pada waktu persalinan dan nifas. Tromboflebitis yaitu suatu peradangan yang disebabkan oleh
infeksi atau cedera vena. Radang vena golongan 1 disebut Pelviotromboflebitis atau
tromboflebitis pelvis dan infeksi vena 2 disebut tromboflebitis femoralis.
Sedangkan infeksi nifas Endometritis yaitu peradangan yang terjadi pada endometrium pada
lapisan sebelah dalam. Sama-sama kita ketahui bahwa peradangan endometrium pada masa nifas
diindonesia masih tinggi karena kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam penanganan
mengenai hal ini baik dalam masa kehamilan maupun persalinan.
Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga personal higiene,
kurangnya pengetahuan tentang dampak jangka pendek dan jangka panjang endometritis bagi ibu
menjadi salah faktor atau dasar bagi penulis untuk membahas tentang infeksi nifas mengenai
endometritis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui pengertian tromboflebitis dan Endometritis
2. Mengetahui kalsifikasi tromboflebitis dan Endometritis
3. Mengetahui penyebab tromboflebitis dan Endometritis

C. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Masa nifas.
b. Untuk memperoleh pengalaman terhadap penatalaksanaan pada ibu post partum dengan
tromboflebitis dan endometritis

2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari troboflebitis dan endometritis
b. Mahasiswa dapat mengetahui beberapa penyebab dari tromboflebitis dan endometritis
c. Mahasiswa dapat menegetahui tentang penatalaksanaan dari tromboflebitis dan endometritis
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanda dan gejala dari tromboflebitis dan endometritis
e. Mahasiswa dapat mengetahui penanganan terhadap tromboflebitis dan endometritis

D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi mahasiswa
Agar sebagai bidan nantinya bisa mengaplikasikan ilmu tersebut atau menerapkannya dalam
memberikan asuhan kebidanan pada pasien tromboplebitis dengan baik dan benar.
2. Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan referensi.
3. Bagi kesehatan
Sebagai acuan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pasien tromboflebitis.
BAB II
PEMBAHASAN

I. TROMBOFLEBITIS
A. Definisi
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi mikroorganisme
patogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi
tromboflebitis (YBP-SP, 2002).
Tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena. Istilah trombosis vena lebih sering
diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah,
sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu
penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya inflamasi (DepKes RI, 1990).
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan
darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
(Smeltzer, 2001).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan
kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena
kaki atau lengan. Dengan hati-hati, masalah ini harus diselesaikan sampai dalam waktu 2 sampai
3 minggu. Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga
mempengaruhi vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan
varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis.
Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan trombus untuk tetap
pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan thrombus hilang. Tidak seperti
dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir
trombus. Karena ini, tromboflebitis superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis
yang berulang kali terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau
migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius, seperti kanker
dari organ internal.
Tromboflebitis dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera vena. Penyebab lainnya mungkin
tidak bergerak cukup cepat setelah pembedahan atau beristirahat di tempat tidur untuk waktu
yang lama, mungkin mengenakan gips, merokok, minum pil KB, obat-obatan mungkin melukai
dinding pembuluh darah dan menyebabkan tromboflebitis. Penyebab lainnya mungkin varises,
kehamilan, atau iritasi dari infus di pembuluh darah/ menggunakan intravena (IV) line, atau
setelah trauma pada vena. Ini melibatkan respons peradangan berhubungan dengan gumpalan di
pembuluh darah.
Resiko yang menyebabkan kecenderungan peningkatan pembekuan darah, infeksi, atau
saat terakhir kehamilan, varises, dan kimia atau iritasi lainnya dari daerah. Berkepanjangan
duduk, berdiri, atau imobilisasi meningkatkan risiko. Dangkal tromboflebitis mungkin kadang-
kadang dikaitkan dengan kanker perut (seperti karsinoma pankreas), deep vein thrombosis,
thromboangiitis obliterans, dan (jarang) dengan embolus paru.
Sakit dan pembengkakan lokal berkembang dengan cepat, kulit di atas vena menjadi
merah, dan hangat dan sangat keras. Karena darah di vena yang beku, pembuluh darah terasa
seperti tali yang keras di bawah kulit, tidak lembut seperti normal atau varises vena. Paling
sering, tromboflebitis berkurang dengan sendirinya. Dengan analgesik, seperti aspirin atau yang
lain non-steroid anti-inflamasi (NSAID), biasanya membantu mengurangi rasa sakit. Meskipun
umumnya peradangan reda dalam hitungan hari, beberapa minggu dapat dilalui sebelum
gumpalan dan kelembutan mereda sepenuhnya.
Untuk memberikan bantuan awal, dokter mungkin menyuntikkan bius lokal,
menghilangkan trombus, dan kemudian diperban kompresi, dipakai selama beberapa hari.
Flebitis Superfisialis (Tromboflebitis) adalah peradangan dan pembekuan darah di dalam suatu
vena superfisial (vena permukaan). Tromflebitis superficialis (jempol kaki).

B. Klasifikasi
1. Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis atau tromboflebitis pelvis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika
dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian atas uterus; proses
biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan
perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritonium selaput yang
menutupi vena ovarika dekstra dapat mengalami inflamasi dan dapat menyebabkan perisalpingo-
ooforitis dan periapendistits. Perluasan infeksi dari vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.

b. Tromboflebitis Femoralis (flegmasia alba dolens)


Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis, vena
poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Komplikasi jarang
terjadi, tapi ketika mereka terjadi mereka bisa serius. Komplikasi yang paling serius terjadi
ketika bekuan darah dislodges, bepergian melalui hati dan occluding lebat jaringan kapiler paru-
paru; ini adalah emboli paru-paru dan sangat mengancam nyawa. Gangguan ini berjalan secara
cepat, dapat berlanjut menjadi emboli paru-paru yang berkemampuan menjadi komplikasi fatal.

C. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya turbulensi
darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis
primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises
sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama :
kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi sistemik
dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang
lama
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan keadaan
ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari
pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor intra
abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga
terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. (Adele Pillitteri,
2007)
Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran
vena.

II. ENDOMETRITIS

A. Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G.,
1998).- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. (
Prof.dr.Ida Bagus, ).
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan
jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis.
Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam
populasi. Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal,
seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang
sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan
pada kelahiran yang sukar.
Endometrium adalah lapisan epitel yang melapisi rongga Rahim. Permukaannya terdiri atau
selapis sel kolumnor yang bersilia dengan kelenjar sekresimukosa Rahim yang berbentukinva
ginasi ke dalam stroma selular. (Sarwono,2008)
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan.
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim) yang dapat terjadi
sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam
rahim.

B. Klasifikasi

Menurut Wiknjosastro (2002),


1. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis post partum
regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada
umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus
provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang
banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea
dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan
endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui
pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke
peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-
gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar
leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau
abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine
device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut
tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada
umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang
paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
a. Demam
b. Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar lochea yang purulent.
c. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
d. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.

2. Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang masih menstruasi.
Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang pada waktu menstruasi.
Endometritis kronik primaria dapat terjadi sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan
meluas sampai ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel
plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC,
dan klamidia. Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki
riwayat kanker leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa noda
darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid seperti
menorhagia dan metrorhagia. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.

Endometritis kronis ditemukan:


a. Pada tuberkulosis.
b. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d. Pada polip uterus dengan infeksi.
e. Pada tumor ganas uterus.
f. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.

Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada


pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang
menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan
vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan
organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan
polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya
benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.

Gejalanya :
a. Flour albus yang keluar dari ostium.
b. Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
3. Tipe Endometritis
a. Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
b. Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan
trofoblas yang banyak)
c. Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi,
biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)

C. Etiologi

Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya
ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari
endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.
(Taber, B. 1994).
Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
1. Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2. Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3. Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
4. Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5. Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6. Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7. Kelahiran secara bedah.
8. Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari
luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir
sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi antara lain adalah :
A. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
B. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi
di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
C. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometrium. Kuman inimerupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius.
D. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.

Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus,


Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh
bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan
Fusobacterium necrophorum .Endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran
kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.

D. Penyebab Endometritis

Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila sebelumnya
pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang lama. Penyebab-
penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus atau
melahirkan. Infeksi endometrium dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim. Infeksi endometrium dapat dalam
bentuk akut.
Endometritis bisa juga disebabkan oleh golongan streptococcus, staphylococcus, adakalanya
basil tuberculosis dan gonococcus.
Endometritis adalah penyakit yang melibatkan polymicrobial, rata-rata, 2-3 organisme.
Dalam banyak kasus, hal itu timbul dari infeksi menaik dari organisme yang ditemukan di vagina
normal flora asli. Biasanya terisolasi organisme termasuk Ureaplasma urealyticum,
Peptostreptococcus, Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius, dan kelompok B Streptococcus.
Chlamydia telah dikaitkan dengan onset terlambat endometritis postpartum. Enterococcus
diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari perempuan yang telah menerima profilaksis
cephalosporin.

E. Tanda dan Gejala Endometritis


Tanda dan gejala endometritis antara lain :
1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan
infeksi.
2. Takikardia
3. Menggigil dengan infeksi berat
4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6. Subinvolusi
7. Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
8. Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh


infeksi bakteri pada jaringan, dan juga suatu infeksi yang terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan. Endometritis
sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat
koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Infeksi endometrium, atau decidua,
biasanya hasil dari infeksi naik dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis.
Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus
atau melahirkan. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio
plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Sedangkan Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat
statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan
flebotrombosis.

B. SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan :


Agar meningkatkan asuhan pada ibu dan pendidikan kesehatan agar tidak terjadi komplikasi
pada ibu masa nifas serta memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan.

2. Bagi Mahasiswa :
a. Agar mahasiswa tahu dan mengerti bagaimana penanganan komplikasi yang terjadi pada ibu
nifas apabila terjadi kasus yang sama, serta dapat mengantisipasi jika terjadi kasus tersebut.
b. Agar lebih dapat memahami jenis infeksi pada ibu nifas terutama endometritis dan
tromboflebitis

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Saifuddin, A. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
http://id.wikipedia.org/wiki/Endometritis diunduh pada tanggal 05 Desember 2013
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA INFEKSI AKUT
(TROMBOFLEBITIS)

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis

1. Pengertian Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada
kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas (Wiknjosastro: 2002).
Tromboflebitis adalah peradangan vena yang terjadi dikaitkan dengan bekuan intervaskular atau
trombus. (Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah
disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut
yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele
Pillitteri, 2007).
Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
di sepanjang vena dan cabang-cabangnya (Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002).

2. Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pelvio tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena
uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi
pada tempat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus, proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi
dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan
peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar
hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.

Gejala

a. Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2-3
masa nifas dengan atau tanpa panas
b. Penderita tampak sakit berat
c. Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa
jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
d. Suhu badan naik turun secara tajam (36ᵒC-40ᵒC)
e. Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
f. Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru
g. Gambaran darah: Terdapat leukositosis. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat
sebelum mulai menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

Komplikasi
a. Komplikais pada paru-paru infark, abses, pneumonia
b. Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria
c. Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan
(Cunningham : 2005).

Penanganan
a. Rawat inap: penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli
pulmonal.
b. Therapi medic: pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan
adanya emboli pulmonal
c. Therapi operasi: peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung
sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi.
(Wiknjosastro: 2002)

2. Tromboflebitis femoralis

Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada vena femoralis, vena
poplitea dan vena safena.

Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan oleh suatu trombosis yaitu suatu
pembekuan darah balik dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang biasanya
mengakibatkan kematian. (Cunningham :2005)

Tromboflebitis Femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena
femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena adanya
perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran
darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.

Penilaian klinik

 Keadaan umum tetap baik


 Suhu badan subfebris 7-10 hari kemudian suhu mendadak baik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

o Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan
kaki yang lain
o Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
o Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
o Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, dan nyeri
o Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat pada paha bagian atas
tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas
o Nyeri pada betis
o Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha
o Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis dan dibandingkan dengan
tungkai sebelah lain yang normal.

Penanganan

a. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
b. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan
pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada
betis.
c. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
d. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya
2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
e. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
f. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
g. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
h. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat
dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
i. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
j. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam
beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
k. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika
klien dalam terapi antikoagulan.
l. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada
kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
m. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini
tidak akan berada didalam air susu.
n. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
o. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan
p. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan
yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dlakukan.
(Adele Pillitteri, 2007)

3. Patogenesis
Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam patogenesis terjadinya
trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding pembuluh darah, perubahan aliran darah dan
perubahan daya beku darah.
Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan
beberapa komponen trombosit dan lekosit.
Patogenesis terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :

1. Stasis vena.
2. Kerusakan pembuluh darah.
3. Aktivitas faktor pembekuan.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis aliran darah
dan hiperkoagulasi.

1. Statis Vena
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada daerah-daerah yang
mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat menimbulkan
gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan
terbentuknya trombin.

2. Kerusakan pembuluh darah


Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis vena, melalui :
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan proses
peradangan.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel. Endotel yang utuh bersifat
non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan beberapa substansi seperti prostaglandin (PG12),
proteoglikan, aktifator plasminogen dan trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin.
Apabila endotel mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini
akan menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat pada jaringan sub
endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-fibril. Trombosit yang melekat ini akan
melepaskan adenosin difosfat dan tromboksan A2 yang akan merangsang trombosit lain yang masih
beredar untuk berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan mengaktifkan
sistem pembekuan darah.

3. Perubahan daya beku darah


Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan darah dan sistem
fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas pembekuan darah meningkat atau
aktifitas fibrinolisis menurun.
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan darah meningkat,
seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III, defisiensi protein C, defisiensi protein S dan
kelainan plasminogen.

4. Riwayat :
1) Tromboflebitis superficial lebih umum terjadi pada ibu yang :

- Sudah lansia
- Obese
- Paritasnya tinggi
Mungkin ada riwayat vena varikosa. Tromboflebitis juga dapat terjadi pada vena anggota gerak bagian
atas yang sebelumnya digunakan untuk infuse intravena.
2) Thrombosis vena dalam mempunyai factor-faktor resiko umum berikut :

- Usia diatas 35 tahun


- Paritas tinggi
- Obesitas
- Seksio sesaria
- Trauma pada tungkai
- Imobilitas
- Dehidrasi dan kelelahan
- Merokok
- Penggunaan estrogen untuk memperlancar laktasi.
(WHO 1996:2002)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Ultrasonograf Doppler
Teknik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan katub pada vena
profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami pervorasi
b. Pemeriksaan hematokrit
Mengidentifikasi Hemokonsentrasi
c. Pemeriksaan Koagulasi
Menunjukkan hiperkoagulabilitas
d. Biakan darah :
Pemeriksaan Baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang penting untuk di
antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes
e. Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan teknik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan dilokalisasi dan dapat
dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak kompeten
f. Venografi
Bahan kontras disuntikkan ke dalam sistem vena untuk memberikan gambaran pada vena-vena di
ekstrimitas bawah dan pelvis.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Ibu Nifas


Menurut Thomas (1994 cit. Muslihatun, dkk, 2009), dokumentasi adalah catatan tentang interaksi
antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur
tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien terhadap semua asuhan yang
telah diberikan.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dan akan
dilakukan pada seorang pasien, didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam
menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan.
Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas, singkat, dan logis dalam suatu
metode pendokumentasian yang dapat mengomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah
dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien yang di dalmnya tersirat proses berpikir yang
sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-langkah dalam proses
manajemen kebidanan.( Hani dkk, 2010)
Pendokumentasian atau catatan menajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP.
Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analisis/Assessment dan
P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari
metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
(Muslihatun,2010)
PENGKAJIAN
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian data wanita hamil terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.(Hani dkk, 2010)
I. Data Subyektif
Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada pasien yang bisu, di bagian data di belakang huruf “S”,
diberi tanda huruf “O” atau “X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
(Muslihatun, 2010)

1. Biodata
1) Biodata Ibu
a. Nama Ibu
Nama ibu dikaji untuk mengenal atau memanggil pasien agar tidak keliru dengan pasien lain dan untuk
membina hubungan antara bidan dan pasien agar lebih akrab (Wiknjosastro, 2002).
b. Umur
Umur dikaji untuk mengetahui adanya resiko tinggi atau tidak (Manuaba, 2001). Reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 % lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun dan meningkat kembali pada usia sesudah 35 tahun
(Wiknjosastro, 2002).
c. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu, karena tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang dan untuk mengetahui sejarah mana tingkat pengetahuan ibu tentang
kesehatan/nifas, karena ibu dengan pendidikan rendah membutuhkan penanganan berbeda dengan ibu
latar belakang pendidikan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikannya diharapkan semakin baik tingkat
pengetahuannya dan semakin mudah dalam menerima informasi dan edukasi. (Depkes RI, 1993)
d. Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup sosial dan masalah ekonomi. Kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan klien yitu pemulihan ibu setelah melahirkan dan perawatan dirumah.(Ibrahim,
1996)
e. Agama
Dinyatakan untuk mengetahui agama yang dianut ibu yang berguna dalam pemberian support, mental,
memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan, serta untuk
mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan ( Manuaba, 2001).
f. Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan bagi ibu nifas. Selain itu,
untuk mengetahui kecenderungan golongan darah, RH yang dimiliki ibu sehubungan dengan
kemungkinan terjadinya eritoblastosis fetalist karena inkompabilitas RH, di Indonesia hampir semua RH
(+), sedang RH (-) cenderung dimiliki oleh orang kulit putih. (Wiknjosastro, 2002)
g. Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan tempat tinggalnya apakah memenuhi
persyaratan rumah sehat atau tidak, mempermudah dalam kunjungan rumah, mengetahui keadaan
geografis rumah klien berupa pegunungan atau daerah terpencil dapat menurunkan keterjangkauan
klien terhadap tenanga kesehatan dan menyulitkan atau mengahbiskan waktu yang lama untuk merujuk
ke fasilitas kesehatan yang baik jika terjadi kegawatdaruratan (Wiknjosastro,2002)
2) Biodata Suami
a. Nama
Dikaji untuk mengenal suami klien (Ibrahim,1996)
b. Umur
Untuk mengetahui umur suami karena hal ini dapat berkaitan dengan kesiapan suami sebagai seorang
ayah (Wiknjosastro, 2002).
c. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan suami karena semakin tinggi tingkat pendidikannya diharapkan
semakin baik tingkat pengetahuannya dan semakin mudah dalam menerima informasi dan edukasi yang
diberikan oleh bidan (Manuaba, 2001)
d. Pekerjaan
Pekerjaan dikaji untuk kesejahteraan keluarga khhususnya bidang ekonomi, dan jenis pekerjaan suami
untuk mengetahui seberapa besar peran suami bisa mendamping ibu (Ibrahim, 1996).
e. Agama
Untuk mengetahui agama suami sama dengan ibu atau tidak, karena jika berbeda berpengaruh pada
kebiasaan dan kondisi psikologis ibu ( Manuaba, 2001).
f. Suku bangsa
Untuk mengetahui adat / kebiasaan, karena suku bangsa / suku tertentu mempunyai kebiasaan yang
berbeda (Wiknjosastro,1999).
g. Alamat
Untuk mengetahui suami tinggal serumah dengan ibu/tidak karena hal itu dapat mempengaruhi kondisi
ibu dan janinnya (Wiknjosastro,1999)
1. Alasan dating
Alasan datang dikaji untuk mengetahui alasan yang mendasari pasien datang melakukan pemeriksaan
(Wiknjosastro, 2002).
2. Keluhan utama
Keluhan utama dikaji tentang keluhan dan kekhawatiran sehingga diketahui permasalahan yang
dihadapi ibu yang biasanya karena kurang tidur, kelelahan, dan perasaan nyeri (Cuningham, 2001).
3. Riwayat kesehatan
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang pernah diderita ibu atau yang sedang diderita ibu, yang
berguna untuk mendeteksidini terjadinya msalah pada masa nifas atau memperparah penyakit tersebut
pada masa nifas, seperti :
a. Sistem Pernafasan
1) Tuberkulosis Paru
Penderita TBC mengeluh badan terasa lemah, dan nafsu makan berkurang hingga menimbulkan masalah
pada masa nifas karena pada masa nifas diperlukan nutrisi yang cukup untuk menyusui. Selain itu BBL
dapat tertular penyakit bila dirawat dan disusui ibu (Wiknjosastro,1999)
2) Asma Bronkiale
Pengaruh asma ibu tergantung sering dan beratnya serangan, karena ibu akan kekurangan O₂ sehingga
ibu dapat mengalami sesak napas yang dapat menyebabkan penurunan produksi ASI, perdarahan, dan
prose involusi uteri akan terganggu (Manuaba, 2001)
b. Sistem Kardiovaskular
1) Penyakit Jantung
Penyakit jantung dapat menyebabkan kolaps setelah anak lahir karena darah tiba-tiba kembali ke
sirkulasi tubuh sehingga kerja jantung bertambah dan terjadi komplikasi, perdarahan, infeksi nifas,
homoembolism (Wiknjosastro, 1995 : 435).
2) Hipertensi
Hipertensi akan meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi puerperium. Terjadi hemodilusi akan dapat
diantisipasi terjadinya kematian ibu disebabkan karena jantung. (wiknjosastro,1995)
c. Penyakit Darah
1) Varises
Yaitu suatu pelebaran pembuluh vena yang membuat pembuluh dasar membesar dan terlihat secara
kasat mata. Umumnya terjadi pada bagian lipatan betis.
2) Trombus
Yaitu, tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak.

d. Sistem Digestivus
Sistem digestivus dikaji karena asupan ibu yang kurang dapat menyebabkan gangguan pada system
pencernaan yang dapat menghambat proses pemulihan ibu nifas. Selain itu, pada chorian cornia dapat
menjadi besar dan usus dapat masuk sehingga timbul gejala plerus. ( Wiknjosastro, 1995 )
e. Sistem Urogenital
Sistem urogenital dikaji karena dapat terjadi infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi pemulihan pada
masa nifas, seperti infeksi plemunefritis pada masa nifas akibat penggunaan kateter selama persalinan (
Wiknjosastro, 1999)
f. Sistem Endokrin
Sistem endokrin dikaji karena pada ibu yang mengalami diabetes mellitus akan mengakibatkan infeksi
dan menghambat penyembuhan luka (Wiknjosastro, 1999 )
g. Sistem Saraf
Sistem saraf dikaji karena pada ibu dengan eklampsi dan epilepsi dapat menyebabkan kurangnya aliran
darah dan hipoksia otak yang berpengaruh tidak baik pada masa nifas. ( Wiknjosastro, 1999)
4. Riwayat Obstetri
Dikaji untuk mengetahui apakah keadaan obstetri ibu termasuk fisiologi atau patologis.
a. Riwayat Haid
1) Menarche
Menarche dikaji untuk mengetahui tingkat fertilitas ibu, faktor keturunan, kesehatan umum serta
keadaan gizi (Mochtar, 2005).
2) Siklus
Panjang siklus haid berkaitan dengan normal tidaknya klien mendapatkan haid setiap bulan
(oligominorea, hipermenorea, dll) (Mansjor, 2003).

3) Banyaknya : hari ke…-…Ganti pembalut…x (penuh/±¾ penuh/±½ penuh)


hari ke…-… Ganti pembalut…x (penuh/±¾ /±½ /±¼ penuh)
hari ke…-… Ganti pembalut…x (bercak-bercak)
4) Sifat darah
Sifat dan warna:……(merah tua/segar, encer/kental atau gumpalan)
Sebagai pembanding dengan darah yang keluar dari siklus haid. Diduga adanya enzim yang merusak
protein dan mengaktifasi penghancuran bekuan-bekuan darah, maka terjadilah pengeluaran darah yang
bertambah. ( FK UNPAD, 1999 ). Selain itu perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan DIC dengan sifat
darah beku dan adanya thrombin dalam darah ( Mansjor, 1999 )
5) Dismenore
………(tidak pernah, kadang, sering )
Terutama pada dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan anatomis yang kemungkinan
adalah infeksi, mioma uteri, endometriosis, polip endometrial ( Manuaba, 2001 : 57 ).
6) Flour Albus : ……..(ada/tidak, berbau/tidak,gatal/tidak )
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas masa lalu
Dikaji untuk mengetahui adanya masalah pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu karena masalah
tersebut dapat terjadi kembali pada nifas ini.
1) Tahun melahirkan
2) Riwayat kehamilan yang lalu (umur kehamilan saat melahirkan dan riwayat ANC)
3) Riwayat persalinan (tempat persalinan, penolong persalinan, jenis kelamin bayi yang dilahirkan, berat
badan dan panjang badan bayi, jenis persalinannya, dan penyulit persalinan)
4) Riwayat nifas yang lalu ada penyulit atau tidak
5) Keadaan anak sekarang (hidup/mati, sehat/sakit, lama menyusui, dan usia anak yang dilahirkan saat ini)
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui bagaimana keadaan saat kehamilan ibu karena dapat mempengaruhi keadaan
selama masa nifas ( Farrer. 2001 ).
1) HPHT ( Hari Pertama Haid Terakhir )
2) HPL ( Hari Perkiraan Lahir )
3) UK ( Umur Kehamilan )
4) Gerakan Janin pertama kali dirasakan pada UK
5) Riwayat ANC
ANC selama kehamilan dilakukan ………kali dan rutin seriap trimester. Tidak ditemukan penyulit selama
kehamilan.
d. Riwayat Persalinan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah pada saat proses persalinan ada kelainan / masalah, yang dikaji :
Tempat persalinan :
Ditolong oleh :
Jenis Persalinan :
Melahirkan anak ke :
Dikaji apakah dalam persalinan ditemukan/tidak ditemukan adanya penyulit. Jika ada apa tindakan yang
dilakukan.
e. Riwayat Nifas Sekarang
Dikaji untuk mengetahui nifas yang ke berapa, sudah mendapat apa, keluhan yang dirasakan sejak
kapan, mengapa dan bagaimana, keadaan ibu apakah kolostrum sudah keluar, pengeluaran cairan dari
jalan lahir (warna,jumlah, bau, konsistensi), keadaan bayi mengenai rawat gabung dan menyusui.
f. Riwayat KB
Untuk mengetahui kontrasepsi yang dipakai sebelumnya, adakah keluhan atau masalah, dan sejauh
mana kesadaran klien tentang perencanaan keluarga dan tentang kesehatan reproduksi. (Hartanto,
2002). Selain itu, untuk mengetahui apakah klien pernah menggunakan alat kontrasepsi dan sebagai
pertimbangan untuk rekomendasi KB setelah nifas.
Yang dikaji:
Alat kontrasepsi yang pernah dipakai...................dan lamanya.................
Kapan terakhir berhenti....................alasan...................
Keluhan/masalah............................................................
Rencana KB yang diinginkan........................................
g. Riwayat Perkawinan
Untuk mengkaji pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan yang dialami, mengetahui
lamanya pernikahan, jumlah pernikahan dan jumlah anak yang dapat mempengaruhi masa nifas
(Saifudin, 2002 )
Status perkawinan : menikah/tidak menikah
Umur waktu menikah :……..
Pernikahan ini yang ke :…….. lamanya…….
Hubungan dengan suami :……..

h. Pola Kebiasaaan Sehari-hari


a) Pola Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui pola makan dan minum yang dikonsumsi oleh ibu selama nifas karena status
gizi berpengaruh terhadap kesehatan yang akan memperbanyak produksi ASI dan mencegah dehidrasi
(Saefudin,2000).
1) Makan
Terakhir makan, tanggal.......jam.......
Porsi........
Jenis..........
2) Minum
Tanggal........jam.........

Porsi...........
Jenis.............
b) Pola eliminasi
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah gangguan dalam defekasi dan miksi pada pasien selama nifas.
Miksi harus dilakukan segera mungkin setelah melahirkan (6 jam postpartum), sedangkan defekasi harus
dilakukan 3-4 hari postpartum. Ibu terkadang merasa sulit untuk buang air kecil karena pengaruh
oedema kandung kemih yang terjadi selama bersalin dan ibu juga sulit untuk buang air besar karena
perasaan takut ibu untuk buang air besar. (Yanti, 2010).
Buang air kecil :
Tanggal...... pukul.... frekuensi...... warna.......
Keluhan:…………
Buang Air besar :
Tanggal...... pukul..... frekuensi........ warna........ konsistensi (lembek atau keras)
Keluhan:…………..
c) Pola aktifitas
Perlu dikaji apakah ibu melakukan pekerjaan berat yang menyebabkan ibu kelelahan sehingga tidak
mempunyai tenaga dan untuk menyesuaikan asupan nutrisi yang harus diterima. Bidan
memberitahukan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini agar pengeluaran lokhea lancar dan
membantu mempercepat pemulihan dari fungsi alat genetalia dan urinaria. (Manuaba, 2001)
d) Pola istirahat
Dikaji karena istirahat diperlukan bagi ibu untuk memperoleh kesegaran dan dapat menyusun tenaga
baru. Ibu yang kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat involusi uteri,
kelelahan, dan depresi postpartum (Saifudin, 2002 )
e) Pola personal Hygiene
Dikaji karena diperlukan kebersihan untuk mencegah penyebaran infeksi. Bila ada darah,lendir atau air
ketuban segera dibersihkan dan juga menginformasikan kepada ibu nifas untuk mengganti pembalut
minimal 3 kali dalam sehari karena lebih dari 6 jam mikroorganisme akan berkembang biak dan mudah
menyebabkan infeksi pada ibu nifas (Saifudin, 2002 )
f) Pola seksual
Dikaji karena ibu perlu diberitahu pada ibu bahwa hubungan seksual aman dilakukan apabila
pengeluaran darah sudah berhenti dan ibu sudah tidak merasakan nyeri. ( Saifudin, 2002 )
i. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi yang sekarang. Dan juga untuk
mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu (Saifudin, 2002). Pengkajiannya meliputi jumlah anggota
keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, penerimaan ibu, harapan ibu dan pelayanan
kesehatan dan pengetahuan masa nifas (Depkes, 1994).
j. Data sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga menganut adat/kebiasaan merugikan atau menguntungkan
pasien, khususnya pada masa nifas. Misalnya dengan kegiatan menyusui ada berapa pendapat yang
biasanya dianut oleh masyarakat misalnya pantang terhadap makanan tertentu seperti telur, daging dan
ikan dengan alasan supaya asi tidak berbau amis. Ada juga kebiasaan membuang kolostrum karena
menganggap kolostrum merupakan asi yang kotor (Winkjosastro, 2008)
k. Data ekonomi
Untuk mengetahui pendapatan keluarga karena dapat mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari
terutama gizi keluarga. Bila ibu nifas kekurangan gizi akan mempengaruhi produksi ASI serta
menghambat kesehatan ibu selama nifas (Yanti, 2010).
l. Data spiritual
Dikaji tentang agama pasien dan suami sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan selama masa
nifas apakah ada hal-hal yang dilakukan bertentangan dengan agama yang dianut ibu dan keluarga
(Saifudin, 2002)
m. Data pengetahuan
Ditanyakan pengetahuan ibu yang berkaitan dengan masa nifas karena dengan adanya pengetahuan
pasien maka akan lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin akan terjadi, seperti
pengetahuan ibu tentang perawatan nifas dan perawatan payudara selama ibu menyusui sehingga
bidan mempunyai sasaran yang tepat saat memberikan konseling. (Saifudin, 2002).

II. Data Obyektif


Data Objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium / permeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan
bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. (Muslihatun, 2010)

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Dikaji untuk mengetahui bagaimana keadaan ibu dilihat secara umum baik buruknya. Keadaan umum
nifas fisiologi adalah baik dengan kesadaran compos mentis. (Hamilton, 1995: 282)
b. Tanda Vital
a. Tekanan darah :.....................................mmhg
Untuk mengetahui bagaimana keadaan tekanan darah klien, apakah mengalami hipertensi atau
hipotensi. Pada beberapa kasus ditentukan adanya hipertensi postpartum yang akan menghilang
dengan sendirinya dalam kurang lebih 2 bulan. ( Varney, 2001 : 10) Pasca melahirkan pada kasus normal,
tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca
melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya preeklamsia post partum.
b. Nadi :...............x/menit
Untuk mengetahui apakah denyut nadi klien dalam keadaan normal atau tidak. Nadi berkisar antara 60-
80 x/menit dan cenderung lebih labil bila dibandingkan dengan suhu tubuh. (Varney,2001)
c. Suhu :....................0C
Untuk mengetahui keadaan ibu setelah melahirkan. Suhu meningkat 0,5oC dari normal, tetapi suhu yang
mencapai > 38oC setelah 12 jam postpartum mengarah pada tanda-tanda infeksi (Wiknjosastro,1999 ).
d. RR : ..........................kali/menit
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien, apakah stabil karena saat bersalin nafas ibu cenderung
meningkat frekuensinya (Varney,2001).
c. Berat badan :..............................kg
Untuk mengetahui berapa penurunan berat badan klien setelah melahirkan. Rata-rata berat badan ibu
akan kembali seperti sebelum hamil dalam waktu 6 minggu. (Pillitery, 1999 )
2. Status Present
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu setelah persalinan mulai dari kepala sampai kaki. Pada ibu nifas
fisiologis akan dipegaruhi dan diperoleh hasil pemeriksaan dalam keadaannya normal.
a. Kepala
1. Mata
Keadaan konjungtiva merah muda / tidak, sklera ikterik / tidak, simetris / tidak. Jika konjungtiva pucat
kemungkinan ibu mengalami anemia.
2. Hidung
Terdapat massa, edema mukosa, secret / tidak, bagaimana fungsinya.
Hidung termasuk dalam saluran pernafasan sehingga jika terdapat gangguan pada hidung dikhawatirkan
akan terjadi gangguan pernafasan.
3. Muka
Edema didaerah muka ada/tidak, kulit wajah tampak kemerahan/pucat. (Hanafi,1998). Edema muka
menjadi adanya indikasi preeklampsi post partum.
4. Telinga
Teradapat keluaran cairan abnormal/tidak, simetris/tidak, bersih/tidak
Untuk mengetahui ada atau tidaknya serumen, tanda-tanda infeksi dan pengeluaran sekret.
5. Mulut
Bibir sianosis / tidak, stomatitis / tidak, gingivitis / tidak, epulis / tidak. Gigi bersih / tidak, warna, caries /
tidak. Lidah bersih / tidak, warna merah muda / tidak, stomatitis / tidak, fungsi normal / tidak. Untuk
mengetahui keadaan mulut ibu yang dapat menggambarkan keadaan ibu.
b. Leher
Leher dikaji unruk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan vena jugularis. (Saifudin,
2000). Pembesaran vena jugularis untuk mengetahui sedini mungkin kelainan jantung yang dapat
menyebabkan faktor-faktor predisposisi penyakit jantung pada ibu atau janin (Manuaba,1998).
c. Dada dan aksilla
Untuk mengetahui adanya kelainan, penegangan mammae, hiperpigmentasi areola, penonjolan kelenjar
montgomery (lubrikasi putting), mengkaji papila mammae sudah menonjol/datar/masuk, serta
pengeluaran ASI.
1) Inspeksi : sesak nafas, kembang kempis cuping hidung, retraksi otot
pernafasan, batuk.
2) Mammae : papilla menonjol atau datar atau masuk
3) Auskultasi : suara nafas, bunyi jantung
4) Palpasi : ketiak terhadap pembasahan kelenjar limfe. Palpasi mammae
terhadap adanya massa, nyeri tekan.
d. Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi abdomen, pembesaran hepar, limfe, nyeri daerah
ginjal.
e. Ekstremitas
1) Atas
Edema, luka tusukan jarum, sianosis, pengisian kapiler, fungsi normal.
2) Bawah
Edema, varises, sianosis, pengisian kapiler, fungsi normal, reflek patella kanan kiri. Reflek patella
digunakan untuk mengetahui adanya hiporefleksia (indikasi defisiensi vitamin B1) dan hiperefleksia
(indikasi preeklamsia).
3) Anogenital
Untuk mengetahui ada/tidak lecet, memar, dan lesi lain pada kulit genetalia, edema vulva, abses,
varises, hemoroid (Depkes RI, 1994)
3. Status Obstetri
a. Mamae
Dikaji keadaan mamae setiap akan menyusui dan waktu perawatan mamae dan pengeluaran ASI
(Ibrahim, 1996 )
b. Perut abdomen
Untuk mengetahui kontraksi uterus lemah/baik, dan tinggi fundus uteri sesuai dengan hari nifas atau
tidak (Mochtar,1998)
Involusi TFU
BBL Setinggi pusat
Bayi Lahir 2 jari di bawah pusat
1 minggu Pertengahan simfisis pusat
2 minggu Tidak teraba di bawah simfisis
6 minggu Bertambah kecil
8 minggu Bertambah normal

c. Vulva/vagina
Untuk mengetahui apakah ada luka perineum, adakah heating, apakah terdapat tanda-tanda infeksi dan
bagaimana pengeluaran pervaginamnya, apakah lochea sesuai dengan hari nifas. Pengkajian lochea
meliputi warna, jumlah, bau, dan konsistensi. Sedang banyaknya lochea yang dikeluarkan tidak sama
bagi semua ibu tapi selalu lebih banyak dari darah menstruasi dan jumlahnya berkurang sampai tidak
keluar sama sekali. Dalam keadaan normal lochea berbau anyir tetpi tidak busuk. (Ibrahim,1996)
d. Ekstremitas
Untuk mengetahui ada tidaknya tanda hommans, oedema maupun varises. Adanya human
menunjukkan infeksi thrombflebitis pada ibu nifas.

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan bila ada indikasi, dengan specimen kultur dan sensitifitas urin (kultur
sensitifitas), Hb dan hematokrit untuk menegakkan diagnose ibu dengan postpartum fisiologis (Varney,
1997).
a. Hb
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak.
b. Protein Urin
Hanya dikaji jika ibu hipertensi karena diduga ibu mengalami pre eklamsi post partum.

III. ASSESMENT
Analisis / Assessment, merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)dari data
subjektif dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan
ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis
tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien dan analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien yang akan menjamin cepat diketahuinya perubahan dalam pasien, dapat terus
diikuti dan diambil keputusan / tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan intepretasi data yang
telah dikumpulkan, mencakup : diagnosis / masalah kebidanan, diagnosis / masalah potensial serta perlu
antisipasi diagnosis/ masalah potensial dan tindakan segera. (Muslihatun, 2010)
Pada tahap ini ditegakan diagnose kebidanan berdasarkan data yang didapat dari klien, yaitu jumlah
para, abortus, usia klien dan keadaan ibu. Selain itu juga berdasarkan data obstetric yang menunjang
diagnose, apakah nifas berjalan normal atau terdapat keadaan patologi.
Analisa menggambarkan dokumentasi hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam
suatu identifikasi diagnosa atau masalah antisipasi diagnosa atau masalah potensial yang perlu tindakan
segera oleh dokter atau bidan, kolaborasi. Assesment ditulis Ny..... Umur.....tahun P...A... nifas......
Jam/hari PP fisiologis /patologis (Saminem, 2010).

IV. PELAKSANAAN
Planning / perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana
asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan intepretasi data. Recana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Rencana asuhan ii harus bisa mencapai criteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.
Tindakan yang akan dihasilkan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai
dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.
Meskipun istilah, P adalah Planning/Perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga
mengandung Implementasi dan Evaluasi. Pendokumentasian P dalam SOAP ini , adalah pelaksanaan
asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi masalah
pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan pasien. Sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses
implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun
implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau terus disesuaikan.
Dalam Planning ini juga harus mencantumkan Evaluation / evaluasi, yaitu tafsiran dari efek
tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan / hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi
analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan / asuhan. Jika criteria
tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternative
sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan
sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP. (Muslihatun, 2010)

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

Ny. “S” P3A0 DENGAN TROMBOFLEBITIS

DI BPS AZZAHRA

PENGKAJIAN
Tanggal : 5 Maret 2014
Jam : 17.00 WIB
Tempat : BPS AZZAHRA

IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku : Jawa

Alamat : Jl. Dahlia No.4 16C Temanggung

Penanggung Jawab

Nama Suami : Tn. T


Umur : 36 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswata

Suku : Jawa

Alamat : Jl. Dahlia No.4 16C Temanggung


I. DATA SUBJEKTIF
1. ALASAN DATANG :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya setelah 4 hari melahirkan.
2. KELUHAN UTAMA
Ibu melahirkan 4 hari yang lalu (1 Maret 2014) mengeluh badannya terasa panas, nyeri pada betis, kaki
kiri bengkak dan kemerahan.
3. RIWAYAT KESEHATAN
Sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit, seperti :
a) Kardiovaskuler : Jantung, Hipertensi
b) Darah : Anemia, Hemofilia, Tromboflebitis
c) Sistem Pernafasan : Asma,TBC
d) Sistem Endokrin : DM, Tryoid
e) Gastrointestinal : Gastritis
f) Hepar : Hepatitis B
g) Sistem Urogenital : ISK, Infeksi Ginjal, PMS
h) Sistem Saraf : Epilepsi
i) Sistem Reproduksi : Tumor/kanker organ reproduksi
j) Penyakit Jiwa : Depresi

Yang Lalu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit, seperti :


a) Kardiovaskuler : Jantung, Hipertensi
b) Darah : Anemia, Hemofilia, Tromboflebitis
c) Sistem Pernafasan : Asma,TBC
d) Sistem Endokrin : DM, Tryoid
e) Gastrointestinal : Gastritis
f) Hepar : Hepatitis B
g) Sistem Urogenital : ISK, Infeksi Ginjal, PMS
h) Sistem Saraf : Epilepsi
i) Sistem Reproduksi : Tumor/ kanker organ reproduksi
j) Penyakit Jiwa : Depresi
Keluarga :
a) Riwayat penyakit menurun
Ibu mengatakan bahwa dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti hipertensi, penyakit jantung, DM dan kondisi yang bersifat menurun seperti cacat bawaan dan
riwayat kembar.
b) Riwayat penyakit menular
Ibu mengatakan di keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular sperti TBC,
Hepatitis, Herpes, Sifilis,GO,HIV/AIDS.

4. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid
Menarche :13 tahun Nyeri Haid : Tidak ada
Siklus :28 hari,teratur Lama : 7 hari
Warna Darah : merah tua Leukorea : 1 minggu
sebelum menstruasi
aknya : Hari 1 - 3, ganti pembalut 3x/hari, ¾ penuh
Hari 4 - 5, ganti pembalut 2x/hari, ½ penuh
Hari 6 – 7, ganti pembalut 1x/hari, bercak-bercak

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, & Nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Nifas

Ank Pylt Penolong Jenis UK BBL/PB L/P ASI Pylit


Ke-

1 - Dukun Normal Ckp bln 2900 P + -

2 - Dukun Normal Ckp bln 2850 P + -

3 - Bidan Normal Ckp bln 3000/51 L + -

c. Riwayat Kehamilan Sekarang


G ke 1 hamil 39 minggu 2 hari
HPHT : 27-05-2013
HPL : 06-03-2014
Gerakan Janin : Terasa pada usia 5 bulan
TT :2x
Minum jamu/obat selain vitamin: Tidak ada
ANC : :9x
Riwayat ANC :
- TM I 1x ANC
PP test (+)
Keluhan : mual, pusing
Suplementasi : asam folat (1x1), B6 (1x1)
Nasehat : nutrisi ibu hamil
- TM II 3x ANC
Keluhan : tidak ada
Suplementasi : Fe (1x1), Kalk (1x1), Vit. C 25mg (1x1)
Imunisasi : TT
Nasehat : tanda bahaya kehamilan, caara menghitung gerak janin
- TM III 5x ANC
Keluhan : tidak ada
Suplementasi : Fe (1x1), Kalk (1x1), Vit. C 25mg (1x1)
Nasehat : perawatan payudara, tanda persalinan, persiapan persalinan

d. Riwayat Persalinan sekarang


Ibu partus pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 19.00 WIB ditolong oleh Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Melahirkan Bayi Ke :3
Kala I : Lamanya 7 jam 40 menit, jumlah perdarahan 0 cc Blood Slym keluar saat
pembukaan lengkap, ketuban pecah spontan, air ketuban jernih.
Kala II : Lamanya 30 menit persalinan spontan pervaginam, bayi lahir normal
APGAR SCORE 8/9 , jenis kelamian laki-laki, BB 3000 gram, PB 51 cm, tidak ada lilitan tali pusat, tidak
ada robekan jalan lahir, jumlah perdarahan +/- 100 cc.
Kala III : Lamanya 15 menit, plasenta lahir spontan, kotiledon 18 buah, tebal 2,5 cm,
diameter 18 cm, panjang 45 cm, insersio sentralis dan selaput lengkap berat plasenta 500gr, kontraksi
uterus baik, jumlah perdarahan +/- 100 cc.

Kala IV : Berlagsung normal, kont raksi uterus baik, jumlah perdarahan +/- 200cc, keadaan
umum ibu tampak letih, TD 110/70 mmHg, RR 20x/ menit, TEMP 37,5 °C, Nadi 80x/menit.
e. Riwayat Nifas Sekarang
Keadaan ibu : Lochea sanguinolenta, ibu sudah bisa menyusui bayinya, ASI sudah keluar lancar.
Keadaan Bayi : bayi sudah bisa minum ASI, BAB 1x/hari, bayi sudah mendapat imunisasi Hb0.

5. RIWAYAT PERKAWINAN
Ibu mengatakan perkawinan dengan suaminya adalah sah, menikah satu kali lama pernikahan 1 tahun,
usia ibu saat menikah 23 tahun dan suami 29 tahun, Ibu mengatakan hubungan dengan suami baik.
6. RIWAYAT KB
Ibu mengatakan bahwa sebelum hamil ibu menggunakan alat kontrsaepsi jenis suntik 3 bulanan, dan
setelah persalinan nanti ibu berencana akan menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik.

7. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI


a. Pola Nutrisi
melahirkan : Ibu makan 3x sehari, dengan porsi satu piring nasi, sayur,
tempe/ikan, buah. Ibu minum 8-12 gelas / hari dan minum susu.2 gelas / hari
melahirkan : Ibu mengtakan tidak begitu nafsu makan, dua kali sehari dengan
porsi 1 piring nasi, sayur, tempe, ikan, telur, buah. Ibu telah banyak minum 12-14 gelas / hari. Dan
minum susu 2 gelas/hari
b. Pola Eliminasi
melahirkan : BAB; 1x sehari konsistensi lunak. BAK; 3-4x sehari
melahirkan : BAB; Ibu mengatakan sudah BAB 1x/hari. BAK : 4x/hari tidak ada keluhan.
c. Pola Istirahat
melahirkan : Ibu mengatakan biasa tidur 7-8 jam / hari, 1 jam tidur siang.
melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur karena nyeri pada betisnya, sehingga
hanya tidur 5-6 jam / hari, tidur siang ½ jam.
d. Pola Aktifitas
melahirkan : Ibu mengatakan melakukan tugas rumah tangga sendiri,
melakukan kegiatan sehari-hari sendiri tanpa bantuan.
melahirkan : Ibu belum melakukan banyak aktifitas, namun sudah bisa ke
kamar mandi sendiri.
e. Personal Hygiene
melahirkan : Baik, Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, cuci rambut 2
hari sekali, cuci tangan sesudah BAK dan BAB, cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
melahirkan : Baik, Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, cuci rambut 2
hari sekali, ganti pembalut 3x sehari, cuci tangan sesudah BAK dan BAB, cuci tangan sebelum dan
sesudah makan.
f. Pola Sexual
Setelah Bersalin : Ibu belum pernah melakukan hubungan seksual karena masih
dalam masa nifas.
g. Pola Hidup Sehat
Ibu mengatakan bahwa tidak mempunyai kebiasaan yang merugikan seperti merokok, minum-minuman
beralkohol serta konsumsi narkotika.

8. DATA PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


a. Keadan Psikologis
Ibu mengatakan saat ini merasa bahagia dengan kelahiran bayinya karena sudah lama menantikannya dan
jenis kelaminnya sesuai dengan yang diinginkannya. Suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran
bayinya. Ibu takut bergerak karena terasa nyeri, Ibu menyusui bayinya dan ibu ingin KB setelah
melahirkan karena ibu sudah merasa cukup mempunyai 3 orang anak.
b. Data Sosial
Hubungan ibu, suami dan masyarakat baik. Mekanisme koping ( cara pemecahan masalah adalah dengan
berdiskusi bersama-sama dengan suami kemudian keluarga. Pengambil keputusan pertama dalam
keluarga adalah suami, namun dalam keadaan darurat ibu dapat mengambil keputusan sendiri. Ibu tinggal
bersama suaminya.
c. Data Ekonomi
Penghasilan utama dalam keluarga adalah suami yaitu berkisar 1 – 2 juta/ bulan. Ibu mengatakan
penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga biaya persalinan nanti.
d. Data Spiritual
Dalam praktik keagamaan yang berhubungan dengan masa nifas :
1) Ibu menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya yaitu islam
2) Ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual selama masa nifas sehingga resiko infeksi saat nifas dapat
dikurangi.
3) Dalam pelayanan kesehatan ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
nakes pria maupun wanita, boleh menerima berkenan diperiksa alat genitalianya jika diperlukan.
e. Data Budaya
Dalam keluarga ibu tidak ada adat yang dapat mengganggu selama masa nifas.
9. DATA PENGETAHUAN :
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda infeksi saat masa nifas.

II. DATA OBYEKTIF


PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak letih
Kesadaran : Composmentis
BB sebelum hamil : 56 Kg
BB selama hamil : 64 Kg
BB setelah melahirkan : 58 Kg
TB : 157 Cm
LILA : 24cm
b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 nnHg
Nadi : 80x / menit
Temperatur : 37,5 oC
Pernafasan : 22x / menit
2. Status Present

a. Kepala : Tidak ada benjolan, rambut bersih, tidak ada


ketombe, tidak mudah rontok; muka simetris, tidak
ada oedema
b. Mata : Fungsi penglihatan baik, konjungtiva pucal,
sklera tidak iklerik simetris kanan dan kiri
c. Hidung : Fungsi penciuman baik, kebersihan baik,
mukosa berwana merah muda tidak ada
peradangan, polip tidak ada.
d. Telinga : Fungsi pendengaran baik, kebersihan baik,
tidak ada pengeluaran serum, daun telinga ada.
e. Mulut dan gigi : Fungsi pengecap baik kebersihan cukup, gigi lengkap
tidak ada stomatitis dan tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembengkakan vena jugularis
g. Dada : Simetris kanan-kiri gerakan dada saat inspirasi dan
ekspirasi seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara nafas
baik, jantung tidak ada mur-mur.
h. Payudara : Terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris
kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri,
abses, dan pembengkakan, kolostrum sudah keluar lancar.
i. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, strie albikans ada, linea
nigra ada, kandung kemih kosong, konsistensi keras, kontraksi uterus baik.
j. Genitalia : Tidak terdapat luka perineum, tidak ada varises pada
vagina, peneluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema, kotor oleh lendir dan
bekas darah serta air ketuban.
k. Bokong : Kotor oleh lendir dan bekas darah serta air
ketuban.
l. Anus : Tidak terdapat hemoroid
m. Ekstrimitas atas : Jari-jari lengkap pergerakan baik tidak ada
oedema, kuku bersih, simetris kanan-kiri
n. Ekstrimitas bawah : Ada oedema, kaki kiri bengkak dan kemerahan, nyeri
pada betis, jari-jari lengkap, kaki kiri sulit digerakkan, simetris kanan-kiri
3. Status obstetric

a. Muka : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedema.

b. Mamae : tegang, ada hiperpigmentasi areola, ASI sudah keluar,


kelenjar montgomery dan puting menonjol

c. Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada striae gravidarum, TFU


pertengahan pusat dan simpisis pubis, uterus teraba
globuler, kontraksi uterus baik (kuat), kandung kemih
kosong

d. Vulva : Tidak ada oedema, lochea sanguinolenta, warna merah


kekuningan.
e. Ekstremitas : ada tanda human

III. ASSESMENT
Ny. S usia 30 tahun P3A0 4 hari postpartum dengan Tromboflebitis femoralis.
Diagnosa dan masalah potensial : terjadinya emboli Pulmonum
Tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter bila diperlukan
IV. PELAKSANAAN
Tanggal : 5 Maret 2014 Jam : 17.15
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saaat ini yaitu mengalami tromboflebitis
femoralis sehingga kaki ibu bengkak dan tegang dan terasa nyeri, suhu tubuh 37,5 °C
Hasil : Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini bahwa ibu mengalami infeksi pada kaki kirinya.

2. Memberi Ibu dukungan psikologis


Hasil : Ibu merasa lebih tenang setelah mendapat dukungan psikologis.

3. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan ambulasi dini agar dapat meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan bekuan darah, misalnya: jika ibu sudah merasa tidak
lelah anjurkan untuk kekamar mandi namun tetap ditemani.
Hasil : Ibu mengerti tetang penjelasan yang telah disampaikan dan bersedia untuk melakukannya.

4. Menjelaskan pada ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak menggantung kaki lebih dari 1
jam dan memberi alas penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.
Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan yang telah disampaikan dan bersedia untuk mempraktekkan
anjuran yang telah disampaikan.

5. Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara mengurangi nyeri yaitu:
a. tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena
b. menyediakan stoking pendukung untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi
statis
c. memakai stoking pendukung sebelum bangun pagi dan melepasnya 2x sehari untuk mengkaji keadaan
kulit dibawahnya
d. kaki dikompres dengan air hangat
Hasil : Ibu mengerti tentang cara mengurangi nyeri dan mau melakukannya
6. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan melibatakan diri dalam kegiatan ibu untuk mengatasi
tromboflebis misalnya membantu ibu unutuk melakukan ambulasi dini dengan cara menemani ibu
kekamar mandi, jalan-jalan disekitar tempat tidur, mengingatkan ibu untuk tidak menggantung kaki lebih
dari 1 jam, membantu ibu melakukan kompres pada kaki yang nyeri dan membantu ibu dalam
memakaikan stoking
Hasil : Keluarga bersedia untuk mendukung untuk proses penyembuhan ibu dengan mendampingi ibu,
terutama dari pihak suami.

7. Memberikan terapi antipiretik parasetamol 3x1mg untuk mengatasi demam


Hasil : Ibu mengatakan akan minum obat yang telah diberikan dan akan kontrol ulang setelah obat habis.

8. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.
Hasil : Ny. S bersedia untuk dilakukan perujukan ke rumah sakit.

9. Merujuk ibu secepat mungkin dan mendampingi ibu saat merujuk dengan BAKSOKUDA (Bidan, Alat
(infuse set, cairan infus, kassa), Keluarga, Surat (dokumentasi), Obat ( Kendaraan, Uang, Donor darah).
Hasil : Ibu sudah dirujuk.

10. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan


Hasil : Tindakan telah didokumentasikan.
CATATAN PERKEMBANGAN
1. Hari ke-7 tanggal 8 Maret 2014
S :
1. Ibu mengatakan nyeri kaki dan betis agak berkurang
2. Ibu mengatakan demam berkurang
3. Ibu mengatakan bisa melakukan ambulasi dini
O :
1. Keadaan umum baik
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 37oC
2. TFU 3 jari atas sympisis
3. Lokhea sanguelenta 10cc, luka heating tidak ada
4. Asi sudah keluar
5. Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari
6. Kaki dan betis tidak tegang lagi
7. Bengkak pada kaki berkurang
8. Warna pada kaki merah muda

A :
Diagnosa : Tromboflebitis masih dalam tahap penyembuhan
Dasar : Nyeri berkurang pada kaki
Masalah : Untuk sementara tidak ada
Kebutuhan :
1. Penyuluhan tentang nutrisi ibu nifas
2. Penyuluhan tentang mengurangi nyeri
P :
1. Mengobservasi keadaan umum
2. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi untuk ibu nifas
3. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan anjuran-anjuran yang diberikan:
a. Melakukan ambulasi dini
b. Mengangkat / meninggikan bagian kaki yang terkena
c. Melakukan kompres pada kaki
d. Memakai stocking
4. Melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan ibu
5. Memberi terapi amoksilin 500 mg 3x1
vitamin C 15 mg 3x1
B Comp 10 mg 3x1
Parasetamol 500 mg (bila demam)

2. Hari ke-11 tanggal 12 Maret 2014


S :
1. Ibu mengatakan nyeri pada kakinya tidak nyeri lagi
2. Ibu mengatakan tidak demam lagi
3. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan dengan lancar

O :
1. Keadaan umum baik
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 36oC
2. TFU tidak teraba diatas sympisis
3. Pengeluaran pervaginam lokhea alba
4. Asi sudah keluar lacar
5. Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari

A :
Diagnosa : Tromboflebitis teratasi
Dasar : Ibu bisa berjalam dengan lancar

P :
1. Menganjurkan ibu untuk tetap melaksanakan apa yang dianjurkan seperti yang sudah dijelaskan
2. Pemberian terapi dihentikan

3. Hari ke-16 tanggal 17 Maret 2014


S :
1. Ibu mengatakan nyeri pada kakinya tidak terasa lagi
2. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan dengan lancar
3. Ibu mengtakan sudah tidak demam lagi

O :
1. Keadaan umum baik
TD : 110 / 70 mmHg
PR : 20X/menit
Nadi : 80x/menit
Temp : 36oC
2. TFU tidak teraba dan tidak terasa nyeri
3. Pengeluaran pervaginam lokhea alba
4. Asi sudah keluar lancer
5. Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK 3-4x sehari

A :
Diagnosa : Tromboflebitis teratasi
Masalah :Untuk sementara tidak ada

P :
a. Menjelaskan tentang keadaan ibu saat ini
b. Mengajurkan pada ibu untuk mengkonsunsi makanan yang bergizi
c. Melepas infuse
d. Memulangkan pasien
e. Menganjurkan ibu untuk segera periksa bila ada masalah
BAB III

PEMBAHASAN

PENGKAJIAN

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber
berkaitan dengan kondisi klien ( Hani, dkk, 2010 : 86 )

IDENTITAS PASIEN

1. Nama
Nama dikaji untuk mengenal/memanggil klien agar tidak keliru dengan pasien lain dan untuk membina
hubungan antara bidan dan pasien agar lebih akrab. (Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus diketahui nama klien Ny. S sehingga bidan dapat mengenal klien, saat memanggil klien
tidak keliru dengan klien lain dan saat memberi asuhan tidak keliru dengan klien lain.
2. Umur
Umur dikaji untuk mengetahui adanya resiko tinggi atau tidak (Manuaba, 2001). Reproduksi sehat
dikenal usia 20-30 tahun karena kematian maternal wanita hamil dan melahirkan usia dibawah 20 tahun
ternyata 2-5% lebih tinggi dari kematian maternal usia 20-29 tahun. (Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus, ibu berumur 30 tahun yang menunjukkan bahwa ibu termasuk risiko tinggi. Dari usia itu
pula dapat dilihat bahwa salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu adalah keadaan “empat
terlalu”, salah satunya yaitu keadaan terlalu tua.
3. Pendidikan
Pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
baik pula tingkat pengetahuan dan semakin mudah menerima informasi. (Pusdiknakes, 2003).
Dalam kasus pendidikan Ny. S adalah SMA sehingga dapat diketahui tingkat pendidikan Ny. S baik
sehingga dalam memberikan asuhan bidan bisa lebih mudah saat memberikan konseling kepada ibu dan
ibu bisa lebih mudah untuk meneria informasi yang di berikan bidan.
4. Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup sosial dan masalah ekonomi. Kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan klien yitu pemulihan ibu setelah melahirkan dan perawatan dirumah.(Ibrahim,
1996)
Dalam kasus, Ny. S bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga dapat diketahui bahwa Ny.S tidak
memiliki pendapatan pribadi melainkan suami yang bekerja dan mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu juga
tidak bekerja dengan berat dan tidak berisiko sehingga dimungkinkan pekerjaan tidak mempengaruhi
proses nifas Ny. S .
5. Agama
Agama dikaji untuk mengetahui agama yang dianut sehingga berguna dalam pemberian support mental,
memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melakukan asuhan kebidanan dan untuk mengetahui
adanya penyulit terhadap kebiasaan yang dijalankan yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu. (Manuaba,
2001).
Dalam kasus, Ny. S beragama Islam dan bidan juga beragama islam sehingga pemberian support dapat
dengan pendekatan islamiah yang memudahkan bidan untuk asuhan kebidanan. Dari praktik agama Ny. S
tidak ada yang membahayakan dalam masa nifasnya.
6. Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan bagi ibu nifas.
(Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus, suku Ny.S adalah Jawa dalam suku/bangsa ibu tidak ada kebiasaan yang dapat merugikan
selama nifas.
7. Alamat
Alamat dikaji untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan sesuai syarat rumah sehat, mempermudah
kunjungan, mengetahui geografis rumah berupa pegunungan atau daerah terpencil sehingga diketahui
keterjangkauan terhadap tenaga kesehatan, menghasilkan waktu lama merujuk ke fasilitas kesehatan.
(Wiknjosastro, 2002).
Dalam kasus dapat diketahui alamat Ny. S yaitu Jl. Dahlia No.4 16C Temanggung . Dari alamat tersebut
dapat diketahui keadaan tempat tinggal Ny. S sesuai dengan syarat rumah sehat diketahui dari hasil
pengkajian bahwa rumah Ny. S memiliki ventilasi, terdapat air bersih dan terkena sinar matahari. Ny. S
juga tidak tinggal di daerah terpencil sehingga dapat menjangkau ke fasilitas kesehatan dengan mudah.

I. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
- Tinjauan Teori
Alasan datang dikaji untuk mengetahui alasan yang mendasari pasien datang melakukan pemeriksaan.
(Wiknjosastro, 2002)
- Kasus
Ny. S mengatakan ingin memeriksakan kesehatannya setelah 4 hari melahirkan.Pembahasan
- Pembahasan
Alasan yang dikatakan Ny. S memang akan dijadikan sebagai acuan oleh bidan untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2. Keluhan Utama
- Tinjauan Teori
Keluhan utama merupakan yang melatarbelakangi ibu datang ke bidan / nakes ( Cuninham, 2001 )
- Kasus
Ny.S mengeluh badannya terasa panas, nyeri pada betis, kaki kiri bengkak dan kemerahan setelah
melahirkan 4 hari yang lalu (1 Maret 2014).
- Pembahasan
Pada kasus , Ny. S didiagnosa mengalami tromboflebitis femoralis, dimana salah satu gejala dari
tromboflebitis femoralis yaitu kaki lebih panas dibandingkan dengan kaki yang lain, nyeri pada betis,
bengkak sehingga keluhan yang dirasakan oleh Ny. S sesuai dengan diagnosanya.
3. Riwayat Kesehatan
- Tinjauan Teori
Digunakan sebagai penanda akan adanya penyulit masa nifas yang yang akan mempengaruhi organ yang
mengalami gangguan.
- Kasus
Ibu tidak pernah ataupun tidak sedang menderita penyakit-penyakit tersebut.
- Pembahasan
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang membahayakan terhadap nifas sehingga tidak ada gangguan
yang dapat mempengaruhi pemulihan ibu selama masa nifas.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Yang perlu dikaji adalah umur menarche, siklus, lamanya, banyaknya, sifat, warna, nyeri haid, leukhore.
Hal ini dikaji untuk mengetahui kesehatan reproduksi ibu dan untuk mengetahui apakah riwayat obstetric
ibu termasuk kondisi fisiologis/patologis.
- Kasus
Ibu menarche 13 tahun, siklus 28 hari , teratur, lama 7 hari, banyaknya hari 1-3 ganti 3x ( ¾ penuh ), hari
4-5 ganti 2x ( ½ penuh ), hari 6-7 ganti ( bercak ) , warna darah : merah tua, nyeri haid : tidak ada,
leukhore : 1 minggu sebelum menstruasi.
- Pembahasan
Dari kasus didapatkan bahwa riwayat haid Ny.S tidak ada gangguan
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
- Dikaji untuk mengetahui adanya masalah pada kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu karena
masalah tersebut dapat terjadi kembali pada nifas ini.
- Kasus
Kehamilan Persalinan Nifas

Ank Ke- Pylt Penolong Jenis UK BBL/PB L/P ASI Pylit


/Tahun

1/2000 - Dukun Normal Ckp bln 2900 P + -

2/2003 - Dukun Normal Ckp bln 2850 P + -

- Pembahasan :
Dari kasus tersebut diketahui riwayat kmehamilan, bersalin dan nifas yang lalu dirawat oleh dukun dan
selama masa tersebut ibu tidak mengalami penyulit.
c. Riwayat kehamilan sekarang
- Tinjauan Teori
Untuk mengetahui bagaimana keadaan saat kehamilan ibu karena dapat mempengaruhi keadaan
selama masa nifas ( Farrer. 2001 ).
- Kasus
Hamil ke 3, UK 39 minggu 2 hari, HPHT 27-Mei-2013, HPL 06-Maret-2014, Gerakan Janin terasa
pada usia 5 bulan, TT 2 x, Minum jamu/obat selain vitamin tidak pernah, ANC 9x.
- Pembahasan
Dari data diketahui perkiraan umur kehamilan ibu melalui HPHT yaitu 39 minggu 2 hari merupakan usia
kehamilan yang sudah aterm, dan selama hamil ibu juga rutin memeriksakan kehamilannya, sehingga
kesehatan ibu bisa terpantau oleh bidan. Ibu juga tidak pernah minum jamu/obat saat hamil yang dapat
mempengaruhi kehamilannya.
d. Riwayat persalinan
- Tinjauan Teori
- Kasus
Ibu partus pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 19.00 WIB ditolong oleh Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Melahirkan Bayi Ke :3
Plasenta : Lengkap, selaput dan jumlah kotiledon lengkap18 buah, tebal 2,5 cm, diameter 18 cm,
panjang 45 cm, insersio sentralis dan selaput lengkap berat plasenta 500gr,
- Pembahasan :
Dari kasus diketahui proses persalinan ibu tidak ada penyulit dan berjalan normal.
e. Riwayat Nifas Sekarang
- Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui nifas yang ke berapa, sudah mendapat apa, keluhan yang dirasakan sejak
kapan, mengapa dan bagaimana, keadaan ibu apakah kolostrum sudah keluar, pengeluaran cairan dari
jalan lahir (warna,jumlah, bau, konsistensi), keadaan bayi mengenai rawat gabung dan menyusui.
- Kasus :
Keadaan ibu : Lochea sanguinolenta, ibu sudah bisa menyusui bayinya, ASI sudah keluar lancar.
Keadaan Bayi : bayi sudah bisa minum ASI, BAB 1x/hari, bayi sudah mendapat imunisasi Hb0.
- Pembahasan :
Dari kasus tersebut pada pada masa nifas ibu tidak ditemui masalah, bayi sudah bisa menyusu dan ibu
sudah bisa menyususi bayinya dengan lancar.
5. Riwayat Perkawinan
- Tinjauan Teori
Untuk mengkaji pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan yang dialami, mengetahui
lamanya pernikahan, jumlah pernikahan dan jumlah anak yang dapat mempengaruhi masa nifas
(Saifudin, 2002 )
- Kasus
Status perkawinan ibu sah, menikah 1 kali, lamanya kurang lebih 13 tahun, umur ibu saat menikah 23
tahun dan suami 29 tahun.
- Pembahasan
Riwayat perkawinan ibu tidak ada masalah sehingga kemungkinan tidak ada gangguan nifas karena factor
psikologis.
6. Riwayat KB
- Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui kontrasepsi yang dipakai sebelumnya adakah keluhan, kesadaran dalam
perencanaan reproduksi. (Hartanto, 2002).
- Kasus
Sebelum hamil Ny.S pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik dan setelah persalinan nanti Ny.S
berencana akan menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik lagi.
- Pembahasan
Ibu sudah mengetahui KB apayang akan digunakan setelah bersalin nanti.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola nutrisi
- Tinjauan Teori
Dikaji untuk mengetahui pola makan minum yang dikonsumsi oleh ibu sebelum hamil dan selama hamil
karena status gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin (Saefudin,2000).
- Kasus
Ny.S makan : Ibu mengtakan tidak begitu nafsu makan, dua kali sehari dengan porsi 1 piring nasi, sayur,
tempe, ikan, telur, buah. Ibu telah banyak minum 12-14 gelas / hari. Dan minum susu 2 gelas/hari
- Pembahasan
Selama nifas ibu membutuhkan banyak nutrisi dan sumber energy pembangunan dan pengatur karena
saat nifas membutuhkan banyak nutrisi untuk pemulihan sel-sel kembali. Hal ini belum terlaksana pada
pola nutrisi Ny.S, variasi makanan dan porsi makan Ny. S menurun sehingga pemenuhan kebutuhan
nutrisinya belum terpenuhi dengan maksimal.
b. Pola eliminasi
- Tinjauan Teori
Perlu dikaji untuk mengetahui adakah gangguan dalam defekasi dan miksi pada pasien selama nifas.
Miksi harus dilakukan segera mungkin setelah melahirkan (6 jam postpartum), sedangkan defekasi harus
dilakukan 3-4 hari postpartum. Ibu terkadang merasa sulit untuk buang air kecil karena pengaruh
oedema kandung kemih yang terjadi selama bersalin dan ibu juga sulit untuk buang air besar karena
perasaan takut ibu untuk buang air besar. (Yanti, 2010).
- Kasus
BAB; Ibu mengatakan sudah BAB 1x/hari. BAK : 4x/hari tidak ada keluhan.
- Pembahasan
Ny.S tidak terjadi konstipasi, dan BAK sudah normal dan tidak ada keluhan.
c. Pola aktivitas
- Tinjauan Teori
Perlu dikaji apakah ibu melakukan pekerjaan berat yang menyebabkan ibu kelelahan sehingga tidak
mempunyai tenaga dan untuk menyesuaikan asupan nutrisi yang harus diterima. Bidan
memberitahukan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini agar pengeluaran lokhea lancar dan
membantu mempercepat pemulihan dari fungsi alat genetalia dan urinaria. (Manuaba, 2001)
- Kasus
Setelah melahirkan : Ibu belum melakukan banyak aktifitas, namun sudah bisa ke kamar mandi sendiri
dan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
- Pembahasan
Ny.S aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga sehingga tidak mengganggumasa nifasnya.
d. Pola istirahat
- Tinjauan Teori
Dikaji karena istirahat diperlukan bagi ibu untuk memperoleh kesegaran dan dapat menyusun tenaga
baru. Ibu yang kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI, memperlambat involusi uteri,
kelelahan, dan depresi postpartum (Saifudin, 2002 )
- Kasus
Sesudah melahirkan : Ibu mengatakan sulit tidur karena nyeri pada betisnya, sehingga hanya
tidur 5-6 jam / hari, tidur siang ½ jam.
- Pembahasan
Ny.S istrahat malam nya terganggu karena rasa nyeri pada betisnya sehingga istirahatnya tidak maksimal
untuk pemulihan kesehatan ibunya.
e. Pola personal hygiene
- Tinjauan Teori
Dikaji karena diperlukan kebersihan untuk mencegah penyebaran infeksi. Bila ada darah,lendir atau air
ketuban segera dibersihkan dan juga menginformasikan kepada ibu nifas untuk mengganti pembalut
minimal 3 kali dalam sehari karena lebih dari 6 jam mikroorganisme akan berkembang biak dan mudah
menyebabkan infeksi pada ibu nifas (Saifudin, 2002 )
- Kasus
Sesudah melahirkan : Baik, Ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, cuci rambut 2 hari
sekali, ganti pembalut 3x sehari, cuci tangan sesudah BAK dan BAB, cuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
- Pembahasan
Ny.S menjaga pola hyigenenya dengan baik sehingga tidak ada masalah.
8. Data Psokososial dan Spiritual
- Tinjauan Teori
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi yang sekarang. Dan juga untuk
mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu (Saifudin, 2002). Dikaji tentang agama pasien dan suami
sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan selama masa nifas apakah ada hal-hal yang dilakukan
bertentangan dengan agama yang dianut ibu dan keluarga (Saifudin, 2002)
- Kasus :
Keadan Psikologis
Ibu mengatakan saat ini merasa bahagia dengan kelahiran bayinya karena sudah lama menantikannya dan
jenis kelaminnya sesuai dengan yang diinginkannya. Suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran
bayinya. Ibu takut bergerak karena terasa nyeri, Ibu menyusui bayinya
Data Sosial
Hubungan ibu, suami dan masyarakat baik. Mekanisme koping ( cara pemecahan masalah adalah dengan
berdiskusi bersama-sama dengan suami kemudian keluarga. Pengambil keputusan pertama dalam
keluarga adalah suami, namun dalam keadaan darurat ibu dapat mengambil keputusan sendiri. Ibu tinggal
bersama suaminya.

- Pembahasan
Dari sisi psikologis, ( ibu, suami, dan keluarga ) tidak ada masalah,. Dalam hal keagamaan juga tidak ada
aktivitas yang membahaykan masa nifasnya. Riwayat psikososial dan spiritual ibu tidak ada masalah
sehingga kemungkinan besar tidak ada gangguan kehamilan karena factor psikologis dan spiritual.
9. Data Pengetahuan

- Tinjauan Teori
Ditanyakan pengetahuan ibu yang berkaitan dengan masa nifas karena dengan adanya pengetahuan
pasien maka akan lebih mudah diajak memecahkan masalah yang mungkin akan terjadi, seperti
pengetahuan ibu tentang perawatan nifas dan perawatan payudara selama ibu menyusui sehingga
bidan mempunyai sasaran yang tepat saat memberikan konseling. (Saifudin, 2002).
- Kasus
Ibu mengatakan belum mengetahui tanda-tanda infeksi saat masa nifas
- Pembahasan
Bidan dapat melakukan konseling mengenai tanda bahaya pada nifas, terutama tanda-tanda infeksi.

I. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
- Tinjauan Teori
Menurut Pusdiknakes (2003 : 63) jika tekanan darah >140/90 mmHg dicurigai gejala pre-eklampsi
postpartum. Suhu meningkat 0,5oC dari normal, tetapi suhu yang mencapai > 38oC setelah 12 jam
postpartum mengarah pada tanda-tanda infeksi (Wiknjosastro,1999 ). Nadi berkisar antara 60-80
x/menit dan cenderung lebih labil bila dibandingkan dengan suhu tubuh. (Varney,2001) Untuk
mengetahui frekuensi pernafasan klien, apakah stabil karena saat bersalin nafas ibu cenderung
meningkat frekuensinya (Varney,2001). Rata-rata berat badan ibu akan kembali seperti sebelum hamil
dalam waktu 6 minggu. (Pillitery, 1999 )

- Kasus
Dalam kasus Ny.S
Keadaan Umum : Ibu tampak letih
Kesadaran : Composmentis
BB selama hamil : 64 Kg
BB setelah melahirkan : 58 Kg
TB : 157 Cm
LILA : 24 cm
TD : 110/70 nnHg
Nadi : 80x / menit
Temperatur : 37,5 oC
Pernafasan : 22x / menit
- Pembahasan
Dalam kasus, tekanan darah Ny.S 110/70 mmHg sehingga tidak berpotensi terjadi pre-eklampsi yang
dapat mengganggu proses nifasnya. Selain itu suhu tubuh Ny.S 37,5˚C dan termasuk suhu tubuh tidak
normal yang menandakan ibu mengalami infeksi. Nadi Ny.S 80x/menit termasuk normal. Frekuensi
pernapasan Ny.S 22x/menit menunjukkan keadaan yang tidak normal karena ibu merasakan nyeri pada
kakinya. Sedangkan LILA 24 cm sehingga tidak mengalami kekurangan energy kronik/KEK, BB 58 kg
juga termasuk dalam keadaan yang normal.
b. Status Present
- Tinjauan Teori
Dalam tinjauan teori disebutkan bahwa pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan rambut rontok, oedema
pada muka, tidak ada anemia, mata tidak ikterik, tidak ada polip, tidak ada bendungan vena jugularis, dan
tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid.
- Kasus
Dalam kasus Ny.S terdapat kelainan pada ekstrimitas bawah yaitu ada oedema, kaki kiri bengkak dan
kemerahan, nyeri pada betis, jari-jari lengkap, kaki kiri sulit digerakkan, simetris kanan-kiri
- Pembahasan
Berdasarkan data diketahui bahwa keadaan fisik ibu ditemukan tanda patologis, yaitu tromboflebitis
femoralis.
c. Status obstetric
- Tinjauan Teori
a. Yang perlu dikaji adalah papilla menonjol, kelenjar Montgomery makin tampak serta abdomen baik
inspeksi maupun palpasi dan ekstremitas
Untuk mengetahui ada tidaknya tanda hommans, oedema maupun varises. Adanya human
menunjukkan infeksi thrombflebitis pada ibu nifas.
- Kasus
Ny.S tidak ada cloasma gravidarum, kelenjar Montgomery dan papilla menonjolhiperpigmentasi areola,
TFU pertengahan pusat dan simpisis, pada ekstremitas terdapat tanda homan
- Pembahasan
Ny.S terdapat tanda-tanda tromboflebitis femoralis.
d. Pemeriksaan penunjang
- Tinjauan Teori
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui ibu mengalami anemia/tidak, yaitu apabila kadar Hb < 11
gram % (Varney, 2007).
- Kasus
Dalam kasus Hb Ny.S tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

II. ASSESMENT
- Tinjauan Teori
Assesment merupakan pendokumentasian hasil ananlisis dan interpretasi/kesimpulan dari data subyektif-
obyektif.
- Kasus
Ny. S usia 30 tahun P3A0 4 hari postpartum dengan Tromboflebitis femoralis.
Diagnosa dan masalah potensial : terjadinya emboli Pulmonum

III. PELAKSANAAN
Menurut teori, dalam pelaksanaan terkandung planning ( perencanaan, implementasi dan evaluasi
). Planing adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan ini disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Pelaksanaan / implementasi sesuai rencana yang telah
disusun dan disesuaikan dengan keadaan dan dalam rangka mengatasii masalah pasien. Sedangkan
evaluasi yaitu tafsiran dan efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan/hasil
pelaksanaan tidakan.
Dalam kasus pelaksanaan yang dilakukan yaitu yang pertama memberitahu ibu dan keluarga
mengenai hasil pemeriksaan dengan hasil ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisi ibu saat ini bahwa
ibu mengalami tromboflebitis femoralis. Selain itu, memberi ibu dukungan psikologis hasilnya yaitu ibu
merasa lebih tenang setelah mendapat dukungan psikologis. Selanjutnya menganjurkan ibu untuk
melakukan ambulasi dini agar dapat meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan
kemungkinan pembentukan bekuan darah, misalnya: jika ibu sudah merasa tidak lelah anjurkan untuk
kekamar mandi namun tetap ditemani.
Kemudian menganjurkan ibu untuk tidak berada pada posisi litotomi dan tidak menggantung kaki
lebih dari 1 jam dan memberi alas penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat pada betis.
Menjelaskan dan mengajarkan pada ibu tentang cara mengurangi nyeri. Memberikan terapi antipiretik
parasetamol 3x1mg untuk mengatasi demam
Selanjutnya segera merujuk ibu secepat mungkin dan mendampingi ibu saat merujuk dengan
membawa BAKSOKUDA (Bidan, Alat (infuse set, cairan infus, kassa), Keluarga, Surat (dokumentasi),
Obat ( Kendaraan, Uang, Donor darah) dengan hasil ibu sudah dirujuk. Pelaksanaan yang terakhir yaitu
mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya semua tindakan telah di
dokumentasikan.
Semua pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Buku Acuan Nasioanl
Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Jakarta : YBP – SP.

Bari, Saifuddin Abdul dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatol. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirotarjo.

______. 2002. Ilmu Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawiroharjo.

Hanifa, Prawirodiharjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, Jakarta :
EGC.

Mochtar, rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Saifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.

Straight,Barbara R.2004.Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.Jakarta:EGC

Taber, Ben – Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

Varney, H., Kriebs J.M, Carolyn, L.G. 2007. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Edisi bahasa Indonesia. Editor : Esty
Wahyuningsih, et.al. Edisi 4. Jakarta : EGC.

WHO. 2002. Safe Motherhood, Modul Sepsis Puerperalis : Materi Pendidikan Untuk Kebidanan. Jakarta : EGC
Tromboflebitis
Diposkan oleh Dini Real on Senin, 26 Maret 2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska
persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena itulah penting sekali untuk
memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan,
khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska persalinan di
ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus
uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak
akan mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu
dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa jam pertama
setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan uterus untuk memastikan
uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh, perdarahan harus diawasi. Tidak
dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pasca persalinan atau
hingga ibu sudah stabil. Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik
antara 37,2-37,8 0C oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi. Dalam
hal ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa
nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Mobilitas puereuralis
adalah kenaikan suhu badan sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari.
Dalam 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari pertama. Suhu diukur 4x sehari secara oral
(dari mulut). Beberapa faktor predisposisi:
1. Kurang gizi atau nutrisi
2. Anemia
3. Higiene
4. Kelelahan
5. Proses persalinan bermasalah:
a. Partus lama atau macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatik
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas
Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang
dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan endogen (dari jalan
lahir sendiri):
1. Streptococcus Haemoliticus Aerobik
2. Staphylococcus aureus
3. Escherichia coli
Infeksi diklasifikasikan menjadi Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks, dan
endometrium dan Infeksi yang menyebar ketempat lain melaui: pembuluh darah vena, pembuluh
limfe dan endometrium (Rustam Muchtar, 1998).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari tromboflebitis
2. Untuk mengetahui jenis dari tromboflebitis
3. Untuk mengetahui etiologi dari tromboflebitis
4. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari tromboflebitis
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari tromboflebitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari tromboflebitis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin selama kehamilan dan
persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
B. KLASIFIKASI
Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena
ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika
dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak di bagian atas uterus; proses
biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan
menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna
ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
2. Tomboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena
poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.(Abdul Bari SAifudin,
dkk., 2002).
C. ETIOLOGI
1. Perluasan infeksi endometrium
2. Mempunyai varises pada vena
3. Obesitas
4. Pernah mengalami tramboflebitis
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang
lama
6. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.(Adele Pillitteri,
2007).

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat bedah kebidanan
2. Usia lanjut
3. Multi paritas
4. Varices
5. Infeksi nifas
Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul. Trombosis pada
vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga merupakan
tromboflebitis. Adanya septikhema, dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman
dari darah.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Pelvio Tromboflebitis
a. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari
ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
1) Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak
panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang diikuti penurunan suhu
dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
3) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan
4) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
c. Abses pada pelvis
d. Gambaran darah
1) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia)
2) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
3) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sulit dicapai pada pemeriksaan dalam.
2. Tromboflebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak
naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri,
dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
melus dari bawah ke atas.
6) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan
tendo akhiles (tanda homan positif).

F. PENATALAKSANAAN
1. Pelvio Tromboflebitis
a. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik
aseptik yang baik.
b. Anjurkan penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya
emboli pulmonum.(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)
2. Tromboflebitis Femoralis
a. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
b. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam,
dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang
kuat pada betis.
c. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
d. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
e. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
f. Berikan alat pemanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan
bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak
terhambat.
g. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
h. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut
dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
i. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak
ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
j. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga
kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah
dilakukan.
k. Beritahu klien bahwa perlu dilakukan rujukan untuk menentukan diagnosis pasti dan untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.(Adele Pillitteri, 2007)
3. Rawat Inap
penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli
pulmonal.
4. Therapi Medik
pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonal
5. Therapi Operati
peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai
mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul.
Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga
merupakan tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan karena Perluasan infeksi endometrium,
Mempunyai varises pada vena, Obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, Berusia 30 tahun
lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu yang lama, Memiliki
insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.(Adele Pillitteri, 2007).

B. SARAN
1. Bagi Ibu Nifas
Bagi ibu nifas, disaran agar rajin melakukan mobilisasi agar terhindar dari tromboflebitis.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan khususnya bidan, agar lebih memperhatikan pasien post partum sehingga
terhindar dari komplikasi post partum seperti tromboflebitis.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Utama
Prawiroharjo, Sarwono.2008.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
__________________.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Pillitteri, Adele.2007.Perawan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta;EGC
Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC
Internet
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/25/tromboflebitis/, 27-Januari-2012
http://bidangesot.wordpress.com/2010/12/13/tromboflebitis/, 27-Januari-2012
http://www.4shared.com/document/o3CHPX4l/tromboflebitis_superficial.html, 27-Januari-2012
http://www.4shared.com/office/kAPRN7p1/12_TROMBOFLEBITIS_2010.html, 27-Januari-
2012
THROMBOPHLEBITIS

THROMBOPHLEBITIS, Komplikasi dan Penyakit Dalam Masa Nifas

A. PENGERTIAN

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran

darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis,

dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.(Wiknjosastro:

2002).

B. PENYEBAB

 Perubahan susunan darah

 Perubahan laju peredaran darah

 Perlukaan lapisan intema pembuluh darah

Pada masa hamil dan khususnya persalinan saat terlepasnya plasenta kadar fibrinogen

yang memegang peranan penting dalam pembekuan darah meningkat sehingga memudahkan

timbulnya pembekuan.(Wiknjosastro: 2002).

C. FAKTOR PREDISPOSISI

 riwayat bedah kebidanan

 usia lanjut

 multi paritas
 varices

 infeksi nifas

Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul. Trombosis

pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga

merupakan tromboflebitis. Adanya septikhema, dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan

kuman-kuman dari darah (Cunningham Gary: 2005).

D. KLASIFIKASI

1. Pelvio tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum yaitu vena

ovarika, vena uterina dan vena hipogastika. Vena yang paling sering terkena adalah vena

ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena renalis, sedangkan perluasan

infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena cava inferior.(Cunningham Gary;2005)

Gejala

· Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2-3

masa nifas dengan atau tanpa panas

· Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :


o Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan

interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu

menggigil penderita hampir tidak panas.

o Suhu badan naik turun secara tajam (36ᵒC-40ᵒC)

o Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan

o Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru

o Gambaran darah

· Terdapat leukositosis

· Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulai menggigil, kultur

darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

· Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak

terkena adalah vena ovarika(www.google.com)

Komplikasi

· Komplikais pada paru-paru infark, abses, pneumonia

· Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria dan

hematuria

· Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan (Cunningham Gary: 2005).

Penanganan

· Rawat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah

terjadinya emboli pulmonal.


· Therapi medik, pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau

dugaan adanya emboli pulmonal

· Therapi operati , peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus

berlangsung sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi.(Wiknjosastro:

2002).

2. Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)

Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada vena femoralis,

vena poplitea dan vena safena.

Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan oleh suatu trombosis yaitu suatu

pembekuan darah balik dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang

biasanya mengakibatkan kematian(Cunningham Gary;2005)

Penilaian klinik

· Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris 7-10 hari kemudian suhu mendadak baik

kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

· Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

o Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih

panas dibandingkan dengan kaki yang lain

o Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada

paha bagian atas

o Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha


o Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,

dan nyeri

o Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat

pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan

pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas

o Nyeri pada betis

o Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha

o Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis

dan dibandingkan dengan tungkai sebelah lain yang normal.

Penanganan

· Perawatan

o Kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema lakukan kompres pada kaki

o Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki

yang panjang elastik selama mungkin

o Jangan menyusui bayinya, mengingat kondisi ibu yang sangat jelek

o Terapi pemberian antibiotik dan anti analgesik (Wiknjosastro;2002)

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/thrombophlebitis.html#ixzz3ni61pnFJ

Anda mungkin juga menyukai