Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2007, Angka


kematian Bayi menurun dari 97 pada tahun 2007 dan 29 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2010 (NurJanah, dkk 2013).
Semua bayi baru lahir harus dinilai tanda-tanda kegawatan
kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir
dinyatakan sakit apabila mempunyai satu atau tanda-tanda sesak
napas, frekuensi napas lebih dari 60 kali per menit, tampak retraksi
dinding dada, malas minum, panas atau suhu badan bayi rendah,
kurang aktif berat lahir rendah dengan kesulitan umum sedangkan
pada bayi labioskizis ditandai dengan adanya kelainan pada bentuk
bibir sumbing atau tidak sempurna (Muslihatun,2010).
Angka kejadian kelainan kongoinetal sekitar 1/700 kelahiran
dan merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering
ditemukan.Kelainan ini berwujud sebagai labioskizis disertai
palatoskizis 50% labioskizis saja 25% dan palatosikizis saja
25%.Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya riwayat
kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin
disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang
mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan tersebut.
Pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan
memisahkan lagi belahan tersebut (Sudarti dan Fauziah, 2012).
Studi yang dilakukan oleh loho (2013) tentang prevalensi
labioskizis di RSUP.Prof.Dr.d. Kandaou Manado. Prevalensi
labioschisis dan labiopalatoskizis pada januari 2011 – oktober 2012
yaitu 57% dan 43%. Presentase untuk tiap jenis kesumbingan adalah
sebagai berikut, bibir sumbing unilateral 47%, bibir sumbing
bilateral 5%, bibir sumbing langit langit unilateral 28%, bibir
sumbing langit langit bilateral 12%, submukosa 1%, dan sumbing
bibir langit langit 7%.
Data studi pendahuluan yang penulis dapatkan dari RS Panti
Waluyo Surakarta pada Bulan September 2013 –September 2014
tercatat data 1.649 kelahiran, dan dari jumlah tersebut terdapat 909
bayi baru lahir normal (55,12%), bayi baru lahir rendah (BBLR)
sebanyak 411 (24,92%), bayi yang menderita asfiksia ringan
sebanyak 96 (5,83%), asfiksia sedang sebanyak 120 (7,27%),
asfiksia berat sebanyak 24 (1,47%) jumlah bayi yang
prematursebanyak 48 (2,91%), ISPA 20 (1,22%), yang menderita
ikterik sebanyak 13(0,79%), cacat bawaan 4 (0,24%), dan
Labioskizis 2 (0,12 %).
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi
akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan
prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang
dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan
congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah
dan kegagalan fusi dengan septum nasi.

Labioskizis atau cleft lip atau bibir sumbing adalah suatu


kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan
hidung. Kelainan ini dapat berupa takik kecil pada bahagian bibir
yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau dua sisi bibir
memanjang dari bibir ke hidung.Palatoskisis adalah fissura garis tengah
pada palatum yang terjadi karenakegagalan 2 sisi untuk menyatu
karena perkembangan embriotik.Labioskizis dan labiopalatoskizis
merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka mahasiswa tertarik


untuk memberikan AsuhanKebidanan pada bayi dengan Labioskizis
karena masih sangat jarang ditemukan dan menambah pengetahuan
sehingga mahasiswa mengambil studi kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I dengan Labioskizis di
RS A.W. Sjahranie Samarinda”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat


merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi
Baru Lahir pada By. Ny. I dengan Labioskizis di RS A.W Sjahranie
Samarinda?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir


pada By. Ny.I Dengan labioskizis di RS A.W Sjahranie
menggunakan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu

1) Mahasiswa diharapkan melakukan pengkajian data


keadaan
umum, fisik, dan fisiologis Bayi Baru Lahir pada By.
Ny. I dengan Labioskizis.

2) Mahasiswa diharapkan melakukan interpretasi data yang


meliputi diagnosa kebidanan masalah dan kebutuhan
Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I dengan Labioskizis.

3) Mahasiswa diharapkan melakukan identifikasi masalah


dengan diagnosa potensial Bayi Baru Lahir pada By.
Ny. I dengan Labioskizis.

4) Mahasiswa diharapkan melakukan tindakan segera


kepada bayi baru lahir Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I
dengan Labioskizis.

5) Mahasiswa diharapkan merencanakan tindakan yang


akan dilakukan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I
dengan Labioskizis.

6) Mahasiswa diharapkan melaksanakan rencana tindakan


yang akan dilakukan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I
dengan Labioskizis

7) Mahasiswa diharapkan melaksanakan evaluasi atas


tindakan yang akan dilakukan Bayi Baru Lahir pada By.
Ny. I dengan Labioskizis.

b. Mahasiswa mampu menemukan kesenjangan antara teori dan


kasus Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I dengan Labioskizis
melalui asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney.
c. Mahasiswa mampu menerapkan alternatif pemecahan
masalah jika terjadi kesenjangan antara teori dan praktik
dengan bersosialisasi dan bertukar pendapat dengan tenaga
medis setempat dalam mencari pemecahan masalah yang
tepat.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman nyata dalam praktek di lapangan


tentang pentingnya pemberian asuhan yang optimal pada bayi
baru lahir dengan Labioskizis.

2. Bagi Profesi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekan-rekan profesi


sebagai referensi tentang manajemen asuhan kebidanan pada bayi
dengan Labioskizis.

3. a. Bagi Institusi / Pendidikan


Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan informasi dan
referensi dalam bidang kepustakaan di bidang asuhan
kebidanan pada neonatus bayi dengan Labioskizis.

b. Bagi instansi / Rumah Sakit


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta sebagai
sumber referensi tindakan asuhan kebidanan pada Bayi Baru
Lahir dengan Labioskizis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram (Arief, 2009).

b. Klasifikasi bayi baru lahir

Klasifikasi bayi baru lahir menurut usia gestasi, yaitu:

1) Preterm:Kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)

2)Aterm:Mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu


lengkap (259 hari sampai 293 hari)

3)Post-term: 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)


(Wiknjosastro, 2005)

c. Perawatan segera setelah lahir

Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat


merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa
terjadi infeksi lokal.Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen
aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi.Sisa tali pusat
harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain
bersih secara longgar.Pemakaian popok sebaiknya dilipat
dibawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran / feses, maka
tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air bersih kemudian
dikeringkan ( Muslihatun, 2010).

Upaya untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat,


antara lain dengan cara sebagai berikut:
1. Mencuci tali pusat dengan air bersih dan sabun (pemakaian
alkohol dapat menunda penyembuhan)

2. Menghindari membungkus tali pusat

3. Melakukan skin to skin contact dengan kulit ibu


(Muslihatun, 2010).

Pemeriksaan awal terhadap bayi baru lahir, yaitu :

1) Fontanel yaitu pemeriksaan dilakukan terhadap lebar


dan ketegangannya.
2) Mata
Pemeriksaan mata berfungsi untuk memastikan tanda
infeksi
atau kelainan. Selain itu diberikan tetes mata dengan
eritromisin atau nitras 1%.

3) Pemeriksaan daun telinga


Pemeriksaan ini untuk memastikan kenormalan dan
adanya cairan yang keluar dari liang telinga.
4) Bibir dan palatum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan ada
tidaknya labioskizis dan palatoskizis. Pemeriksaan ini
penting saat memberi ASI agar tidak terjadi aspirasi
ASI.

5) Denyut jantung
Pemeriksaan denyut jantung bayi dihitung penuh selama
60 detik sehingga jumlah absolutnya dapat ditentukan.

6) Pemeriksaan payudara
Dilakukan untuk mengkaji adanya pembesaran atau
benjolan.

7) Pemeriksaan genitalia
Dilakukan pada bayi laki-laki untuk mengetahui apakah
kedua testis telah turun.Bila belum dapat dievaluasi dan
direncanakan untuk melakukan tindakan lanjut agar
testis dapat turun.Pada bayi perempuan dilakukan
pemeriksaan labia minora dan mayora serta hymen dan
introitus vagina apakah ada imperferata hymen.
Pemeriksaan genitalia eksterna juga dilakukan pada saat
memasukkan bayi ke ruang perawatan untuk
memastikan jenis kelamin bayi dengan label yang
menyertainya (Manuaba, 2008).

d. Perubahan yang segera terjadi setelah bayi lahir

Menurut Wiknjosastro (2005), perubahan yang segera terjadi


setelah bayi baru lahir, yaitu :
1. Gangguan metabolisme karbohidrat
Oleh karena kadar gula darah tali pusat yang 65 mg/100
ml akan menurun menjadi 50 ml/100 ml dalam waktu 2
jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil
dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula
darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.

2. Gangguan umum
Sesaat sesudah bayi lahir akan berada di tempat yang
suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam
keadaan basah. Bila dibiarkan dalam suhu kamar 250 C
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
konvensi dan radiasi sebanyak 200 kalori/klg BB/menit.

3. Perubahan system Pernafasan


Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30
detik sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai
akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer
yang di bantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti
kemoreseptor carotid yang sangat peka tehadap
kekurangan oksigen, rangsangan hiposemia,sentuhan
dan perubahan suhu di dalam uterus dan di luar uterus.

4. Perubahan sistem sirkulasi


Berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di dalam
alveoli meningkat.Sebaliknya tekanan karbondioksida
turun. Hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi
pembuluh-pembuluh darah paru sehingga aliran darah
kealat tesebut meningkat dan menyebabkan darah dari
arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus
arteriosus menutup.

5. Perubahan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai
berfungsi.

e. Tanda bahaya bayi baru lahir antara lain :


Menurut Wafi Nur (2010), tanda bahaya bayi baru lahir :
1) Pernafasan sulit > 60 kali/menit
2) Retraksi dada saat respirasi
3) Suhu < 36º C atau > 38º C
4) Warna kulit atau bibir pucat
5) Menghisap lemah
6) Tali pusat berwarna merah, bengkak, keluar cairan, berbau
busuk
7) Mekonium tidak keluar setelah tiga hari pertama kelahiran
8) Muntah terus menerus

f. Penilaian bayi waktu lahir (assessment at birth)


Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan
menggunakan nilai apgar score, yaitu:

Table 2.1 Apgar Score Bayi Baru Lahir

Tanda 0 1 2
a. Appearance( Pucat Badan Seluruh
Warna kulit) merah tubuh
Ekstremit kemerah –
as biru merahan
b. Pulse rate
(Tekanan Jantung) Tidak ada Kurang Lebih dari
dari 100 100
c. Grimace Tidak ada Sedikit Batuk bersin
(Fleksi) gerakan
minik
(grimace)
d. Activity Tidak ada Ekstremit Gerakan
(Tonus otot) as sedikit aktif
fleksi
e. Repiration Tidak ada Lemah/tid Baik/menang
(Pernafasan) ak teratur is
“Sumber : Wiknjosastro (2005)”

f. Penyuluhan sebelum bayi pulang


Secara umum bayi dapat dipulangkan apabila bayi dapat
bernafas tanpa kesulitan dan tidak ditemukan masalah lagi, atau
perawatan bayi dapat dilanjutkan dengan rawat jalan. Selain itu
tubuh bayi harus bisa dipertahankan dalam rentang 36,5 –37,50C,
bila bayi kecil menggunakan cara pengukuran suhu yang dapat
digunakan di rumah. Bayi yang akan dipulangkan harus dapat
menyusu dengan baik, bagi yang akan dipulangkan juga tidak
terdapat ikterus (Muslihatun,2010).
2. Labioskizis

a.Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior Sedangkan
Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat
kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi
dengan septum nasi (Sudarti dan Khoirunnisa, 2010).
Labioskizis merupakan deformasi daerah mulut berupa
celah atau sumbing atau pertumbuhan yang kurang sempurna
semasa perkembangan embrional dimana bibir atas bagian
kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu (Dewi, 2011).

b.Etiologi
Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), penyebab terjadinya
labioskizis dan labiopalatoskizis umumnya kelainan kongenital ini
berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui dengan
jelas.Selain itu dikenal beberapa syndrome atau malformasi yang
disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya
yang disebut kelompok sydrome clefts dan kelompok sumbing
yang berdiri sendiri non sydrome clefts.Pada 20% dari kelompok
ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.
Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan
lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2
belahan tersebut.
Pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak
akan memisahkan lagi belahan tersebut.
c.Klasifikasi
Menurut Dewi (2011), jenis belahan pada labioskizis atau
labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu
bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus
dan palatum durum, serta palatum molle.
Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena
menjadi beberapa bagian berikut :
1) Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan
palatum durum di belahan foramen insisivum.
2) Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhadap foramen.
3) Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,
palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa
unilateral atau bilateral.
4) Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan
otot palatum.

d.Resiko Kejadian sumbing pada Keluarga


Faktor keturunan dapat berperan penting terhadap
ditemukannya kejadian bibir sumbing sehingga perlu dilakukannya
identifikasi pada keluarga untuk mengetahui terjadinya bibir
sumbing diakibatkan oleh faktor keturunan atau faktor lain seperti
kelahiran premature, gangguan saat dikandungan atau faktor
lainnya.

e. Komplikasi
Menurut Sudarti dan Khoirunnisa (2010), komplikasi
Labioskizis jika tidak dioperasi, yaitu:
1) Kekurangan gizi
2) Kesulitan makan
3) Infeksi telinga dan hilangnya pendengaran
4) Masalah gigi
5) Gangguan pernafasan
6) Kematian Menurut Dewi (2011), komplikasi labioskizis jika
dilakukan operasi yaitu :
a. Otitis media
b. Faringitis
c. Kekurangan gizi

f.Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan,
prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah
tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan
maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi
kedua bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan
fusi septum nasi.Gangguan fusi palatum durum serta palatum
molle terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu (Rukiyah
dan Yulianti, 2013).

g.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan labioskizis, meliputi :
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
(Sudarti,2010).
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
(Sudarti, 2010).
3) Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 4 jam serta pola
eliminasi bayi (Sudarti, 2010).
4) Menjaga suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat (Sudarti,
2010).
5) Lakukan perawatan tali pusat (Sudarti, 2010).
6) Pemantauan intake dan output
Intake : beri nutrisi pada bayi per oral / per sonde ASI/PASI
dan susu formula 30 - 40cc/3 jam secara spin dan sonde
Output : BAB mekonium dan BAK ± 8-9 kali/hari (Sudarti,
2010).
7) Pemberian ASI/PASI secara langsung (Dewi, 2011).
8) Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah
dot yang panjang dengan menekan botol maka susu dapat
didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat dihisap (Dewi,
2011).
9) Kolaborasi dengan Ortodontis untuk dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah (Dewi, 2011).
10) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi obat sesuai kebutuhan bayi (Sudarti, 2010).
11) Dilakukan Tindakan bedah dengan kerjasama yang baik
antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli
wicara (Dewi, 2011).
B.Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan,
keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen
kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi,
langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
sehingga dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuai dengan
kondisi pasien.

1.Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk


mengevaluasi keadaan pasien.Data dasar ini termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik.Data yang dikumpulkan meliputi
data subjektif dan data objektif serta data penunjang.
a.Data Subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau
klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
(Hidayat, 2012).
1) Biodata pasien
a) Nama bayi : Untuk memastikan bahwa yang diperiksa
benar-benar bayi yang dimaksud.
b) Umur : Untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan
klinis bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya.
c) Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir.
d) Jenis kelamin : Untuk penilaian data pemeriksaan klinis,
misalnya nilai-nilai baku, insiden seks, penyakit-penyakit
seks.
e) Nama ibu / ayah : Agar tidak terjadi kekeliruan dengan
orang lain.
f) Umur dan pekerjaan : Untuk menambah keakuratan data
yang diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam
anamnesis.
g) Agama & suku bangsa : Untuk memantapkan identitas serta
untuk mengetahui perilaku seseorang tentang kesehatan dan
penyakit yang sering berhubungan dengan agama dan suku
bangsa.
h) Pendidikan : Berperan dalam pendekatan sesuai tingkat
pengetahuannya.
i) Alamat : Untuk memudahkan komunikasi jika terjadi hal-
hal yang gawat, atau hal lain yang dibutuhkan, serta untuk
kepentingan kunjungan rumah jika diperlukan.

2) Riwayat kehamilan sekarang


a) HPHT :
Untuk mengetahui hari perkiraan menstruasi terakhir
pada ibu dan sebagai tanda untuk menghitung umur
kehamilan pada ibu.

b) HPL :
Untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya bayi yang
dikandung ibu.
c) Keluhan –keluhan :
Dapat memberikan petunjuk dini adanya keluhan ibu
terhadap kehamilannya, yang mungkin diperlukan terapi
untuk mengatasi gejala dini atau penyelidikan lebih lanjut
jika terdapat gejala abnormal.

d) ANC :
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau
tidak.Sejak hamil berapa minggu tempat ANC dan
riwayat kehamilan.

e) Penyuluhan Terdahulu :
Penyuluhan yang pernah didapatkan tentang apa saja
dan berapa kali.
f) Imunisasi TT :
Untuk melindungi janin yang akan dilakukan terhadap
tetanus neonatorum.

3) Riwayat Persalinan Dikaji untuk mengetahui tempat


persalinan, penolong persalinan, tanggal/jam persalinan,
jenis persalinan, komplikasi/kelainan dalam persalinan,
Plasenta, Perdarahan Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV, lama
persalinan Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV. Apgar Score :

Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap :


a) Tahap pertama Periode Reaktif yang segera dimulai setelah
kelahiran bayi dan berlangsung 30 menit.
b) Tahap kedua adalah Interval yang berlangsung dari 30
menit setelah kelahiran sampai sekitar 2 jam setelah kelahiran
selama bayi baru lahir tidur.
c) Tahap ketiga adalah tahap Reaktif lain yang berlanjut dari 2
jam setelah kelahiran sampai bayi berusia sekitar 6 jam
(Varney, 2007).

4)Riwayat Penyakit
a)Riwayat penyakit kehamilan
(1)Perdarahan
Perlu dikaji apakah ibu pernah mengalami perdarahan
atau tidak.
(2)Pre eklampsia
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami hipertensi,
oedema dan protein urine.
(3)Eklampsia
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami hipertensi,
kejang yang diikuti dengan koma.
(4)Penyakit kelamin
Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai penyakit
kelamin.
(5)Lain-lain
Untuk mengetahui apakah ibu perokok dan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
b)Riwayat penyakit sistemik
(1)Jantung : Untuk mengetahui ibu tidak pernah nyeri
dada sebelah kiri dan tidak keluar keringat dingin saat
beraktifitas ringan.
(2)Ginjal : Untuk mengetahui ibu tidak ada nyeri pada
pinggang bagian bawah.
(3)Asma / TBC : Untuk mengetahui ibu tidak pernah
sesak nafas dan batuk berkepanjangan lebih dari 2
minggu.
(4)Hepatitis : Untuk mengetahui ibu pada mata, kulit dan
kuku tidak pernah berwarna kuning.
(5)DM : Untuk mengetahui ibu tidak mudah lapar, haus
dan sering BAK pada malam hari.
(6)Hipertensi : Untuk mengetahui takanan darah ibu tidak
lebih dari 140/90mmHg.
(7)Epilepsi : Untuk mengetahui ibu tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.
(8)Lain –lain : Untuk mengetahui ibu tidak menderita
penyakit lain seperti HIV / AIDS, PMS, dll.

c) Riwayat penyakit keluarga


Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
terdapat riwayat hipertensi,riwayat kembar dan penyakit
seperti TBC, hepatitis, jantung dan lain lain, karena penyakit
- penyakit tersebut mempunyai pengaruh negative terhadap
bayi misal dapat mengganggu metabolisme endoktrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bayi dan
dapat menyebabkan abortus, cacat bawaan, dismaturitas dan
janin besar.
d)Riwayat penyakit kembar
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ayah atau
pun ibu tidak terdapat riwayat keturunan kembar.
e)Riwayat Operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah
menjalani tindakan operasi.
b.Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan,data penunjang, hasil
laboratorium (Wildan dan Hidayat, 2012).

1) Pemeriksaan Umum
a)Tanda-tanda vital, meliputi :
(1)Suhu
Suhu tubuh bayi yang sehat adalah sekitar 36,5-37,5 0C
(Wiknjosastro, 2005).
(2)Pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30
detik sesudah kelahiran 40 -60 kali per menit
(Wiknjosastro, 2005).
(3)Nadi
Pada bayi normal yaitu 100-140 kali per menit
(Wiknjosastro, 2005).
2)Pemeriksaan Fisik
a)Kepala : Adakah capput succedaneum, perdarahan sub
aponeurotik, cephal hematoma serta hidrosefalusatau
porensefalu (Wiknjosastro, 2005).
b)Ubun –ubun : Ada tidaknya caput succedaneum, ada
tidaknya cephal hematoma, ada tidaknya perdarahan, adanya
fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari
tangan.
c)Muka : Adakah oedema pada wajah, simetris serta
berwarna kemerahan.
d)Mata : Untuk memastikan tanda infeksi atau kelainan
(Manuaba, 2008).
e)Telinga : Untuk memastikan kenormalan dan adanya
cairan yang keluar dari liang telinga (Manuaba, 2008).
f)Mulut : Untuk memastikan ada tidaknya labioskizis dan
palatoskizis (Wiknjosastro, 2005).
g)Hidung : Adakah kotoran yang menyumbat di jalan nafas,
biasanya hidung sering tersumbat oleh mucus.
h)Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid, adakah
keretakan pada clavicula (normal: rata atau tanpa gumpalan
di sepanjang tulang simetris) (Varney, 2007).
i)Dada : Bentuk pembesaran buah dada, frekuensi bunyi
jantung, adakah kelainan.
j)Abdomen : Adakah pembesaran pada hepar, liendan ginjal.
k)Tali Pusat : Untuk melihat apakah terdapat kemerahan,
bengkak, bernanah, berbau atau lainnya pada tali pusat.
Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih
kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau
mengecil dan lepas pada hari ke 7 hingga ke 10.
l)Tulang punggung : Adakah kerusakan yang terlihat
misalnya massa, lekuk atau tonjolan (Varney, 2007).
m)Ekstremitas : Adakah kelainan seperti polidaktili atau
sinidaktili, adakah tulang yang retak misalnya clavicula
(Varney, 2007).
n)Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada
skrotum, jika perempuan apakah labia mayora sudah
menutupi labia minora (Arief, 2008).
o)Anus : Apakah terdapat atresia ani, pada bayi baru lahir
bisa ada atau tidak ada anus.

3)Pemeriksaan Reflek
a)Reflek Moro : Bila bayi diangkat bayi akan
mengekstensikan dan mengabdusikan lengan dan jari-jarinya
serta membuka mata, kemudian bayi akan memfleksikan dan
mengabdusikan lengannya (Wiknjosastro, 2005).
b)Reflek Rooting : Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi
sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya
apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap
benda yang disentukan tersebut (Wiknjosastro, 2005).
c)Reflek Sucking : Rangsangan puting susu pada langit-
langit bayi menimbulkan reflek menghisap. Pada bayi
dengan Labioskizis reflek menghisap yang terganggu
(Sudarti dan Khoirunnisa, 2010).
d)Reflek Grapsing: Bila telapak tangan bayi disentuh maka
jari –jari bayi akan mengatup dan membentuk suatu
genggaman.
e)Reflek Babinski : Bila telapak kaki bayi digoyangkan atau
di sentuh maka jari -jari bayi akan membuka dan meregang.
f)Reflek Tonic Neck : Bayi diletakkan pada posisi terlentang,
kepala digaris tengah, dan anggota gerak dalam posisi fleksi,
kemudian kepala ditengokkan ke kanan. Maka akan terjadi
ekstensi anggota gerak sebelah kanan dan fleksi anggota
gerak sebelah kiri. Pada kasus bayi prematur reflek tonik -
leher lemah (Wiknjosastro, 2005).

4)Pemeriksaan Antropometri
a)Lingkar kepala : Variasi normal antara 33 sampai 37 cm.
Pada bayi prematur lingkar kepala kurang dari 33 cm
(Varney, 2007).
b)Lingkar dada : Lingkar dada bayi baru lahir normal yaitu
33 – 36 cm. Pada bayi prematur lingkar dada kurang dari 30
cm (Varney, 2007).
c)LLA : Lingkar lengan atas bayi normalnya yaitu 10 – 12
cm (Varney, 2007).
d)BB / PB : Berat badan bayi normal antara 2.500 sampai
4.000 gram. Pada bayi prematur berat badan kurang dari
2.500 gram (Varney, 2007).
Variasi normal antara 45 sampai 54 cm. Pada bayi prematur
panjang badan sama atau kurang dari 45 cm (Varney, 2007).

5)Data Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung
diagnosa, apabila diperlukan.Misalnya pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, golongan darah dan
darah secara rutin, sputum, dan pemeriksaan radiologi seperti
CT Scan Kepala yang khusus menilai letak

2.Langkah II : Interpretasi Data

Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi


data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis
serta kebutuhan perawatan kesehatan yang di identifikasi khusus
(Varney, 2007).
a.Diagnosa Kebidanan
Prediksi yang mencakup masalah potensial dan
prognosis hasil dari hasil perumusan masalah yang merupakan
keputusan yang ditegakkan oleh bidan (Hidayat, 2012).

1)Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada bayi
baru lahir adalah By. Ny. X umur ...... hari dengan
Labioskizis”.
Data Dasar :
a)Data Subjektif
(1)Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal... pukul...
(2)Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan...
(3)Ibu mengatakan bayinya lahir menangis kuat atau keras
(4)Ibu mengatakan bayinya mengalami kelainan pada
mulutnya
b)Data Objektif
(1)Keadaan umum bayi normal yaitu dengan status baik
dan kesadaranya composmentis.
(2)TTV :
(a)Nadi : Normal yaitu 120 –140 x/menit (Wiknjosastro,
2005).
(b)Respirasi : Normal respirasinya yaitu 40-60 x/menit
(Wiknjosastro, 2005).
(c)Suhu : Suhu bayi normal yaitu 360–370C
(Wiknjosastro, 2005).
(d)PB : Normal yaitu 45 –54 cm (Wiknjosastro, 2005).
(e)Berat badan : Normal yaitu 2500 –4000 gram
(Wiknjosastro, 2005).
(f)Untuk menunjang kasus Labioskizis maka dilakukan
pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan bibir untuk
menilai letak dan luas Labioskizis (Wiknjosastro, 2005).

b.Masalah
Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang
ditemukan dengan didukung oleh data subyektif dan
obyektif (Hidayat, 2012). Menurut Sudarti dan
Khoirunnisa(2010), masalah pada bayi baru lahir dengan
labioskizis yaitu refleks menghisap yang terganggu akibat
adanya labioskizis.
c.Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien
saat itu (Hidayat, 2012). Menurut Dewi (2011),
kebutuhan bayi baru lahir dengan labioskizis, meliputi :
Pemberian ASI/PASI secara langsung. Bila anak
sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap,
pakailah dot yang panjang dengan menekan botol maka
susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga
dapat dihisap

3.Langkah III : Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien.Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007). Menurut
Dewi (2011), diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan
labioskizis, yaitu : otitis media, faringitis dan kekurangan gizi.
Bayi baru lahir dengan Labioskizis jika tidak tertangani akan
menimbulkan diagnosa potensial seperti Faringitis.

4.Langkah IV : Antisipasi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis
dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan (Varney,2007).
Menurut Dewi (2011), Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan
kerjasama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak,
dokter THT serta ahli wicara.

5.Langkah V : Rencana Tindakan


Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh
terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses
perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi
beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara
menyeluruh dapat berhasil (Varney, 2007).
Penatalaksanaan bayi dengan labioskizis, meliputi :
1)Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga (Sudarti,
2010).
2)Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi (Sudarti,
2010).
3)Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 4 jam serta pola
eliminasi bayi (Sudarti, 2010).
4)Menjaga suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat (Sudarti, 2010).
5)Lakukan perawatan tali pusat (Sudarti, 2010).
6)Pemantauan intake dan output (Sudarti, 2010).
7)Pemberian ASI/PASI secara langsung (Dewi, 2011).
8)Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah
dot yang panjang dengan menekan botol maka susu dapat didorong
jatuh di belakang mulut hingga dapat dihisap (Dewi, 2011).
9)Kolaborasi dengan ortodontis untuk dibuat okulator sebagai
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah (Dewi, 2011).
10)Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi obat sesuai kebutuhan bayi (Sudarti, 2010).
11)Dilakukan Tindakan bedah dengan kerjasama yang baik antara
ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara
(Dewi, 2011).

6.Langkah VI : Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi bidan berkolaborasi
dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan
kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
bertanggung jawab terhadap terlaksananya asuhan bersama yang
menyeluruh.Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan
labioskizis adalah disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney,
2007). .
7.Langkah VII : Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen
kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan
maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai
bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Varney, 2007).
Evaluasi yang ingin dicapai seperti terjalinnya pendekatan
terapeutik pada ibu dan keluarga, vital sign bayi normal, tidak
terjadi infeksi pada tali pusat bayi, suhu bayi tetap hangat, intake
dan output bayi seimbang, ASI/PASI dapat diberikan pada bayi,
bayi dapat dioperasi, dan bayi dapat berlatih menghisap setelah
post op ( Varney, 2007).
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh
langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan
dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian.
Menurut Varney (2007) sistem pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :
1.S (Subyektif)
Menggambarkan dan asuhan mendokumentasikan hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu
Varney.
2.O (Obyektif)
Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes dignostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
langkah satu Varney.
3.A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi :
a.Diagnosa atau masalah.
b.Antisipasi diagnosa atau masalah.
c.Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III,
IV Varney.
4.P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi, perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V,
VI, VII Varney.

C.Landasan Hukum
Seorang bidan dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam
melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. I dengan Labioskiziz
harus berdasarkan :
1.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1464/MENKES/PER/X/2010, Pasal 11, poin c pelayanan
kesehatan anak meliputi : penanganan kegawat daruratan,
dilanjutkan dengan perujukan.
2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
No : 1464/MENKES/PER/X/2010. Pasal 16 ayat 2 meliputi
pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
a.Perawatan bayi baru lahir.
b.Perawatan tali pusat.
c.Perawatan bayi.
d.Resusitasi pada bayi baru lahir.
e.Pemanfaatan tumbuh kembang anak.
BAB III
LAPORAN KASUS

1.Tinjauan Kasus Kebidanan


Tanggal Masuk : 6 Februari 2017 Jam : 08.05 WIB
Tempat : Rumah Sakit A.W. Sjahranie
No.Register : 00220782

1.Pengkajian
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul : 08.10 WIB

a.Identitas Bayi
1)Nama Bayi : By. Ny. I
2)Umur Bayi : 20 hari
3)Tanggal/jam lahir : 18 Januari 2017 / 05.15 WIB
4)Jenis Kelamin : Laki-laki

Identitas Ibu
Identitas Ayah
Nama Ibu : Ny. I
Nama Ayah : Tn. H
Umur : 25 Tahun
Umur : 25 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Buruh
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Barengan RT 01/09, Pondok, Nguter, Sukoharjo
b.Anamnesa Pada Ibu (Data Subjektif)
1)Riwayat kehamilan sekarang
a)HPHT : 14 Mei 2016
b)HPL : 21 Februari 2017
c)Keluhan-keluhan pada :
Trimester I : Ibu mengatakan pusing dan mual
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada krluhsn
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

d)Pemeriksaan ANC : 10 kali di Dr.Rustias SpOG


Trimester I : 3 kali saat umur kehamilan : 4 minggu, 8 minggu
dan 12 minggu
Trimester II : 3 kali saat umur kehamilan : 16 minggu, 20
minggu dan 24 minggu
Trimester III : 4 kali saat umur kehamilan 28 minggu, 32
minggu, 36 minggu dan 38 minggu

e)Penyuluhan yang pernah di dapat :


Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang
gizi ibu hamil dan kebutuhan zat besi untuk ibu hamil dari
Dr.Rustias SpOG.

f)Imunisasi TT
Ibu mengatakan 3 kali imunisasi TT
TT1 : Ibu mengatakan pada saat capeng
TT2 : Ibu mengatakan 1 bulan setelah TT1
TT3 : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 4 minggu
2)Riwayat Persalinan ini
a)Tempat Persalinan : RS Panti Waluyo Surakarta
b)Penolong : dr. Dewi Haryati SpOG dan dr. Maria
c)Jenis Persalinan : Sectio Casearea
d)Komplikasi / kelainan dalam persalinan : Kelainan bibir
sumbing
3)Riwayat penyakit
a)Riwayat penyakit saat hamil : Ibu mengatakan tidak
mempunyai sakit apapun seperti demam, flu, batuk dll.
b)Riwayat penyakit sistemik
(1)Jantung : Ibu mengatakan tidak nyeri dada sebelah kiri dan
berkeringat dingin saat aktivitas ringan.
(2)Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri pinggang saat BAK
(3)Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak sesak nafas dan batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
(4)Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kulit dan kuku tidak
pernah berwarna kuning.
(5)DM : Ibu mengatakan pada malam hari tidak merasa lapar
dan haus, BAK tidak lebih dari 5 kali.
(6)Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak lebih
dari 120/90 mmHg.
(7)Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan
mengeluarkan busa dari mulutnya.
(8)Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit apapun
seperti HIV/AIDS, PMS dll.
c)Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan keluarganya maupun
keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit sistemik
seperti jantung, ginjal, hipertensi dll.
d)Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan keluarganya maupun
keluarga suaminya tidak ada riwayat keturunan kembar.
e)Riwayat operasi : Ibu mengatakan pernah melakukan operasi SC
saat persalinannya.
2)Pemeriksaan umum
a)KU : Baik
b)Kesadaran : Composmentis
c)Suhu : 36,6ºC
d)Pernafasan : 60 x/menit
e)Nadi : 138 x/menit
3)Pemeriksaan fisik sistematis
a)Kepala : Simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak ada
cepal hematoma ataupun luka dan rambut tipis.
b)Ubun-ubun : Tidak ada caput succedaneum, tidak ada cephal
haematoma dan ada fontanel dengan cara palpasi menggunakan
jari tangan.
c)Muka : Simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka,
warna kulit kemerahan.
d)Mata : Simetris, tidak ada kelainan pada mata, sklera tidak
kuning, konjungtiva tidak pucat, tidak ada perdarahan pada mata.
e)Telinga : Simetris, tidak ada kelainan dan tidak ada cairan yang
keluar dari liang telinga.
f)Mulut : Terdapat labioskizis pada bibir.
g)Hidung : Tidak ada benjolan dan tidak ada kotoran.
h)Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
i)Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada
kelainan.
j)Abdomen : Tidak ada pembesaran pada perut.
k)Punggung : Tidak ada tonjolan atau benjolan di punggung.
l)Ekstremitas : Simetris, tidak ada polidaktil ataupun sinidaktil.
4)Pemeriksaan Reflek
a)Reflek Moro : Sedang, bayi melakukan gerakan seperti
memeluk ketika dirangsang.
b)Reflek rooting : Sedang, bayi menoleh ketika sudut pipi atau
mulut disentuh.
c)Reflek sucking : Lemah, bayi menghisap botol susu.
d)Refleks tonick neck : Sedang, bayi mampu menggerakkan
kepala
e)Reflek walking : Sedang, kaki bayi bergerak seperti
mengayun saat telapak kaki disentuh
f)Reflek grasping : Sedang, tangan bayi mampu menggenggam
ketika telapak tangan disentuh
5)Pemeriksaan Antropometri
a)Lingkar Kepala : 34 cm
b)Lingkar Dada : 32 cm
c)LLA : 10 cm
d)BB / PB : 3300 gram / 51 cm
6)Eliminasi
a)Urine : BAK : 9 kali, warna kuning jernih, bau khas urine.
b)Mekonium : BAB : 3 kali, warna kuning, konsistensi lembek.

d.Pemeriksaan Penunjang.
1)Pemeriksaan Laboratorium : ( Tanggal 6 Februari
2017, Pukul 08.00 WIB ) Hb = 12,4 mg/dl Golongan Darah = B
Hematokrit = 38,5 % Albumin = 3,4 g/dl 2)Pemeriksaan
Penunjang lain : ( Tanggal 11 Februari 2015, Pukul 08.10 WIB
) CT Scan kepala menilai letak Labioskizis

2.INTERPRETASI DATA
Tanggal 6 Februari 2017 Pukul 08.30 WIB
a.Diagnosa Kebidanan
By.Ny. I umur 20 hari dengan Labioskizis
Data Dasar :
1)Data Subjektif :
a)Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 18 Januari 2017 pukul 05.15
b)Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan 3000 gram
c)Ibu mengatakan bayinya lahir menangis kuat dan keras
d)Ibu mengatakan bayinya mengalami kelainan pada mulutnya
2)Data Objektif :
a)KU :
Baik Kesadaran : Composmentis
b)TTV :
(1)N : 100x/menit
(2)R : 40 x/menit
(3)S : 36,6ºC
(4)PB : 51 cm
(5)BB : 3300 gram
(6)Pemeriksaan Penunjang :
(a)Pemeriksaan Laboratorium: ( Tanggal 6 Februari 2017, Pukul
08.00 WIB ) Hb = 12,4 mg/dl Golingan Darah = B Hematokrit =
38,5 % Albumin = 3,4 g/dl
(b)Pemeriksaan Penunjang Lain : ( Tanggal 6 Februari 2017, Pukul
08.10 WIB ) CT Scan kepala menilai letak Labioskizis
b.Masalah Bayi kesulitan untuk menelan
c.Kebutuhan Pemberian nutrisi PASI 3 jam sekali menggunakan
botol peras (Squeeze bottles) dengan dot panjang atau sendok
3.DIAGNOSA POTENSIAL
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 08.45 WIB
Faringitis

4.TINDAKAN SEGERA
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 08.50 WIB
Kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian Catripo 150 ui,
Metrafisol 100 ui, Parachetamol 3 ½ sendok teh 3x1, Amoksilin 3 ½
sendok teh 3x1, salep Gentanisum 2x1 dan dokter bedah untuk dilakukan
operasi

5.RENCANA TINDAKAN
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 08.55 WIB
a.Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
b.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
c.Pantau intake dan output
d.Gunakan dot panjang untuk memberi PASI
e.Kolaborasi dengan Ortodontis untuk dibuat okulator
f.Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk diberi terapi -
Catripo 150 ui - Metrafisol 100 ui - Parachetamol 3 ½ sendok teh
3x1 – salep Gentanisum 2x1 - Amoksilin 3 ½ sendok teh 3x1
g.Dilakukan tindakan bedah dengan kerjasama antar ahli bedah,
ortodontis, dokter anak
6.PELAKSANAAN
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 09.05 WIB
a.Pukul 09.05 WIB Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan
keluarga
b.Pukul 09.10 WIB Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
c.Pukul 09.15 WIB Memantau intake dan output
f.Telah diberi terapi pemberian Catripo 150 ui, Metrafisol 100 ui,
Parachetamol 3½ sendok teh 3x1, Amoksilin 3 ½ sendok teh 3x1,
salep Gentanisum 2x1

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 7 Februari 2017


Pukul 06.00 WIB
1.Subjektif
Ny. I bersedia bayinya dilakukan operasi dan keadaan By. Ny. I baik
2.Objektif
a.Keadaan Umum : Baik
b.Kesadaran : Composmentis
c.TTV : S : 36,8°C N : 108 x/menit R : 42 x/menit
d.Berat Badan : 3300 gram
e.Bayi BAB : 4 kali, warna kuning, konsistensi lembek
f.Bayi BAK : 18 kali, warna kuning jernih, bau khas urine
3.Assessment
By.Ny. I umur 21 hari dengan labioskizis hari ke 2
4.Planning
Tanggal 7 Februari 2017
a.Pukul 06.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign
setiap 6 jam sekali
b.Pukul 06.25 WIB Melakukan kolaborasi dokter bedah untuk
dilakukan tindakan operasi
c.Pukul 06.35 WIB Memberi tahu ibu bahwa bayinya untuk puasa 6
jam pre operasi
d.Pukul 06.45 WIB Memberitahu ibu untuk mempersiapkan bayinya
yang akan di operasi pukul 13.00 WIB

5.Evaluasi
Tanggal 7 Februari 2017
a.Pukul 06.55 WIB Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan
keadaan umum bayi baik dan vital sign bayi S : 36,8 0C, R : 42
x/menit, N : 108 x/menit
b.Pukul 07.05 WIB Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
dilakukan operasi
c.Pukul 12.30 WIB Bayi sudah puasa pre operasi
d.Pukul 15.00 WIB By.Ny. I sudah dilakukan tindakan operasi

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 8 Februari 2017


Pukul 05.00 WIB
1.Subjektif
Bidan mengatakan By. Ny. I pasca operasi dalam keadaan
membaik dan sudah minum PASI sedikit demi sedikit dan
menganjurkan pada ibu untuk memberi minum sesuai kebutuhan
bayinya.
2.Objektif
a.Keadaan Umum : Baik
b.Kesadaran : Composmentis
c.TTV : S: 36,8 0C R : 42 x/menit N : 112 x/menit
d.Mulut Labioskizis dalam keadaan tertutup kassa
e.Bayi BAB : 3 kali, warna kuning, konsistensi lembek
f.Bayi BAK : 17 kali, warna kuning jernih, bau khas

3.Assessment
By.Ny. I umur 22 hari dengan labioskizis pasca operasi hari 1
4.Planning
Tanggal 8 Februari 2017
a.Pukul 05.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign
setiap 6 jam sekali
b.Pukul 05.25 WIB Mengobservasi keadaan labioskizis setelah di
operasi
c.Pukul 05.35 WIB Melakukan perawatan luka labioskizis dengan
menggunakan obat salep gentanisum
d.Pukul 05.45 WIB Memberikan nutrisi (PASI) sesuai kebutuhan
bayi sebanyak 24 sendok teh
e.Pukul 05.55 WIB Memberitahu Ny. I tentang keadaan bayinya
sekarang
5.Evaluasi
Tanggal 8 Februari 2017
Pukul 06.05 WIB
a.Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan umum bayi dan vital
sign bayi S : 36,8 0C, R : 42 x/menit, N : 112 x/menit
b.Labioskizis dalam keadaan tertutup kassa
c.Luka Labioskizis telah diberi obat salep gentanisum
d.Bayi telah minum PASI 24 sendok teh
e.Ibu dan keluarga sudah mengerti keadaan bayinya
DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal 9 Februari 2017


Pukul 05.00 WIB
1.Subjektif
Ibu mengatakan luka bekas operasi bibir sumbing sudah
membaik dan ibu berencana untuk pulang
2.Objektif
a.Keadaan Umum : Baik
b.Kesadaran : Composmentis
c.TTV : S: 36,5 0C, R : 42 x/menit, N : 112 x/menit
d.Mulut Labioskizis dalam keadaan tertutup kassa steril dan sudah
membaik
e.Bayi BAB : 1 kali, warna kuning, konsistensi lembek
f.Bayi BAK : 3 kali, warna kuning jernih, bau khas urine
3.Assessment
By.Ny. I umur 23 hari dengan labioskizis pasca operasi hari 2
4.Planning
Tanggal 9 Februari 2017
a.Pukul 05.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign
setiap 6 jam sekali
b.Pukul 05.25 WIB Mengobservasi keadaan labioskizis setelah di
operasi
c.Pukul 05.35 WIB Melakukan perawatan luka labioskizis dengan
menggunakan obat salep gentanisum
d.Pukul 05.45 WIB Memberikan nutrisi (PASI) sesuai kebutuhan
bayi sebanyak 30 sendok teh
e.Pukul 05.55 WIB Memberitahu Ny. I tentang keadaan bayinya
sekarang
5.Evaluasi
Tanggal 9 Februari 2017
Pukul 06.05 WIB
a.Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan umum bayi dan
vital
sign bayi S : 36,5 0C, R : 42 x/menit, N : 112 x/menit
b.Labioskizis dalam keadaan tertutup kassa
c.Luka labioskizis telah diberi salep gentanisum
d.Bayi telah minum PASI sebanyak 30 sendok the
e.Ibu sudah paham tentang keadaan bayinya sekarang
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil observasi selama


4 hari, penulis telah melakukan analisis data dengan mengggunakan
prinsip manajemen asuhan kebidanan menurut Varney dan untuk catatan
perkembangan dengan menggunakan SOAP.
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan selama 4 hari pada By. Ny.
I dengan kasus labioskizis dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut :

1.Pengumpulan Data

Pada kasus ini pengkajian dimulai sejak tanggal 6 Februari


2017 diperoleh data subjektif yaitu Ny. I mengatakan bayinya
mengalami kelainan pada mulutnya. Pada data objektif dari
pemeriksaan KU : baik, kesadaran : composmentis, N :
100x/menit, R : 40x/menit, S : 36,6ºC,PB : 51 cm, BB : 3300
gram. Pada By.Ny. I dilakukan pemeriksaan penunjang tanggal 11
Februari 2015 Pukul 08.00 WIB yaitu HB : 12,4 mg/dl, Golongan
Darah : B, Hematokrit : 38,5%, Albumin : 3,4 g/dl dan CT Scan
kepala untuk menilai letak Labioskizis. Menurut Arief (2009) bayi
dengan labioskizis dapat mengalami masalah kesulitan
makan/minum bahkan sampai aspirasi yang membutuhkan
penanganan segera.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik By. Ny. I ditemukan
tidak terjadi penyambungan fissure pada bibir, sehingga bibir tidak
dapat menutup.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2011) bahwa
labioskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna dimana bibir
atas bagian kanan dan kiri tidak tumbuh bersatu. Pada By.Ny. I
dilakukan pemeriksaan pada celah bibir untuk memperkuat dugaan
bayi mengalami bibir sumbing. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rukiyah dan Yulianti (2013) bahwa bayi yang mengalami kelainan
bibir sumbing akan dilakukan operasi untuk mengembalikan
fungsi normalnya dan estetika atau keindahan. Sehingga pada
tahap ini penulistidak menemukan adanya kesenjangan.

2.Interprestasi Data

Pada kasus ini dari pengkajian telah ditegakkan berdasarkan


data subjektif dan data objektif. Diagnosa kebidanan yaitu By. Ny. I
umur 20 hari dengan Labioskizis. Masalah yang timbul pada By.
Ny. I adalah bayi kesulitan untuk menelan. Dari masalah yang
timbul maka kebutuhan yang diberikan yaitu pemberian nutrisi
PASI 3 jam sekali menggunakan botol peras (Squeeze bottles)
dengan dot panjang atau sendok.

3.Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada By. Ny. I


dengan Labiokizis yaitu bibir sumbing dapat menyebabkan
kesulitan makan, infeksi, kesulitan berbicara, dan masalah gigi
(Rukiyah dan Yulianti, 2013). Apabila tidak segera di tangani
secara medis akan mengalami Faringitis.

4.Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Tindakan segera yang diberikan pada By. Ny. I dengan
Labioskizis adalah kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
pemberian terapi berupa Catripo 150 ui, Metrafisol 100 ui,
Parachetamol 3 ½ sendok teh 3x1, Amoksilin 3 ½ sendok the 3x1,
salep Gentanisum 2x1 sesuai program pengobatan serta kolaborasi
dengan dokter bedah untuk melakukan operasi.
Antisipasi merupakan tindakan segera mengantisipasi
diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan
menimbulkan komplikasi.
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2013) yaitu membutuhkan
konsultasi atau manajemen kolaborasi dengan dokter.Pada kasus
ini tidak menemukan kesenjangan antara praktek dan teori.

5.Rencana Tindakan

Pada kasus By. Ny. I dengan Labioskizis ini rencana


tindakan yang diberikan adalah pendekatan terapeutik pada Ny. I
dan keluarga, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
bayi, pantau intake dan output, beri PASI menggunakan dot
panjang atau sendok, kolaborasi dengan ortodontis untuk dibuat
okulator, kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk diberi
terapi obat yaitu Catripo 150 ui, Parachetamol 3½ sendok teh 3x1,
Metrafisol 00 ui, Amoksilin 3½ sendok teh 3x1, salep Gentanisum
2x1, kerja sama dengan ahli bedah, ortodontis, dokter anak.
Menurut Sudarti dan Khoirunnisa (2010) mengatakan bahwa
perencanaan tindakan pada bayi dengan labioskizis adalah dengan
tindakan bedah efektif namun harus dilakukan pada umur 3 bulan
serta perlu adanya tindakan orthodontic untuk perbaikan gusi dan
gigi.Pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan
teori.
6.Pelaksanaan

Pada kasus By. Ny. I dengan Labioskizis adalah pendekatan


terapeutik pada Ny. I dan keluarga karena bayinya akan dilakukan
tindakan untuk labioskizisnya, cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi, pantau intake dan output, beri PASI
menggunakan dot panjang atau sendok karena bayi kesulitan
menelan, kolaborasi dengan ortodontis untuk dibuat okulator agar
mempermudah pemberian PASI, kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk diberi terapi obat yaitu Catripo 150 ui,
Parachetamol 3½ sendok teh 3x1, Metrafisol 00 ui, Amoksilin 3½
sendok teh 3x1, salep Gentanisum 2x1, kerja sama dengan ahli
bedah, ortodontis, dokter anak.
Pada langkah ini telah dilakukan implementasai asuhan
kebidanan secara efisien dan aman berdasarkan dari intervensi
yang telah direncanakan.Tidak terdapat kesenjangan antara praktek
dan teori.

7.Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari mulai


tanggal 6 Februari 2017 sampai tanggal 9 Februari 2017 pada By.
Ny. I umur 20 hari dengan labioskizis, maka hasil asuhan yng
didapat yaitu By. Ny. I sudah dioperasi, kebutuhan nutrisi
terpenuhi lewat susu formula/PASI.
Menurut Sudarti (2010) evaluasi yang diharapkan pada
bayi baru lahir dengan labioskizis yaitu terjadi pada bayi,
keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara dan terjalin
interaksi bayi dan orang tua.
Penanganan yang tepat dan observasi yang baik dari
pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien maka
dari hasil tidak ditemukan kesenjangan antara praktek dan
teori.Wiknjosastro, 2005.
Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Buku Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Yulianti, Lia & Rukiyah, Ai
Yeyeh.2013.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta : CV.
Trans Info Media
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. I dengan


labioskizis di bangsal bakung RS Panti Waluyo Surakarta selama 4 hari.
Maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Pengkajian data dengan mengumpulkan data By. Ny. I dengan


labioskizis yang meliputi data identitas bayi dan data identitas
orang tua. Kemudian keluhan dating yaitu ibu mengatakan
anaknya mengalami kelainan pada bibirnya, serta dilakukan
anamnesa riwayat kehamilan, riwayat penyakit dan dilakukan
pemeriksaan fisik pada By. Ny. I dengan labioskizis serta
pemeriksaan penunjang.
2. Interpretasi data dapat ditegakkan diagnose kebidanan yaitu By.
Ny. I umur 20 hari dengan labioskizis. Masalah yang muncul pada
bayi adalah kesulitan menelan sehingga perlu pemberian asupan
nutrisi yang cukup berupa PASI tiap 3 jam menggunakan dot
panjang atau sendok.
3. Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial dapat di
tegakkan bahwa bayi mengalami bibir sumbing atau labioskizis
apabila tidak segera du tangani secara medis akan mengalami
Faringitis.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera dengan
melakukan kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian terapi
obat dan dokter bedah untuk melakukan operasi sumbing.
5. Melakukan perencanaan dengan pengembangan masalah dan
diagnosis yang telah di identifikasikan. Dangan cara asuhan
kebidnan yang telah diberikan pada By. Ny. I meliputi pendekatan
terapeutik pada ibu dan keluarga, cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan bayi, pantau intake dan output, gunakan dot
panjang atau sendok untuk mempermudah pemberian PASI,
kolaborasi dengan ortodontis untuk dibuat okulator, kolaborasi
dengan dokter anak untuk dapat terapi, kolaborasi dengan ahli
bedah untuk tindakan operasi.
6. Dalam pelaksanaan disesuaikan dengan perencanaan yang telah
disesuaikan dengan masalah yang ada dan diagnosisi yang
diperoleh dari diagnose kebidanan. P[ada pelaksanaan tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus.
7. Evaluasi pada By. Ny. I adalah bayi sudah dapat minum PASI
menggunakan dot panjang sebanyak 30-40cc/3 jam sekali, reflex
menghisap sudah ada, labioskizis tertutup kassa steril selama 7
hari dan keadaan luka semakin membaik.
B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran


yaitu:

1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan ilmu dari situasi nyata dan ilmu pengetahuan
sehingga dapat memberikan asuhan kenbidanan pada bayi baru lahir
dengan labioskizis serta dapat membandingkan antara teori dan praktek
dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
labioskizis.
2. Bagi Institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Disarankan agar lebih meningkatkan pelayanan sehingga pasien
merasa lebih nnyaman dan aman, melalui pendekatan manajemen
kebidanan secara komprehensif, tepat dan professional untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
b. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan informasi dan rferensi dalam bidang
kepustakaan di bidang asuhan kebidanan pada neonates bayi dengan
Labioskizis
3. Bagi Pasien
Diharapkan ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau
bayinya di rumah dengan baik dan apabila terdapat kegawat daruratan
segera dibawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh
penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Arief ZR. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta:

Nuha Medika

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Dewi V. N. I, 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta: Salemba Medika

Hidayat. A.A.A. 2012. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika

Loho, Jilly Natalia. 2013. Prevalensi Labioschisis Di Rsup. Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2011-Oktober 2012. Jurnal e-

Biomedik (eBM), Volume I, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 396-401

Manuaba, I. C. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan

Obstetri Ginekologi untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Muslihatun, W. N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.

Yogyakarta: Fitramaya

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Nurjanah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum Dilengkapi

dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea. Bandung: PT Refika

Aditama
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Prawihardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Buku Bina

Pustaka Sarwono Prawihardjo

Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka

Rhiana

Rukiyah dan Yulianti. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak

Balita. Jakarta: TIM

Sudarti dan Fauziah. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.

Yogyakarta: Nuha Medika

Sudarti dan Khirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi

dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Buku Bima

Pustaka Sarwono Prawihardjo

Yulianto, dkk. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.

Jakarta: CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai