PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Profesi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
a. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram (Arief, 2009).
5) Denyut jantung
Pemeriksaan denyut jantung bayi dihitung penuh selama
60 detik sehingga jumlah absolutnya dapat ditentukan.
6) Pemeriksaan payudara
Dilakukan untuk mengkaji adanya pembesaran atau
benjolan.
7) Pemeriksaan genitalia
Dilakukan pada bayi laki-laki untuk mengetahui apakah
kedua testis telah turun.Bila belum dapat dievaluasi dan
direncanakan untuk melakukan tindakan lanjut agar
testis dapat turun.Pada bayi perempuan dilakukan
pemeriksaan labia minora dan mayora serta hymen dan
introitus vagina apakah ada imperferata hymen.
Pemeriksaan genitalia eksterna juga dilakukan pada saat
memasukkan bayi ke ruang perawatan untuk
memastikan jenis kelamin bayi dengan label yang
menyertainya (Manuaba, 2008).
2. Gangguan umum
Sesaat sesudah bayi lahir akan berada di tempat yang
suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam
keadaan basah. Bila dibiarkan dalam suhu kamar 250 C
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,
konvensi dan radiasi sebanyak 200 kalori/klg BB/menit.
5. Perubahan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai
berfungsi.
Tanda 0 1 2
a. Appearance( Pucat Badan Seluruh
Warna kulit) merah tubuh
Ekstremit kemerah –
as biru merahan
b. Pulse rate
(Tekanan Jantung) Tidak ada Kurang Lebih dari
dari 100 100
c. Grimace Tidak ada Sedikit Batuk bersin
(Fleksi) gerakan
minik
(grimace)
d. Activity Tidak ada Ekstremit Gerakan
(Tonus otot) as sedikit aktif
fleksi
e. Repiration Tidak ada Lemah/tid Baik/menang
(Pernafasan) ak teratur is
“Sumber : Wiknjosastro (2005)”
a.Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang
terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti
disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior Sedangkan
Palatoskizis adalah kelainan congenital sumbing akibat
kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi
dengan septum nasi (Sudarti dan Khoirunnisa, 2010).
Labioskizis merupakan deformasi daerah mulut berupa
celah atau sumbing atau pertumbuhan yang kurang sempurna
semasa perkembangan embrional dimana bibir atas bagian
kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu (Dewi, 2011).
b.Etiologi
Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), penyebab terjadinya
labioskizis dan labiopalatoskizis umumnya kelainan kongenital ini
berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui dengan
jelas.Selain itu dikenal beberapa syndrome atau malformasi yang
disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya
yang disebut kelompok sydrome clefts dan kelompok sumbing
yang berdiri sendiri non sydrome clefts.Pada 20% dari kelompok
ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan.
Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan
lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2
belahan tersebut.
Pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak
akan memisahkan lagi belahan tersebut.
c.Klasifikasi
Menurut Dewi (2011), jenis belahan pada labioskizis atau
labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu
bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus
dan palatum durum, serta palatum molle.
Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena
menjadi beberapa bagian berikut :
1) Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan
palatum durum di belahan foramen insisivum.
2) Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhadap foramen.
3) Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,
palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa
unilateral atau bilateral.
4) Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan
otot palatum.
e. Komplikasi
Menurut Sudarti dan Khoirunnisa (2010), komplikasi
Labioskizis jika tidak dioperasi, yaitu:
1) Kekurangan gizi
2) Kesulitan makan
3) Infeksi telinga dan hilangnya pendengaran
4) Masalah gigi
5) Gangguan pernafasan
6) Kematian Menurut Dewi (2011), komplikasi labioskizis jika
dilakukan operasi yaitu :
a. Otitis media
b. Faringitis
c. Kekurangan gizi
f.Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan,
prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah
tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan
maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi
kedua bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan
fusi septum nasi.Gangguan fusi palatum durum serta palatum
molle terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu (Rukiyah
dan Yulianti, 2013).
g.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan labioskizis, meliputi :
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
(Sudarti,2010).
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
(Sudarti, 2010).
3) Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 4 jam serta pola
eliminasi bayi (Sudarti, 2010).
4) Menjaga suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat (Sudarti,
2010).
5) Lakukan perawatan tali pusat (Sudarti, 2010).
6) Pemantauan intake dan output
Intake : beri nutrisi pada bayi per oral / per sonde ASI/PASI
dan susu formula 30 - 40cc/3 jam secara spin dan sonde
Output : BAB mekonium dan BAK ± 8-9 kali/hari (Sudarti,
2010).
7) Pemberian ASI/PASI secara langsung (Dewi, 2011).
8) Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah
dot yang panjang dengan menekan botol maka susu dapat
didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat dihisap (Dewi,
2011).
9) Kolaborasi dengan Ortodontis untuk dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah (Dewi, 2011).
10) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian
terapi obat sesuai kebutuhan bayi (Sudarti, 2010).
11) Dilakukan Tindakan bedah dengan kerjasama yang baik
antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli
wicara (Dewi, 2011).
B.Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan,
keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen
kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, dimulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi,
langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
sehingga dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuai dengan
kondisi pasien.
b) HPL :
Untuk mengetahui hari perkiraan lahirnya bayi yang
dikandung ibu.
c) Keluhan –keluhan :
Dapat memberikan petunjuk dini adanya keluhan ibu
terhadap kehamilannya, yang mungkin diperlukan terapi
untuk mengatasi gejala dini atau penyelidikan lebih lanjut
jika terdapat gejala abnormal.
d) ANC :
Untuk mengetahui riwayat ANC teratur atau
tidak.Sejak hamil berapa minggu tempat ANC dan
riwayat kehamilan.
e) Penyuluhan Terdahulu :
Penyuluhan yang pernah didapatkan tentang apa saja
dan berapa kali.
f) Imunisasi TT :
Untuk melindungi janin yang akan dilakukan terhadap
tetanus neonatorum.
4)Riwayat Penyakit
a)Riwayat penyakit kehamilan
(1)Perdarahan
Perlu dikaji apakah ibu pernah mengalami perdarahan
atau tidak.
(2)Pre eklampsia
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami hipertensi,
oedema dan protein urine.
(3)Eklampsia
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami hipertensi,
kejang yang diikuti dengan koma.
(4)Penyakit kelamin
Untuk mengetahui apakah ibu mempunyai penyakit
kelamin.
(5)Lain-lain
Untuk mengetahui apakah ibu perokok dan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
b)Riwayat penyakit sistemik
(1)Jantung : Untuk mengetahui ibu tidak pernah nyeri
dada sebelah kiri dan tidak keluar keringat dingin saat
beraktifitas ringan.
(2)Ginjal : Untuk mengetahui ibu tidak ada nyeri pada
pinggang bagian bawah.
(3)Asma / TBC : Untuk mengetahui ibu tidak pernah
sesak nafas dan batuk berkepanjangan lebih dari 2
minggu.
(4)Hepatitis : Untuk mengetahui ibu pada mata, kulit dan
kuku tidak pernah berwarna kuning.
(5)DM : Untuk mengetahui ibu tidak mudah lapar, haus
dan sering BAK pada malam hari.
(6)Hipertensi : Untuk mengetahui takanan darah ibu tidak
lebih dari 140/90mmHg.
(7)Epilepsi : Untuk mengetahui ibu tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.
(8)Lain –lain : Untuk mengetahui ibu tidak menderita
penyakit lain seperti HIV / AIDS, PMS, dll.
1) Pemeriksaan Umum
a)Tanda-tanda vital, meliputi :
(1)Suhu
Suhu tubuh bayi yang sehat adalah sekitar 36,5-37,5 0C
(Wiknjosastro, 2005).
(2)Pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30
detik sesudah kelahiran 40 -60 kali per menit
(Wiknjosastro, 2005).
(3)Nadi
Pada bayi normal yaitu 100-140 kali per menit
(Wiknjosastro, 2005).
2)Pemeriksaan Fisik
a)Kepala : Adakah capput succedaneum, perdarahan sub
aponeurotik, cephal hematoma serta hidrosefalusatau
porensefalu (Wiknjosastro, 2005).
b)Ubun –ubun : Ada tidaknya caput succedaneum, ada
tidaknya cephal hematoma, ada tidaknya perdarahan, adanya
fontanel dengan cara palpasi dengan menggunakan jari
tangan.
c)Muka : Adakah oedema pada wajah, simetris serta
berwarna kemerahan.
d)Mata : Untuk memastikan tanda infeksi atau kelainan
(Manuaba, 2008).
e)Telinga : Untuk memastikan kenormalan dan adanya
cairan yang keluar dari liang telinga (Manuaba, 2008).
f)Mulut : Untuk memastikan ada tidaknya labioskizis dan
palatoskizis (Wiknjosastro, 2005).
g)Hidung : Adakah kotoran yang menyumbat di jalan nafas,
biasanya hidung sering tersumbat oleh mucus.
h)Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid, adakah
keretakan pada clavicula (normal: rata atau tanpa gumpalan
di sepanjang tulang simetris) (Varney, 2007).
i)Dada : Bentuk pembesaran buah dada, frekuensi bunyi
jantung, adakah kelainan.
j)Abdomen : Adakah pembesaran pada hepar, liendan ginjal.
k)Tali Pusat : Untuk melihat apakah terdapat kemerahan,
bengkak, bernanah, berbau atau lainnya pada tali pusat.
Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih
kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau
mengecil dan lepas pada hari ke 7 hingga ke 10.
l)Tulang punggung : Adakah kerusakan yang terlihat
misalnya massa, lekuk atau tonjolan (Varney, 2007).
m)Ekstremitas : Adakah kelainan seperti polidaktili atau
sinidaktili, adakah tulang yang retak misalnya clavicula
(Varney, 2007).
n)Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada
skrotum, jika perempuan apakah labia mayora sudah
menutupi labia minora (Arief, 2008).
o)Anus : Apakah terdapat atresia ani, pada bayi baru lahir
bisa ada atau tidak ada anus.
3)Pemeriksaan Reflek
a)Reflek Moro : Bila bayi diangkat bayi akan
mengekstensikan dan mengabdusikan lengan dan jari-jarinya
serta membuka mata, kemudian bayi akan memfleksikan dan
mengabdusikan lengannya (Wiknjosastro, 2005).
b)Reflek Rooting : Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi
sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya
apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap
benda yang disentukan tersebut (Wiknjosastro, 2005).
c)Reflek Sucking : Rangsangan puting susu pada langit-
langit bayi menimbulkan reflek menghisap. Pada bayi
dengan Labioskizis reflek menghisap yang terganggu
(Sudarti dan Khoirunnisa, 2010).
d)Reflek Grapsing: Bila telapak tangan bayi disentuh maka
jari –jari bayi akan mengatup dan membentuk suatu
genggaman.
e)Reflek Babinski : Bila telapak kaki bayi digoyangkan atau
di sentuh maka jari -jari bayi akan membuka dan meregang.
f)Reflek Tonic Neck : Bayi diletakkan pada posisi terlentang,
kepala digaris tengah, dan anggota gerak dalam posisi fleksi,
kemudian kepala ditengokkan ke kanan. Maka akan terjadi
ekstensi anggota gerak sebelah kanan dan fleksi anggota
gerak sebelah kiri. Pada kasus bayi prematur reflek tonik -
leher lemah (Wiknjosastro, 2005).
4)Pemeriksaan Antropometri
a)Lingkar kepala : Variasi normal antara 33 sampai 37 cm.
Pada bayi prematur lingkar kepala kurang dari 33 cm
(Varney, 2007).
b)Lingkar dada : Lingkar dada bayi baru lahir normal yaitu
33 – 36 cm. Pada bayi prematur lingkar dada kurang dari 30
cm (Varney, 2007).
c)LLA : Lingkar lengan atas bayi normalnya yaitu 10 – 12
cm (Varney, 2007).
d)BB / PB : Berat badan bayi normal antara 2.500 sampai
4.000 gram. Pada bayi prematur berat badan kurang dari
2.500 gram (Varney, 2007).
Variasi normal antara 45 sampai 54 cm. Pada bayi prematur
panjang badan sama atau kurang dari 45 cm (Varney, 2007).
5)Data Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung
diagnosa, apabila diperlukan.Misalnya pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan Hb, golongan darah dan
darah secara rutin, sputum, dan pemeriksaan radiologi seperti
CT Scan Kepala yang khusus menilai letak
1)Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada bayi
baru lahir adalah By. Ny. X umur ...... hari dengan
Labioskizis”.
Data Dasar :
a)Data Subjektif
(1)Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal... pukul...
(2)Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan...
(3)Ibu mengatakan bayinya lahir menangis kuat atau keras
(4)Ibu mengatakan bayinya mengalami kelainan pada
mulutnya
b)Data Objektif
(1)Keadaan umum bayi normal yaitu dengan status baik
dan kesadaranya composmentis.
(2)TTV :
(a)Nadi : Normal yaitu 120 –140 x/menit (Wiknjosastro,
2005).
(b)Respirasi : Normal respirasinya yaitu 40-60 x/menit
(Wiknjosastro, 2005).
(c)Suhu : Suhu bayi normal yaitu 360–370C
(Wiknjosastro, 2005).
(d)PB : Normal yaitu 45 –54 cm (Wiknjosastro, 2005).
(e)Berat badan : Normal yaitu 2500 –4000 gram
(Wiknjosastro, 2005).
(f)Untuk menunjang kasus Labioskizis maka dilakukan
pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan bibir untuk
menilai letak dan luas Labioskizis (Wiknjosastro, 2005).
b.Masalah
Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang
ditemukan dengan didukung oleh data subyektif dan
obyektif (Hidayat, 2012). Menurut Sudarti dan
Khoirunnisa(2010), masalah pada bayi baru lahir dengan
labioskizis yaitu refleks menghisap yang terganggu akibat
adanya labioskizis.
c.Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien
saat itu (Hidayat, 2012). Menurut Dewi (2011),
kebutuhan bayi baru lahir dengan labioskizis, meliputi :
Pemberian ASI/PASI secara langsung. Bila anak
sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap,
pakailah dot yang panjang dengan menekan botol maka
susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga
dapat dihisap
4.Langkah IV : Antisipasi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan
identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis
dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan (Varney,2007).
Menurut Dewi (2011), Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan
kerjasama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter anak,
dokter THT serta ahli wicara.
6.Langkah VI : Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi bidan berkolaborasi
dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan
kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
bertanggung jawab terhadap terlaksananya asuhan bersama yang
menyeluruh.Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan
labioskizis adalah disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney,
2007). .
7.Langkah VII : Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen
kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan
maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai
bagian dari proses yang dilakukan secara terus menerus untuk
meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah
sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Varney, 2007).
Evaluasi yang ingin dicapai seperti terjalinnya pendekatan
terapeutik pada ibu dan keluarga, vital sign bayi normal, tidak
terjadi infeksi pada tali pusat bayi, suhu bayi tetap hangat, intake
dan output bayi seimbang, ASI/PASI dapat diberikan pada bayi,
bayi dapat dioperasi, dan bayi dapat berlatih menghisap setelah
post op ( Varney, 2007).
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh
langkah manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan
dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian.
Menurut Varney (2007) sistem pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :
1.S (Subyektif)
Menggambarkan dan asuhan mendokumentasikan hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu
Varney.
2.O (Obyektif)
Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes dignostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
langkah satu Varney.
3.A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subyektif dan obyektif suatu identifikasi :
a.Diagnosa atau masalah.
b.Antisipasi diagnosa atau masalah.
c.Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III,
IV Varney.
4.P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan
evaluasi, perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V,
VI, VII Varney.
C.Landasan Hukum
Seorang bidan dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam
melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. I dengan Labioskiziz
harus berdasarkan :
1.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1464/MENKES/PER/X/2010, Pasal 11, poin c pelayanan
kesehatan anak meliputi : penanganan kegawat daruratan,
dilanjutkan dengan perujukan.
2.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
No : 1464/MENKES/PER/X/2010. Pasal 16 ayat 2 meliputi
pelayanan kebidanan kepada anak meliputi :
a.Perawatan bayi baru lahir.
b.Perawatan tali pusat.
c.Perawatan bayi.
d.Resusitasi pada bayi baru lahir.
e.Pemanfaatan tumbuh kembang anak.
BAB III
LAPORAN KASUS
1.Pengkajian
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul : 08.10 WIB
a.Identitas Bayi
1)Nama Bayi : By. Ny. I
2)Umur Bayi : 20 hari
3)Tanggal/jam lahir : 18 Januari 2017 / 05.15 WIB
4)Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Ibu
Identitas Ayah
Nama Ibu : Ny. I
Nama Ayah : Tn. H
Umur : 25 Tahun
Umur : 25 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Buruh
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Barengan RT 01/09, Pondok, Nguter, Sukoharjo
b.Anamnesa Pada Ibu (Data Subjektif)
1)Riwayat kehamilan sekarang
a)HPHT : 14 Mei 2016
b)HPL : 21 Februari 2017
c)Keluhan-keluhan pada :
Trimester I : Ibu mengatakan pusing dan mual
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada krluhsn
Trimester III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
f)Imunisasi TT
Ibu mengatakan 3 kali imunisasi TT
TT1 : Ibu mengatakan pada saat capeng
TT2 : Ibu mengatakan 1 bulan setelah TT1
TT3 : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 4 minggu
2)Riwayat Persalinan ini
a)Tempat Persalinan : RS Panti Waluyo Surakarta
b)Penolong : dr. Dewi Haryati SpOG dan dr. Maria
c)Jenis Persalinan : Sectio Casearea
d)Komplikasi / kelainan dalam persalinan : Kelainan bibir
sumbing
3)Riwayat penyakit
a)Riwayat penyakit saat hamil : Ibu mengatakan tidak
mempunyai sakit apapun seperti demam, flu, batuk dll.
b)Riwayat penyakit sistemik
(1)Jantung : Ibu mengatakan tidak nyeri dada sebelah kiri dan
berkeringat dingin saat aktivitas ringan.
(2)Ginjal : Ibu mengatakan tidak nyeri pinggang saat BAK
(3)Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak sesak nafas dan batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
(4)Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kulit dan kuku tidak
pernah berwarna kuning.
(5)DM : Ibu mengatakan pada malam hari tidak merasa lapar
dan haus, BAK tidak lebih dari 5 kali.
(6)Hipertensi : Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak lebih
dari 120/90 mmHg.
(7)Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan
mengeluarkan busa dari mulutnya.
(8)Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit apapun
seperti HIV/AIDS, PMS dll.
c)Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan keluarganya maupun
keluarga suaminya tidak ada yang menderita penyakit sistemik
seperti jantung, ginjal, hipertensi dll.
d)Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan keluarganya maupun
keluarga suaminya tidak ada riwayat keturunan kembar.
e)Riwayat operasi : Ibu mengatakan pernah melakukan operasi SC
saat persalinannya.
2)Pemeriksaan umum
a)KU : Baik
b)Kesadaran : Composmentis
c)Suhu : 36,6ºC
d)Pernafasan : 60 x/menit
e)Nadi : 138 x/menit
3)Pemeriksaan fisik sistematis
a)Kepala : Simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak ada
cepal hematoma ataupun luka dan rambut tipis.
b)Ubun-ubun : Tidak ada caput succedaneum, tidak ada cephal
haematoma dan ada fontanel dengan cara palpasi menggunakan
jari tangan.
c)Muka : Simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka,
warna kulit kemerahan.
d)Mata : Simetris, tidak ada kelainan pada mata, sklera tidak
kuning, konjungtiva tidak pucat, tidak ada perdarahan pada mata.
e)Telinga : Simetris, tidak ada kelainan dan tidak ada cairan yang
keluar dari liang telinga.
f)Mulut : Terdapat labioskizis pada bibir.
g)Hidung : Tidak ada benjolan dan tidak ada kotoran.
h)Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
i)Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada
kelainan.
j)Abdomen : Tidak ada pembesaran pada perut.
k)Punggung : Tidak ada tonjolan atau benjolan di punggung.
l)Ekstremitas : Simetris, tidak ada polidaktil ataupun sinidaktil.
4)Pemeriksaan Reflek
a)Reflek Moro : Sedang, bayi melakukan gerakan seperti
memeluk ketika dirangsang.
b)Reflek rooting : Sedang, bayi menoleh ketika sudut pipi atau
mulut disentuh.
c)Reflek sucking : Lemah, bayi menghisap botol susu.
d)Refleks tonick neck : Sedang, bayi mampu menggerakkan
kepala
e)Reflek walking : Sedang, kaki bayi bergerak seperti
mengayun saat telapak kaki disentuh
f)Reflek grasping : Sedang, tangan bayi mampu menggenggam
ketika telapak tangan disentuh
5)Pemeriksaan Antropometri
a)Lingkar Kepala : 34 cm
b)Lingkar Dada : 32 cm
c)LLA : 10 cm
d)BB / PB : 3300 gram / 51 cm
6)Eliminasi
a)Urine : BAK : 9 kali, warna kuning jernih, bau khas urine.
b)Mekonium : BAB : 3 kali, warna kuning, konsistensi lembek.
d.Pemeriksaan Penunjang.
1)Pemeriksaan Laboratorium : ( Tanggal 6 Februari
2017, Pukul 08.00 WIB ) Hb = 12,4 mg/dl Golongan Darah = B
Hematokrit = 38,5 % Albumin = 3,4 g/dl 2)Pemeriksaan
Penunjang lain : ( Tanggal 11 Februari 2015, Pukul 08.10 WIB
) CT Scan kepala menilai letak Labioskizis
2.INTERPRETASI DATA
Tanggal 6 Februari 2017 Pukul 08.30 WIB
a.Diagnosa Kebidanan
By.Ny. I umur 20 hari dengan Labioskizis
Data Dasar :
1)Data Subjektif :
a)Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 18 Januari 2017 pukul 05.15
b)Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan 3000 gram
c)Ibu mengatakan bayinya lahir menangis kuat dan keras
d)Ibu mengatakan bayinya mengalami kelainan pada mulutnya
2)Data Objektif :
a)KU :
Baik Kesadaran : Composmentis
b)TTV :
(1)N : 100x/menit
(2)R : 40 x/menit
(3)S : 36,6ºC
(4)PB : 51 cm
(5)BB : 3300 gram
(6)Pemeriksaan Penunjang :
(a)Pemeriksaan Laboratorium: ( Tanggal 6 Februari 2017, Pukul
08.00 WIB ) Hb = 12,4 mg/dl Golingan Darah = B Hematokrit =
38,5 % Albumin = 3,4 g/dl
(b)Pemeriksaan Penunjang Lain : ( Tanggal 6 Februari 2017, Pukul
08.10 WIB ) CT Scan kepala menilai letak Labioskizis
b.Masalah Bayi kesulitan untuk menelan
c.Kebutuhan Pemberian nutrisi PASI 3 jam sekali menggunakan
botol peras (Squeeze bottles) dengan dot panjang atau sendok
3.DIAGNOSA POTENSIAL
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 08.45 WIB
Faringitis
4.TINDAKAN SEGERA
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 08.50 WIB
Kolaborasi dengan dokter anak untuk pemberian Catripo 150 ui,
Metrafisol 100 ui, Parachetamol 3 ½ sendok teh 3x1, Amoksilin 3 ½
sendok teh 3x1, salep Gentanisum 2x1 dan dokter bedah untuk dilakukan
operasi
5.RENCANA TINDAKAN
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 08.55 WIB
a.Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
b.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
c.Pantau intake dan output
d.Gunakan dot panjang untuk memberi PASI
e.Kolaborasi dengan Ortodontis untuk dibuat okulator
f.Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk diberi terapi -
Catripo 150 ui - Metrafisol 100 ui - Parachetamol 3 ½ sendok teh
3x1 – salep Gentanisum 2x1 - Amoksilin 3 ½ sendok teh 3x1
g.Dilakukan tindakan bedah dengan kerjasama antar ahli bedah,
ortodontis, dokter anak
6.PELAKSANAAN
Tanggal 6 Februari 2017
Pukul 09.05 WIB
a.Pukul 09.05 WIB Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan
keluarga
b.Pukul 09.10 WIB Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
c.Pukul 09.15 WIB Memantau intake dan output
f.Telah diberi terapi pemberian Catripo 150 ui, Metrafisol 100 ui,
Parachetamol 3½ sendok teh 3x1, Amoksilin 3 ½ sendok teh 3x1,
salep Gentanisum 2x1
DATA PERKEMBANGAN I
5.Evaluasi
Tanggal 7 Februari 2017
a.Pukul 06.55 WIB Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan
keadaan umum bayi baik dan vital sign bayi S : 36,8 0C, R : 42
x/menit, N : 108 x/menit
b.Pukul 07.05 WIB Telah dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk
dilakukan operasi
c.Pukul 12.30 WIB Bayi sudah puasa pre operasi
d.Pukul 15.00 WIB By.Ny. I sudah dilakukan tindakan operasi
DATA PERKEMBANGAN II
3.Assessment
By.Ny. I umur 22 hari dengan labioskizis pasca operasi hari 1
4.Planning
Tanggal 8 Februari 2017
a.Pukul 05.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign
setiap 6 jam sekali
b.Pukul 05.25 WIB Mengobservasi keadaan labioskizis setelah di
operasi
c.Pukul 05.35 WIB Melakukan perawatan luka labioskizis dengan
menggunakan obat salep gentanisum
d.Pukul 05.45 WIB Memberikan nutrisi (PASI) sesuai kebutuhan
bayi sebanyak 24 sendok teh
e.Pukul 05.55 WIB Memberitahu Ny. I tentang keadaan bayinya
sekarang
5.Evaluasi
Tanggal 8 Februari 2017
Pukul 06.05 WIB
a.Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan umum bayi dan vital
sign bayi S : 36,8 0C, R : 42 x/menit, N : 112 x/menit
b.Labioskizis dalam keadaan tertutup kassa
c.Luka Labioskizis telah diberi obat salep gentanisum
d.Bayi telah minum PASI 24 sendok teh
e.Ibu dan keluarga sudah mengerti keadaan bayinya
DATA PERKEMBANGAN III
PEMBAHASAN
1.Pengumpulan Data
2.Interprestasi Data
3.Diagnosa Potensial
5.Rencana Tindakan
7.Evaluasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan ilmu dari situasi nyata dan ilmu pengetahuan
sehingga dapat memberikan asuhan kenbidanan pada bayi baru lahir
dengan labioskizis serta dapat membandingkan antara teori dan praktek
dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
labioskizis.
2. Bagi Institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Disarankan agar lebih meningkatkan pelayanan sehingga pasien
merasa lebih nnyaman dan aman, melalui pendekatan manajemen
kebidanan secara komprehensif, tepat dan professional untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
b. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan informasi dan rferensi dalam bidang
kepustakaan di bidang asuhan kebidanan pada neonates bayi dengan
Labioskizis
3. Bagi Pasien
Diharapkan ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau
bayinya di rumah dengan baik dan apabila terdapat kegawat daruratan
segera dibawa ke tenaga kesehatan terdekat agar segera memperoleh
penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Nuha Medika
Medika
Yogyakarta: Fitramaya
Rineka Cipta
Aditama
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Rhiana